• Tidak ada hasil yang ditemukan

E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "E-PAPER PERPUSTAKAAN DPR RI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

E-PAPER

PERPUSTAKAAN DPR RI

Telepon : (021) 5715876, 5715817, 5715887 Fax : (021) 5715846

e-mail: perpustakaan@dpr.go.id

Become a Fan Perpustakaan DPR RI

http://perpustakaan.dpr.go.id http://epaper.dpr.go.id

Jumat 23 April 2021

No. Judul Surat Kabar Hal.

1. Hingga Maret 2021, BSI Salurkan Dana PEN Rp 8,6 Triliun Kompas -

2. Kondisi Masyarakat yang Sehat Jadi Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Kompas -

3. Menjaga Asa Operasi Pencarian dan Pertolongan KRI Nanggala Kompas 0

4. Oksigen di KRI Nanggala Diperkirakan Bisa Lebih dari 72 Jam Kompas 0

5. Waktu Penyelamatan Awak KRI Nanggala Kian Terbatas Kompas 1

(2)

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI melaporkan, hingga Maret 2021, realisasi penyaluran pembiayaan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) oleh BSI telah mencapai Rp 8,6 triliun, kepada lebih dari 60.000 nasabah.

"Dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional, BSI melakukan penyaluran pembiayaan ke berbagai sektor, melakukan penjaminan pembiayaan, dan subsidi margin," ujar Direktur Utama BSI Hery Gunardi, dalam diskusi virtual, Jumat (23/4/2021). Dengan realisasi tersebut, Hery menilai, perbankan syariah masih mampu menyalurkan pembiayaan dengan baik di tengah ancaman pandemi Covid-19 yang masih nyata. "Diharapkan dukungan BSI terhadap program pemerintah ini bisa turut membantu pembangunan ekonomi bangsa dan negara terutama pengentasan kemiskinan dan mensejahterakan rakyat,"

tuturnya. Lebih lanjut Hery merinci, penyaluran pembiayaan ini mayoritas disalurkan ke segmen konsumer dengan porsi 36 persen, UKM porsi 23 persen, dan mikro dengan porsi 22 persen dari total pembiayaan PEN. Dengan skala yang lebih baik hasil dari merger tiga bank syariah BUMN, BSI diharapkan mampu lebih berperan sebagai pilar baru ekonomi di Indonesia.

Hery menjelaskan, pihaknya berupaya meningkatkan komposisi dana murah dan me-manage pembiayaan dengan margin yang kompetitif. "BSI juga berupaya untuk mewujudkan bank syariah yang inklusif, universal, memiliki produk yang lengkap dan kompetitif, serta didukung teknologi digital," ucapnya.

(3)

JAKARTA, KOMPAS.com - Larangan pemerintah pada masyarakat agar tak melakukan mudik dalam perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah dilakukan untuk menjamin kesehatan masyarakat. Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Raden Pardede menyebut, kondisi masyarakat yang tetap sehat tanpa tertular Covid-19 akan menjadi semangat untuk menumbuhkan perekonomian Tanah Air. "Ini adalah dalam rangka melindungi kesehatan yang utama.

Kalau kesehatan kita tidak terlindungi, bagaimana kita bicara ekonomi? Jadi kesehatan yang terlindungi tadi itu yang membangkitman optimisme," sebut Raden dalam keterangan tertulis yang dikutip Kamis, (22/4/2021). Raden melanjutkan, pemerintah akan segera melonggarkan kegiatan masyarakat jika penyebaran Covid-19 dapat terkendali. "Nanti sesudah keadaan lebih baik, vaksinasinya makin bagus, makin cepat, nantinya baru kita kemudian melonggarkan ekonomi kita. Tapi tetap dengan protokol kesehatan dulu untuk waktu ini," sebut dia. Saat ini, lanjut Raden, selain melakukan pembatasan kegiatan masyarakat, termasuk dengan melakukan larangan mudik, pemerintah juga terus mendorong percepatan vaksinasi Covid-19. Raden yakin jika program vaksinasi bisa berjalan optimal dan kasus penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan ekonomi akan semakin cepat untuk pulih. "Dengan cara seperti itu kita harapkan pemulihan ekonomi kita akan baik karena antara optimisme kemudian mereka mau berbelanja, mereka mau berinvestasi, itulah yang menggerakkan ekonomi,"

imbuhnya. Sebagai informasi larangan mudik ditetapkan pemerintah mulai 6-17 Mei mendatang. Sejumlah pos penjagaan disiapkan untuk melakukan pengecekan pada masyarakat yang nekat tidak mengindahkan anjuran pemerintah. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta masyarakat sementara menahan kerinduan untuk mudik dan merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman. "Mohon bersabar jangan pulang kampung dulu.

Kerinduan terhadap keluarga bisa menimbulkan hal yang tragis," sebut Doni, Selasa (20/4/2021). Doni menegaskan larangan untuk mudik dilakukan pemerintah agar tidak terjadi penambahan jumlah kasus Covid-19 seperti yang terjadi pada tahun 2020.

(4)

Operasi pencarian dan pertolongan KRI Nanggala-402 dan 53 awak kapal selam tersebut harus tetap maksimal. Kapal selam itu sebisa mungkin ditemukan dan para awak dievakuasi. Oleh AMBROSIUS HARTO SURABAYA, KOMPAS — Operasi pencarian dan pertolongan terhadap 53 awak KRI Nanggala-402 yang dinyatakan hilang telah memasuki hari ketiga.

Pengerahan berbagai sumber daya serta bantuan mancanegara memelihara harapan yang terbaik untuk keselamatan seluruh awak kapal selam itu. ”Berharap yang terbaik untuk adik-adik saya di KRI Nanggala, kapal selam kebanggaan saya. Namun, sebaiknya juga bersiap untuk kemungkinan terburuk,” kata sesepuh Satuan Kapal Selam Komando Armada 2 dan mantan Kepala Kamar Mesin KRI Nanggara Laksamana Muda (Purn) Frans Wuwung di kediaman di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (23/4/2021) petang. Frans mengatakan, merasa perlu memberikan pandangan untuk meluruskan sejumlah informasi tentang KRI Nanggala agar publik dapat memahami insiden hilangnya kapal selam itu di perairan utara Pulau Bali dengan komprehensif. Mengaitkan usia operasional Nanggala yang sudah 40 tahun dengan kesiapan kapal selam tersebut berlayar tidak tepat. Membuka ke publik tentang kemampuan maksimal menyelam Nanggala setara dengan membocorkan rahasia kekuatan alat utama sistem persenjataan TNI. ”Percayalah kepada negara pasti menempuh yang terbaik dan berbagai cara untuk menemukan kapal selam itu. Kemudian, bersimpatilah kepada keluarga awak Nanggala dengan tidak menyebarluaskan informasi yang membingungkan bahkan membawa tekanan psikologis kepada mereka,” kata Frans. Menurut Frans, Kepala Kamar Mesin (KKM) jabatan ketiga tertinggi dalam kapal selam. Sebagai mantan KKM, Frans amat paham bagaimana mempersiapkan, mengoperasikan, dan mengantisipasi kejadian selama penyelaman. Frans salah satu awak yang membawa KRI Cakra-401 dari Jerman ke Indonesia pada 1981. Setelah betugas di Cakra, Frans ditugaskan ke Nanggala dalam kurun 1983-1985 dengan jabatan terakhir KKM di kapal selam tersebut. Usia operasional suatu alutsista, lanjut Frans, tidak dapat dikaitkan begitu saja apalagi dituding menjadi penyebab insiden. Untuk kapal selam, terutama Nanggala, sebelum operasional, ada pemeriksaan dan pemeliharaan menyeluruh terhadap kapal dan seluruh awak yang harus mencapai situasi sempurna.

”Ada sistem pemeliharaan terpadu sesuai dengan technical handbook yang wajib, sekali lagi, wajib dilaksanakan. Jika ada kekurangan sedikit saja tidak bisa ditoleransi. Secara umum, KRI Nanggala masih bisa beroperasi berarti membuktikan keandalan kita dalam pemeliharaan alutsista,” katanya. TNI Angkatan Laut mewajibkan suatu kapal selam, termasuk kapal perang, untuk lolos empat tahapan latihan. Dalam perjalanannya, Nanggala dinyatakan hilang kontak setelah mendapat izin menyelam dari Gugus Tempur Laut Komando Armada 2 untuk latihan penembakan pada Rabu (21/4/2021) sekitar pukul 03.00 WIB. Saat hilang kontak itu, Nanggala telah mencapai L4. ”Berarti Nanggala sudah melewati latihan satu sampai tiga di mana dalam setiap tahapan diperiksa oleh armada. Nanggala dan awak sebelum hilang sudah dalam kondisi siap dan mampu mengoperasikan alutsista itu. Jika tidak lolos di suatu tahapan, tidak mungkin penyelaman diizinkan,” ujar Frans. Lalu, bagaimana kemungkinan Nanggala yang masih dalam operasi pencarian dan pertolongan (SAR)? Menurut Frans, TNI telah mengumumkan adanya kemungkinan kapal selam itu mengalami blackout saat menyelam. Blackout berarti tidak ada energi untuk menggerakkan kapal selam itu selama menyelam. Kemungkinan besar Nanggala terus menyelam ke kedalaman sehingga TNI juga mengumumkan ada kemungkinan kapal selam tersebut terjebak di palung berkedalaman 700 meter.

Kemungkinan terburuk Selain itu, TNI juga mengumumkan temuan tumpahan minyak di lokasi terakhir kapal selam sebelum menyelam. Jika bahan bakar itu memang berasal dari Nanggala, ada kemungkinan kapal selam mengalami gangguan, terus menyelam, dan belum muncul atau hilang. ”Saya cemas karena situasi itu berbahaya dan fatal sehingga kita perlu bersiap dengan kemungkinan terburuk,” kata Frans. Sebelumnya, pandangan senada tentang tidak eloknya mengaitkan usia operasional alutsista dengan insiden diutarakan oleh peneliti senior teknik kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Wisnu Wardhana. ”Tidak tepat jika menjadikan faktor usia alutsista sebagai penyebab suatu insiden. Meskipun tua, kapal perang selalu melewati berbagai tahapan yang rigid sebelum diizinkan beroperasi,” katanya. Wisnu mendorong agar Indonesia bisa mempercepat kehadiran bantuan mancanegara yang membawa wahana laut berteknologi canggih untuk menemukan Nanggala dan memastikan kondisi kapal itu. ”Setelah itu, evakuasi awak dan pengangkatan kapalnya,” ujarnya.

Dari pengalaman pengangkatan kapal selam yang mengalami insiden di mancanegara, lanjut Wisnu, prosesnya bisa berbulan-bulan. Cepat tidaknya proses pengangkatan bergantung pada keberadaan sarana penunjang dan kecanggihan teknologinya. ”Insiden ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi negara dalam menentukan prioritas kebijakan pengadaan dan pemeliharaan alutsista,” kata Wisnu.

(5)

KRI Nanggala-402 dilengkapi sistem yang bisa mengubah karbon dioksida menjadi oksigen. Hingga kini, tim pencari masih berusaha mencari lokasi kapal selam yang hilang pada Rabu (21/2/2021). Oleh IQBAL BASYARI JAKARTA, KOMPAS — Persediaan oksigen bagi 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 diperkirakan bisa lebih dari 72 jam. Meski demikian, keberhasilan evakuasi para awak sangat bergantung pada lokasi dan kedalaman kapal selam tersebut. Hingga Jumat (23/4/2021) pukul 17.00 atau sekitar 60 jam seusai hilang kontak sebelum melakukan penyelaman di perairan utara Bali, tim pencari dan penyelamat belum menemukan lokasi kapal selam KRI Nanggala-402. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Achmad Riad di Pangkalan TNI Angkatan Udara I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, mengatakan, status KRI Nanggala sampai sekarang masih dalam isyarat kapal hilang dan belum dinyatakan sebagai kapal tenggelam. ”Sesuai dengan penjelasan Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono kemarin (Kamis), hingga saat ini harapannya masih sub-miss, masih hilang.

Kami mohon doa agar (pencarian) bisa maksimal hari ini,” katanya. Achmad menuturkan, kapal selam yang hilang kontak diperkirakan dalam keadaan tidak bergerak dan tidak mengeluarkan suara. Dengan demikian, pencarian hanya bisa mengandalkan peralatan yang memiliki kemampuan sonar. Tim pencari melakukan penyisiran di utara perairan Bali yang menjadi lokasi terakhir kapal selam sebelum hilang kontak. Pencarian difokuskan di sembilan titik di area seluas 18,52 kilometer yang berada sekitar 40 kilometer utara Pelabuhan Celukan Bawang. Lokasi itu diduga menjadi lokasi kapal selam dari temuan-temuan berupa tumpahan minyak dan daya magnet yang kuat. Achmad mengatakan, pencarian dilakukan oleh 21 KRI, termasuk kapal selam KRI Alugoro-405 dan KRI Rigel-933 yang memiliki kemampuan monitor bawah laut melalui sonar. Selain itu, ada empat kapal dari kepolisian, yakni Kapal Gelatik, Kapal Enggang, Kapal Barata, dan Kapal Balam. Kapal milik kepolisian itu memiliki remotely operated vehicles (ROV) dan alat sonar dua dimensi. Empat kapal milik Badan SAR Nasional juga dikerahkan ke lokasi, yakni KN SAR Wisnu, KN SAR Antasena, KN SAR Arjuna, dan KN SAR Kamajaya. Adapun bantuan berupa kapal untuk evakuasi awak kapal berasal dari negara lain, seperti Singapura (MV Swift), Malaysia (MV Mega Bakti), Australia (HMAS Balarat dan HMAS Sirius), India (SCI Sabarmati), serta pesawat dari Amerika Serikat (USN Aircraft Poseidon).

Kapal dan pesawat bantuan ini dalam perjalanan ke lokasi pencarian. Yang lebih cepat tiba di lokasi diperkirakan MV Swift pada Sabtu (24/4/2021). ”Yang diutamakan adalah kapal-kapal yang memiliki kemampuan membaca sonar karena tidak semua kapal memiliki kemampuan itu,” ujarnya. Secara terpisah, pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie mengatakan, seandainya kru kapal selam masih bertahan, biasanya mereka akan membuat bunyi-bunyian dan keriuhan sebagai pertanda kepada kapal permukaan. Ketika tanda-tanda suara itu sudah tidak ada, kemungkinan kapal selam sudah tenggelam di dasar lautan atau kapal selam sudah tidak bertahan. KRI Nanggala juga dilengkapi sistem yang bisa mengubah karbon dioksida menjadi oksigen. Dengan sistem itu, persediaan oksigen yang diperkirakan hanya cukup untuk 72 jam kemungkinan bisa lebih lama, artinya kemungkinan 53 awak kapal selam bisa bertahan lebih dari yang diperkirakan, Sabtu (24/4) pukul 03.46. Meski demikian, keselamatan awak kapal sangat ditentukan pada kedalaman lokasi kapal selam tersebut.

Jika kapal selam itu terjebak di palung dengan kedalaman 700 meter seperti dugaan awal, kapal selam itu diperkirakan rusak.

Arus laut bisa merusak sambungan kapal selam yang terbuat dari baja karena kapal selam itu didesain hanya mampu menyelam di kedalaman 250-500 meter. Kedalaman lokasi kapal juga menentukan keberhasilan evakuasi awak kapal. Untuk melakukan evakuasi, kapal bantuan harus turun dan menempel di badan kapal selam. Awak kapal selam satu per satu masuk ke kapal itu dan dievakuasi ke permukaan. ”Semakin dalam lokasinya, risikonya semakin besar,” kata Connie. Menurut dia, operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam tidak mudah. Sebab, kapal selam merupakan alat utama sistem persenjataan yang didesain seperti siluman yang tidak terlihat karena fungsinya untuk membunuh lawan. Ketika kapal selam hilang, maka pencarian akan sangat sulit dilakukan. ”Keberhasilan kapal yang menggunakan sonar mencari lokasi kapal selam sangat ditentukan dengan jarak, kepekatan, kondisi laut, dan arus,” katanya. Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mengatakan, tidak mudah mencari kapal selam yang hilang. Oleh karena itu, tim pencari harus menyiapkan beberapa skenario penyelamatan yang paling relevan dengan menyesuaikan kondisi yang ada. Selain itu, Indonesia juga diharapkan segera memiliki perangkat penanganan kedaruratan untuk kapal selam. Sebab, saat ini, perangkat tersebut masih tidak dimiliki sehingga operasi penyelamatan awak KRI Nanggala bergantung dari bantuan negara lain. ”Jika ingin meningkatkan jumlah armada kapal selam, perangkat penanganan kedaruratan itu adalah satu aspek penting yang harus disediakan untuk melengkapi keberadaan kapal selam,” kata Fahmi.

(6)

Pencarian kapal selam KRI Nanggala dioptimalkan. Sebanyak 53 awak kapal diharapkan dapat dievakuasi sebelum suplai oksigen di kapal itu diperkirakan habis pada Sabtu pagi. Oleh TIM KOMPAS BADUNG, KOMPAS — Upaya terbaik dikerahkan untuk menyelamatkan 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di laut di utara Pulau Bali. Kapal diharapkan bisa segera ditemukan dan semua awaknya bisa dievakuasi sebelum cadangan oksigen di kapal itu diperkirakan habis pada Sabtu (24/4/2021) pagi. ”Pemerintah akan terus mengupayakan yang terbaik untuk menyelamatkan semua awak kapal,” kata Presiden Joko Widodo, Kamis (22/4/2021). Akhyar Tarfi, warga Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, terus memantau pencarian KRI Nanggala karena adiknya, Letnan Kolonel (Laut) Irfan Suri, berada di kapal selam itu. ”Kami sekeluarga berdoa untuk keselamatan Irfan,” ucap Akhyar. Kolonel (Laut) Kicky Salvachdie, sepupu Kolonel (Laut) Harry Setiawan, Komandan Satuan Kapal Selam Komando Armada II yang ikut di KRI Nanggala, menuturkan, keluarga besar berdoa, memohon agar kapal segera ditemukan dan semua anggota kru selamat. Kapal selam itu diperkirakan hilang di perairan sekitar 95 kilometer utara Pulau Bali saat sedang persiapan sebelum latihan pada Rabu (21/4/2021). Kapal produksi Jerman tahun 1979 itu ditengarai mengalami mati listrik total (black out) saat penyelaman dan diperkirakan jatuh di palung di kedalaman 600-700 meter dari permukaan laut.

Di lokasi, tak jauh dari titik penyelaman, tim pencari pada Rabu sempat menemukan tumpahan minyak yang diduga berasal dari KRI Nanggala. Hingga Kamis (22/4/2021), lima KRI dan satu Helipanter HS 4211 terus mencari keberadaan KRI Nanggala di laut sisi utara Pulau Bali. Namun, titik lokasi KRI Nanggala belum bisa dipastikan. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, di Badung, Bali, menuturkan, Kamis pagi, tim menemukan obyek dengan kemagnetan yang tinggi di kedalaman 50-100 meter. Obyek itu dalam kondisi melayang. Temuan itu masih perlu diverifikasi KRI Rigel dan KRI Pulau Rimau yang dilengkapi kemampuan untuk pencarian bawah laut. ”Mudah-mudahan kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala,” harapnya.

Yudo mengatakan, dalam kondisi blackout (mati listrik), persediaan oksigen di KRI Nanggala masih bisa menyuplai kebutuhan kru hingga 72 jam. Dengan demikian, persediaan oksigen kru kapal selam itu masih bisa bertahan hingga Sabtu pagi karena kontak terakhir sebelum KRI Nanggala menyelam ialah Rabu pukul 03.46. ”Mudah-mudahan bisa segera ditemukan dan cadangan oksigen masih ada,” katanya. Penuh tantangan Analis Utama Politik Keamanan Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45), Iis Gindarsah, mengatakan, operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam relatif penuh tantangan. Para pencari dihadapkan pada tekanan, arus, dan suhu di bawah air yang perubahannya cenderung ekstrem. Lokasi yang berada di bawah air juga membuat kebutuhan pencarian berbeda jika dibandingkan dengan yang di permukaan. Di tengah tantangan itu, peneliti senior teknik kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Wisnu Wardhana, mengatakan, salah satu sumber daya yang mendesak dioperasikan ialah kapal selam robotik (remotely operated underwater vehicle). ”Untuk memastikan lokasi kapal selam itu dan bagaimana kondisinya,” ujarnya. Dengan waktu yang terus berlalu, ujar Wisnu, TNI, melalui pusat krisis, perlu terus secara berkala menginformasikan perkembangan pencarian kepada keluarga guna menjaga ketenangan keluarga para awak. ”Harus segera ditemukan kapalnya, bagaimana kondisinya, terutama nasib para awaknya, karena sistem penopang kehidupan di kapal selam terbatas,” ucap Wisnu. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Achmad Riad mengatakan, semua sumber daya peralatan akan dikerahkan untuk mempercepat penemuan lokasi KRI Nanggala. Adapun kapal pencari kapal selam milik Angkatan Laut Singapura diperkirakan tiba 24 April, sedangkan kapal serupa dari AL Malaysia diperkirakan tiba 26 April. TNI juga mendapat tawaran bantuan dari sejumlah negara lain. Achmad juga menuturkan, posko crisis center pencarian KRI Nanggala direncanakan berada di Markas Komando Armada II Surabaya dan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banyuwangi, Jawa Timur. Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen, melalui akun Facebook-nya, mengatakan, kapal penyelamat MV Swift Rescue langsung dikerahkan ke Selat Bali, Rabu sore, setelah TNI meminta bantuan untuk mencari KRI Nanggala. Dikutip dari laman Kementerian Pertahanan Singapura, MV Swift Rescue disebut sebagai submarine support and rescue vessel yang memiliki kapal selam penyelamat yang mampu menyelam hingga 500 meter. Dalam kondisi tertentu, batas kedalamannya bisa menembus 700 meter. Kapal selam itu bisa membawa maksimum 17 penumpang sekali jalan. Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR Utut Adianto berpandangan, kasus yang menimpa kapal selam KRI Nanggala menjadi sinyal kuat bahwa peremajaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia sudah mendesak.(BOW/SYA/EDN/GER/COK/BRO/AIN/NIK)

Referensi

Dokumen terkait

Padatnya lalu lintas jalan raya Pantura kemudian memunculkan urgensi untuk merajut konektivitas bebas hambatan, juga dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa, untuk

Menariknya, upaya ”penyangkalan” tersebut tidak hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan keagamaan yang bersangkutan atau instansi dari lingkungan yang terasosiasi dengan

Upaya penyediaan pembangkit listrik bersumber energi baru dan terbarukan jauh panggang dari api dengan masuknya gasifikasi batubara dalam RUU EBT.. Gasifikasi batubara bukanlah

Baca juga : Aneksasi Tepi Barat, Kesalahan Sejarah Akan tetapi, justru ketika semua mata dan hati masyarakat dunia mengarah pada bagaimana mengatasi pandemi Covid- 19, Netanyahu

Oleh DEONISIA ARLINTA JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan batas tertinggi untuk tarif pemeriksaan tes usap berbasis polimerase rantai ganda

Peraturan OJK (POJK) Republik Indonesia Nomor 11/Pojk.03/2020 itu menyatakan bahwa bank akan menerapkan kebijakan yang mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi untuk debitor yang

Oleh karenanya, pemerintah berkomitmen melanjutkan dana penanganan covid dan pemulihan ekonomi pada 2021 sebesar Rp699,43 triliun dengan fokus pada intervensi kesehatan,

Oleh karena itu, presidensi G-20 Indonesia ta- hun 2022 sangat penting untuk menyampaikan beberapa tin- dakan kebijakan terkoordinasi yang konkret, tidak hanya un- tuk