• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penutupan Lahan Kota Denpasar

Hasil interpretasi dan analisis citra Landsat 7 ETM bulan Oktober tahun 2009, Kota Denpasar mempunyai luas wilayah 12.891,6 ha. Berdasarkan kombinasi band 5, band 4, dan band 3 melalui klasifikasi terbimbing (supervised classification), penutupan lahan di Kota Denpasar diklasifikasikan menjadi: 1. Lahan Terbangun (pemukiman, area perdagangan, kawasan industri,

perkantoran, dan jalan raya) 2. Sawah

3. Vegetasi jarang (kebun campuran, jalur hijau, dan taman) 4. Vegetasi rapat (hutan adat)

5. Lahan terbuka (tanah terbuka yang ditumbuhi rumput atau alang-alang, atau lahan yang akan dijadikan area proyek pembangunan)

6. Mangrove

7. Badan air (sungai, dan pantai)

8. Tidak ada data (awan dan bayangan awan)

Proses klasifikasi yang dilakukan pada citra Landsat 7 ETM tahun 2009 menghasilkan tingkat akurasi berdasarkan overall clasification accuracy dan overall kappa statistics sebesar 89,04 % dan 0,8496. Menurut USGS (2002), tingkat akurasi ketelitian interpretasi minimum dengan menggunakan penginderaan jauh tidak kurang dari 85 %.

Tipe penutupan lahan di Kota Denpasar adalah sebagai berikut: 5.1.1 Lahan terbangun

Tipe penutupan lahan berupa lahan terbangun meliputi pemukiman, area perdagangan, kawasan industri, perkantoran, dan jalan raya. Tipe penutupan lahan terbangun ini mendominasi kawasan di Kota Denpasar dengan luasan 6.375,110 ha. Hasil sensus yang dilakukan BPS Denpasar (2008), jumlah penduduk di Kota Denpasar meningkat dari tahun 2000-2008 yaitu sebesar 119.977 jiwa. Seiring pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar diperkirakan luas lahan terbangun ini

(2)

akan semakin bertambah. Hasil klasifikasi citra Landsat untuk tipe penutupan lahan terbangun dicirikan dengan warna merah.

Gambar 4 Tipe penutupan lahan terbangun berupa pemukiman. 5.1.2 Sawah

Sawah di Kota Denpasar berupa sawah irigasi (subak). Sawah juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu sawah belum ditanami dan sawah siap panen. Sawah belum ditanami pada umumnya tegenang air, hal ini menyebabkan pada citra Landsat ETM terdeteksi sebagai badan air. Sawah dengan warna biru keunguan untuk sawah basah, dan warna hijau muda untuk sawah dengan tanaman padi, sedangkan dalam pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna kuning. Lahan persawahan tersebar pada empat kecamatan di Kota Denpasar.

(a) (b)

Gambar 5 Tipe penutupan lahan berupa sawah.

(a) Sawah belum ditanami; (b) Sawah siap panen.

5.1.3 Vegetasi jarang

Tipe penutupan lahan untuk vegetasi jarang di Kota Denpasar berupa kebun campuran, jalur hijau, dan taman (jarak antar pohon ≥ 5-7 m dan pohon berdiameter ≥ 20 cm). Berdasarkan interpretasi citra Landsat, vegetasi jarang

(3)

dicirikan dengan warna hijau muda. Dalam pengklasifikasian vegetasi jarang juga dicirikan dengan warna hijau muda. Pada vegetasi jarang jenis tumbuhan yang tumbuh atau ditanam seperti bambu (Bambusa sp.), pisang (Heliconia sp.), kelapa (Cocos nucifera), angsana (Pterocarpus indicus), mahoni (Swietenia mahagoni), palem raja (Roystonea regia), krey payung (Filicium decipiens), mangga (Mangifera indica), kelor (Moringa oliefera Lamk.), asam (Tamarindus indica L.), turi (Sesbania grandiflora), dan kelor (Moringa oliefera Lamk.)

(a) (b)

Gambar 6 Tipe penutupan lahan berupa vegetasi jarang. (a) Kebun campuran di Kec. Denpasar Timur (b) Jalur hijau di Puputan.

5.1.4 Vegetasi rapat

Tipe penutupan lahan untuk vegetasi rapat meliputi hutan adat (tempat pemakaman). Vegetasi rapat merupakan pohon-pohon yang tumbuh dengan jarak antar pohon ≥ 2-5 m dan pohon berdiameter ≥ 20 cm. Penutupan lahan berupa vegetasi rapat berdasarkan interpretasi hasil citra Landsat dicirikan dengan warna hijau tua. Pada vegetasi rapat, jenis tumbuhan yang tumbuh seperti mangga (Mangifera indica), meranti (Shorea macrophylla), ketapang (Terminalia cattapa L.), nangka (Artocarpus heterophyllus), beringin (Ficus benjamina), pule (Alstonia scholaris R.Br.), asam (Tamarindus indica L.), dan mahoni (Swietenia mahagoni).

(4)

(a) (b)

Gambar 7 Tipe penutupan lahan berupa vegetasi rapat. (a) Hutan adat Kec. Denpasar Barat

(b) Hutan adat Kec. Denpasar Timur.

5.1.5 Lahan terbuka

Tipe penutupan lahan ini merupakan lahan dalam kondisi tidak bervegetasi seperti lapangan, tanah gundul, dan tempat-tempat yang direncanakan menjadi lahan pemukiman atau area proyek pembangunan. Untuk penutupan lahan berupa lahan terbuka, pada citra Landsat dicirikan dengan warna merah muda kekuningan, sedangkan dalam pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna cokelat keputihan.

(a) (b)

Gambar 8 Tipe penutupan lahan berupa lahan terbuka. (a) Daerah Serangan (Kec. Denpasar Selatan). (b) Lapangan Margarana (daerah Renon).

5.1.6 Mangrove

Tipe penutupan lahan ini merupakan tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Jenis mangrove yang ada di Mangrove Information Centre yaitu

(5)

Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhyza, Avecinia marina, dan Ceriops tagal. Penutupan lahan berupa mangrove ini pada citra Landsat dicirikan dengan warna hijau kekuningan.

(a) (b)

Gambar 9 Tipe penutupan lahan berupa mangrove.

(a) Sonneratia alba; (b) Rhizophora mucronata.

5.1.7 Badan air

Tipe penutupan lahan yang termasuk badan air adalah sungai dan pantai. Badan air berupa pantai berada di sepanjang Kecamatan Denpasar Timur-Kecamatan Denpasar Selatan, sedangkan sungai berada di Timur-Kecamatan Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Barat. Contoh gambar badan air dapat dilihat pada Gambar 10. Untuk badan air pada citra Landsat wilayah Kota Denpasar dicirikan dengan warna biru muda dan biru tua.

(a) (b)

Gambar 10 Tipe penutupan lahan badan air berupa sungai. (a). Kec. Denpasar Selatan; (b). Kec. Denpasar Barat.

(6)

5.1.8 Tidak ada data (awan dan bayangan awan)

Tipe penutupan lahan tidak ada data berupa penutupan lahan yang tertutup oleh awan dan bayangan awan sehingga tidak dapat diketahui kondisi sesungguhnya. Tipe penutupan ini disebabkan oleh kondisi cuaca pada saat pengambilan citra, yaitu dipengaruhi oleh sudut kemiringan matahari terhadap bumi, jenis awan, dan ketinggian awan pada saat perekaman atau pengambilan citra dilakukan.

5.2 Luas Penutupan Lahan Kota Denpasar Tahun 2009

Hasil klasifikasi citra Landsat 7 ETM diperoleh data mengenai luas wilayah berbagai tipe penutupan lahan Kota Denpasar tahun 2009 yang tersaji pada Tabel 1. Luas total wilayah Kota Denpasar pada tahun 2009 berdasarkan pengolahan citra adalah 12.891,605 ha. Kota Denpasar terbagi menjadi empat kecamatan yaitu Kecamatan Denpasar Utara dengan luas 2.640,34 ha, Kecamatan Denpasar Timur dengan luas 2.786,27 ha, Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas 5.012,73 ha, dan Kecamatan Denpasar Barat dengan luas 2.416,30 ha.

Tabel 1 Luas penutupan lahan Kota Denpasar tahun 2009

No Penutupan lahan Luas

ha % 1 2 3 4 5 6 7 8 Lahan terbangun Sawah Vegetasi jarang Lahan terbuka Mangrove Vegetasi rapat Badan air Tidak ada data

6.375,110 2.968,080 1.625,330 588,011 545,972 418,694 342,560 27,848 49,45 23,02 12,61 4,56 4,24 3,25 2,66 0,22 Total 12.891,605 100

Luas penutupan lahan terbesar di Kota Denpasar tahun 2009 adalah pada tipe lahan terbangun yaitu seluas 6.375,110 ha dengan persentase 49,45 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Tipe penutupan lahan ini tesebar pada seluruh kecamatan di Kota Denpasar. Sebagian besar wilayah pada masing-masing kecamatan merupakan tipe penutupan lahan terbangun. Hal ini dikarenakan Kota Denpasar merupakan pusat perekonomian dan pusat pemerintahan Kota Denpasar. Kota Denpasar merupakan pusat kota dan pusat perekonomian. Hal ini menimbulkan kecenderungan masyarakat untuk tinggal di kota atau di sekitar kota, dengan tujuan mendapatkan akses yang mudah untuk melakukan kegiatan

(7)

ekonomi. Hasil sensus yang dilakukan BPS Denpasar (2008), menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2000 sampai tahun 2008 sebanyak 119.977 jiwa. Jumlah penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2000 yaitu 522.381 jiwa, sedangkan pada tahun 2008 yaitu 642.358 jiwa.

Penutupan lahan berupa sawah mempunyai luas sebesar 2.968,080 ha atau menempati 23,02 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Sawah yang tersebar di wilayah Kota Denpasar berupa sawah irigasi. Luasan penutupan lahan ini diperkirakan akan mengalami penurunan. Menurut BPS Denpasar (2008), sebagian besar tenaga kerja di Kota Denpasar bekerja pada sektor lapangan kerja usaha yaitu sektor perdagangan, hotel dan restauran sebesar 39.16 %, dan sektor jasa industri sebesar 12,46 %. Tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 2,57 %. Rendahnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dan terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan terbangun, akan mempengaruhi luasan penutupan lahan sawah.

Tipe penutupan lahan berupa vegetasi jarang di Kota Denpasar mempunyai luas sebesar 1.625,330 ha atau mencapai 12,61 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Penutupan lahan vegetasi jarang di Kota Denpasar merupakan wilayah penutupan lahan berupa kebun campuran (jarak antar pohon ≥ 5-7 m dan pohon berdiameter ≥ 20 cm), jalur hijau, dan taman. Penutupan lahan berupa vegetasi jarang tersebar merata pada wilayah Kota Denpasar. Hal ini terlihat jelas pada Gambar 11 yaitu peta penutupan lahan Kota Denpasar tahun 2009, ditandai dengan warna hijau muda.

Penutupan lahan terbuka mempunyai luas wilayah sebesar 588,011 ha atau 4,56 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Berdasarkan klasifikasi citra Landsat, Kecamatan Denpasar Selatan yaitu Desa Serangan merupakan daerah penutupan lahan berupa lahan terbuka yang terluas. Lahan terbuka di Kecamatan Denpasar Selatan akan dijadikan areal penghijauan yang ditanami tumbuhan volunteer seperti kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catapa), dan waru (Hibiscus tiliaceus).

Tipe penutupan lahan berupa mangrove di Kota Denpasar pada tahun 2009 memiliki luasan 545,972 ha atau mencapai 4,24 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Kecamatan Denpasar Selatan adalah kecamatan satu-satunya yang

(8)

memiliki tutupan lahan mangrove. Hal ini disebabkan sebagian luasan di Kecamatan Denpasar Selatan ditetapkan sebagai Tahura yang berbatasan langsung dengan Teluk Benoa.

Tipe penutupan lahan berupa vegetasi rapat (jarak antar pohon ≥ 2-5 m, dan pohon berdiameter ≥ 20 cm) meliputi hutan adat (tempat pemakaman). Vegetasi rapat mempunyai luas sebesar 418,694 ha atau menempati 3,25 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Rendahnya luas lahan vegetasi rapat dikarenakan hampir seluruh wilayah pada masing-masing kecamatan tertutupi tipe penutupan lahan berupa lahan terbangun, sehingga peruntukkan penutupan lahan vegetasi rapat meliputi hutan adat (tempat pemakaman) tidak terlalu luas.

Luasan tipe penutupan lahan berupa badan air di Kota Denpasar yaitu 342,560 ha atau menempati 2,66 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Badan air di Kota Denpasar berupa pantai di wilayah pinggiran Kecamatan Denpasar Timur dan Kecamatan Denpasar Selatan. Tipe penutupan lahan badan air lainnya yaitu berupa sungai yang terletak di Kecamatan Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Barat.

Tipe penutupan lahan berupa awan dan bayangan awan dikategorikan tidak ada data. Awan merupakan penutupan lahan yang disebabkan oleh kondisi cuaca pada saat pengambilan citra. Tipe penutupan lahan berupa awan ini mempunyai luas 17,673 ha atau 0,14 % dari luas keseluruhan Kota Denpasar, sedangkan untuk tipe penutupan bayangan awan dipengaruhi karena adanya awan, dengan luas bayangan awan sebesar 10,175 ha atau menempati 0,08 % dari luas keseluruhan Kota Denpasar.

(9)
(10)

5.3 Distribusi Suhu Permukaan

5.3.1 Distribusi suhu permukaan di lapangan pada berbagai tipe penutupan lahan

Menurut Tursilowati (2006), peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya akan menyebabkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berubah menjadi kawasan terbangun, sehingga perubahan penggunaan lahan tersebut mengakibatkan peningkatan suhu permukaan kota. Berdasarkan hasil pengukuran suhu permukaan di lapangan pada berbagai tipe penutupan lahan Kota Denpasar, diperoleh nilai suhu permukaan yang tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Suhu permukaan Kota Denpasar pada berbagai tipe penutupan lahan

No Kelas Penutupan Lahan Suhu Permukaan (°C)

1 Lahan Terbuka 30,00 2 Lahan Terbangun 29,81 3 Vegetasi Jarang 29,33 4 Mangrove 29,22 5 Badan Air 28,89 6 Sawah 28,78 7 Vegetasi Rapat 27,89

8 Tidak ada data (awan dan bayangan awan) -

Tipe penutupan lahan berupa lahan terbuka dilakukan pengukuran di dua lokasi yaitu di Kecamatan Denpasar Timur dan di Kecamatan Denpasar Selatan. Nilai rata-rata suhu permukaan selama tiga hari pengukuran (Kecamatan Denpasar Timur dan Kecamatan Denpasar Selatan) berturut-turut adalah 30,00 °C dan 30,00 °C, sehingga diperoleh rata-rata suhu permukaan lahan terbuka sebesar 30,00 °C.

Tipe penutupan lahan berupa lahan terbangun dilakukan pengukuran di tiga lokasi yang berbeda untuk mewakili tipe penutupan lahan terbangun yaitu di Kecamatan Denpasar Selatan, di Stasiun Geofisika Sanglah (8°40’58” LS, 115°12’36” BT), dan di Kecamatan Denpasar Timur. Nilai rata-rata suhu permukaan selama tiga hari pengukuran (Kecamatan Denpasar Selatan, Stasiun Geofisika Sanglah, dan Kecamatan Denpasar Timur) berturut-turut adalah 29,78 °C, 30,31 °C, dan 29,56 °C, sehingga diperoleh rata-rata suhu permukaan lahan terbangun sebesar 29,81 °C.

Penutupan lahan vegetasi jarang dilakukan pengukuran di dua lokasi yaitu di Kecamatan Denpasar Timur pada jalur hijau dan di Kecamatan Denpasar Selatan berupa kebun campuran. Nilai rata-rata suhu permukaan selama tiga hari pengukuran di Kecamatan Denpasar Timur (28,78 °C) dan Kecamatan Denpasar

(11)

Selatan (29,89 °C). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh rata-rata suhu permukaan vegetasi jarang sebesar 29,33 °C.

Pada tipe penutupan lahan mangrove, dilakukan pengukuran hanya di lokasi Mangrove Center Kecamatan Denpasar Selatan. Nilai rata-rata suhu permukaan mangrove selama tiga hari adalah 29,22 °C, sehingga diperoleh rata-rata suhu permukaan mangrove sebesar 29,22 °C.

Tipe penutupan lahan berupa badan air dilakukan pengukuran hanya di Kecamatan Denpasar Barat berupa sungai. Nilai rata-rata suhu permukaan selama tiga hari adalah 28,89 °C, sehingga diperoleh rata-rata suhu permukaan sungai sebesar 28,89 °C.

Tipe penutupan lahan berupa sawah dilakukan pengukuran di empat lokasi yaitu di Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan, dan Kecamatan Denpasar Barat. Nilai rata-rata suhu permukaan selama tiga hari pengukuran di Kecamatan Denpasar Utara (28,67 °C), Kecamatan Denpasar Timur (28,78 °C), Kecamatan Denpasar Selatan (29,00 °C), dan Kecamatan Denpasar Barat (28,67 °C), sehingga diperoleh rata-rata suhu permukaan sawah sebesar 28,78 °C.

Penutupan lahan vegetasi rapat dilakukan pengukuran di tiga lokasi yaitu dua lokasi di Kecamatan Denpasar Timur (daerah yang diperuntukkan sebagai hutan kota oleh Pemkot Denpasar) dan satu lokasi di Kecamatan Denpasar Selatan berupa hutan adat. Nilai rata-rata suhu permukaan selama tiga hari pengukuran pada dua lokasi di Kecamatan Denpasar Timur yaitu sebesar 28,00 °C dan 27,89 °C. Sedangkan di Kecamatan Denpasar Selatan yaitu sebesar 27,78 °C. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh rata-rata suhu permukaan vegetasi rapat sebesar 27,89 °C. Sedangkan untuk tipe penutupan lahan tidak ada data (awan dan bayangan awan) tidak dilakukan pengukuran karena awan dan bayangan awan merupakan penutupan lahan yang disebabkan kondisi cuaca pada saat pengambilan citra.

Tabel 2 menunjukkan nilai suhu permukaan pada penutupan lahan sawah, vegetasi jarang, vegetasi rapat, dan mangrove lebih rendah dibandingkan dengan nilai suhu permukaan pada lahan terbuka dan lahan terbangun. Hal ini menunjukkan bahwa, penutupan lahan bervegetasi khususnya hutan kota dapat

(12)

menekan terjadinya dampak dari fenomena alam seperti terjadinya peningkatan suhu permukaan.

5.3.2 Distribusi suhu permukaan berdasarkan citra Landsat 7 ETM

Suhu permukaan yang diperoleh merupakan suhu permukaan hasil pendugaan menggunakan satelit pada satu waktu, dan bukan merupakan suhu rataan dari berbagai waktu dan kondisi. Nilai suhu permukaan yang diperoleh merupakan dugaan nilai suhu permukaan yang terekam pada pukul 10.00 waktu setempat, tepatnya saat pencitraan satelit 15 Oktober 2009. Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis citra Landsat pada wilayah Kota Denpasar, diperoleh klasifikasi suhu dan luasannya yang tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Luasan suhu permukaan di Kota Denpasar tahun 2009

No Kelas Suhu (°C) Luas

(ha) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 < 18,0 18,0 – 18,9 19,0 – 19,9 20,0 – 20,9 21,0 – 21,9 22.0 – 22,9 23,0 – 23,9 24,0 – 24,9 25,0 – 25,9 26,0 – 26,9 27,0 – 27,9 28,0 – 28,9 29,0 – 29,9 30,0 – 30,9 31,0 – 31,9 32,0 – 32,9 33,0 – 34,0 73,71 31,50 80,64 112,23 250,02 663,30 545,67 665,73 1.251,99 1.045,71 1.613,97 965,97 1.103,40 324,72 82,71 3,15 3,69 0,84 0,36 0,91 1,27 2,84 7,52 6,19 7,55 14,20 11,86 18,30 10,95 12,51 3,68 0,94 0,04 0,04 Total 8.818,11 100,00

Tabel 3 menunjukkan klasifikasi suhu permukaan dibedakan menjadi 17 kelas suhu permukaan yaitu dengan selang nilai suhu antara 17,9 °C sampai 34 °C. Nilai suhu permukaan yang tertinggi yaitu 33-34 °C dengan luasan wilayah 3,69 ha dari luas keseluruhan Kota Denpasar pada wilayah Kecamatan Denpasar Selatan (Kelurahan Sesetan), yang merupakan tipe penutupan lahan terbuka. Sedangkan nilai suhu permukaan yang terendah yaitu 17,9 °C dengan luasan wilayah 73,71 ha dari luas keseluruhan Kota Denpasar pada wilayah Kecamatan Denpasar Selatan yang berbatasan langsung dengan Teluk Benoa. Kelas suhu ini berada pada tipe penutupan lahan berupa mangrove. Radiasi sinar matahari akan menembus permukaan air yang bersifat lebih lama dalam menyerap kalor

(13)

kemudian dilepaskan dalam bentuk panas, sehingga pada daerah tersebut mempunyai suhu yang lebih rendah. Gambar 12 menunjukkan kelas suhu permukaan pada berbagai penutupan lahan di Kota Denpasar tahun 2009.

Gambar 12 Kelas suhu permukaan pada berbagai penutupan lahan.

Tipe penutupan lahan berupa lahan terbangun mempunyai kisaran suhu tinggi pada selang antara 27,0 sampai 29,9 °C dengan luasan 2.645,42 ha dari luas total wilayah Kota Denpasar. Suhu ini tersebar merata di seluruh wilayah Kota Denpasar, khususnya di daerah pusat kota, pemukiman, area industri, perdagangan, perkantoran, dan jalan raya. Nilai suhu permukaan dengan selang 25,0 sampai 27,9 °C dengan luas sebesar 3.911,67 ha, didominasi tipe penutupan lahan berupa vegetasi rapat dan vegetasi jarang yang tersebar merata di wilayah Kota Denpasar terutama di tepi penutupan lahan sawah. Penutupan lahan berupa vegetasi rapat dan vegetasi jarang tidak menunjukkan perbedaan selang nilai suhu yang jauh, dikarenakan bahwa jenis lahan bervegetasi rapat dan jenis lahan bervegetasi jarang memberikan pengaruh yang hampir sama terhadap perubahan suhu. Kelas suhu antara 22,0 sampai 25,9 °C dengan luasan 1.461,46 ha, menyebar merata di wilayah rural (pinggiran) Kota Denpasar yang merupakan tipe penutupan lahan berupa sawah. Kecamatan Denpasar Utara selain memiliki tutupan lahan berupa sawah juga merupakan areal RTH yang ditetapkan oleh Pemkot Denpasar. Tipe penutupan lahan berupa badan air mempunyai selang nilai suhu antara 22,0 sampai 22,9 °C dengan luas 61,50 ha.

0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 L u as (Ha)

Kelas Suhu Permukaan (°C)

Lahan terbangun Sawah Vegetasi jarang Lahan terbuka Vegetasi rapat Mangrove Badan air

(14)
(15)

5.4 Ruang Terbuka Hijau (RTH)

5.4.1 Ruang terbuka hijau Kota Denpasar tahun 2009

Penutupan lahan RTH berupa penutupan lahan sawah, vegetasi rapat, vegetasi jarang, dan mangrove. Berdasarkan hasil klasifikasi citra Landsat diperoleh luas penutupan lahan RTH di Kota Denpasar, yang tersaji pada Tabel 4. Pengukuran luasan dilakukan untuk melihat kecukupan RTH di Kota Denpasar. Tabel 4 Luasan penutupan lahan Kota Denpasar tahun 2009

No Penutupan Lahan Luas

ha % 1 2 3 4 5 Lahan terbangun Ruang Terbuka Hijau Lahan terbuka Badan air

Tidak ada data (awan dan bayangan awan)

6.375,110 5.558,076 588,011 342,560 27,848 49,45 43,11 4,56 2,66 0,22 Total 12.891,605 100

Tabel 4 menunjukkan proporsi RTH Kota Denpasar mempunyai luasan area 5.558,076 ha atau mencapai 43,11 % dari luas total wilayah Kota Denpasar. Luasan RTH sudah mencukupi berdasarkan luasan menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyatakan bahwa proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota. Pada Gambar 14 terlihat bahwa distribusi keberadaan luasan RTH untuk Kota Denpasar cukup merata.

Tabel 5 Luas penutupan lahan pada masing-masing kecamatan Kota Denpasar

No Penutupan Lahan

Luas Kecamatan Denpasar

Utara Timur Selatan Barat

ha % ha % ha % ha % 1 Lahan terbangun 1.405,6 53,2 1.363,0 48,9 2.057,5 41,0 1.605,7 66,5 2 Ruang terbuka hijau 1.220,6 46,2 1.368,6 49,1 2.232,6 44,5 746,8 30,9 3 Lahan terbuka 14,1 0,5 40,7 1,5 459,5 9,2 53,8 2,2 4 Badan air 0,0 0,0 13,9 0,5 242,1 4,8 3,5 0,1

5 Tidak ada data 0,1 0,0 0,0 0,0 21,1 0,4 6,5 0,3

Total 2.640,3 100,0 2.786,3 100,0 5.012,7 100,0 2.416.3 100,0

Tabel 5 menunjukkan luasan RTH pada masing-masing kecamatan di Kota Denpasar sudah mencukupi berdasarkan luasan menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007. Jumlah penduduk Kota Denpasar dari tahun 2000-2008 terus mengalami peningkatan ditandai dengan adanya peningkatan sebesar 119.977 jiwa, sehingga semakin bertambah jumlah penduduk maka berbanding lurus

(16)

dengan peningkatan luasan lahan terbangun untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Hal ini akan berpengaruh pada luasan RTH khususnya hutan kota di Kota Denpasar.

5.4.2 Pengaruh keberadaan RTH dengan suhu permukaan

Menurut hasil penelitian Effendy (2007), setiap laju pengurangan atau penambahan RTH menyebabkan peningkatan atau berkurangnya suhu udara dengan laju yang tidak sama. Setiap pengurangan RTH menyebabkan peningkatan suhu udara lebih besar dibandingkan dengan penambahan RTH. Setiap pengurangan 50 % RTH menyebabkan peningkatan suhu udara sebesar 0,4 sampai 1,8 °C, sedangkan penambahan RTH 50 % hanya menurunkan suhu udara sebesar 0,2 sampai 0,5 °C.

Hasil pengukuran suhu permukaan di lapangan pada berbagai penutupan lahan Kota Denpasar, menunjukkan nilai suhu permukaan pada lahan bervegetasi (sawah, vegetasi jarang, vegetasi rapat, dan mangrove) lebih rendah dibandingkan dengan tutupan lahan berupa lahan terbangun dan lahan terbuka, yang merupakan daerah dengan nilai suhu permukaan tinggi. Pada lahan terbangun diperoleh nilai suhu permukaan sebesar 29,81 °C, pada lahan terbuka sebesar 30 °C, sedangkan pada lahan bervegetasi sebesar 28,80 °C. Suhu permukaan yang diperoleh dari hasil pendugaan menggunakan citra Landsat juga menunjukkan, keberadaan lahan bervegetasi sangat mempengaruhi nilai distribusi suhu permukaan Kota Denpasar. Pada penutupan lahan berupa lahan terbangun dan lahan terbuka memiliki nilai suhu permukaan berkisar antara 27 sampai 33 °C, yang lebih besar dibandingkan dengan lahan bervegetasi yaitu antara 18 sampai 26 °C. Hasil ini membuktikan pentingnya mempertahankan keberadaan lahan bervegetasi khususnya hutan kota, sehingga pengembangan hutan kota lebih ke arah mempertahankan dan menambah yang sudah ada.

(17)
(18)

5.5 Pengembangan Hutan Kota

Penutupan lahan Kota Denpasar didominasi oleh penutupan lahan terbangun, sehingga salah satu usaha untuk menekan laju perubahan RTH menjadi lahan terbangun adalah dengan membangun bangunan secara vertikal (bertingkat). Selain itu, untuk menekan peningkatan suhu permukaan sebaiknya dengan menanam berbagai tanaman di beberapa space di Kota Denpasar. Kegiatan perencanaan penataan ruang, pengembangan hutan kota termasuk ke dalam sektor RTH. Pengembangan hutan kota pada dasarnya merupakan pendayagunaan RTH, walaupun tidak semua yang tergolong dalam RTH itu termasuk hutan kota.

Menurut Dahlan (1992), tipe hutan kota yang akan dibangun di suatu kawasan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat serta tujuan dari dibangunnya hutan kota. Pada kawasan pemukiman, hutan kota yang dibangun bertujuan untuk pengelolaan lingkungan pemukiman, sehingga harus dibangun hutan kota dengan tipe pemukiman, yang menunjukkan nilai estetika, penyejukan, tempat bersantai dan bermain, serta dapat menjadi habitat satwa seperti burung.

Pada kawasan kota yang memiliki kuantitas air tanah sedikit dan terancam terjadi intrusi air laut, hutan kota yang sesuai yaitu berupa hutan lindung yang memiliki kemampuan sebagai penyerap atau penyimpan air di daerah tangkapan airnya.

Hutan kota yang dibangun dan dikembangkan guna memperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik adalah tipe pengaman. Jalur hijau di sepanjang tepi jalan raya berfungsi sebagai peneduh jalan raya, mampu menyerap dan menjerap polutan, menekan terjadinya peningkatan suhu permukaan, selain itu dapat juga berfungsi sebagai penahan silau cahaya matahari serta mempercantik kota.

Pada kawasan industri yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi dan terjadi polusi udara, sehingga perlu dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang bertujuan untuk dapat menyerap dan menjerap pencemar, memiliki nilai estetika, dan sebagai tempat beristirahat bagi pekerja.

Berdasarkan peta distribusi suhu permukaan, diperoleh daerah-daerah dengan kisaran suhu permukaan tertentu, sebagai acuan alternatif daerah pengembangan hutan kota, yang tersaji pada Tabel 6.

(19)

Tabel 6 Alternatif bentuk dan tipe hutan kota di Kota Denpasar

Daerah Pengembangan Kawasan Alternatif Tipe Hutan Kota

Alternatif Bentuk Hutan Kota I Kec. Denpasar Utara

Kec. Denpasar Timur Kec. Denpasar Barat

Perdagangan, industri, dan perkantoran Pengamanan, industri, dan rekreasi

Jalur hijau, taman (halaman gedung), dan taman atap II Kec. Denpasar Selatan Lahan terbuka Pelindungan Taman III Kec. Denpasar Barat

Kec. Denpasar Selatan

Padat pemukiman dan perdagangan Pemukiman, dan pengamanan Taman pekarangan, jalur hijau

IV Desa Sumerta Kelod (daerah Renon)

Taman kota Rekreasi Taman kota

V Jalan arteri kota: Jl. Gatot Subroto Jl. By Pass Ngurah Rai

Jalur padat kendaraan

Pengamanan dan rekreasi

Jalur hijau (peneduh jalan raya)

Alternatif daerah pengembangan hutan kota di Kota Denpasar yaitu: 1. Daerah pengembangan I

Peta distribusi suhu permukaan menunjukkan daerah dengan suhu permukaan berkisar antara 30 sampai 31,9 °C yaitu pada Kecamatan Denpasar Utara (Desa Pemecutan Kaja, Desa Dauh Puri Kaja, Desa Dangin Puri Kaja, dan Desa Dangin Puri Kauh), Kecamatan Denpasar Timur (Kelurahan Sumerta, Kelurahan Kesiman, dan Desa Sumerta Kauh), dan Kecamatan Denpasar Barat (Desa Dangin Puri Kediri, Desa Dauh Puri, Desa Pemecutan, Desa Tegal Kresna, dan Desa Tegal Harum). Daerah-daerah tersebut merupakan kawasan perdagangan, industri garment (pakaian, tenun ikat, sarung, batik), dan perkantoran. Peta daerah pengembangan berdasarkan distribusi suhu permukaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hutan kota yang sesuai dikembangkan pada kawasan ini berupa taman di halaman bangunan dan taman atap. Perlu dilakukan peningkatan dari segi kualitas maupun kuantitas jenis tanaman yang ditanam. Tujuannya memberikan kenyamanan sebagai tempat istirahat para pekerja. Jenis tanaman yang sesuai yaitu tanaman hias dan pepohonan yang teduh dan indah, seperti palem raja (Oreodoxa regia), bunga kupu-kupu (Bauhinea purpurea), cempaka (Michelia champaka), flamboyan (Delonix regia), dan bunga merak (Caesalpinia pulcherrima). Pengembangan hutan kota pada daerah industri sebagai penepis bau dapat ditanam jenis tanaman seperti cempaka (Michelia champaka) tanjung (Mimosops elengi), dan pandan hias (Pandanus dubius) (Dephut 2004).

(20)

Pengembangan hutan kota yang lain berupa jalur hijau, sebagai peneduh jalan raya serta mampu menyerap dan menjerap polutan. Menurut Dephut (2004), jenis-jenis tanaman yang mempunyai kemampuan dalam menurunkan kandungan timbal dari udara adalah dammar (Agathis alba), mahoni (Swietenia macrophylla), pala (Myristica fragrans), dan johar (Cassia siamea).

Gambar 15 Ilustrasi optimalisasi lahan perkantoran.

2. Daerah pengembangan II

Peta distribusi suhu permukaan menunjukkan daerah dengan suhu permukaan berkisar antara 32 sampai 34 °C yaitu pada Kecamatan Denpasar Selatan (Kelurahan Sesetan dan Desa Serangan) yang merupakan lahan terbuka. Peta daerah pengembangan berdasarkan distribusi suhu permukaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Daerah di Kelurahan Sesetan merupakan lahan terbuka, sehingga pengembangan hutan kota yang sesuai berupa pelestarian air tanah. Menurut Dephut (2004) jenis vegetasi yang sesuai seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), beringin (Ficus benjamina), karet (Hevea brasiliensis), dan kelapa (Cocos nucifera). Desa Serangan merupakan daerah pesisir, sebaiknya ditanaman vegetasi yang bersifat sebagai pengaman pantai dari abrasi seperti, mangrove, avicennia, bruguiera, dan nipah.

3. Daerah pengembangan III

Daerah dengan suhu permukaan berkisar antara 29 sampai 30,9 °C berdasarkan distribusi suhu permukaan, yaitu Kecamatan Denpasar Barat (Desa Dauh Puri, Desa Dauh Puri Kelod, dan Desa Dauh Puri Kauh) serta Kecamatan

(21)

Denpasar Selatan (Kelurahan Panjer, Desa Sidakarya, dan Kelurahan Sesetan), merupakan daerah padat pemukiman dan kawasan perdagangan. Peta daerah pengembangan berdasarkan distribusi suhu permukaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengembangan hutan kota yang sesuai untuk daerah pemukiman dapat berbentuk pekarangan atau halaman rumah, dengan komposisi tanaman pepohonan yang dikombinasikan dengan tanaman hias, semak dan rerumputan, yang dapat memberikan keindahan. Jenis tanaman yang sesuai seperti palem raja (Oreodoxa regia), kamboja putih (Plumeria alba), cempaka (Michelia champaka), mangga (Mangifera indica), dan rambutan (Nephelium lappaceum) (Dephut 2004).

Pada daerah perdagangan pengembangan hutan kota sebaiknya dengan penanaman vegetasi di sekitar bangunan berupa taman. Jenis tanaman yang sesuai yaitu tanaman hias dan pepohonan yang teduh dan indah, seperti palem raja (Oreodoxa regia), bunga kupu-kupu (Bauhinea purpurea), cempaka (Michelia champaka), flamboyan (Delonix regia), dan bunga merak (Caesalpinia pulcherrima).

Gambar 16 Pengoptimalan lahan pekarangan.

4. Daerah pengembangan IV

Desa Sumerta Kelod daerah Renon merupakan daerah pengembangan kawasan hutan kota berupa taman kota yang mengarah pada tujuan rekreasi dan estetika. Peta daerah pengembangan berdasarkan distribusi suhu permukaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

(22)

Daerah ini berupa ruang terbuka yang dibangun Monumen Bajra Sandhi sebagai monumen perjuangan rakyat Bali dan sekaligus menjadi taman kota. Hasil pengolahan pada citra Landsat terlihat bahwa daerah ini memiliki nilai suhu permukaan antara 22 sampai 25,9 °C yang menunjukkan daerah tersebut dapat menekan peningkatan suhu permukaan. Pada daerah ini perlu dilakukan penambahan jenis tanaman yang memiliki nilai estetika, seperti cempaka (Michelia champaka), trembesi (Samanea saman), beringin (Ficus benjamina), flamboyan (Delonix regia), dan bunga merak (Caesalpinia pulcherrima).

Sumber: Pemkot Denpasar (2008)

Gambar 17 Monumen Bajra Sandhi. 5. Daerah pengembangan V

Pengembangan hutan kota berbentuk jalur hijau di sepanjang jalan-jalan arteri yang terdapat di Kota Denpasar, seperti Jalan By Pass Ngurah Rai dan Jalan Gatot Subroto. Jalan tersebut adalah jalur utama di Kota Denpasar dan merupakan jalur padat kendaraan. Peta daerah pengembangan berdasarkan distribusi suhu permukaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengembangan hutan kota yang sesuai yaitu berupa jalur hijau, dengan penambahan jumlah dan jenis tanaman yang mampu menyerap dan menjerap polutan, mengurangi terjadinya peningkatan suhu permukaan, selain itu dapat juga berfungsi sebagai penahan silau cahaya matahari serta mempercantik kota. Jenis-jenis tanaman yang dapat ditanam pada jalur hijau diantaranya tanjung (Mimusops elengi), mahoni (Swietenia macrophylla), palem raja (Oreodoxa regia), angsana (Pterocarpus indicus), dan krey payung (Filicium decipiens).

(23)

Gambar 18 Ilustrasi pengembangan hutan kota berbentuk jalur hijau. Penataan lahan terbangun ke arah vertikal dalam pembangunan pemukiman di wilayah Denpasar, seharusnya mulai dilaksanakan untuk menekan alih fungsi ruang terbuka menjadi lahan terbangun. Pembatasan lahan terbangun ke arah horizontal akan menyediakan ruang yang cukup bagi ketersediaan RTH, sehingga dapat menekan peningkatan suhu permukaan. Selain penataan lahan terbangun dan pengoptimalan lahan (penghijauan di pekarangan rumah, sekitar gedung, taman kota, sisi jalan, tempat pemakaman umum, sempadan sungai, dan pembuatan taman atap), hal lain yang dapat dilakukan guna menekan terjadinya peningkatan suhu permukaan adalah penyediaan transportasi publik yang nyaman di Kota Denpasar, untuk dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Gambar

Gambar 4  Tipe penutupan lahan terbangun berupa pemukiman.
Gambar 6  Tipe penutupan lahan berupa vegetasi jarang.
Gambar 7  Tipe penutupan lahan berupa vegetasi rapat.
Gambar 9  Tipe penutupan lahan berupa mangrove.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari aspek pengawasan mutu dan pema- saran ape1 di tingkat petani dan para pelaku pemasaran (tengkulak, 'pedagang pengum- pul'

Langkah  yang  menetapkan  jenis  bantuan  yang  akan  dilaksanakan  untuk  membimbing  anak.  Langkah  prognosis  ini  ditetapkan  berdasarkan  kesimpulan  dalam 

Hal ini membuat diri perfek- sionis dan orang lain di sekitarnya menjadi tidak nyaman; (b) Diikuti oleh awareness berlebihan ter- hadap kemungkinan untuk gagal dan

hasilnya, meskipun sama-sama ada sistem komputerisasi pada dua Dinas kesehatan ini, akan tetapi pada Dinas Kesehatan Sulawesi Utara sistem informasi kesehatan dalam

Masing-masing nilai rata-rata tingkat penalaran akan dibandingkan dengan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi setiap ke- lompok konsep, sehingga diharapkan dapat terlihat

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas

Hasil observasi diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer yang dilakukan oleh rekan guru peneliti dengan mengisi lembar observasi aktivitas anak

Nicko Adrian (2009) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Dependen: Peringkat Obligasi Independen: