• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

E-PAPER

PERPUSTAKAAN

DPR RI

Telepon : (021) 5715876, 5715817, 5715887 Fax : (021) 5715846 e-mail: [email protected] Follow us @perpustakaandpr Become a Fan Perpustakaan DPR RI

http://perpustakaan.dpr.go.id http://epaper.dpr.go.id

Kamis 14 Januari 2021

No. Judul Surat Kabar Hal.

1. KESELAMATAN PENERBANGAN NASIONAL, CABUT IZIN MASKAPAI TAK

AMAN

Bisnis Indonesia 3 2. JATUHNYA SIRWIJAYA AIR Basarnas Perluas Area Pencarian Korban dan

Persempit Area Pencarian CVR

Kompas 0

3. KECELAKAAN SRIWIJAYA AIR, Mereka Berjibaku Mencari Kotak Hitam Kompas 0

4. KECELAKAAN PESAWAT :Sinyal ”Ping” Kotak Hitam Terdeteksi, Awal Terkuak Jatuhnya SJ-182

(2)

Bisnis, JAKARTA — Aspek keamanan penerbangan nasional harus ditempatkan kembali dalam dua kategori tegas, yaitu aman dan tidak aman, sehingga maskapai komersial yang tidak memenuhi syarat tersebut dilarang terbang atau bahkan hingga dicabut izin operasinya. Anitana W. Puspa [email protected] P emerhati penerbangan Alvin Lie menegaskan apabila aspek keselamatan diberikan standar pemeringkatan, hal itu justru melegalkan maskapai yang tidak memenuhi standar keselamatan untuk beroperasi. Menurutnya, kategori keselamatan maskapai terletak di antara aman dan tidak aman, sehingga tidak ada level kategori lainnya. Alhasil regulator biasanya akan memberikan waktu bagi maskapai untuk memperbaiki dan tidak akan mengizinkan maskapai untuk beroperasi apabila tidak mampu dan tidak sesuai dengan standar keselamatan. Hal itu memberikan jaminan kepada pengguna jasa bahwa maskapai yang beroperasi saat ini hanya yang telah memenuhi standar keamanan. “Kalau diberi peringkat level keselamatan ini sangat absurd. Maskapai itu tinggal memenuhi syarat keselamatan penerbangan atau tidak. Kalau tidak, cabut saja izinnya. Simple saja. Ini memberikan jaminan kepada stakeholders pengguna jasa bahwa yang masih diizinkan beroperasi itu semuanya memenuhi standar keselamatan,” ujarnya, Rabu (13/1). Adapun, peringkat hanya bisa diberikan untuk level ketepatan waktu dan level layanan. Namun, kata Alvin, sektor penerbangan di Indonesia saat ini termasuk salah satu yang terbaik di dunia, meski sejumlah kecelakaan tak terhindarkan. “Sederhana saja, kalau safe silahkan beroperasi. Unsafe tidak usah beroperasi. Kita tidak perlu memberikan pemeringkatan. Itu sama saja melegalkan unsafe operation.” Alvin, yang juga anggota Ombudsman Republik Indonesia, menjelaskan bahwa industri penerbangan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sudah menyediakan layanan yang sesuai dengan standar dunia. Kondisi tersebut tampak pada 2018 lalu saat Uni Eropa kembali mengizinkan pesawat berbendera Indonesia untuk terbang ke negaranegara anggotanya. Selain itu, pada Agustus 2016 otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA) telah menaikkan peringkat keamanan penerbangan Indonesia ke Category I, level yang paling tinggi. Sebelumnya, Bloomberg dan Reuters mengatakan bahwa Indonesia adalah tempat paling berbahaya untuk terbang karena catatan kecelakaan udara yang tinggi. Dua media itu menggunakan data dari Aviation Safety Network sebagai basis laporannya. Namun Alvin berpendapat statistik dalam laporan tersebut tidak tepat karena mencampurkan data kecelakaan pesawat penumpang dengan kecelakaan pesawat militer. Data-data tersebut juga disusun sejak 1945. Hal senada ditegaskan Ketua Komisi V DPR Lazarus yang menekankan bahwa ada atau tidaknya peringkat bagi maskapai, tidak berpengaruh terhadap tingkat keselamatannya. Pasalnya, faktor yang lebih utama adalah regulator meningkatkan pengawasan, karena tragedi jatuhnya SJ182 sedikit mempengaruhi citra maskapai Indonesia di dunia, meski penyebab pasti kecelakaan tersebut belum terungkap. PARIPURNA Dia berpendapat standar keselamatan menjadi hal yang paripurna dan tidak bisa ditawar dan tak bisa diukur hanya melalui peringkat. “Kecelakaan kemarin [SJ-182] itu kan memang banyak faktor dan belum tahu penyebab pastinya. Tapi mengganggu image kita di luar negeri terkait dengan pengawasan. Standarnya memang harus menjadi premium dan paripurna.” Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sebelumnya mengusulkan agar Kementerian Perhubungan melanjutkan lagi pemeringkatan maskapai penerbangan nasional menyusul kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Ketua I MTI Suharto Abdul Majid mengatakan pemeringkatan maskapai merupakan hal lazim pada era keterbukaan informasi publik. Hal itu diperlukan guna memberikan pembelajaran bagi perbaikan dunia penerbangan nasional. Suharto mengusulkan hanya ada dua kategori pemeringkatan keselamatan, yaitu safety dan unsafety. Catatan hitam kembali menerpa dunia penerbangan komersial di Indonesia menyusul kecelakaan yang menimpa pesawat Sriwijaya Air dengan registrasi PK-CLC pada Sabtu (9/1) di perairan Kepulauan Seribu. Presiden Joko Widodo menyoroti khusus peristiwa tersebut dan menginstruksikan agar penyebabnya diungkap secara terbuka kepada publik. Sementara itu, manajemen Sriwijaya Air mengklaim telah memperpanjang Sertifi kat Kelaikudaraan serta menjalani audit keamanan dan keselamatan yang diselenggarakan oleh Basic Aviation Risk Standard sejak Maret 2020, seperti disampaikan oleh Jefferson Jauwena, direktur utama maskapai tersebut (Bisnis, 13/1). Sementara itu, Kementerian Perhubungan menilai peringkat keselamatan bagi maskapai nasional tak diperlukan karena secara otomatis tak akan bisa beroperasi dan izinnya akan dicabut. Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto mencontohkan kecelakaan juga semata-mata bukan berasal dari kelalaian maskapai. Dia mencontohkan kasus jatuhnya Lion Air JT-160 yang menggunakan Boeing 737 Max akibat kesalahan produsen atau manufaktur. Novie juga berpendapat citra buruk soal tingkat kecelakaan di Indonesia di mata negara internasional lainnya tak berdasarkan data yang sesungguhnya. Pasalnya, menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau (ICAO), Indonesia telah melampaui delapan standar global pengukuran keamanan penerbangan dengan nilai lebih dari 50%. ICAO mencatat dari tingkat kecelakaan dan fatalitas pada tahun lalu, Indonesia memiliki skor nol yang menunjukkan tak ada peristiwa tersebut. “Peringkat keselamatan tak perlu dilakukan, kalau nggak comply dengan sendirinya akan grounded, Kalau terkait kinerja ketepatan waktu, navigasi bandara, dan operai penerbangan tetap kami lakukan,” ujarnya, Rabu (13/1). Senada, Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan peringkat standar penerbangan Indonesia lewat ICAO dari yang sebelumnya selalu berada di bawah rata-rata yakni 155 mampu bertahan hingga peringkat 53. Standar keselamatan mencapai 80,43 poin dari total 190 negara. Selain itu Federal Aviation Administration (FAA) juga telah mengubah status standar keselamatan Indonesia naik menjadi kategori satu dari sebelumnya dua. Tak hanya itu Uni Eropa juga telah membuka registrasi PK pesawat Indonesia. “Otomatis karena secara standar aturan yang diterapkan sudah selevel dengan internasional. Hampir pasti dan banyak aturan yang ditetapkan di Indonesia seperti yang diharapkan pelaku industri dalam hal kesetaraan perlakuan dengan maskapai asing,” jelasnya.

(3)

Kamis, 14 Januari 2021 Kompas Hal. 0

JAKARTA, KOMPAS — Operasi pencarian korban dan pencarian kotak hitam yang berisi rekaman suara di kokpit atau CVR pesawat Sriwijaya Air SJ-128 terus berlanjut. Memasuki hari keenam jatuhnya pesawat tersebut, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan berencana memperluas area pencarian korban dan mempersempit area pencarian CVR. Merujuk informasi dari Pusat Komando Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Kamis (14/1/2021), operasi SAR kecelakaan pesawat Sriwijaya Air pada hari ini terbagi menjadi 13 area pencarian. Pencarian melalui udara akan dilakukan di tiga area, di laut enam area, dan di bawah permukaan laut empat area. Kepala Basarnas Marsdya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pencarian dan evakuasi korban akan menjadi prioritas. Operasi pencarian akan dilakukan di lokasi yang sama dengan melebarkan area. ”Dan, tentunya, tidak kalah penting juga CVR dan material-material pesawat lainnya,” ujarnya di Jakarta International Container Terminal (JICT), Jakarta, Rabu malam. Terkait pencarian CVR, lanjut Bagus, tim gabungan akan mempersempit area pencarian. Hal ini karena telah ada petunjuk sebelumnya mengenai perkiraan lokasi CVR tersebut akan ditemukan. Hingga Rabu pukul 18.50, Tim SAR gabungan telah berhasil menemukan 141 kantong bagian tubuh, 31 kantong serpihan pesawat, dan 28 potongan besar bagian pesawat. Tim SAR gabungan pada 12 Januari 2021 pukul 14.00 juga sudah menemukan kotak hitam perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR). Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga meneruskan investigasi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Pesawat rute Jakarta-Pontianak yang membawa 50 penumpang dan 12 awak tersebut jatuh di perairan sekitar Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021). Baca juga: Pencarian Makin Terarah Dalam telekonferensi pers, Ketua Subkomite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pengunduhan data FDR Sriwijaya Air SJ-182 akan segera dilakukan. KNKT telah menerima satu unit memori yang disebut crash survivable memory unit (CSMU), yaitu bagian dari kotak hitam yang tahan banting, tahan benturan, dan tahan suhu sampai dengan 1.000 derajat selama 1 jam. ”Proses pengunduhan akan diawali dengan mengambil atau mengeluarkan memori data unit tersebut dan kemudian dibersihkan dari kotoran, utamanya dari garam, karena unit ini pernah terendam di laut,” katanya. Unit memori tersebut, lanjut Nurcahyo, dibersihkan menggunakan air suling dan kemudian dilanjutkan dengan pembersihan menggunakan alkohol. Setelah dibersihkan, dilanjutkan proses pengeringan menggunakan oven khusus selama 8 jam. Setelah unit memori kering, proses dilanjutkan dengan pengunduhan data. Caranya adalah dengan menghubungkan memori unit ini dengan unit FDR yang masih bagus untuk diunduh datanya. ”Ini sama dengan kita mengunduh data dari suatu kartu memori atau compact disk (CD) menggunakan player yang masih bagus. Proses pengunduhan data diperkirakan sekitar 2 jam apabila semuanya berjalan lancar tanpa kendala,” katanya. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan, investigasi kecelakaan pesawat harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Investigasi harus didasari data pendukung.

(4)

Penyelam-penyelam TNI Angkatan Laut berjibaku di kedalaman laut untuk menemukan kotak hitam pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Upaya mereka juga ditopang kerja banyak pihak. Oleh PRAYOGI DWI SULISTYO Kelasi Satu Windi Putu Ruswaka Sandiago duduk di atas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel, Rabu (13/1/2021) siang. Tubuh penyelam Divisi I Dinas Penyelamatan Bawah Air Komando Armada I atau yang dikenal dengan Dislambair Koarmada I itu tampak menggigil dan wajahnya pucat setelah menyelam di kedalaman 25 meter untuk mencari korban, potongan badan pesawat, dan perekam suara di kokpit (cockpit voice recorder/CVR) pesawat Sriwijaya Air. Pesawat SJ-182 rute Jakarta-Pontianak itu jatuh tak lama setelah bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta, 9 Januari 2021. KRI Rigel berada di perairan sekitar 30 menit perjalanan dari Pantai Tanjung Kait, Tangerang, Banten. Pantai Tanjung Kait berjarak sekitar 35 kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta. Saat itu, angin berembus cukup kencang. Meskipun gerimis dan mendung, terik matahari tetap terasa di kulit. Gelombang setinggi 1 hingga 2,5 meter membuat kapal itu berayun. Bagi orang-orang yang tak terbiasa menaiki kapal laut, ayunan itu membuat perut terasa mual. Meskipun lelah, Putu tak mengeluh. Gelombang yang tinggi dan gerimis tak mengurangi semangatnya. Ia tetap melanjutkan tugasnya membantu rekan-rekannya membawa potongan badan pesawat ke atas KRI Rigel. Setelah beristirahat sekitar 30 menit, ia kembali menyelam. Sehari sebelumnya, Selasa, pemuda berusia 26 tahun itu menemukan perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) pesawat Sriwijaya Air. FDR dan CVR merupakan komponen black box, yang sangat penting dalam investigasi kecelakaan pesawat terbang. Ia menemukan FDR saat menyelam bersama Kepala Satuan Penyelam Dislambair Koarmada I Mayor Laut (T) Iwan Kurniawan di kedalaman 18 meter. FDR tersebut ditemukan Putu setelah menyelam sekitar 25 menit. ”Saya nyelam berdua dengan komandan saya, Mayor Iwan. Saya bersihin puing-puing dan terlihat kotak oranye. Saya angkat. Saya kasih ke Mayor Iwan. Diidentifikasi oleh Mayor Iwan dan ternyata FDR lalu dibawa ke atas,” ujar Putu. Ia mengakui, menemukan FDR tersebut tidak mudah. Sebab, ia harus berhadapan dengan gelombang tinggi dan arus permukaan yang cukup deras hingga di kedalaman 5 meter dari permukaan. Selain itu, juga berhadapan dengan lumpur dan pasir di dasar laut, serta tajamnya puing-puing pesawat. Akhirnya, FDR ditemukan pukul 14.50 WIB, sekitar 10 menit sebelum rencana menghentikan penyelaman. Bagi Putu, penyelaman ini adalah yang pertama untuk satuan tugas kecelakaan pesawat. Ia memperoleh pengalaman yang luar biasa meskipun baru menjadi penyelam Dislambair dua tahun yang lalu. Bagi Mayor Iwan, pengalaman ini menjadi yang kedua kalinya. Sebelumnya, ia juga menemukan kotak hitam pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang yang jatuh di lepas pantai Karawang, Jawa Barat, tahun 2018. Ia menceritakan, ada kemiripan antara penemuan CVR dari Lion Air JT-610 dengan temuan FDR Sriwijaya SJ-182. Keduanya ditemukan di lumpur halus jauh dari titik keberadaan puing-puing pesawat. Namun, ia mengakui, untuk menemukan CVR Sriwijaya SJ-182 akan jauh lebih sulit. Sebab, kondisi CVR sudah lepas dari baterai sehingga harus dicari manual. Mereka harus menyisir satu per satu puing pesawat karena tidak ada bunyi sinyal CVR. Kerja sama Keberhasilan Putu dan Iwan dalam menemukan FDR tidak terlepas dari kerja sama tim selam TNI AL. Selain dari Dislambair, penyelam tersebut berasal dari Komando Pasukan Katak (Kopaska), Detasemen Jalamangkara (Denjaka), dan Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib). Kepala Dislambair Kolonel Laut (T) Wahyudin Arif mengungkapkan, ketika mendapat kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ-182, Sabtu (9/1/2021), pasukan langsung menyiapkan peralatan dan berkonsolidasi mencari ke lokasi kecelakaan. Pasukannya bersama dengan Kopaska, Denjaka, dan Taifib berkolaborasi. Mereka terbantu dengan pasukan lain yang memiliki peralatan modern dan canggih untuk mendapatkan gambaran di bawah permukaan air laut. Dari gambaran yang diperoleh, penyelam Dislambair yang sudah terlatih langsung melakukan penyisiran. Wahyudin mengungkapkan, penyelam dari Dislambair berhasil memperoleh FDR karena menyisir satu per satu puing-puing pesawat. Ia berharap, CVR dapat segera ditemukan karena titik lokasi yang diberikan berada di sekitar ditemukannya FRD. Kepala Dinas Penerangan Koarmada I Letnan Kolonel Fajar Tri Rohadi menjelaskan, dalam misi pencarian pesawat di bawah laut, Tim Selam TNI AL memiliki tugas yang hampir sama. Mereka membaginya dalam beberapa sektor. ”Kita bagi waktu (menyelam) karena tidak mungkin semua nyelam. Kita koordinasikan dan saling tukar informasi. Pencarian difokuskan dalam area yang luas lalu dipersempit. Ketika belum mendapatkan, maka di-scanning lagi. Begitu ada area yang kemungkinan menjadi titik lokasi, maka difokuskan. Mungkin tidak jadi satu titik karena kondisi di bawah air. Bisa dua atau tiga titik,” kata Fajar. Tim-tim tersebut dibagi sesuai kemampuannya untuk melakukan pencarian. Meskipun demikian, kerja yang mereka lakukan di bawah permukaan air laut sama. Mereka sama-sama melakukan pertolongan dan pencarian. Peneliti Centre for Strategic and International Studies, Iis Gindarsah, mengungkapkan, kesuksesan penemuan FDR Sriwijaya SJ-182 tercapai berkat tiga faktor utama. Hal itu ialah kesigapan personel SAR terutama dari TNI AL, kesiapan materil baik kapal maupun peralatan selam, dan kondisi cuaca serta medan yang mendukung operasi pencarian dan pertolongan. Peneliti Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Alman Helvas Ali, mengatakan, koordinasi yang dilakukan Basarnas selaku pihak yang bertanggung jawab dalam misi SAR turut berpengaruh pada cepatnya penemuan kotak hitam. Basarnas dapat mengatur pembagian sektor pencarian sehingga setiap unsur yang terlibat bisa melakukan pencarian secara efektif. ”Jangan dilupakan pula peran teknologi bawah air yang dimiliki Pushidrosal dan BPPT sehingga sektor pencarian FDR dan CVR dapat dipersempit. Peran KNKT yang mendukung peminjaman peralatan detektor kotak hitam kepada Basarnas juga berpengaruh. Tanpa ada peralatan itu, FDR akan sulit ditemukan dalam waktu yang tak terlalu lama,” ujar Alman.

(5)

Kamis, 14 Januari 2021 Kompas Hal. 7

Kecelakaan Boeing 737-500 Sriwijaya Air menjadi sorotan dunia aviasi yang kembali mempertanyakan tingkat keselamatan penerbangan Indonesia di tengah pandemik Covid-19, di mana ratusan pesawat terpaksa tidak terbang. Oleh DUDY SUDIBYO Peralatan sistem penginderaan dan survei bawah laut kapal survei TNI AL KRI Rigel, Minggu (9/1/2021) siang, berhasil menangkap sinyal ”ping-ping” dari emergency locator transmitter (ELT) pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (8/1). Dua kapal survei dikerahkan dalam pencarian peawat registrasi PK-CLC tersebut: KRI Rigel dan KRI Sica buatan Perancis yang memiliki sistem penginderaan dan survei bawah laut termodern di Asia Tenggara. Sabtu pekan lalu, sinyal darurat pada frekuensi 121.5 MHz sampai 406 MHz yang dipancarkan ELT tersebut setiap 50 detik selama 24 hingga 48 jam belum tertangkap. Alat ini menyatu pada kotak hitam flight data recorder (FDR)/cockpit voice recorder (CVR) yang dirancang tahan segala benturan, g-force (tarikan bumi), suhu panas ekstrem, ataupun suhu minus 20 derajat celsius. ELT terbaru yang terpasang pada fin (sirip tegak) bagian belakang badan pesawat sekarang mampu memancarkan sinyal ping hingga 90 hari. Penempatan alat itu di bagian ekor pesawat karena tempat tersebut adalah yang paling aman apabila terjadi kecelakaan. Terdeteksinya pancaran sinyal ELT berarti lokasi kotak hitam (black-box) berwarna bright orange sudah ditemukan. Akan tetapi, akibat cuaca buruk, sampai Senin (11/1) belum bisa diambil dari dasar laut. Apabila data kotak hitam yang direkam FDR dan CVR sudah dapat dibaca dan dibahas oleh tim investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), yakni badan penyelidik resmi pemerintah yang berwenang dalam melakukan investigasi, baru bisa terkuak the most probable cause, atau penyebab yang paling memungkinkan atas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Multifaktor Penyebab kecelakaan pesawat kontributornya multifaktor, di antaranya adalah cuaca, perawatan pesawat, human error yang umumnya dikaitkan dengan pilot-error meskipun bukan selalu pilot saja. Dalam kecelakaan SJ-182, faktor cuaca yang sedang hujan tampaknya kemungkinan ikut juga menyumbang penyebab pesawat jatuh. Yang menjadi pertanyaan adalah pesawat terlihat tidak ke arah 075 derajat, tetapi tiba-tiba berbelok ke barat laut. Air Traffic Control (ATC) yang meminta laporan perubahan arah tersebut tidak menerima jawaban karena pesawat sudah hilang dari pantauan radar. Dari analisis awal tanpa dasar data kuat dari kotak hitam, kemungkinan perubahan arah itu terjadi tiba-tiba oleh masalah teknis pada control surface pada rudder (kemudi kelok) atau oleh elevator (kemudi turun-naik). Pilot berusaha memperbaiki kembali ke arah 075, dan hal ini menyibukkan dirinya dalam hitungan detik sehingga ia tak sempat melapor. Baca Juga: Penemuan Kotak Hitam Percepat Pengungkapan Penyebab Kecelakaan Sayang, saksi mata nelayan yang melihat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air tidak dapat menjelaskan dengan detail perilaku jatuhnya ke laut, apakah jatuh menghunjam langsung ke perairan dengan sudut tajam atau masih meluncur melayang. Pada kasus jatuhnya pesawat Boeing 737MAX Lion Air di perairan Karawang dalam penerbangan Jakarta-Bangka Belitung pada 29 Oktober 2018, sebelum pesawat jatuh ke laut, saksi mata melihat pesawat meluncur melayang meliuk naik-turun sebelum impak dengan permukaan air. Pilot saat itu sedang berusaha mengambil alih kendali dari alat anti-stall, perangkat baru yang diperkenalkan oleh pabrik Boeing. Semua 189 penumpang dan awaknya meninggal. Apabila nanti data kotak hitam penerbangan SJ-182 menunjukkan ada masalah pada rudder dan elevator, yakni salah satu kemungkinan kontributor faktor jatuhnya 737-500 Sriwijaya tersebut, hal itu tidak terlepas dari masalah perawatan pesawatnya. Tentunya juga, tidak terlepas dari budget keuangan perusahaan. ”Downdraft” Dalam perbincangan dengan Capt John Brata yang mantan penerbang Kepolisian Negara RI, ia berpendapat bahwa kemungkinan Boeing 737-500 Sriwijaya Air tersebut tersedot downdraft pada detik-detik berbelok ke kanan. Analisisnya didasarkan pada pengalaman pribadinya dua kali kena downdraft. Kejadian pertama, dalam penerbangan Padang-Jambi, ia terkena downdraft pada ketinggian 16.000 kaki, dalam hitungan detik tersedot sampai pada ketinggian 12.000 kaki. Pengalaman kedua terjadi saat pada penerbangan Pulau Rote ke Kupang, ia tersedot sampai titik ketinggian 7.500 kaki. ”Cuaca saat itu terang benderang... tiba-tiba saja terkena downdraft,” Captain John Brata mengenang pengalamannya tersebut. Downdraft merupakan fenomena cuaca yang membuat ruangan udara kehilangan tekanan atau hampa tiba-tiba. Istilah populer adalah masuk ruang hampa udara sehingga pesawat tiba-tiba ”anjlok”, seperti pengalaman pribadi saya dalam penerbangan Singapura-Los Angeles di atas Samudra Pasifik. Pesawat jumbo jet Boeing 747 Singapore Airlines tiba-tiba anjlok 2.000 kaki saat sedang terbang di ketinggian jelajah 40.000 kaki dalam cuaca cerah. Itulah salah satu sebab para penumpang selalu diminta mengenakan seat belt demi keselamatannya. Apabila terkena fenomena cuaca ini, pesawat akan kehilangan tenaga dan tersedot ke bawah diiringi dengan kehilangan ketinggian yang drastis dalam hitungan detik. Akan sangat fatal sekali apabila saat itu pesawat sedang meluncur naik menuju ketinggian aman terbang jelajahnya. Dalam penerbangan SJ-182, pesawat sedang meluncur pada 10.000 kaki menuju ketinggian 11.000 kaki, tiba-tiba saat berbelok ke kanan kemungkinan langsung terjebak dalam downdraft dan terempas sampai 250 kaki, yakni ketinggian terakhir yang terpantau radar sebelum jatuh ke perairan Kepulauan Seribu. Kejadiannya sangat singkat, hanya 4 menit setelah Boeing 737-500 Sriwijaya Air yang dipiloti Captain Afwan lepas landas dari Soekarno-Hatta International Airport pukul 14.35 WIB. Tiba-tiba, pesawat bekas pakai maskapai AS Continental Airlines dan United Airlines tersebut terpantau berbelok ke kanan dan hilang kontak. Kecelakaan fatal Boeing 737-500 Sriwijaya Air ini menjadi sorotan dunia aviasi yang kembali mempertanyakan tingkat keselamatan penerbangan Indonesia di tengah pandemik Covid-19, di mana ratusan pesawat terpaksa tidak terbang dan diparkir, tidak terlepas butuh biaya tambahan untuk merawatnya. Belum lagi menjaga keterampilan para awak dan tenaga teknisinya. Jadi, tidak mengherankan menjadi sorotan dunia karena kecelakaan terjadi di pembuka tahun 2021. Kita mencatat, dalam kurun 18 tahun sejak tahun 2002, sebanyak 12 pesawat komersial jatuh. Jumlah ini belum terhitung insiden-insiden yang terjadi yang mengakibatkan sejak tahun 2007 Indonesia ditempatkan ke dalam kelompok negara yang dinilai tidak mampu memenuhi syarat standar keselamatan penerbangan internasional yang ditetapkan badan dunia, International Civil Aviation Organisation (ICAO). Akibatnya, pesawat komersial registrasi Indonesia dilarang masuk wilayah udara Eropa dan Amerika sekitar sepuluh tahun lamanya. Baru setelah membenahi diri pada 2016, Indonesia berhasil masuk kembali ke dalam kelompok negara yang memenuhi persyaratan standar keselamatan penerbangan internasional. Bahkan, pada audit terakhir, ICAO menilai pencapaian Indonesia dalam aspek keselamatan penerbangan berada di atas rata-rata dunia. Suatu prestasi luar biasa! Sekarang, yang menjadi pertanyaan, apakah prestasi tersebut masih mampu dipertahankan dengan terjadinya kecelakaan fatal SJ-182? Masih menjadi pertanyaan sebab masih menunggu hasil investigasi yang akan dilaksanakan setelah kotak hitam sudah dibaca dan dibahas oleh KNKT. (Dudi Sudibyo, Wartawan Senior)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan angka lempeng total susu sapi segar yang diambil dari 12 tempat pemerahan yang berbeda di Desa Kayumas juga memberikan hasil serupa yaitu

3) Tusuk hias yang digunakan harus disesuaikan dengan jenis bahan yang digunakan. Sulaman bebas dapat digunakan untuk menghias pakaian, lenan rumah tangga dan pelengkap busana.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Loa Bakung Samarinda dalam mensosialisasikan

Komite pembiayaan cabang adalah komite yang berwenang melakukan analisa kelayakan pembiayaan yang diajukan oleh anggota/calon anggota kepada Koperasi Agro Niaga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kandungan teknologi yang diterapkan oleh industri rotan CV Sumber Jaya dan Tina Rotan, kemudian memberikan

Oleh karenanya, pemerintah berkomitmen melanjutkan dana penanganan covid dan pemulihan ekonomi pada 2021 sebesar Rp699,43 triliun dengan fokus pada intervensi kesehatan,

Baca juga : Aneksasi Tepi Barat, Kesalahan Sejarah Akan tetapi, justru ketika semua mata dan hati masyarakat dunia mengarah pada bagaimana mengatasi pandemi Covid- 19, Netanyahu

Sepuluh jenis perkhidmatan yang disediakan oleh PP untuk ahli, khusus yang ingin terlibat dalam program pengeluaran makanan kebanyakkan terdapat di pertubuhan peladang negeri