• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI. HASIL AIR PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DALAM MENYUMBANG ALIRAN SUNGAI Edy Junaidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan DAFTAR ISI. HASIL AIR PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DALAM MENYUMBANG ALIRAN SUNGAI Edy Junaidi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan

jht

ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1 Maret 2014

HASIL AIR PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DALAM MENYUMBANG ALIRAN SUNGAI

Edy Junaidi

KAYU SISA PENJARANGAN DAN TEBANG HABIS HUTAN TANAMAN JATI

Ahmad Budiaman, Devi Muhtariana, dan Nensi Yunita Irmawati

PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN MELALUI ANEKA USAHA KEHUTANAN (Studi di Dinas Kehutanan Kabupaten Malang)

Hari Wijayanto, Agus Suryono dan Tjahjanulin Domai

KINERJA INDUSTRI KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN MENUJU EKOEFISIENSI

Darni Subari

KARAKTERISTIK JENIS POHON PADA BERBAGAI TIPE LOKASI HUTAN KOTA DI PEKANBARU PROPINSI RIAU

Anna Juliarti

KAJIAN DINAMIKA HARA TANAH PADA EMPAT PERLAKUAN

Ary Widiyanto

STRUKTUR DAN DIMENSI SERAT PELEPAH KELAPA SAWIT

Lusita Wardani, Faisal Mahdie, dan Yusuf Sudo Hadi

KAJIAN BENTANG LAHAN EKOLOGI FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT BERBASIS CITRA PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAS SEBANGAU

Raden Mas Sukarna

PENGARUH TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH TEMBESU (Fagraea fagrans Roxb)

Tati Suharti, Yulianti Bramasto dan Naning Yuniarti

KERUSAKAN TANAH YANG TERJADI AKIBAT SLIP PADA KEGIATAN PENGANGKUTAN KAYU

Yuniawati dan Sona Suhartana

UJI VIABILITAS DAN SKARIFIKASI BENIH BEBERAPA POHON ENDEMIK HUTAN RAWA GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

Siti Maimunah

ANALISA USAHA LEBAH MADU HUTAN DAN KUALITASNYA

Fatriani, Arfa Agustina Rezekiah, Adistina Fitriani

1-8 9-15 16-23 24-34 35-39 40-46 47-51 52-59 60-64 65-70 71-76 77-81

(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1yaitu:

Prof. Dr. Ir. M. Lutfhi Rayes,M.Sc (Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya)

Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani, M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Dr.Hj. Nina Mindawati, M.S

(Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS

(Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Prof.Dr.Ir.H.M. Ruslan, M.S

(Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc.

(Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. KusumoNugroho, MS

(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Dr.Ir. Cahyono Agus Dwikoranto, M.Agr. (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Dr.Ir. Sipon Muladi

(Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi

(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)

(4)

Salam Rimbawan,

Jurnal Hutan Tropis Volume 1 Nomor 3 Edisi Novem-ber 2013 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian kehutanan.

Edy Junaidi meneliti peranan hidrologi hutan (hutan alam dan hutan tanaman) terhadap aliran sungai ditinjau dari neraca air dengan membandingkan penggunaan lahan hutan dan penggunaan lahan lain.

Ahmad Budiaman, dkk meneliti besarnya kayu sisa dari kegiatan tebang habis kelas umur (KU) VII dan penjarangan KU VI Kayu jati (Tectona grandis) yang dikelola oleh Perum Perhutani.

Hari Wijayanto, dkk meneliti pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui aneka usaha kehutanan. Hasil penelitian ini menunjukkan proses perencanaan aneka usaha kehutanan sebagai usaha memberdayaan masyarakat sekitar hutan masih kurang maksimal.

Darni Subari meneliti kinerja industri kayu lapis di Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri kayu lapis umumnva memiliki kesamaan dalam proses dan mesin produksinya

Anna Juliarti meneliti jenis-jenis pohon yang ditanam di lokasi Hutan Kota di Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 7 spesies, 5 famili yang terdapat di median jalan, 12 spesies , 11 famili yang berada di pinggir jalan dan 26 spesies, 17 famili yang terdapat di taman-taman kota

Ary Widiyanto meneliti dinamika hara pada lahan agroforestri sengon-kapulaga dengan pemberian empat perlakuan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar C, N dan P tanah, sedangkan waktu pengukuran berkorelasi dengan kadar C, N dan P tanah.

Lusita Wardani, dkk mengidentifikasi beberapa sifat anatomi pelepah sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tebal serat, diameter serat pelepah sawit serta diameter metaxylem dan tebal dinding selnya

masing-masing adalah 2328,3-2486,0 ìm; 26,2-27.0 ìm; 598,3-792,51ìm, and 21,65-26,65 ìm.

Raden Mas Sukarna meneliti klasifikasi struktur hutan rawa yang akurat melalui model Forest Canopy Density Citra Landsat, dan model distribusi floristik hutan pada satuan bentang lahan berdasarkan integrasi spasial antara variasi struktur hutan dan tipe bentuk lahan.

Tati Suharti, dkk meneliti teknik pengendalian penyakit benih terhadap viabilitas benih tembesu (Fagraea fragrans Roxb).

Yuniawati dan Sona Suhartana meneliti kerusakan tanah yang terjadi akibat terjadinya slip pada saat kegiatan pengangkutan kayu di wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciguha, BKPH Cikawung, KPH Sukabumi Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

Siti Maimunah meneliti indeks viabilitas benih untuk jenis-jenis yang tumbuh di hutan rawa gambut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya indeks viabilitas dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah dan ketepatan cara skarifikasi benihnya. Tumih dan pulai adalah jenis yang direkomendasikan untuk dikembangkan di lahan gambut terdegradasi.

Fatriani, dkk meneliti biaya, pendapatan dan keuntungan usaha lebah madu serta menganalisa kualitas madu yang dihasilkan oleh usaha lebah madu. Lokasi penelitian berada di Desa Telaga Langsat Kecamatan Tangkisung Kabupaten Tanah Laut

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.

Banjarbaru, Maret 2014 Redaksi,

KATA PENGANTAR

(5)
(6)

40

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1 Maret 2014 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992

KAJIAN DINAMIKA HARA TANAH PADA EMPAT PERLAKUAN

Study on Soil Nutrient Dinamics in Four Treatment

Ary Widiyanto

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4, Ciamis 46201

ABSTRACT. Difference between monoculture and agroforestry systems is the presence of organic

mat-ter inputs by tree derived from the canopy above the ground and the roots below ground. This study aims to determine the soil nutrient dynamics in sengon-cardamom agroforestry system in four different treat-ments . Organic materials were applied consisting of 1) Trimmings cardamom, 2 ) clipping of sengon trees, 3 )mixture of clipping plants at the site (gamal , petaian , grass, etc.), and 4) combination of 1,2 , and 3 at a the same weight ratio, with three replications. Measurement of levels of C organic, N and P performed five times at three depths, 0-40 cm, 40-80 cm and 80-120 cm . Analysis of variance between nutrient levels with treatment type and depth as well as correlation between the nutrient content and the measurement time. The results showed that the type of treatment and soil depth does not influence on the levels of C, N and P, while time measurements correlate with levels of C , N and P. Giving sengon trimmings able to maintain the levels of N and P while giving mixture of clipping plants at the site able to maintain C organic levels .

Keywords: Dynamics, nutrients, treatment, depth

ABSTRAK.Perbedaan sistem agroforestri dengan monokultur adalah adanya masukan bahan organik

oleh pohon yang berasal dari bagian tajuk di atas tanah maupun bagian akar di bawah tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika hara pada lahan agroforestri sengon-kapulaga dengan pemberian empat perlakuan yang berbeda.Bahan organik yang aplikasikan terdiri dari 1) pangkasan kapulaga, 2) pangkasan daun dan ranting pohon sengon, 3) campuran pangkasan tanaman yang ada di lokasi (gamal,petaian, rumput, dsb) dan 4) kombinasi 1,2 dan 3 pada perbandingan berat yang sama dengan tiga ulangan. Pengukuran kadar C organik, N dan P dilakukan lima kali pada tiga kedalaman, 0-40 cm, 40-80 cm dan 80-120 cm. Analisis sidik ragam antara kadar hara dengan jenis perlakuan dan kedalaman serta uji korelasi antara kadar hara dengan waktu pengukuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar C, N dan P tanah, sedangkan waktu pengukuran berkorelasi dengan kadar C, N dan P tanah. Pemberian pangkasan sengon mampu mempertahankan kadar N dan P tanah sedangkan pemberian campuran pangkasan tanaman mampu mempertahankan kadar C organik tanah.

Kata kunci: Dinamika, hara, perlakuan, kedalaman

Penulis untuk korespondensi, surel:ary_301080@yahoo.co.id

PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan yang umumnya dijumpai di lahan pertanian di Indonesia adalah degradasi kesuburan tanah yang berlangsung sangat cepat, akibat tidak berimbangnya antara jumlah masukan hara dan kehi-langan hara. Pada lahan pertanian masukan hara melalui pemberiaan pupuk dan kehilangan hara umumnya melalui pemanenan.

Penambahan bahan organik ke dalam tanah baik

melalui pengembalian sisa panen, kompos, pangkasan tanaman penutup tanah dan sebagainya dapat mem-perbaiki cadangan total BOT (capitalstore C). Praktek pertanian secara terus-menerus akan mengurangi ca-dangan total C dan N dalam tanah. Apabila ada pembe-raan maka secara bertahap kondisi tersebut akan pulih kembali. Dari semua unsur hara, unsur N dibutuhkan dalam jumlah paling banyak tetapi ketersediaannya selalu rendah,karena mobilitasnya dalam tanah sangat

(7)

41 Ary Widiyanto: Kajian Dinamika Hara Tanah pada Empat Perlakuan (2): 40-46

tinggi. Kemampuan tanah dalam menyediakan hara N sangat ditentukan oleh kondisi dan jumlah bahan organik tanah (Hairiah dkk, 2003).

Dalam sistem agroforestri, siklus hara dan karbon lebih bersifat tertutup dibandingkan sistem pertanian tanaman semusim secara monokultur. Penambahan bahan organik oleh pohon dapat berasal dari bagian tajuk di atas tanah maupun bagian akar di bawah tanah. Memasukkan komponen pohon ke dalam sistem perta-nian monokultur akan menambah unsur hara dan karbon dalam system tersebut. Peningkatan kandungan karbon dan unsur lain selain merupakan hasil dekomposisi serasah dan akar pohon, juga terkait dengan fungsi pohon sebagai jaring penyelamat dan pemompa hara, sehingga mengurangi jumlah hara yang hilang (Hairiah dkk, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika hara pada lahan agroforestri dengan pemberian empat perlakuan yang berbeda. Hasil yang diharapkan adalah tersedianya data dan informasi sejauh mana pengaruh penerapan teknik pengelolaan hara pada agroforestri sengon-kapulaga dapat mempertahankan dan mening-katkan ketersediaan hara dalam tanah.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Septem-ber 2012 di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan, Ciamis pada ketinggian 680 m dari permukaan laut dan curah hujan rata-rata 2500-3000 mm. Tanahnya terdiri dari kompleks andosol dan latosol yang dapat dikelompokan kedalam tanah ultisol yang sudah mengalami pelapukan yang lebih lanjut (Perhimpi. 1990). Penelitian di lakukan pada lahan milik petani seluas 2 ha yang diusahakan dengan pola agroforestri dengan kombinasi sengon dan kapulaga. Sengon ditanam dengan jarak tanam 3m x 4 m sedang kapulaga ditanam 1 m x 1 m yang membentuk rumpun.

ProsedurPenelitian

Bahan organik yang diaplikasikan ke lahan meliputi (1) masukan bahan organik berupa pangkasan kapulaga, (2) masukan bahan organik berupa pangkasan daun dan ranting pohon sengon, (3) masukan bahan organik berupa campuran pangkasan tanaman yang ada di lokasi (gamal,petaian, rumput, dsb), dan (4) masukan bahan organik berupa kombinasi 1,2 dan 3 dengan perbandingan

berat yang sama

Dosis pemberian BO disesuaikan dengan jumlah rata-rata BO sengon yang dapat dipangkas per pohon, yaitusekitar 0,42 kg dan BO untuk jenis lain digunakan dosis yang sama. BO keringdiletakan pada permukaan tanah diantara barisan kapulaga dengan masing-masing sebanyak tiga ulangan. Untuk menghindari adanya litterfall yang masuk digunakan jarring (littertrap) di atas plot dan bambu penghalang di pinggir plot.

Pengukuran

Pada awal percobaan dilakukan pengukuran karak-teristik kimia dan fisik tanah dengan jalan mengambil contoh pada kedalaman 0-40 cm,40-80 cm dan80-120 cm.Pengukuran kandungan hara yang masuk selama proses penelitian (berasal dari dekomposisi seresah, sisa tanaman hasil pangkasan dan sebagainya) dilakukan dengan jalan menimbang bahan di lapangan dan pengambilan contoh untuk analisis konsentrasi total C-organik (Walkey and Black), total N (Kjehldahl), dan P-tersedia (Bray I) di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Kementerian Pertanian, Bogor. Pengukuran ketersediaan hara tanah dilakukan 5 kali mulai dari 1 bulan hingga 5 bulan setelah aplikasi bahan organik.

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan (analysis of variance/ ANOVA), dengan variabel bebas aplikasi bahan organik, dan variabel tidak bebas meliputi kandungan BO (C, N, dan P) pada berbagai keda-laman.Juga dilakukan uji korelasi antara kandungan BO (C, N, dan P) dengan waktu pengukuran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisa Status HaraTanah Sebelum Perlakuan

Tanah di daerah ini termasuk dalam komplek andosol dan latosol (ultisol) dengan tekstur lempung dan struktur gembur dari atas sampai bawah dan digolongkan sebagai tanah dengan sifat fisik yang sangat baik. Namun demikian dari hasil analisa kimia tanah (komposit) menunjukan bahwa tanahnya mengandung hara yang relatif rendah sampai sedang seperti terlihat pada Tabel 1.

(8)

42

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014

Tabel 1. Hasil analisa kandungan unsur C organik, N dan P sebelum perlakuan

Table 1. The results of elemental analysis of the con-tent of organic C, N and P before treatment

Dari tabel1 di atas dapat dilihat bahwa kandungan Crendah sampai sedang, kandungan N rendah sampai sedang dan kandungan P sangat rendah.

Hasil analisa kandungan hara dari setiap perlakuan yang dicobakan

Untuk mengetahui besarnya masukan hara pada setiap perlakuan dilakukan pengambilan sampel bahan organik dari setiap perlakuan untuk di analisa di laboratorium. Hasil analisa bahan organik tersebut yang telah dikonversi kedalam satuan ha dapat dilihat pada tabel 2 .

Tabel 2. Asumsi masukan bahan organik berdasarkan analisa C, N dan P pada masing-masing biomasa

Table 2. The assumption of organic matter inputs based on the analysis C, N and P in each biomass

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemangkasan daun sengon mulai umur 2 tahun dapat menghasilkan bahan organik pertahun (3 kali pangkas) masing-masing sebesar472 kg/ha C, 58kg/ha N dan 94kg/ha P. Kontribusi terbesar masukan hara berupa C didapatkan dari campuran tanaman lain yaitu sebesar 525kg/ha.

Dinamika dan Perubahan Kandungan Hara Tanah Kadar total C-organik

Perbedaan perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar C dalam tanah (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Kehilangan hara terbesar adalah pada perlakuan pemberian pangkasan kapulaga pada lapisan tanah paling atas (kedalaman 0-40 cm) yaitu sebesar 60%, sedangkan pemberian pangkasan dari campuran beberapa tanaman dapat mempertahankan kandungan C tanah, dengan kehilangan C yang paling kecil yaitu pada kedalaman40-80 cm sebesar 15%(Gambar 1).

Perbedaan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap kadar C-organik tanah (Lampiran 3), pada semua perlakuan kadar C organik terus menurun dengan meningkatnya waktu, pangkasan dari campuran beberapa tanaman dan pangkasan kapulaga dapat memperta-hankan dan meningkatkan kadar C organik. Secara rata-rata kehilangan hara terbesar adalah pada perlakuan pemberian pangkasan kapulaga yaitu sebesar 55% sedangkan kehilangan hara terkecil adalah pada perla-kuan pemberian campuran dari beberapa tanaman yaitu sebesar 24%.

Gambar 1. Kadar C-organik tanah pada berbagai kedalaman tanah setelah aplikasi bahan organik

Figure 1. Content of the soil C-organic at different soil depths after application of organic materi-als

Kadar total N tanah

Perbedaan perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar N dalam tanah (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Kehilangan hara terbesar adalah pada perlakuan pemberian pangkasan kapulaga pada kedalaman 40-80 cm yaitu sebesar 71%, Kedalaman Tekstur Struktur % C % N % P C/N

0-40 cm Lempung gembur 2,78 (s) 0,12 (r) 4,8 (sr) 9 40- 80 cm Lempung liat berpasir gembur 2,26 (r) 0,38 (s) 6,6 (sr) 9 80- 120 cm Lempung liat berpasir gembur 2,26 (s) 0,38 (s) 5,9 (sr) 14 Sumber bahan organik BK (kg) BK Total (kg) (3x pangkas/ pemberian) C (%) C Total (kg/ha/ thn) N (%) N Total (kg /ha/ thn) P (%) P Total (kg /ha/ thn) P.kapul 0.42 1,050 45 472 5.5 58 9 94 P.sengon 0.42 1,050 45 472 7.5 79 10 105 P.tan.lain 0.42 1,050 50 525 2.9 30 9 94 P.kombinas i (1+2+3) 0.42 1,050 47 493 5.3 56 9.3 98

(9)

43 Ary Widiyanto: Kajian Dinamika Hara Tanah pada Empat Perlakuan (2): 40-46

sedangkan pemberian pangkasan dari campuran beberapa tanaman dapat mempertahankan kandungan N tanah, dengan kehilangan N yang paling kecil, sebesar 14% pada kedalaman 80-120 cm (Gambar 2).

Perbedaan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap kadar N tanah (Lampiran 3). Pada perlakuan pemberian pangkasan dari campuran beberapa tanaman, kadar N meningkat drastis sekitar 1 bulan setelah perlakuan. Secara keseluruhan pangkasan sengon dapat mempertahankan dan meningkatkan kadar N tanah dengan rata-rata kehilangan terkecil yaitu sebesar 31% .Sedangkan rata-rata kehilangan hara terbesar adalah pada perlakuan pemberian pangkasan kapulaga yaitu sebesar 66%.

Gambar 2 Kadar total N pada berbagai kedalaman tanah setelah aplikasi bahan organik Figure 2. Levels of total N at different soil depths after

application of organic materials

Kadar P tersedia dalam tanah

Perbedaan perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar N dalam tanah (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Kehilangan hara terbesar adalah pada perlakuan pemberian pangkasan dari campuran beberapa tanaman pada kedalaman 80-120 cm yaitu sebesar 68%, sedangkan pemberian pangkasan sengon dapat mempertahankan kandungan P tanah, dengan kehilangan P yang paling kecil, sebesar 21% pada lapisan tanah paling atas (kedalaman 0-40 cm) (Gambar 3).

Perbedaan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap kadarP tanah (Lampiran 3). Hampir pada semua perlakuan terjadi penurunan yang besar pada kadar P tanah, hanya pada perlakuan pemberian pangkasan sengon, kadar P meningkat sekitar 1 bulan setelah perlakuan. Secara keseluruhan pangkasan sengon dapat

mempertahankan dan meningkatkan kadar P tanah dengan rata-rata kehilangan terkecil yaitu sebesar 31%. Sedangkan rata-rata kehilangan hara terbesar adalah pada perlakuan pemberian pangkasan dari campuran beberapa tanaman yaitu sebesar 60%.

Gambar 3. Kadar P tersedia pada berbagai kedalaman tanah setelah aplikasi bahan organik Figure 3. Available P levels at different soil depths after

application of organic materials

Kajian status hara dalam sistem agroforestri sengon-kapulaga

Siklus hara dalam sistem agroforestri ditentukan oleh hubungan antara tanah, tanaman hara dan air. Pemang-kasan cabang dan rantingtanaman pohon memberikan masukan bahan organik tambahan. Bahan organik yang ada dipermukaan tanah ini dan bahan organik yang telah ada di dalam tanah selanjutnya akan mengalami dekom-posisi dan mineralisasi serta melepaskan hara tersedia ke dalam tanah. Siklus hara dalam sistem agroforestri dapat diartikan sebagai penyediaan hara dan pengambilan hara secara terus menerus (kontinyu) bila ditinjau dari konteks hubungan tanaman-tanah.

Praktek pertanian secara terus-menerus akan mengurangi cadangan total C dan N dalam tanah. Tiga sumber utama N tanah berasal dari (1) bahan organik tanah,(2) N tertambat dari udara bebas oleh tanaman kacang-kacangan (legume) yang bersimbiosis dengan bakteri rhizobium dan (3) dari pupuk anorganik. Pelapukan bahan organik di daerah tropik sangat cepat mengakibatkan N juga cepat dilepas dalam bentuk N-anorganik yang mudah tersedia bagitanaman (Hairiah dkk, 2003).

(10)

44

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014

menjamin tercapainya produksi tanaman yang optimum Hasil-hasil penelitian di Lampung Utara menunjukkan bahwa penambahan bahan organik asal famili kacang-kacangan (legume) dapat melepaskan hara N sekitar 20 - 45 % dari jumlah total N yang terkandung di dalamnya (Handayanto et al., 1994 dalam Hairiah dkk, 2003) selama satu siklus tanaman semusim. Dari jumlah yang dilepaskan ternyata hanya sekitar 30% nya yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman semusim.

Kualitas bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur P ditentukan oleh konsentrasi P dalam bahan orga-nik.Nilai kritis kadar P dalam bahan organic adalah 0.25%. Kualitas bahan organik berkaitan dengan penyediaan unsur N, yang ditentukan oleh besarnya kandungan N,lignin dan polifenol. Bahan organic dikatakan berkualitas tinggi bila kandungan N tinggi, konsentrasi lignin dan polifenol rendah. Nilai kritis konsentrasi N adalah1.9%; lignin >15% dan polifenol >2.

Berdasarkan hara yang masuk melalui empat perlakuan dan keluar dari ekosistem agroforestri melalui panen kapulaga, dapat diasumsikan neraca hara seperti dalam Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan neraca C, N dan P pada agroforestry-sengon kapulaga

Table 3. Balance calculation C, N and P in sengon-car-damom agroforestry system

Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa adanya pemberian pangkasan dari berbagai jenis tanaman secara berkala memberikan neraca positif dimana pemasukan unsur C,N dan P lebih besar dari pengeluaran. Penge-luaran ini belum termasuk hara yang tercuci kelapisan bawah tanah atau terbawa oleh erosi tanah. Berdasarkan data tersebut pemanfaatan bahan organik dalam sistim agroforestry memberikan pengaruh positif dalam

meningkatkan kesuburan dan ketersediaan hara di dalam tanah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Jenis perlakuan dan kedalaman tanah tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar C, N dan P tanah, meskipun ketiga sumber bahan organik tersebut memberikan neraca hara positif dimana jumlah hara yang masuk lebih besar dari jumlah hara yang terangkut di waktu panen, sedangkan waktu pengukuran berkorelasi dengan kadar C, N dan P tanah.

Pemberian pangkasan sengon mampu memperta-hankan kadar N dan P tanah sedangkan pemberian campuran pangkasan tanaman mampu mempertahankan kadar C organik tanah.

Saran

Pemberian bahan organik baik berupa pangkasan sengon, pangkasan kapulaga maupun tanaman yang ada disekitar lahan/kebun dapatdilakukan secara kontinyu rata-rata setiap tiga bulan, sebagai masukan hara yang cukup efektif untuk meningkatkanketersediaan hara dalam tanah. Dengan penggunaan bahan organik yang berlimpah di lapangan tersebut, penggunaan pupuk kimia bisa diminimalkan tanpa mengurangi produksi tanaman tumpangsari. Dengan aplikasi ini diharapkan dapat dikembangkan kegiatan agroforestry organik yang aman lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Didik Suprayogo, Kurniatun Hairiah, Nurheni Wijayanto, Sunaryodan Meine van Noordwijk, 2003.Analisis Komponen Agroforestrisebagai Kunci Keberhasilan atauKegagalan Pemanfaatan Lahan ,Word Agroforestry Centre (Icraf)

Hairiah, K., Van Noordwijk, M., Santoso, B. and Syekhfani, MS., 1992. Biomass production and rootdistribution of eight trees and their potential for hedgerow intercropping on an ultisol in Lampung.AGRIVITA, Word Agroforestry Centre (Icraf)

Hairiah K,, Sri Rahayu Utami, Betha Lusiana dan Meine van Noordwijk. 2003. Neraca Hara dan Karbon dalam System Agroforestry, Word Agroforestry Centre (Icraf) Sumber bahan organik Pemasukan (kg ha-1) Pengeluaran(kg ha-1) C N P C N P P.kapul aga 472 58 94 232 28 46 P.sengon 472 79 105 234 39 52 P.tan.lain 525 30 94 268 16 48 P.kombinasi (1+2+3) 493 56 98 235 57 52

(11)

45 Ary Widiyanto: Kajian Dinamika Hara Tanah pada Empat Perlakuan (2): 40-46

Perhimpi. 1990. Peta Kesesuaian Agroklimat, Pengem-bangan Hutan Tanaman Sengon di Pulau Jawa. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perhimpunan meteorologi Pertanian Mile, M.Y. , 2004. Optimalisasi Pertumbuhan Tanaman Sengon dalam Pola Hutan Rakyat Campuran dengan Perlakuan Pemupukan, Prosiding Expose Terpadu Hasil Penelitian, Badan Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan, Jakarta

Mindawati, N. 2000.Kondisi hara tanah pada tegakan A. Mangium umur 9 tahun di KPH Majalengka, Jawa Barat,Buletin Penelitian Hutan no624, Puslibang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor

Mindawati,N.2012, Penerapan Silvikultur Intensif Ramah Lingkungan Dalam Pengelolaan Hutan tanaman Industri, Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Silvikultur, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta Sanchez, P.A., 1976. Properties and Management of Soils

in the Tropics.Wiley, New York.

Lampiran 1.Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kandungan C, N dan P tanah

Appendix 1.Analysis of variance treatment effect on the content of soil C, N and P

Keterangan: ns = tidak berbeda nyata (not signifi-cant)

Lampiran 2.Sidik ragam pengaruh kedalaman tanah terhadap kandungan C, N dan P tanah

Appendix 2.Analysis of variance soil depth effect on the content of soil C, N and P

Sumber keragaman (Source) Variabel tidak bebas (Dependent variable) Derajat bebas (degree of freedom) Kwadrat tengah (Mean square) F Hitung (F calc,) Nilai-p (p-value) Perlakuan C 3 0,032 0,256 0,855ns N 3 0,006 0,487 0,701ns P 3 0,882 0,426 0,740ns Source Depend ent Variable

Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kedalaman c1 .869 2 .434 1.337 .310 c2 .517 2 .259 .275 .765 c3 .492 2 .246 .483 .632 c4 .424 2 .212 .360 .707 c5 .602 2 .301 .531 .605 n1 .064 2 .032 1.032 .395 n2 .027 2 .014 .562 .589 n3 .008 2 .004 .249 .785 n4 .008 2 .004 .258 .778 n5 .005 2 .002 .237 .794 p1 .782 2 .391 .256 .779 p2 .665 2 .333 .537 .602 p3 3.665 2 1.833 16.410 .001 p4 .802 2 .401 6.140 .021 p5 2.727 2 1.363 19.790 .001

(12)

46

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014

Lampiran 3. Uji korelasi antara waktu pengukuran dengan kandungan C, N dan P tanah

Appendix 1.Correlation analysis between measurement time with the content of soil C, N and P

Correlations

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

c1 c2 c3 c4 c5 c1 Pearson Correlation 1 .933(**) .852(**) .905(**) .909(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 c2 Pearson Correlation .933(**) 1 .939(**) .971(**) .961(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 c3 Pearson Correlation .852(**) .939(**) 1 .978(**) .973(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 c4 Pearson Correlation .905(**) .971(**) .978(**) 1 .993(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 c5 Pearson Correlation .909(**) .961(**) .973(**) .993(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 n1 n2 n3 n4 n5 n1 Pearson Correlation 1 .963(**) .929(**) .942(**) .893(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 n2 Pearson Correlation .963(**) 1 .949(**) .951(**) .942(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 n3 Pearson Correlation .929(**) .949(**) 1 .991(**) .979(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 n4 Pearson Correlation .942(**) .951(**) .991(**) 1 .962(**) Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 n5 Pearson Correlation .893(**) .942(**) .979(**) .962(**) 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 N 12 12 12 12 12 Correlations

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

p1 p2 p3 p4 p5 p1 Pearson Correlation 1 .008 -.063 .342 -.099 Sig. (2-tailed) .979 .845 .276 .761 N 12 12 12 12 12 p2 Pearson Correlation .008 1 .469 -.177 .302 Sig. (2-tailed) .979 .124 .583 .340 N 12 12 12 12 12 p3 Pearson Correlation -.063 .469 1 .505 .812(**) Sig. (2-tailed) .845 .124 .094 .001 N 12 12 12 12 12 p4 Pearson Correlation .342 -.177 .505 1 .693(*) Sig. (2-tailed) .276 .583 .094 .013 N 12 12 12 12 12 p5 Pearson Correlation -.099 .302 .812(** ) .693(*) 1 Sig. (2-tailed) .761 .340 .001 .013 N 12 12 12 12 12

Gambar

Tabel 2. Asumsi masukan bahan organik berdasarkan analisa C, N dan P pada masing-masing biomasa
Gambar 2 Kadar total N pada berbagai kedalaman tanah setelah aplikasi bahan organik Figure  2
Tabel 3. Perhitungan neraca C, N dan P pada agroforestry-sengon kapulaga

Referensi

Dokumen terkait

Mudahnya orang mengakses peta pada Google Maps Google Maps  atau sejenisnya   atau sejenisnya menggunakan smartphone, meninggalkan kebiasaan lama menggunakan

Pada dasarnya seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya diharapkan untuk menunjukkan suatu performance yang terbaik yang bisa ditunjukan

Dari hasil penelitian tampak bahwa rerata skor hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran pemecahan masalah adalah 8,10, lebih tinggi dari siswa yang

Melalui latihan dan pemberian tugas siswa dapat menggambar bangun ruang balok dengan penuh ketelitian.. Melalui latihan dan pemberian tugas siswa dapat menggambar bangun ruang

aktivitas siswa kembali meningkat menjadi 25 dengan persentase 89.28% kategori amat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode teknik the power of

J: Batasan akses ke tempat kerja sudah diterapkan, apabila terdapat orang asing (selain karyawan) maka petugas resepsionis dan karyawan akan menanyakan keperluan orang

Sekarang engkau menyadari bahwa Aku, Satguru dan Tuhan, Sathya Sai Baba, berarti bisnis, wajib bagimu untuk merenungkan kata-kataku secara serius dan berlatih

B : bahan kemasan sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi K : bahan kemasan tidak dengan jenis pangan yang diproduksi Penilaian unsur hanya ada "B" dan