• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

E-PAPER

PERPUSTAKAAN DPR RI

Telepon : (021) 5715876, 5715817, 5715887 Fax : (021) 5715846

e-mail: perpustakaan@dpr.go.id

Become a Fan Perpustakaan DPR RI

http://perpustakaan.dpr.go.id http://epaper.dpr.go.id

Selasa 02 Maret 2021

No. Judul Surat Kabar Hal.

1. LAYANAN UMUM, Digitalisasi Menopang Transformasi Perkeretaapian Kompas 0 2. Satu Tahun Covid-19 di Indonesia: Bongkar Pasang Anggaran untuk Pulihkan

Ekonomi

Kompas -

3. KETENAGALISTRIKAN ,Transisi Energi Dorong Efisiensi Produksi Kompas 2

4. Pemerintah Optimis Ekonomi Tahun Ini Tumbuh 5,3% Media Indonesia -

(2)

Selasa, 02 Maret 2021 Kompas Hal. 0

Transformasi digital terjadi di berbagai sektor, termasuk transportasi kereta api. Oleh CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO JAKARTA, KOMPAS — Transformasi sektor perkeretaapian memperbarui budaya masyarakat dalam bertransportasi publik.

Dalam proses transformasi, digitalisasi berperan penting. Pemerhati kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan, digitalisasi berperan meningkatkan pelayanan, mengawasi kinerja pegawai, menghilangkan calo tiket, dan meningkatkan pendapatan operator kereta api. Teknologi digital dapat mengefisienkan pengendalian operasional sehingga lebih menguntungkan dan meningkatkan keselamatan. ”Dengan digitalisasi di kereta api, masyarakat juga teredukasi menjadi penumpang yang baik,” kata Agus pada seminar dalam jaringan bertema ”Mengenang Transformasi Kereta Api di Era Digital” yang diselenggarakan Perkumpulan Pensiunan Karyawan Kereta Api (Perpenka), Selasa (2/3/2021). Sebelum bertransformasi, kualitas layanan kereta api sebagai angkutan massal di Indonesia terlihat seadanya. Hal terpenting saat itu adalah semua penumpang terangkut. Pendapatan dari tiket dan barang sulit diukur. Etika dan disiplin penumpang juga buruk. Menurut Agus, transformasi digital di perkeretaapian mesti dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama, konsolidasi sumber daya manusia untuk menyiapkan dan menyatukan pola pikir dan tanggung jawab di era digital. Tahap kedua, pengembangan sistem teknologi informasi dengan akurasi dan kemampuan tinggi. ”Selanjutnya, proses edukasi masyarakat dan pengembangan strategi komunikasi yang baik dengan regulator,” katanya. Tahap berikutnya, lanjut Agus, adalah pembaruan alat kerja melalui keberanian berinvestasi secara terencana. Tahap selanjutnya adalah pematangan serta peningkatan program riset dan pengembangan. Salah satu perintis kereta perkotaan di Indonesia yang juga mantan Kepala Daerah Operasi Jabodetabek pertama, Masjraul Hidayat, mengatakan, pada 1988 ada proyek bantuan teknik dari Bank Dunia yang intinya transfer teknologi.

”Hasil dari proyek ini sebagian besar adalah mengubah sistem dari manual ke komputerisasi. Komputerisasi dilakukan, antara lain, di sistem pengurusan tiket, data personel, data suku cadang, dan rencana perjalanan kereta api,” kata Masjraul. Pada 1996 dibentuk tim restrukturisasi perkeretaapian dengan enam kelompok kerja. Usulan kelompok kerja sistem informasi manajemen di tim tersebut di antaranya pengembangan sistem pelayanan pelanggan. Masjraul menuturkan, sekitar 1998 mulai dibuat suatu sistem pelayanan 121 yang meliputi informasi KA, reservasi tiket, hingga pengaduan. Pada 1 April 1999, terbentuk Daerah Operasi Jabotabek yang sejatinya adalah divisi angkutan perkotaan Jabotabek. ”Saat itu banyak permasalahan yang dihadapi. Permasalahan paling krusial adalah banyak free riders dan atapers (penumpang tanpa tiket dan penumpang yang naik di atap) KA,” ujar Masjraul. Mantan Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Kurniadi Atmosasmito menceritakan berbagai upaya penertiban yang menyasar penumpang di atap kereta, pedagang asongan di atas KA dan peron stasiun, serta penumpang tanpa tiket. Larangan merokok juga diberlakukan di stasiun dan kereta. Kurniadi menyampaikan, pada 2013, sistem tiket elektronik diterapkan secara menyeluruh di kereta komuter Jabodetabek. Hal ini dinilai menjadi tonggak modernisasi pelayanan KA perkotaan di Indonesia. ”Pada awal perubahan dari manual ke sistem tiket elektronik, orang-orang memang perlu dipandu untuk melakukan tapping agar dapat masuk ke pintu,” kata Kurniadi. Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Aditya Dwi Laksana berpendapat, transformasi kereta api yang telah dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan anak usahanya terbilang fenomenal, inspiratif, dan patut diapresiasi. Transformasi bukan sekadar di bidang bisnis dan layanan operasional, melainkan juga turut mengubah peradaban bangsa. Aditya mencontohkan, masyarakat teredukasi menghargai ketepatan waktu karena mesti menyesuaikan diri dengan jadwal kereta api yang juga tepat waktu. Pembelian tiket kereta api mulai 30 hari sebelum keberangkatan membiasakan masyarakat menyusun perencanaan. Adapun pengembangan aplikasi mengedukasi masyarakat agar adaptif terhadap teknologi.

(3)

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini Selasa (2/3/2021), tepat satu tahun sejak kasus pertama Covid-19 dikonfirmasi di Indonesia.

Akibat pandemi Covid-19, banyak kegiatan ekonomi tidak bisa berjalan normal lantaran beragam aktivitas masyarakat sebisa mungkin dibatasi agar tidak melakukan kontak secara fisik. Dengan demikian, kinerja perekonomian pun juga tertekan. Hingga Akhir 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami minus 2,07 persen. Sepanjang tahun 2020, secara berturut-turut Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebanyak tiga kali, yakni sebesar minus 5,32 persen di kuartal II, minus 3,49 persen di kuartal III, dan terakhir minus 2,19 persen di kuartal IV. Pada kuartal pertama, perekonomian Indonesia tercatat masih menunjukkan kinerja positif meski sudah lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata kinerja pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5 persen. Di kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 2,97 persen. Kinerja perekonomian yang melambat dan bahkan mengalami kontraksi tersebut membuat pemerintah memutar otak agar kegiatan ekonomi terstimulasi. Pada awal masa pandemi, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 tahun 2020 tentang Stabilitas Perekonomian di Masa Pandemi Corona yang kemudian ditetapkan menjadi UU Nomor 2 tahun 2020. Mulanya melalui Perppu, pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 405,1 triliun untuk penanganan pandemi. Anggaran tersebut dialokasikan untuk bidang kesehatan termasuk insentif tenaga medis Rp 75 triliun, jaring pengamanan sosial (social safety nett) kepada warga Rp 110 triliun, dukungan untuk sektor industri Rp 70,1 triliun, dan dukungan pembiayaan anggaran untuk Covid-19 Rp 150 triliun. Pandemi berjalan beberapa bulan, dan masih belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, pemerintah pun kemudian menambahkan anggaran menjadi Rp 641,17 triliun di kisaran bulan Mei. Jumlah tersebut terus bergerak secara dinamis, sehingga secara berturut-turut menjadi sebesar Rp 677,2 triliun di bulan Juni dan beurbah menjadi Rp 686,2 triliun pada bulan yang sama. Hingga akhirnya, pemerintah melakukan alokasi sebesar Rp 695,2 triliun. Realisasi hanya 83,39 Persen Dari total anggaran PEN yang sudah ditetapkan tersebut, hingga akhir 2020, realisasinya hanya sebesar Rp 579,98 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 83,39 persen dari total anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 695,2 triliun. Dengan demikian, serapan anggaran untuk penanganan Covid-19 dan PEN hingga tutup akhir tahun masih kurang Rp 115,42 triliun. Rincian dari realisasi tersebut, untuk anggaran kesehatan dari pagu yang ditetapkan Rp 99,5 triliun, realisasinya hingga akhir tahun mencapai Rp 63,51 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk insentif tenaga kesehatan, biaya klaim perawatan, pengadaan alat pelindung diri (APD), pengadaan alat kesehatan/sarana prasarana, serta penegakan PSBB dan protokol kesehatan. Untuk anggaran perlindungan sosial, dari pagu Rp 230,21 triliun, realisasi hingga 31 Desember 2020 mencapai Rp 220,39 triliun. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan, program perlindungan sosial yang diberikan oleh pemerintah berhasil menekan laju angka kemiskinan menjadi 8,99 persen. Sebab bila program perlindungan sosial tidak diberlakukan, maka angka kemiskinan bisa menjadi 10,96 persen akibat pandemi Covid-19. Sementara untuk anggaran sektoran Kementerian/Lembaga (K/L) dan pemerintah daerah realisasinya sebesar Rp 66,59 triliun dari pagu anggaran yang sebesar Rp 67,86 triliun. Alokasi anggaran tersebut dimanfaatkan untuk memberi hibah kepada 101 pemda untuk pemulihan sektor pariwisata. Selain itu juga untuk menjalankan program padat karya K/L yang telah menyerap 2,25 juta tenaga kerja. Adapun melalui dana alokasi khusus (DAK) fisik telah menyerap 1,39 juta tenaga kerja. Untuk dukungan UMKM, realisasinya sebesar Rp 112,44 triliun dari pagu anggaran sebesar Rp 116,31 triliun. Anggaran pembiayaan koerporasi terealisasi keseluruhan, yakni sebesar Rp 60,73 triliun dan anggaran insentif usaha hanya terealisasi kurang dari separuh, yakni Rp 56,12 triliun dari keseluruhan total anggaran yang sebesar Rp 120,61 triliun. Anggaran 2021 Baru dua bulan berjalan di 2021, pemerintah pun sudah merombak anggaran PEN tahun ini sebanyak tujuh kali. Harapannya, kinerja perekonomian sepanjang tahun 2021 ini bisa tumbuh sesuai target yakni sebesar 5 persen. Mulanya, pemerintah mengalokasikan anggaran tahun ini sebesar Rp 372,3 triliun. Kemudian kemudian di awal Februari, jumlah tersebut meningkat jadi Rp 403,9 triliun, kembali dinaikkan Rp 149,19 triliun menjadi Rp 553,09 triliun, kemudian kembali naik di awal Februari menjadi Rp 619 triliun dan Rp 627,9 triliun. Angka tersebut kembali berubah jadi Rp 688,3 triliun, dan terakhir Rp 699,43 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, dengan kenaikan anggaran tersebur diharapkan bisa memacu kinerja perekonomian Indonesia pada kuartal I ini. "Anggaran PEN yang naik 21 persen, kita harapkan akan menjadi daya dorong terutama front loading yaitu di kuartal I, Januari, Februari, dan nanti diharapkan terus continue sampai Maret 2021," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Januari, Selasa (23/2/2021). Ia menyebut, kenaikan anggaran PEN yang terjadi beberapa kali ini terutama disebabkan oleh naiknya alokasi belanja bantuan sosial (bansos) dan program prioritas UMKM yang masih berlanjut di tahun 2021. Belum lagi anggaran kesehatan yang melonjak hingga 178 persen dari realisasi tahun lalu Rp 63,51 triliun. Anggaran dinaikkan untuk memperlancar vaksinasi Covid-19, tracing, testing, biaya klaim perawatan, insentif tenaga kesehatan, serta insentif pajak. Secara lebih rinci, anggaran bansos yang disiapkan pemerintah saat ini sebesar Rp 157,41 triliun. Anggaran ditujukan untuk PKH 10 juta KPM sebesar Rp 28,72 triliun, Kartu Sembako Rp 45,12 triliun, Kartu Prakerja Rp 20 triliun, Bansos Tunai Rp 12 triliun, BLT Dana Desa Rp 14,4 triliun, dan perlindungan sosial lainnya sebesar Rp 37,18 triliun. Sementara itu, anggaran kesehatan kembali naik dari Rp 173 triliun menjadi Rp 176,30 triliun. Anggaran dialokasikan untuk testing dan tracing Rp 9,91 triliun, biaya perawatan Rp 61,94 triliun, program vaksinasi Rp 58,18 triliun, insentif pajak kesehatan Rp 18,61 triliun, dan penanganan lainnya Rp 22,67 triliun.

"Anggaran kesehatan yang kita harapkan akan diakselerasi pada bulan Februari Maret," ujar Sri Mulyani. Kemudian, anggaran UMKM menjadi Rp 186,81 triliun dengan rincian alokasi subsidi bunga UMKM Rp 31,95 triliun, subsidi IJP Rp8,51 triliun, BPUM Rp 17,34 triliun, PMN BUMN, LPEI, dan LPI Rp 58,76 triliun, penempatan dana Rp 66,99 triliun, dan dukungan lainnya Rp 3,27 triliun. Untuk insentif usaha Rp 53,86 triliun, yang terdiri dari PPh 21 DTP Rp 5,78 triliun, pembebasan PPh 22 Impor Rp 13,08 triliun, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 Rp 19,71 triliun, PPnBM DTP kendaraan bermotor Rp 2,98 triliun, dan insentif lainnya Rp12,3 triliun. Terakhir untuk program prioritas sebesar Rp 125,06 triliun meliputi padat karya K/L Rp 27,33 triliun, ketahanan pangan Rp 47,1 triliun, kawasan industri Rp 11,33 triliun, pinjaman daerah Rp10 triliun, ICT Rp 16,65 triliun, pariwisata Rp 8,66 triliun, prioritas lainnya Rp4,11 triliun. "Inilah yang kita terus fokuskan untuk melihat bagaimana APBN bekerja luar biasa extraordinary, ekstra keras, dan luar biasa untuk mengembalikan rakyat dan ekonominya pulih dari Covid-19," ujar dia.

(4)

Selasa, 02 Maret 2021 Kompas Hal. 2

Selain menekan emisi, transisi dari energi berbasis fosil ke sumber lain yang lebih ramah lingkungan dapat meningkatkan efisiensi produksi. Komitmen pembuat dan pelaksana kebijakan dibutuhkan guna mendorong transisi itu. Oleh KRIS MADA JAKARTA, KOMPAS — Transisi energi dari sumber berbasis fosil ke sumber lain yang lebih ramah lingkungan dapat meningkatkan efisiensi produksi energi. Transisi dibutuhkan untuk mengendalikan dampak perubahan iklim. Butuh komitmen banyak pihak untuk mempercepat proses tersebut. Wakil Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Darmawan Prasojo mengatakan, sejumlah transisi dilakukan perseroan. Salah satunya penggunaan teknologi lebih mutakhir untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara. Dengan teknologi lama, efisiensinya paling tinggi 34 persen. ”Sekarang 43 persen,” ujarnya dalam webinar ”Renewable Energy: Siapkah Indonesia Tanpa Energi Fosil” yang digelar Harian Kompas bersama Institute for Essential Services Reform (IESR), Selasa (2/3/2021). Hadir pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan Tri Mumpuni, serta Direktur Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Coca-cola Amatil Indonesia (CCAI) Lucia Karina sebagai pembicara. Emisi karbon yang dihasilkan PLTU batubara dengan teknologi terbaru juga lebih rendah. Dengan teknologi lama, PLTU menghasilkan emisi 1,3 kilogram per kilowatt jam (KwH). Teknologi baru menekan emisi menjadi 950 gram per KwH. Sejumlah pembicara yang hadir dalam webinar

”Renewable Energy: Siapkah Indonesia Tanpa Energi Fosil” yang digelar Harian Kompas bersama Institute for Essential Services Reform (IESR), Selasa (2/3/2021). Selain teknologi baru di PLTU batubara, proses transisi di PLN juga terkait pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). PLN tengah mengupayakan pergantian 5.200 PLTD di 2.130 daerah dengan total daya mencapai 2 gigawatt. PLN menghabiskan Rp 13 triliun pada 2019 untuk membeli solar bagi seluruh PLTD tersebut. Menurut Ganjar, ada tantangan di pembuat dan pelaksana kebijakan untuk mendorong transisi energi agar penggunaan energi baru terbarukan (EBT) meningkat. Kala berkomunikasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral soal EBT, kata Ganjar, salah satu pejabat di kementerian itu berseloroh bahwa yang terus terbarukan baru pejabatnya. Sebab, pejabat terus berganti, sementara kebijakannya belum jalan. Sementara di Jawa Tengah, petugas di kantor Samsat Jawa Tengah kebingungan kala Ganjar akan mendaftarkan sepeda motor listrik. Sebab, kala itu belum ada aturan untuk pendaftaran kendaraan listrik. Memang, belakangan, kendaraan itu bisa terdaftar di samsat. Tantangan lain dari penggunaan EBT adalah sebagian pihak belum mendukung penggunaannya. Ganjar mencontohkan Jawa Tengah yang mempunyai beberapa sumber panas bumi. Sayangnya, upaya pemanfaatannya masih dipandang sebagai perusakan lingkungan. Di seluruh Jawa Tengah ditaksir ada sumber energi panas bumi dengan daya total 1,3 GW dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) 386 megawatt.

Dengan lebih dari 300.000 ekor hewan ternak, Jawa Tengah juga bisa mengembangkan listrik dari biogas. Selain itu, ada pula potensi dari surya (PLTS) dan angin/bayu (PLTB). Ada rencana pembangunan PLTB berdaya total 120 MW di Tegal dan PLTS terapung pada sejumlah waduk di Jawa Tengah. Pemberdayaan Lucia menambahkan, perusahaannya telah menggunakan PLTS untuk pabrik di Cikarang. Dalam dua tahun mendatang, PLTS akan dibangun di pabrik unit Pasuruan, Jawa Timur, dan Bawen, Jawa Tengah. Penggunaan PLTS memang membutuhkan investasi besar. Walakin, manajemen berkomitmen memperluas penggunaan EBT dalam operasional perusahaan. CCAI juga berkomunikasi dengan PLN agar bisa mendapatkan listrik dari sumber-sumber yang bersih seperti PLTA. Menurut Tri, penggunaan EBT merupakan bentuk demokratisasi energi.

Sebab, pembangkit listrik EBT kerap berskala kecil dan dikelola oleh masyarakat. Pembangkit-pembangkit berdaya di bawah 1,5 megawatt memang kerap kurang dilirik perusahaan besar. Penggunaan pembangkit EBT juga bentuk pemberdayaan sumber lokal. Sebab, pembangkit EBT menggunakan sumber energi yang tersedia di lokasi pembangkit. Sementara PLTU atau PLTD kerap menggunakan bahan bakar yang harus diimpor dari luar negeri atau setidaknya dikirim dari wilayah di luar lokasi pembangkit. Hal itu menjadi salah satu penyebab sejumlah daerah belum bisa menikmati listrik sehari penuh. Tri tidak menampik, sejumlah komponen pembangkit EBT masih harus didatangkan dari luar daerah. Hal itu, antara lain, untuk PLTS atau baling-baling PLTB. Meski demikian, biaya produksi listrik EBT terus menurun, sementara listrik dari energi fosil terus meningkat.

(5)

PEMERINTAH meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih pada tahun 2021 di kisaran 4,5% hingga 5,3%. Hal tersebut sejalan perkembangan kasus covid-19 yang semakin baik. Itu tercermin dari tren angka kesembuhan yang meningkat hingga 85,88% dan tren angka kematian yang terus menurun hingga 2,71%. "Pemerintah melalui berbagai kebijakan terus mengupayakan agar laju penyebaran virus bisa ditekan sehingga kesehatan dan perekonomian kita dapat pulih kembali," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam MNC Group Investor Forum 2021, Selasa (2/3). Dia menerangkan, perekonomian Indonesia yang didominasi oleh konsumsi domestik menunjukkan tren yang meningkat. Aktivitas manufaktur masih berada pada level ekspansif 50,9 pada Februari 2021, sementara indeks kepercayaan konsumen juga terus membaik. Selain itu, permintaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat. "Ini mencerminkan pulihnya tingkat kepercayaan publik. Di saat yang sama, realisasi investasi juga meningkat, mencerminkan persepsi positif investor," tutur Airlangga. Indikator lainnya juga menunjukkan perbaikan, seperti penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, kenaikan harga komoditas, dan surplus neraca perdagangan yang mencapai US$21,74 miliar pada 2020 atau tertinggi sejak tahun 2011.

"Berdasarkan perkembangan tersebut, pemulihan ekonomi Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang mampu menurunkan angka kematian sembari mempertahankan kinerja ekonomi yang relatif baik," tegas Airlangga. Oleh karenanya, pemerintah berkomitmen melanjutkan dana penanganan covid dan pemulihan ekonomi pada 2021 sebesar Rp699,43 triliun dengan fokus pada intervensi kesehatan, program perlindungan sosial, dukungan UMKM, dan program padat karya/prioritas lainnya. Dalam hal reformasi struktural dan transformasi ekonomi, Airlangga menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk memastikan pelaksanaan UU Cipta Kerja beserta peraturan pelaksanaannya sesuai dengan standar internasional terutama pada isu-isu yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup dan hak para pekerja. Kemudian untuk menggenjot belanja kelas menengah dan atas, Pemerintah memberikan insentif PPN Barang Mewah (PPnBM) Kendaraan Bermotor dan Insentif PPN untuk Perumahan. Proyek Strategis Nasional (PSN) pun akan tetap dilanjutkan di tengah Pandemi covid-19, dengan total 201 proyek dan 10 program yang memiliki nilai investasi lebih dari Rp4,817 triliun.

"Pembangunan infrastruktur akan membantu pemerataan ekonomi di wilayah Indonesia sekaligus meningkatkan investasi,"

kata Airlangga. Indonesia juga akan memanfaatkan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang memberikan manfaat akses pasar yang lebih luas, akses Foreign Direct Investment (FDI), dan integrasi dalam rantai pasokan dunia.

Sementara mengenai penanganan pandemi, kata Airlangga, pemerintah akan fokus pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, Vaksinasi, 3T, dan Penegakan Protokol Kesehatan (3M). "Pemerintah mengadakan program Vaksin Gotong Royong yang melibatkan pihak swasta untuk bertanggung jawab melakukan vaksinasi kepada karyawannya. Selain itu, Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi dalam negeri juga tengah mengembangkan Vaksin Merah Putih," terangnya. Airlangga juga menegaskan, Indonesia tetap berkomitmen untuk menyeimbangkan antara penanganan kesehatan masyarakat dan pemulihan ekonomi. “Keduanya menjadi prioritas. Kita akan menyeimbangkan antara penanggulangan pandemi dan percepatan pemulihan ekonomi yang lebih dikenal dengan analogi pedal gas dan rem seperti yang dikemukakan oleh Presiden Jokowi,” pungkasnya. (OL-4)

Referensi

Dokumen terkait

Upaya penyediaan pembangkit listrik bersumber energi baru dan terbarukan jauh panggang dari api dengan masuknya gasifikasi batubara dalam RUU EBT.. Gasifikasi batubara bukanlah

Baca juga : Aneksasi Tepi Barat, Kesalahan Sejarah Akan tetapi, justru ketika semua mata dan hati masyarakat dunia mengarah pada bagaimana mengatasi pandemi Covid- 19, Netanyahu

Oleh DEONISIA ARLINTA JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan batas tertinggi untuk tarif pemeriksaan tes usap berbasis polimerase rantai ganda

Peraturan OJK (POJK) Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 itu menyatakan bahwa bank akan menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitor yang

Oleh karena itu, presidensi G-20 Indonesia ta- hun 2022 sangat penting untuk menyampaikan beberapa tin- dakan kebijakan terkoordinasi yang konkret, tidak hanya un- tuk

Kajian tim peneliti dengan penulis pertama S Widiantoro dari Global Geophysics Rese- arch Group ITB di jurnal Na- ture pada 2019 menyebutkan, ketinggian tsunami yang dia- kibatkan

“Sehingga secara teknikal Indonesia masuk dalam fase resesi ekonomi.” Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 sekitar

Dengan sistem itu, persediaan oksigen yang diperkirakan hanya cukup untuk 72 jam kemungkinan bisa lebih lama, artinya kemungkinan 53 awak kapal selam bisa bertahan lebih dari