• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini salah satu lembaga keuangan yang sedang digalakkan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini salah satu lembaga keuangan yang sedang digalakkan dan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini salah satu lembaga keuangan yang sedang digalakkan dan dikembangkan sebagai salah satu motor bagi sumber pembiayaan usaha guna investasi suatu perusahaan adalah pasar modal. Pasar modal merupakan lembaga relatif baru yang memperkenalkan diri untuk dimanfaatkan oleh pencari dan penyedia dana. Banyak perusahan memanfaatkan pasar modal untuk memenuhi kebutuhan akan dananya. Keadaan ini memberi kesempatan kepada para pihak investor untuk dapat melakukan portofolio investasi modalnya dengan tingkat keuntungan yang bervariasi sesuai dengan pilihan investasi yang diminatinya.2 Ada beberapa pilihan investasi yang ditawarkan saat ini, yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal, misalnya: saham, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, right, waran, reksadana, kontrak berjangka indeks saham, surat utang negara, instrumen syariah (obligasi dan reksadana syariah).3

Saat ini cukup besar animo masyarakat untuk berinvestasi ke dalam obligasi. Hal ini tercermin dari tingginya permintaan atas obligasi dalam setiap pelaksanaan emisi yang sudah dilakukan, bahkan ada beberapa perusahaan yang harus melakukan penjatahan akibat tingginya permintaan dibandingkan dengan jumlah obligasi yang ditawarkan (over subscribe). Paling tidak, ada beberapa aspek yang sangat berpengaruh, sehingga perdagangan dan penerbitan obligasi mengalami

2

Sumantoro, Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 14.

3 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal Indonesia, Pendekatan

(2)

lonjakan yang cukup berarti. Pertama, jumlah maupun keanekaragaman perusahaan yang memanfaatkan obligasi sebagai sumber alternatif pembiayaan di pasar modal. Kedua, kemampuan investor (pemodal) yang tertarik untuk berinvestasi dengan menggunakan obligasi, dan ketiga adalah kondisi serta situasi perkembangan pasar modal di tanah air yang lebih kondisif dan mempunyai prospek cerah, terutama dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas di masa mendatang.4

Sebagai salah satu produk investasi di pasar modal sekarang ini, obligasi mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 2000. Banyak perusahaan berkepentingan untuk menerbitkan obligasi karena sifat struktur obligasi itu sendiri dianggap cukup menarik, diantaranya tingkat suku bunga yang fleksibel dan relatif lebih rendah dari suku bunga perbankan. Proses penerbitan obligasi yang tidak terlalu ketat dibandingkan dengan prosedur meminjam utang lewat perbankan juga menjadi daya tarik bagi perusahaan.

Obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar bunga secara berkala dan kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentuan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Jadi, jika sebuah perusahaan menerbitkan obligasi senilai 500 miliar dengan tingkat suku bunga atau kupon sebesar 16% pertahun selama 5 tahun, maka pihak penerbit obligasi berkewajiban membayar kupon pada waktu yang telah ditentukan (misalnya setiap tiga bulan) selama lima tahun dan diakhir masa berlakunya obligasi (akhir

4 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.

(3)

tahun kelima), pihak perusahaan wajib mengembalikan pokok utang senilai 500 miliar tersebut, pihak yang membeli obligasi (bandholder) akan mendapat keuntungan melalui pembayaran kupon yang umumnya lebih besar dari tingkat suku bunga bank dan suatu ketika dapat pula memperoleh keuntungan lain, yaitu dengan menjual obligasi tersebut lebih tinggi dari harga belinya. Dalam hal ini investor memperoleh capital gain.5 Dengan kata lain obligasi merupakan surat yang menyatakan bahwa satu pihak berutang kepada pihak lainnya.

Jadi pada dasarnya obligasi merupakan utang-piutang. Perbedaan antara obligasi dan utang piutang biasa adalah utang piutang biasanya orang perorangan, atau lembaga dengan orang perorangan secara individu, ataupun antara pemberi pinjaman berhadapan dengan satu peminjam perusahaan lainnya. Dengan demikian, dalam pinjam-meminjam, individu (lembaga atau perorangan) berhadapan dengan pemberi pinjaman (kreditor). Sementara itu, obligasi lebih bersifat antara satu peminjam dengan sekelompok pemberi pinjaman yang jumlahnya dapat ratusan, ribuan, atau puluhan ribu orang. Dengan demikian dalam sebuah penerbitan obligasi melibatkan banyak pemberi pinjaman (kreditor) sebagai pihak investor pemegang obligasi serta hanya melibatkan satu peminjam (debitor) sebagai pihak emiten.

Oleh karena dalam penerbitan obligasi melibatkan banyak investor pemegang obligasi, yang tidak mungkin dapat dihadapi satu per satu, maka kemudian diciptakanlah Lembaga Wali Amanat yang merupakan perantara para kreditur

(4)

obligasi yang jumlahnya banyak tersebut dengan debitur obligasi yang dalam setiap penerbitan jumlahnya hanya satu.

Wali Amanat sebagai perantara para kreditur obligasi (investor pemegang obligasi) yang jumlahnya banyak tersebut. pada prinsipnya ditunjuk oleh Emiten yang ingin menerbitkan obligasi sebelum melakukan emisi. Penunjukan ini tidak dilakukan oleh pemegang obligasi mengingat pada waktu penunjukan tersebut belum terdapat pemegang obligasi, karena pada saat itu obligasi tersebut belum ditawarkan kepada umum. Setelah wali amanat ditunjuk oleh emiten, maka emiten dan wali amanat harus membuat suatu perjanjian yang disebut dengan perjanjian Perwaliamanatan (Trusts Indenture Agreement).

Secara implisit perjanjian perwaliamanatan yang dibuat antara emiten dengan wali amanat mengandung suatu janji untuk kepentingan pihak ketiga, yaitu investor pemegang obligasi. Hal ini sesuai dengan rumusan pasal 1317 ayat (1) KUH Perdata yang memperbolehkan dibuatnya suatu janji untuk kepentingan pihak ketiga dengan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dalam perjanjian tersebut. Pengertian pihak ketiga harus dipahami sebagai pihak yang bukan bertindak sebagai pihak dalam perjanjian tersebut (yang menandatangani perjanjian) dan juga bukan sebagi penerima atau pengoper hak atau orang yang melaksanakan hak-hak dari salah satu pihak dalam perjanjian, seperti mandataris atau lasthebber, cessionaris, dan zaakwaarnemer.6 Sedangkan dari pasal 1317 ayat (2) KUH Perdata, dapat diketahui bahwa perjanjian perwaliamanatan yang dibuat oleh emiten dengan wali amanat tersebut dapat mengikatkan pemegang

6 J. Satrio, Hukum Perikatan yang Lahir dari Perjanjian (Buku I), Cet. 2., (Bandung:

(5)

obligasi yang telah menyatakan kehendaknya dengan mengisi Formulir Pemesanan Pembelian Obligasi (FPPO) dan melakukan pembayaran.

Oleh karena sifat hubungan antara wali amanat dan pemegang obligasi (kreditor) yang demikian, adanya wali amanat dalam suatu penerbitan obligasi merupakan suatu keharusan. Tidak mungkin obligasi tersebut dikeluarkan tanpa adanya wali amanat yang mewakili kepentingan si pemegang obligasi (debitur). Hal ini terjadi karena wali amanat adalah lembaga, meskipun dibayar oleh penerbit obligasi, tetap merupakan lembaga yang dimaksudkan untuk mengurus dan mewakili para pemegang obligasi (kreditor) tersebut. Jadi sejak ditandatanganinya kontrak perwaliamanatan antara emiten (penerbitan obligasi) dan wali amanat, tersebut telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang (obligasi) meskipun perwakilan tersebut baru akan berlaku efektif pada saat efek bersifat utang telah dialokasikan kepada para investor yang membeli obligasi tersebut.

Sehubungan dengan pentingnya fungsi wali amanat serta kedudukannya yang mewakili kepentingan pemegang efek utang maka sangat diperlukan adanya suatu regulasi untuk memberi aturan yang jelas dan tegas terhadap segala tindakan yang dilakukan oleh wali amanat dalam kapasitasnya sebagai wakil investor pemegang obligasi. Adapun regulasi yang masih berkembang saat ini dalam mengatur tentang wali amanat ada dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta peraturan pelaksanaannya. Dilihat dari proses pembuatan surat utang, dalam undang-undang ini telah menaruh fokus bahwa untuk obligasi harus ada trustee atau perantara yang namanya wali amanat. Adanya

(6)

regulasi-regulasi tersebut sangat penting, karena seperti yang dikatakan, penunjukan wali amanat dilakukan oleh emiten melalui perjanjian perwaliamanatan tanpa diikutsertakannya pemegang obligasi sehingga sangat memungkinkan terjadi benturan kepentingan antara

Berdasarkan kondisi dan kenyataan di atas maka penulis tertarik untuk mencoba mengkaji sejauh mana regulasi yang telah ada dalam mengatur wali amanat tersebut dan menuangkannya ke dalam suatu karya ilmiah berbentuk skripsi yang diberi judul "Peran dan Tanggungjawab Wali Amanat Terkait Penerbitan Obligasi Dalam pasar Modal".

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan-permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur penerbitan obligasi di pasar modal?

2. Bagaimana kedudukan wali amanat dalam penerbitan obligasi di pasar modal?

3. Bagaimana peran dan tanggung jawab Wali Amanat terkait penerbitan obligasi di pasar modal ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Secara umum tujuan utama penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi kewajiban dalam memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).

(7)

Secara khusus lagi, tujuan penulisan skripsi ini disesuaikan dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan. Adapun yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur penerbitan obligasi di pasar modal. 2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan wali amanat dalam penerbitan

obligasi di pasar modal.

3. Untuk mengetahui bagaiama peran dan tanggung jawab Wali Amanat terkait penerbitan obligasi di pasar modal.

Disamping tujuan penulisan skripsi di atas diharapkan juga skripsi ini memberi manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini diharapkan akan memberi masukan bagi ilmu pengetahuan terutama dalam bidang hukum khususnya hukum pasar modal. Skripsi ini juga diharapkan memberi masukan untuk penyempurnaan bagi para investor dan juga perusahaan dalam hal memperhatikan reputasi wali amanat yang akan mewakili kepentingan investor dalam berhadapan dengan emiten guna meneguhkan hak-hak investor dalam hal berinvestasi obligasi di pasar modal.

2. Secara praktis, pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan yang berarti bagi pembaca terutama para pelaku bisnis dan praktisi hukum sehingga dapat dimanfaatkan dalam mengenal peran dan tanggungjawab wali amanat terkait penerbitan obligasi di pasar modal.

(8)

D. Keaslian Penulisan

“Peran dan Tanggungjawab Wali Amanat terkait penerbitan obligasi dalam pasar modal” yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara administrasi dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (FH-USU) sebelumnya. Jadi penulisan dan pembahasan skripsi ini dengan mengangkat judul tersebut di atas dapat dikatakan asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi ciri dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga pengangkatan judul di atas dapat juga dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa pengertian definisi mengenai obligasi. Obligasi atau bond, adalah surat utang jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan kewajiban untuk membayar kepada bond holder (pemegang obligasi) sejumlah bunga tetap yang telah ditetapkan sebelumnya. Obligasi merupakan salah satu bentuk surat berharga yang saat ini sangat marak beredar dalam kegiatan pasar modal di Indonesa. Obligasi adalah suatu perikatan yang berisi janji. Obligasi merupakan surat yang berisi janji dimana salah satu pihaknya (principal atau penerbit) bisa berupa perusahaan maupun pemerintah. Janji di dalam obligasi merupakan janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam obligasi memuat janji bahwa dalam utang tersebut akan diberikan bunga yang bentuknya

(9)

tergantung pada kesepakatan, apakah bunga mengambang atau bunga tetap. Pengertian yang hampir sama dinyatakan bahwa obligasi adalah surat perjnajian jangka panjang, dimana penerbit obligasi berjanji akan membayar bunga dan pokok utang pada waktu tertentu kepada pemegang obligasi.7

Berdasarkan pasal I huruf a Keputusan Menteri Keuangan No. 755/KMK.011/1982, bahwa obligasi adalah jenis efek, berupa surat pengakuan hutang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 3 tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dulu oleh emiten.

Menurut Pasal 1 butir 34 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991, obligasi adalah bukti utang dari emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sejak tanggal emisi.

Dengan demikian, secara umum pada hakikatnya obligasi adalah surat tagihan utang atas beban tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan obligasi. Obligasi dalam Undang-undang Nomor Tahun 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dimasukkan ke dalam pengertian efek.

Pada umumnya obligasi diterbitkan dalam bentuk surat atas unjuk. Atas dasar itu setiap pemegang obligasi dianggap sebagai pemilik sah obligasi dimaksud, dan

7

Irfan Iskandar, Pengantar Hukum Pasar Modal di Bidang Kustodian, (Jakarta: Djambatan), 2001. hlm. 151.

(10)

oleh karena itu perusahaan (debitur) wajib membayar bunga dan/atau pinjaman pokoknya pada waktu jatuh tempo kepada pemegang obligasi tersebut. Dalam hal ini pemegang obligasi cukup menunjukkan atau memeperlihatkan obligasi yang dimilikinya, maka kepada yang bersangkutan dapat diberikan bunga maupun pokok obligasi.

Penggunaan kata-kata “Wali Amanat” dalam Undang-undang Pasar Modal merupakan penggantian dari rumusan “Trustee”, yang sebelumnya digunakan dalam Keputusan menteri Keuangan No. 696/KMK.011/1985 tentang Lembaga Penunjang Pasar Modal.(Lihat Pasal 1 butir c Keputusan Menteri Keuangan No. 696/KMK.011/1985. Penggunaan istilah “Trustee” ini selanjutnya diubah dengan nama “Trustee Agent” dalam Keputusan menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990. Istilah Trust sendiri sebenarnya istilah yang berasal dari tradisi hukum Common Law. Trust adalah “a right of property, real or personal, held by one party, the person appointed or required by law to administer a trust, for benefit of another”.8 Dari definisi ini dapat diketahui bahwa trust dapat dibentuk berdasarkan pada perjanjian yang tunduk pada ketentuan Common Law. Pada negara-negara bagian di Amerika Serikat yang tidak mempunyai hukum “tertulis” yang mengatur mengenai trusts, trusts dimungkinkan untuk dibentuk dan dibuat melalui perjanjian. Dalam konteks yang demikian trusts sering kali disebutkan sebagai “a three party contract, a private legal agreement”. Perjanjian yang mengatur mengenai trusts tersebut disebut dengan nama Indenture”.9

8

James D. Fullarton, "Trust Fund Laws and Agreements", hlm. 2., http://www.fullartonlaw.com/Trustfundchap.htm.

9 Frequently Asked Question About Trusts", hlm. 4., http://www. asaprotection. com/faq.

(11)

Sebagai suatu bentuk trusts, Indenture trustee tidak dilahirkan dari suatu Declaration Of trusts, melainkan lahir dari perjanjian yang disebut dengan nama Indenture Deed atau Indenture Agreement.

Pada dasarnya Indenture bukanlah suatu pernyataan sepihak, yang melahirkan hanya kewajiban pada satu sisi. Indenture melibatkan dua atau lebih pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perkembangan dunia menunjukkan bahwa dewasa ini, Indenture dalam bisnis digunakan sebagai dokumen atau perjanjian yang bertujuan untuk menerbitkan kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang ditawarkan kepada banyak orang. Indenture trustee adalah pihak yang mewakili kepentingan-kepentingan para investor pemegang bagian pecahan dari surat utang global, termasuk untuk melakukan eksekusi jaminan-jaminan kebendaan yang ada, yang diserahkan untuk kepentingan para investor yang terkait dengan penerbitan surat utang global yang dipecah-pecah ke dalam bagian surat-surat utang yang dimiliki oleh investor. Wali Amanat yang kita kenal di Indonesia dapat dikatakan merupakan bentuk perkembangan trusts yang terjadi di Amerika Serikat yang dikenal dengan istilah Indenture Trustee itu sendiri.. Dimana wali amanat berdasarkan definisi yang diberikan berdasarkan dari Penggunaan istilah “Trustee” ini selanjutnya diubah dengan nama “Trustee Agent” dalam Keputusan menteri Keuangan No.1548/KMK.013/1990. adalah pihak yang mewakili investor pemegang efek bersifat utang, yang dalm hal ini adalah investor pasar modal. Tindakan mewakili ini didasarkan dengan membuat suatu perjanjian dengan emiten, yang dibuat

juga Gwenn H. Wycoff, "What is a common Law Trust/", hlm. 1., http://www. socal. com. print/574.html, 30 Juni 2007.

(12)

sebelum penerbitan obligasi (sebelum penawaran obligasi dilaksanakan). Perjanjian yang dibuat tersebut dinamakan dengan perjanjian perwaliamanatan (Trusts Indenture Agreement). Meskipun perjanjian ini dibuat antara emiten dengan wali amanat, tetapi perjanjian ini mengikat para pemegang obligasi, yang tidak turut serta dalam pembuatan perjanjian tersebut.

F. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam rangka penulisan skipsi ini adalah dengan melakukan penelitian hukum yang mengacu kepada norma-norma hukum yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Dengan kata lain digunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu penelitian dengan hanya menggunakan data-data sekunder. Metode penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.10

Dalam hal ini dilakukan studi kepustakaan yang segala sesuatunya berkaitan dengan hukum pasar modal obligasi dan wali amanat dalam penerbitan obligasi. Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif maka data-data yang dipergunakan adalah data-data berupa bahan hukum yang menyangkut wali amanat terkait penerbitan obligasi di pasar modal seperti:

1. bahan hukum primer yaitu: bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang khususnya yang

10 Johnny Ibrahm, Teori Metode dan Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia

(13)

berkaitan dengan masalah pasar modal secara umum,obligasi pasar modal dan wali amanat di pasar modal

2. bahan hukum sekunder yaitu: yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku ,hasil seminar, jurnal hukum, karya ilmiah, artikel majalah maupun koran serta artikel-artikel yang didapat di internet

3. bahan hukum tersier yaitu: semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus-kamus atau ensiklopedia,dan lain-lain.

G. Sistematika Penulisan

Untuk dapat menguraikan skripsi ini, penulis telah membuat sistematika dengan mengadakan pembagian materinya atas lima bab dan tiap-tiap bab dibagi lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil (sub-sub bab) sehingga mencerminkan keutuhan materi skripsi ini, dengan gambaran sebagai berikut:

Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat

latar belakang, perumusan masalah,tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan dan sistematika penulisan itu sendiri.

Bab II : Di dalam bab ini akan dibahas mengenai prosedur penerbitan obligasi

di pasar modal antara lain memuat pengertian obligasi, jenis-jenis obligasi, prosedur penerbitan obligasi, pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi.

(14)

Bab III : Di dalam bab ini akan dibahas tentang kedudukan waliamanat terkait

penerbitan obligasi di pasar modal antara lain memuat terminologi dan pengaturan wali amanat, kedudukan wali amanat, pihak pihak yang berhak menjadi wali amanat terkait penerbitan obligasi di pasar modal.

Bab IV : Di dalam bab ini akan dibahas tentang peran dan tanggungjawab wali

amanat terkait dalam penerbitan obligasi di pasar modal antara lain memuat perjanjian perwaliamanatan, peran wali amanat dan batas-batas tanggungjawab wali amanat dalam penerbitan obligasi di pasar modal.

Bab V : Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini yang akan

Referensi

Dokumen terkait

kemampuan dan komitmen Manajemen Sekolah untuk menjadi ‘pelopor perubahan’ yang berorientasi pada 2 Relevansi berkaitan dengan rasio antara kompetensi lulusan yang

Artikel ini menerapkan teori dan definisi tersebut ke dalam praktek kepustakawanan, khususnya bagaimana teknologi Web 2.0 seperti sinkronisasi pengiriman pesan dan media

Puji syukur kehadirat Allah Subahanawata‟ala yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Bila tidak diajukan maka berikan alasannya pada kolom Apakah Diusulkan (Contoh Terlampir), dengan dilengkapi dengan surat pengantar dari Saudara.. Adapun persyaratan

Tahap pertama pengguna admin untuk memasukkan data gardu, dimana dalam penginputan tersebut data yang dimasukkan adalah wilayah, nama gardu dan keterangan seperti

Berdasarkan hasil posttest di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, analisis data dengan menggunakan t-tes, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar Mateatika

Sebagaimana halnya untuk subtes Verbal dan subtes Kuantitatif, pada subtes Penalaranpun tampak bahwa aitem-aitem yang lebih sulit cenderung memiliki Jurnal Penelitian dan

SMGR akan membentuk anak usaha baru bernama PT Semen Gresik yang akan menjadi operating company seperti halnya PT Semen Padang dan Semen Tonasa.. Dengan demikian, Semen