• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

E-PAPER

PERPUSTAKAAN DPR RI

Telepon : (021) 5715876, 5715817, 5715887 Fax : (021) 5715846

e-mail: [email protected]

Follow us @perpustakaandpr Become a Fan Perpustakaan DPR RI

http://perpustakaan.dpr.go.id http://epaper.dpr.go.id

Sabtu 04 Juli 2020

No. Judul Surat Kabar Hal.

1. KINERJA INDUSTRI PENERBANGAN, ‘SAYAP PATAH’ MASKAPAI Bisnis Indonesia 1 2. BI TERLAMPAU OPTIMISTIS: PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Bisnis Indonesia 3 3. OTT VIDEO. Regulasi Sensor Aplikasi Video Belum Jelas Jakarta Post 5

4. TAJUK RENCANA. Saatnya Media Sosial Kembali Jakarta Post 6

5. LEGISLASI.Cabut RUU HIP dari Prolegnas Kompas 2

6. PARIWISATA.Berharap pada Wisatawan Domestik Kompas 9

7. PENEMPATAN DANA PEMERINTAH.Sektor Properti Belum Tentu Tergerak Kompas 10

(2)

Sabtu, 04 Juli 2020 Bisnis Indonesia Hal. 1

Bisnis, JAKARTA — Masa depan maskapai penerbangan masih tak menentu kendati telah diizinkan kembali mengangkut penumpang. Sepinya penjualan tiket memaksa maskapai untuk berhemat, salah satunya dengan merampingkan jumlah karyawan. Anitana W. Puspa [email protected] L ion Air Group misalnya, sejauh ini telah mengurangi 2.600 karyawan. Mereka adalah pekerja kontrak yang tak lagi diperpanjang masa kerjanya. Jumlah itu mencapai 9% dari total karyawan Lion Air Group yang mencapai 29.000 orang. Langkah itu merupakan imbas dari anjloknya bisnis penerbangan yang sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Bahkan sejak memulai kembali operasional yang dijalankan secara bertahap pada Mei lalu, Lion Air Group rata-rata hanya mengoperasikan 10%-15% dari kapasitas normal sekitar 1.400 - 1.600 penerbangan per hari. Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro tak menampik bahwa saat ini pihaknya sedang berada di masa sulit. Perampingan jumlah karyawan merupakan bagian dari upaya untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Kendati demikian, dia menyatakan karyawan yang tidak diperpanjang kontraknya itu bakal diprioritaskan untuk direkrut jika kondisi perusahaan telah pulih. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. juga masih mempertimbangkan untuk merumahkan karyawan yang kontraknya berakhir bulan ini jika kondisi terus memburuk. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Hingga Mei 2020, Garuda Indonesia tercatat memiliki sebanyak 7.600 karyawan. Sepanjang Januari-Mei 2020, terdapat 18 karyawan yang terkena PHK, sedangkan 825 karyawan dirumahkan. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra khawatir kondisi maskapai penerbangan bakal semakin buruk lantaran semakin banyaknya masyarakat yang menunda perjalanan. “Riset menunjukkan 60%-70% mereka yang biasa travelling mengatakan wait and see.

Terbayang kan kalau mereka menunda sampai 6 bulan?” ujarnya Jumat (3/7). Jika kondisi itu terjadi, katanya, maskapai penerbangan bakal mati suri. “Kalau mau hidup lagi cara yang paling bagus seperti Thai Airlines, dibangkrutkan saja lalu dihidupkan kembali.” Bisnis Garuda Indonesia memang melorot karena pandemi Covid. Pada April 2019 Garuda Indonesia sanggup mengangkut 2,3 juta penumpang, tetapi April tahun ini mereka hanya menerbangkan 200.000 penumpang. Alhasil kini 75% pesawat terpaksa diparkir. Kendati demikian jaminan bakal bertahannya Garuda Indonesia datang dari Menteri BUMN Erick Thohir. Ia menegaskan tak akan menutup Garuda Indonesia kendati kondisi keuangannya megap-megap. Menurutnya, kehadiran Garuda Indonesia salah satunya untuk mencegah adanya monopoli usaha. Memang tak banyak yang dapat dilakukan maskapai saat ini. Apalagi Kementerian Perhubungan masih membatasi kapasitas maksimal penumpang maskapai sebesar 70%. Hal itu tertuang dalam Surat Edaran Menhub No.13 Tahun 2020 tentang Operasional Transportasi Udara dalam Masa Kegiatan Masyarakat Produktif dan Aman dari Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). VP Corporate Communications at PT Angkasa Pura II Yado Yarismano mengatakan secara umum penerbangan domestik di bandara Soekarno-Hatta saat ini tercatat sekitar 200 penerbangan dengan 20.000-23.000 penumpang per hari. Sebelum pandemi, jumlah penerbangan bisa menembus 1.250 penerbangan dengan 150.000 penumpang. SUBSIDI Sementara itu, Kementerian Perhubungan telah mengajukan permintaan kepada Kementerian Keuangan agar bisa memberikan subsidi rapid test bagi masyarakat yang bepergian menggunakan transportasi publik. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan dokumen kesehatan yang mahal banyak disoroti berbagai pihak. Pihaknya telah mengupayakan agar operator penerbangan bisa menetapkan mitra yang dapat memfasilitasi tes cepat dengan tarif yang lebih terjangkau. Kementerian Perhubungan mewajibkan para operator sarana maupun prasarana transportasi berkoordinasi dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam memilih mitra kerja penyedia layanan uji tes cepat dan polymerase chain reaction. Menurut Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang penunjukkan mitra rapid test itu sah dilakukan asal sesuai dengan ketentuan.

(3)

Sabtu, 04 Juli 2020 Bisnis Indonesia Hal. 3

Bisnis, JAKARTA — Bank Indonesia mematok target pertumbuhan ekonomi yang cukup optimistis sepanjang tahun ini, kendati sejumlah lembaga memprediksi ekonomi akan terjerambap cukup dalam akibat pandemi Covid-19. Bank sentral memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2020 berada di kisaran 0,9%—1,9%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh pemerintah yakni -0,4%—1%. “BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2020 akan berada di kisaran 0,9%—1,9%. [Penurunan] paling dalam di kuartal kedua, tapi kita optimistis bisa menuju batas atas 1,9%,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Jumat (3/7). Dia menjelaskan, data-data indeks ekspektasi ekonomi yang dipengaruhi oleh future income dan future employment masyarakat, masih berada di titik yang landai pada Mei 2020. Survei ini memberikan harapan angka per Mei 2020 relatif terhenti dan tidak akan turun pada periode berikutnya. Kemudian, world trade volume pada Mei 2020 cukup melandai dari perkiraan awal yang diproyeksikan melemah karena dibukanya trade China. Menurutnya, pembukaan trade ini juga akan membantu perdagangan Indonesia dan akan terlihat pada angka ekspor ke depan. “Data ini menunjukkan kita tidak akan menuju resesi meskipun pada triwulan kedua diperkiraan pertumbuhan ekonomi bisa melemah.”

Pernyataan BI berbeda dengan argumentasi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di DPR beberapa waktu lalu. Kala itu Menkeu mengatakan bahwa ancaman resesi makin nyata karena adanya risiko pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II/2020 pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi -3,8%, dan kuartal III/2020 sebesar -1,6%—1,4%. Proyeksi serupa juga disampaikan oleh sejumlah lembaga. Kadin Indonesia misalnya, yang memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 -4% sampai dengan -6%, dan kuartal III/2020 0% sampai dengan -2%. “Tanpa ada stimulus yang cepat implementasinya pada kuartal III/2020 kita masih bisa -2%. Optimistisnya bisa 0% dengan catatan stimulus jalan,” kata Ketua Kadin Rosan P. Roeslani. Buruknya kinerja ekonomi menurutnya disebabkan oleh proses stimulasi penanganan Covid-19 yang cukup lambat. Lemahnya implementasi stimulus tersebut, menurut Rosan, akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2020 kembali kontraksi di level pertumbuhan negatif. “Sehingga secara teknikal Indonesia masuk dalam fase resesi ekonomi.” Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 sekitar -3% sampai dengan -4%, yang didorong oleh kontraksi komponen dari sisi pengeluaran seperti konsumsi rumah tangga dan investasi. Hal ini kemudian juga diamplifi kasi oleh penurunan daya beli masyarakat akibat peningkatan angka pengangguran pada kuartal ini. Penurunan daya beli masyarakat ini terlihat dari indikator konsumsi masyarakat, yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan penjualan ritel. “Dari sisi investasi pun diperkirakan akan mengalami kontraksi juga akibat rendahnya permintaan domestik dan luar negeri, sehingga investor pun cenderung mempertimbangkan untuk tidak melakukan ekspansi bisnis,” jelasnya. Namun demikian, dia memperkirakan perekonomian pada kuartal III/2020 mulai pulih sejalan dengan diberlakukannya new normal. Dengan adanya new normal, maka aktivitas ekonomi kembali dapat berjalan. Di sisi lain, menurutnya pemulihan ekonomi pada kuartal III/2020 dipengaruhi oleh kecepatan penyerapan belanja penangangan Covid-19 dan alokasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). David Sumual, Chief Economist Bank Central Asia menjelaskan, ada dua skenario yang bisa terjadi terkait dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Dalam skenario buruk, ekonomi hanya bisa tumbuh -2%—0%. “Kalau bagus bisa 0%—1%. Ini tergantung pada stimulus dan efektivitas new normal yang diterapkan,” ujarnya.

(4)

Sabtu, 04 Juli 2020 Jakarta Post Hal. 5

Kemunculan aplikaKemunculan aplikasi video masih menjadi perdebatan. Ketiadaan regulasi memuncusi video masih menjadi perdebatan. Ketiadaan regulasi memunculkan silang pendapat, apakah dibutuhkan penyensoran atau tidak. Oleh MEDIANA JAKARTA, KOMPAS-Perdebatan menyangkut sensor terhadap film-film yang diputar melalui aplikasi video belum menemui titik temu. D sisi lain, literasi masyarakat terhadap konten dianggap masih rendah. Anggota Komisi I DPR M Farhan, Jumat (3/7/2020) di Jakarta mengatakan, pesatnya perkembangan media karena teknologi digital mengajak siapapun untuk berpikir ulang tentang konsep penyensoran. Pada zaman dulu, sensor dipakai untuk membendung substansi konten negatif. Namun, masyarakat sekarang menganggap konsep sensor seperti itu tidak mengasyikkan dan berpotensi membatasi kebebasan berpendapat. Dia mengakui belum ada regulasi yang dapat mengontrol konten yang beredar luas di internet, termasuk melalui over-the-top (OTT) video atau aplikasi video. DPR saat ini masih fokus menuntaskan pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data Pribadi sebelum Oktober 2020. Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid menekankan, Indonesia tidak anti pemain asing. Pelaku industri media baik asing maupun lokal harus mendapatkan perlakuan setara.

“Pemantauan dan evaluasi konten dari pelaku asing harus jelas regulasinya,” kata dia. Senada dengan Farhan, dia menyebut regulasi yang ada harus relevan dan sejalan dengan kemunculan OTT video. Misalnya, revisi UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, revisi UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan RUU Konvergensi Media. Pemerintah dan legislatif bertugas menyikapi tantangan regulasi. Masyarakat bisa berpartisipasi ikut memantau dan mengevaluasi beragam konten yang beredar luas di OTT video. Artinya, literasi masyarakat terhadap konten harus diperkuat. Saat ini, konten di OTT video, terutama yang berbayar, baru dinikmati oleh sebagian besar kelas menengah atas. Namun, Farhan meyakini lambat laun masyarakat kelas menengah bawah pun akan mengonsumsinya mengingat OTT video selalu berinovasi model bisnis. Kontrol konten mandiri Beberapa warga yang dia survei mengatakan, OTT video sebenarnya menawarkan pilihan kontrol konten secara mandiri. Mereka menyadari konten apa yang sesuai untuk diri mereka ataupun tidak. Sementara beberapa sineas yang dia tanya mengatakan, keberadaan OTT video mampu memperluas jangkauan distribusi konten mereka. “Konsumen sekarang ingin diberdayakan. Sensor bisa saja berarti peringatan yang sangat eksplisit dalam konten, bukan gunting konten. Upaya seperti ini mendorong sensor mandiri,” ujar Farhan. Berkaitan dengan sensor mandiri, dia menyentil mengenai klasifikasi konten yang masih memakai patokan usia. Patokan ini seringkali tidak dimengerti awam. Sementara di luar negeri, klasifikasi memakai kalimat yang lebih sederhana, seperti klasifikasi konten edukatif. Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Ahmad Mahendra mengatakan, Kemdikbud berupaya mengoptimalkan kegiatan literasi kepada masyarakat. Salah satu kegiatannya adalah menyusun petunjuk film atau movie guide yang di dalamnya terdapat resensi konten sesuai dengan klasifikasi usia penonton.”Terkait teknis pengklasifikasian usia, Lembaga Sensor Film (LSF) yang akan memutuskan,” ujar dia. Tetap akan menyensor Ketua LSF Rommy Fibri Hardiyanto menyampaikan, sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman, semua film yang akan ditayangkan di Indonesia harus mempunyai surat tanda lulus sensor dari LSF. LSF memiliki catatan data daftar konten film yang diputar di jaringan informatika. Dari data itu, LSF telah menentukan konten yang perlu ditindaklanjuti atau tidak. Dia menyebutkan, sepanjang 2018 sampai 30 Juni 2020, total film dn iklan yang lulus sensor mencapai 97.401. Jumlah ini diyakini belum menjangkau seluruh konten yang beredar di internet dan OTT video. “Saat kami cek, ada tema-tema konten yang cukup mengkhawatirkan, seperti muatan pornografi dan sadisme. Kami memantau sesuai konsep penyensoran yang ada dalam regulasi,” kata dia. Sebelumnya, Ketua Bidang Advokasi Kebijakan Badan Perfilman Indonesia (BPI) Alex Sihar mengatakan, selain melakukan penyensoran film, LSF juga perlu meningkatkan kemampuan literasi publik sehingga mereka menjadi penonton yang cerdas dalam mengonsumsi film. Beberapa upaya bisa dilakukan, antara lain, dengan membuat materi-materi infografis, buku-buku, dan video yang bertujuan membantu orangtua agar bisa menemani anak-anak mereka saat menonton film. ”Bukan cuma penyensoran (saja),” ujarnya. Mendikbud Nadiem Makarim juga berharap LSF mengikuti perkembangan teknologi dan konten-konten dunia perfilman untuk mendukung kemajuan pendidikan dan kebudayaan.

(5)

Sabtu, 04 Juli 2020 Jakarta Post Hal. 6

Setiap tanggal 30 Juni, penduduk dunia merayakan Hari Media Sosial Internasional. Peringatan yang digelar sejak tahun 2010 itu diprakarsai oleh Mashable. Oleh EDITOR Setiap tanggal 30 Juni, penduduk dunia merayakan Hari Media Sosial Internasional. Peringatan yang digelar sejak tahun 2010 itu diprakarsai oleh Mashable. Mashable, berbasis di New York, Amerika Serikat, adalah perusahaan media dan hiburan multiplatform global, yang antara lain memiliki edisi Asia Tenggara.

Indonesia mempunyai Hari Media Sosial Nasional yang dirayakan pada 10 Juni. Perkenalan umat manusia dengan media sosial (medsos) belumlah lama. Platform medsos yang diakui sebagai yang pertama di dunia adalah SixDegrees,yang dikenalkan Andrew Weinreich asal Pennsylvania, AS, pada 1997. Jaringan ini saat ditutup tahun 2000 memiliki sekitar 3,5 juta anggota. Kini ada ratusan platform medsos yang dimanfaatkan manusia. Menurut data Globalwebindex, dari sekitar 7,75 miliar warga dunia, sekitar 4,54 miliar merupakan pengguna internet dan 3,8 miliar orang merupakan pengguna medsos aktif (Kompas, 9/6/2020). Statista pada April 2020, berdasarkan penelitian tahun 2019, memperkirakan, 2,95 miliar orang menggunakan medsos di seluruh dunia. Pengakses medsos terlama adalah warga Filipina dengan waktu 4 jam 1 menit per hari. Di Indonesia, dari sekitar 272 juta penduduknya, ada sekitar 175,4 juta pengguna internet. Sebanyak 160 juta orang merupakan pengguna aktif medsos dengan lama mengakses rata-rata 3 jam 26 menit per hari. Youtube menjadi medsos yang paling banyak diakses di negeri ini. Warga dunia banyak yang membuka Facebook. Medsos terus berkembang dan semakin populer. Kontroversi pun menyertainya, antara lain terkait penggunaan data pribadi tanpa izin, ujaran kebencian, gangguan kesehatan mental pada pemakainya, berita bohong, dan ancaman pada demokrasi. Freedom House, lembaga nirlaba untuk kemajuan demokrasi dan kemerdekaan berpendapat di Washington, AS, pada November 2017 melaporkan adanya manipulasi medsos untuk melemahkan demokrasi, termasuk memengaruhi hasil pemilu di 18 negara, seperti AS. Manipulasi informasi dalam medsos terjadi hingga saat ini. Padahal, awalnya medsos lahir sebagai cara bagi seseorang terhubung dalam jaringan dengan keluarga, teman, dan orang lain secara instan sehingga bisa menikmati hal positif di dalamnya. Harapan itu tak terjadi sepenuhnya bukan karena kesalahan penyedia platform saja, melainkan juga pemakai medsos. Ruang publik di dunia maya seharusnya bersih dari konten negatif dan materi yang bisa merusak kemanusiaan. Kejadian terakhir adalah gerakan boikot memasang iklan di medsos, khususnya Facebook, dari aktivis, yang didukung sekitar 400 perusahaan di seluruh dunia.

Platform medsos dihukum karena membiarkan unggahan bernada kebencian di platform itu tanpa ada niat mencopotnya.

Ruang publik di dunia maya seharusnya bersih dari konten negatif dan materi yang bisa merusak kemanusiaan (Kompas, 2-3/7/2020). Selama ini, penyedia platform hampir tak tersentuh terkait penyimpangan di medsos yang dikelolanya dan terkait pengaturan pajak. Penyelenggara negara berjuang sendiri-sendiri menghadapi penyedia platform. Namun, literasi digital yang masif membuat warga dunia mengerti akan kuasanya berhadapan dengan penyedia medsos. Saatnya medsos kembali pada peran positifnya untuk kemanusiaan dan kesejahteraan bersama.

(6)

Sabtu, 04 Juli 2020 Kompas Hal. 2

Sejumlah ormas keagamaan meminta DPR dan pemerintah mencabut RUU Haluan Ideologi Pancasila dari daftar Prolegnas 2020. RUU tersebut dinilai berpotensi menimbulkan konflik dan prokontra tak perlu ditengah pandemi Covid-19. Oleh ANITA YOSSIHARA DAN RINI KUSTIASIH JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah telah menolak untuk membahas Rancangan Undang-Undang tentang Haluan Ideologi Pancasila yang diusulkan Dewan Perwakilan Rakyat. Karena itu, semestinya parlemen tak perlu memaksakan diri melanjutkan pembahasan dengan mencabut RUU HIP dari daftar Program Legislasi Nasional. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj dalam pertemuan dengan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Jumat (3/7/2020), mengungkapkan aspirasi tersebut. Hadir dalam pertemuan itu, Ketua MPR Bambang Soesatyo, serta para Wakil Ketua MPR, yakni Ahmad Basarah, Syarief Hasan, Zulkifli Hasan, dan Arsul Sani. Menurut Said Aqil, sikap PBNU sedari awal mendorong RUU HIP itu agar dicabut dalam pembahasan di DPR. Pembahasan RUU HIP itu sebaiknya diulang dari awal, baik dari kajian akdemiknya, nama RUU, serta substansinya. “Namanya juga harus diubah total, supaya tidak multitafsir. Langsung saja RUU BPIP (Badan Pembinana Ideologi Pancasila). Fungsinya RUU kan itu,” katanya. Sikap PBNU sedari awal mendorong RUU HIP itu agar dicabut dalam pembahasan di DPR. Pembahasan RUU HIP itu sebaiknya diulang dari awal, baik dari kajian akdemiknya, nama RUU, serta substansinya Tak hanya PBNU, seruan untuk mencabut RUU HIP dari pembahasan di DPR juga dilontarkan oleh berbagai organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia, Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) yang disampaikan melalui pernyataan bersama.

“Semestinya DPR mencabut RUU Haluan Ideologi Pancasila dari Prolegnas,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti melalui pesan singkat, Jumat (3/7/2020). RUU HIP memang menjadi salah satu RUU prioritas Prolegnas 2020. Rumusan RUU telah selesai dibahas dan disepakati menjadi RUU inisiatif DPR pada bulan Mei lalu. Namun sampai saat ini pemerintah tak kunjung mengeluarkan Surat Presiden untuk membahas RUU HIP. Dalam beberapa kesempatan, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menegaskan, pemerintah tidak akan membahas RUU HIP. Pemerintah tidak sependapat dengan usulan Pancasila diperas menjadi Trisila, bahkan Ekasila, seperti yang dirumuskan DPR. Tidak dicantumkannya Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 yang mengatur pembubaran dan pelarangan Partai Komunis Indonesia juga menjadi alasan penolakan pemerintah. Semestinya DPR tidak melanjutkan pembahasan RUU HIP. Untuk memastikan RUU HIP tak dibahas lagi, DPR harus mencabutnya dari daftar Prolegnas. Atas penolakan pemerintah itu, lanjut Mu’ti, semestinya DPR tidak melanjutkan pembahasan RUU HIP. Untuk memastikan RUU HIP tak dibahas lagi, DPR harus mencabutnya dari daftar Prolegnas. “Pemerintah menyatakan menunda, karena itu DPR hendaknya menunjukkan sikap kenegarawanan, menghentikan pembahasan RUU HIP,” kata Mu’ti. Apalagi berbagai elemen bangsa pun menolak pembahasan RUU HIP. Sebagai wakil rakyat, seharusnya DPR lebih mendengar suara rakyat dibanding bersikukuh memperjuangkan kepentingan pribadi, partai politik, dan golongan. Sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan, bahkan, sampai mengeluarkan pernyataan sikap meminta DPR menghentikan pembahasan RUU HIP. Dalam pernyataan bersama yang ditandatangani Abdul Mu’ti dari Muhammadiyah, Helmy Faisal Zaini (PBNU), Agustinus Heri Wibowo (KWI), Jacky Manuputty (PGI), Pandita Citra Surya (Permabudhi), KS Arsana (PHDI), dan Xs Budi S Tanuwibowo (Matakin), disebutkan bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Secara konstitusional, kedudukan dan fungsi Pancasila sudah sangat kuat, sehingga tidak memerlukan aturan lain yang berpotensi mereduksi dan memperlemah Pancasila. Kontraproduktif Selain itu, rumusan Pancasila sebagai dasar negara telah termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, rumusan-rumusan lain yang disampaikan individu serta dokumen lain yang berbeda merupakan bagian dari sejarah yang tak perlu diperdebatkan lagi. “Sekarang yang diperlukan adalah internalisasi dan pengamalan Pancasila dalam diri dan kepribadian bangsa, dan juga diimplementasikan dalam perundang-undangan, kebijakan, dan penyelenggaraan negara,” ujar Mu’ti. Para pemuka agama itu juga mengingatkan bahwa pembahasan RUU HIP berpotensi memicu perdebatan yang kontraproduktif. Kondisi itu dikhawatirkan akan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa yang kini tengah diuji dengan pandemi Covid-19. Dalam kondisi darurat dan krisis seperti saat ini, semua pihak semestinya saling memperkuat persatuan bangsa. Semua elemen bangsa hendaknya lebih fokus bekerja sama mengatasi pandemi Covid-19 serta dampak yang ditimbulkan. Selain itu penting pula menjaga situasi kehidupan bangsa yang kondusif, aman, dan damai. Para pemuka agama itu juga mengingatkan bahwa pembahasan RUU HIP berpotensi memicu perdebatan yang kontraproduktif.

Kondisi itu dikhawatirkan akan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa yang kini tengah diuji dengan pandemi Covid-19.

Sebelumnya, dalam pertemuan antara Ketua MPR Bambang Soesatyo dengan Wakil Presiden RI ke-6 Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Mayor Jenderal TNI (Purn) Saiful Sulun, dan Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) Letnan Jenderal (Purn) Kiki Syahnakri, Kamis, muncul masukan agar RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) ditarik, dan diganti menjadi RUU Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP). Try menilai, Pancasila sebagai ideologi negara merupakan pembentuk norma hukum sehingga kedudukannya tidak bisa diatur oleh norma hukum seperti UU. Atas dasar itu, pengaturan Haluan Ideologi Pancasila dalam UU dinilai tidak tepat. Bambang mengaku sepakat dengan seruan untuk mengakhiri perdebatan RUU HIP. Alasannya, yang sebenarnya diperlukan adalah UU tentang pembinaan ideologi Pancasila, bukan mengatur Pancasila sebagai sebuah ideologi, falsafah dan dasar negara. Agar pembinaan ideologi Pancasila bisa komprehensif dan diterima seluruh elemen bangsa, maka perlu adanya penguatan terhadap Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) agar tak bergantung atau terkesan milik satu rezim pemerintahan saja, lantaran dasar berdirinya berdasarkan peraturan presiden (perpres). “Karena itu, dasar berdirinya BPIP harus diperkuat melalui undang-undang,” katanya. Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menyampaikan hal serupa. Materi muatan RUU HIP, termasuk judulnya, harus diganti karena sudah jauh keluar dari kebutuhan hukum bangsa Indonesia. Ada berbagai penyebab matinya sebuah ideologi, antara lain inkonsistensi dan lemahnya pemahaman generasi muda bangsa, serta pragmatisme dan sikap oportunis penyelenggara negara Pembinaan Bambang menambahkan, ada berbagai penyebab matinya sebuah ideologi, antara lain inkonsistensi dan lemahnya pemahaman generasi muda bangsa, serta pragmatisme dan sikap oportunis penyelenggara negara. Agar ideologi Pancasila tak mati di tengah jalan, perlu pembinaan komprehensif yang disepakati berbagai elemen bangsa dengan diikat dalam suatu UU. “Setiap anak bangsa yang lahir, mereka belum mengenal apa itu Pancasila dan betapa pentingnya Pancasila dalam menjaga perdamaian dan persatuan. Karenanya setiap anak bangsa perlu mendapatkan pola pembinaan yang komprehensif dari sejak dini. Dimulai dari pendidikan di PAUD hingga jenjang perguruan tinggi. Plus juga pembinaan diluar institusi resmi pendidikan. Disinilah letak urgensi perlunya UU Pembinaan Ideologi Pancasila,” katanya. Terkait mekanisme panarikan, pembatalan atau pengantian judul dan subtansi RUU HIP menjadi RUU PIP berpulang kepada DPR sebagai pembuat UU bersama pemerintah. Menurut Bambang, setidaknya ada dua opsi yang bisa ditempuh sesuai mekanisme aturan dan perundang-undangan yang berlaku. Pertama, karena RUU sudah ada di pemerintah, maka pemerintah bisa mengubah seluruh substansi di dalam RUU HIP yang terdiri dari 10 bab dan 60 pasal dengan DIM (Daftar Inventarisasi

(7)

Masalah) yang baru termasuk judulnya. DIM itu kemudian dibahas dengan DPR. “Misalnya, karena hanya menyangkut teknis implementasi Pancasila dan penguatan payung hukum untuk BPIP, cukup 6 atau 7 bab dengan 15-17 pasal saja,” ujarnya. Bagi kami, perdebatan tentang Pancasila sudah final dan sudah selesai. Tugas kita selanjutnya sebagai bangsa adalah mengimplementasikannya secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk tekad kita, bahwa Pancasila harus menjiwai seluruh kebijakan negara (Bambang Soesatyo) Opsi kedua, RUU HIP inisiatif DPR itu dapat ditarik, dan dimasukan kembali sebagai inisiatif DPR yang baru, menjadi RUU PIP (Pembinaan Ideologi Pancasila) dengan perubahan total. “Bagi kami, perdebatan tentang Pancasila sudah final dan sudah selesai. Tugas kita selanjutnya sebagai bangsa adalah mengimplementasikannya secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk tekad kita, bahwa Pancasila harus menjiwai seluruh kebijakan negara,” ucap Bambang.

(8)

Sabtu, 04 Juli 2020 Kompas Hal. 9

Meski wisatawan mancanegara bulan lalu meningkat tipis dibandingkan sebulan sebelumnya, peningkatannya dinilai belum signifikan memulihkan kondisi industri pariwisata nasional. Pelaku berharap dari turis domestik. Oleh AGNES THEODORA Pemulihan sektor pariwisata diperkirakan masih akan memakan waktu lama sepanjang penanganan pandemi Covid-19 belum maksimal. Meskipun mulai ada peningkatan tipis dari April ke Mei 2020, kunjungan wisatawan mancanegara dinilai belum signifikan memulihkan kondisi industri pariwisata. Melihat perkembangan kondisi terkini, pelaku industri pariwisata pun lebih banyak berharap pada wisatawan domestik. Pemerintah disarankan terlebih dahulu menyusun strategi pemulihan untuk menggaet kunjungan wisatawan Nusantara dan menggenjot perjalanan dinas pemerintah dibandingkan dengan menyasar kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang Mei 2020, ada 163.646 wisman yang berkunjung ke Indonesia. Angka kunjungan itu naik 3,1 persen dibandingkan dengan kondisi sebelumnya pada April 2020 dengan 158.718 kunjungan. Para wisman terpantau paling banyak datang melalui pintu masuk laut, yakni sebanyak 48.440 kunjungan, dan pintu masuk darat sebanyak 114.720 kunjungan. Adapun kunjungan dari pintu masuk udara hanya tercatat 489 orang. Pelabuhan di Batam, Kepulauan Riau, dan pos perbatasan di Aruk, Kalimantan Barat, tercatat paling banyak menerima kedatangan wisman. Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata BPS Titi Kanti, Rabu (1/7/2020), mengatakan, mayoritas wisman yang datang pada Mei 2020 berasal dari Malaysia. Selain Malaysia, kunjungan wisman paling banyak adalah dari Timor Leste. Mereka umumnya warga negara Indonesia (diaspora dan pekerja migran) yang sudah lama tinggal di luar negeri, tetapi pulang untuk momentum Lebaran. Menurut Kepala BPS Suhariyanto, meskipun ada kenaikan tipis, kunjungan wisman terpantau masih turun drastis di hampir semua pintu masuk. Jika dibandingkan dengan kondisi Mei tahun lalu dengan 1,25 juta kunjungan, penurunan pada Mei 2020 ini mencapai 86,9 persen. ”Pemerintah sudah mulai melakukan langkah recovery, tetapi tampaknya akan tetap membutuhkan waktu,” katanya. Kunjungan wisman diperkirakan membutuhkan waktu yang lama untuk kembali meningkat. Sebab, hal itu bergantung pada kebijakan bepergian di masing-masing negara. Oleh karena itu, geliat pariwisata ke depan lebih banyak diwarnai kunjungan wisatawan Nusantara.

Namun, BPS belum merampungkan analisis data terkait kunjungan wisatawan domestik ini. Sekretaris Jenderal Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran berpendapat, meskipun ada kenaikan tipis kunjungan wisman, pelonggaran PSBB belum banyak menggerakkan lagi sektor pariwisata. Peningkatan kunjungan wisman selama Mei 2020 dinilainya kurang signifikan karena bukan berasal dari wisatawan yang datang untuk berwisata di Indonesia. Peningkatan itu tidak banyak berdampak pada tingkat okupansi hotel dan penginapan. PHRI mencatat, sejak PSBB dilonggarkan, peningkatan tingkat okupansi hotel sangat tipis. Tingkat okupansi rata-rata nasional saat ini masih 10 persen dan didominasi oleh wisatawan domestik, bukan wisman. ”Rata-rata mereka keluarga yang sudah bosan di rumah saja, dan tempatnya pun tidak jauh, seperti dari Jakarta ke kawasan Puncak, atau orang Pekanbaru ke Sumatera Barat,” katanya. Ia menyarankan, pemulihan tahap awal untuk sektor pariwisata tidak langsung menyasar kunjungan wisman, tetapi wisatawan domestik. Geliat sektor pariwisata juga bisa didukung lewat belanja pemerintah, seperti rapat-rapat atau perjalanan dinas. ”Kalau mau bicara pemulihan, tidak usah muluk-muluk dulu. Fokus saja ke wisatawan domestik dan peran pemerintah sendiri untuk mendorong pergerakan,” katanya.

Pengendalian Covid-19 Maulana berpendapat, pemulihan sektor pariwisata tidak lepas dari perkembangan penanganan Covid-19. Dengan kasus yang masih belum menurun, membuka kembali industri pariwisata akan riskan. Tugas dan tantangan pertama saat ini dimulai dengan menyosialisasikan protokol kesehatan baru ? dan mengubah kebiasaan masyarakat. ”Ini yang berat. Tetapi, saya yakin, kalau protokol itu bisa diterapkan dan mindset masyarakat bisa diubah, wisman pun pasti akan pelan-pelan berdatangan,” katanya. Saat ini, sejumlah negara mulai membuka kembali sektor pariwisatanya. Negara-negara Uni Eropa, misalnya, akan mengizinkan warga negara mereka untuk bepergian ke sejumlah negara yang dianggap sudah aman untuk dikunjungi. Namun, Indonesia tidak termasuk di dalamnya karena dinilai belum aman. Indonesia sendiri berencana membuka travel bubble atau perjanjian berwisata ke empat negara, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, dan Australia.

Keempat negara itu termasuk yang paling banyak menyumbang wisman ke Indonesia selama ini serta memiliki relasi investasi dan dagang dengan Indonesia. Namun, rencana ini masih diproses dan bisa berubah sesuai kondisi perkembangan pandemi.

Editor:MUKHAMAD KURNIAWAN

(9)

Sabtu, 04 Juli 2020 Kompas Hal. 10

Para pengembang masih kesulitan merealisasikan akad kredit pemilikan rumah (KPR) untuk rumah bersubsidi di bank pelaksana sehingga menghambat konsumen masyarakat berpenghasilan rendah memperoleh rumah. Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI/DIMAS WARADITYA NUGRAHA JAKARTA, KOMPAS — Penempatan dana pemerintah di empat bank pelat merah dinilai akan mendorong kebangkitan usaha mikro, kecil, dan menengah. Akan tetapi, penempatan itu dinilai belum akan optimal menggerakkan pasar properti. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Totok Lusida, Jumat (3/7/2020), mengemukakan, komitmen dana pemerintah di empat bank milik negara berlangsung ketika perbankan sangat selektif dan hati-hati menyalurkan kredit. Dana itu diharapkan dapat mendorong perbankan lebih longgar menyalurkan kredit untuk menggerakkan kembali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta sektor usaha lainnya, termasuk properti.

Kebangkitan industri properti akan membawa efek berganda terhadap 174 industri terkait properti, seperti semen, keramik, besi dan baja, hingga peralatan rumah tangga. Namun, kebangkitan dunia usaha membutuhkan waktu. Oleh karena itu, stimulus untuk membangkitkan ekonomi harus menyentuh seluruh sektor agar hasilnya efektif. ”Pemerintah perlu melibatkan pelaku usaha untuk mendata kebutuhan setiap sektor usaha untuk bisa bangkit. Harus dipastikan dorongan kebangkitan ekonomi dilakukan secara bersama-sama. Jika hanya sektor-sektor tertentu yang didorong, maka sulit efektif dan malah mubazir,” kata Totok ketika dihubungi dari Jakarta. Kebangkitan industri properti akan membawa efek berganda terhadap 174 industri terkait properti, seperti semen, keramik, besi dan baja, hingga peralatan rumah tangga. Sebelumnya, pemerintah menempatkan dana di empat bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sebesar Rp 30 triliun. Penempatan dana akan dilakukan selama tiga bulan dengan bunga 3,42 persen. Keempat bank itu adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Dengan tambahan penempatan dana itu, BTN menargetkan menyalurkan kredit sebesar Rp 30,3 triliun, Bank Mandiri Rp 21 triliun, BNI Rp 15,04 triliun, dan BRI Rp 122,5 triliun. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali mengemukakan, penempatan dana negara itu seharusnya bisa mendorong dan berdampak terhadap sektor perumahan, khususnya segmen menengah bawah atau subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Persoalannya, para pengembang masih kesulitan merealisasikan akad kredit pemilikan rumah (KPR) untuk rumah bersubsidi di bank pelaksana sehingga menghambat konsumen MBR memperoleh rumah. Untuk itu, Apersi meminta percepatan proses persetujuan kredit dan realisasi akad KPR dari bank pelaksana agar tidak berdampak terhadap arus kas pengembang dan menghambat konsumen memiliki rumah. ”Jika industri perumahan yang banyak menyerap tenaga kerja bisa bangkit, maka akan mengurangi masalah pemutusan hubungan kerja akibat dampak pandemi Covid-19,” ujarnya. Apersi meminta percepatan proses persetujuan kredit dan realisasi akad KPR dari bank pelaksana agar tidak berdampak terhadap arus kas pengembang dan menghambat konsumen memiliki rumah. Daniel mencontohkan, jika pada semester II-2020 realisasi akad KPR sebanyak 200.000 unit rumah tapak bersubsidi dan 75.000 unit rumah menengah bawah, maka terdapat aliran dana sekitar Rp 60 triliun ke sektor perumahan. Sementara itu, Direktur Utama BTN Pahala N Mansury mengatakan, hingga 25 Juni 2020, permintaan KPR subsidi di BTN naik 75 persen dibandingkan dengan Mei 2020. BTN optimistis pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan meningkatkan permintaan kredit, termasuk KPR. Pahala juga menyebut permintaan kredit di sektor perumahan masih akan tumbuh. Sebab, sektor ini termasuk kebutuhan primer masyarakat. Dengan sudah dilonggarkannya PSBB di awal Juni, kondisi ekonomi ini mulai berangsur-angsur pulih. Dari penempatan dana pemerintah, untuk enam bulan ke depan BTN berencana menyalurkan kredit sebesar Rp 30,03 triliun. Untuk sektor perumahan dan penopangnya, kredit yang akan disalurkan lebih kurang 70 persen dari total dana. Khusus KPR bersubsidi, penyaluran ditergetkan sebesar Rp 9,24 triliun.

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal tahun lalu sebesar 4,9% YoY, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5% YoY, lebih

Oleh karenanya, pemerintah berkomitmen melanjutkan dana penanganan covid dan pemulihan ekonomi pada 2021 sebesar Rp699,43 triliun dengan fokus pada intervensi kesehatan,

Padatnya lalu lintas jalan raya Pantura kemudian memunculkan urgensi untuk merajut konektivitas bebas hambatan, juga dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa, untuk

Menariknya, upaya ”penyangkalan” tersebut tidak hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan keagamaan yang bersangkutan atau instansi dari lingkungan yang terasosiasi dengan

Upaya penyediaan pembangkit listrik bersumber energi baru dan terbarukan jauh panggang dari api dengan masuknya gasifikasi batubara dalam RUU EBT.. Gasifikasi batubara bukanlah

Baca juga : Aneksasi Tepi Barat, Kesalahan Sejarah Akan tetapi, justru ketika semua mata dan hati masyarakat dunia mengarah pada bagaimana mengatasi pandemi Covid- 19, Netanyahu

Oleh DEONISIA ARLINTA JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan batas tertinggi untuk tarif pemeriksaan tes usap berbasis polimerase rantai ganda

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat tes yang mengukur penggunaan coping stress (ways of coping) berdasarkan Lazarus dan Folkman yang dimodifikasi oleh..