• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bekisting

Menurut Hanna, (1999) sistem bekisting didefinisikan sebagai sistem pendukung yang total untuk menempatkan beton segar termasuk cetakan atau bidang yang kontak dengan beton beserta dengan bagianpendukung cetakannya.

Pekerjaan bekisting merupakan bagian pekerjaan yang sangat penting didalam seluruh pelaksanaan pekerjaan beton, karena pekerjaan ini akan menentukan posisi , ukuran serta bentuk dari beton yang dicetak. Bekisting juga berfungsi sebagai struktur penyangga sementara bagi seluruh beban yang ada sebelum struktur beton berfungsi penuh. Beban tersebut bahan – bahan, alat – alat dan pekerja yang bekerja (Istimawan Dipohusodo,1999).

2.2 Dasar Perencanaan Bekisting

Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sepenuhnya tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan memperhatikan segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah menjadi kendala dalam pelaksanaan nantinya. Pada pokoknya sebuah konstruksi bekisting menjalani tiga fungsi :

a. Bekisting menentukan bentuk dari bekisting beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menuntut bekisting yang sederhana.

b. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu.

(2)

II-2

c. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas dan dipindahkan.

Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari pada masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan, faktor pengambilan keputusan mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam terbang dari si pemborong kerja tersebut.

Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting (Dr. Edward G Nawy, P. E, C. Eng. ,1997) , yaitu :

1. Kualitas : Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.

2. Keselamatan : Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup danfaktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.

3. Ekonomis : Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktudan biaya dalam proses pelaksanaan demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).

Ada beberapa beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode bekisting yang akan dipakai (F.Wigbout ,1987), yaitu:

a) Kondisi struktur yang akan dikerjakan

Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti yang direncanakan

(3)

II-3

dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi struktur kecil.

b) Luasan bangunan yang akan dipakai

Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang (memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi salah satu pertimbangan utama untuk penentuan n x siklus pemakaian material bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga satuan pekerjaan.

c) Ketersediaan material dan alat

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.

Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor tersebut maka diambillah keputusan mengenai metode bekisting yang akan diterapkan.

2.3 Syarat Dan Ketentuan Dalam Pekerjaan Bekisting

Untuk memenuhi fungsinya, menurut American Concrete Institute (ACI) dalam buku FORMWORK FOR CONCRETE menyebutkan bahwa bekisting harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban-beban yang terjadi baik sebelum ataupun setelah masa pengecoran berton.

b. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan geseran yang mampu mengubah bentukan struktur ataupun membahayakan sistem bekisting itu sendiri (ambruk).

(4)

II-4

c. Kaku, terutama pada bekisting kontak sehingga dapat mencegah terjadinya perubahan dimensi, bunting atau keropos pada struktur beton.

2.4 Jenis & Tipe Bekisting

Pada umumnya bekisting secara garis besar dibagi menjadi 3 tipe yaitu : 1. Bekisting tradisional

Yang dimaksud dengan bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain. Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari kayu papan atau material Balok, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok dan (pada lantai) dari stempel-stempel baja. Bekisting tradisional ini memungkinkan pemberian setiap bentuk yang diinginkan pada kerja beton.

2. Bekisting setengah sistem

Yang dimaksud dengan bekisting setengah sistem adalah satuan-satuan bekisting yang lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk ini mereka pada prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak diubah. Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari material Balok. Konstruksi penopang disusun dari komponen-komponen baja yang dibuat di pabrik atau gelagar-gelagar kayu yang tersusun. Setelah usai, komponen-komponen ini dapat disusun kembali menjadi sebuah bekisting setengah sistem untuk sebuah obyek yang lain. Sebagai contoh Elemen-elemen panel dinding.

3. Bekisting sistem

Yang dimaksud dengan bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting yang dibuat di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja. Bekisting sistem

(5)

II-5

dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini berarti bahwa tipe bekisting ini dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Bekisting sistem dapat pula disewa dari penyalur alat-alat bekisting. Contoh : bekisting panel untuk terowongan, bekisting untuk beton pre-cast.

2.5 Sistem Pemasangan Bekisting

Keunggulan penggunaan bekisting sistem diantaranya adalah tahan lama dan fleksibel terhadap perkembangan teknologi ramah lingkungan, efisiensi waktu pelaksanaan, jaminan keamanan dan kualitas dan efisiensi biaya..

Penyetelan alat bekisting harus memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut :

 Perancah harus berdiri tegak lurus . Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horisontal. Penyetelan dalam arah tegak lurus harus dengan waterpass.

 Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah.

 Tempat dari perancah perlu dipilih sedemikian rupa sehingga beban dapat terbagi serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang timbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah.

2.5.1 Bekisting Sistem Table form

Pada sistem bekisting table dimana alat-alatnya terbuat dari besi, hollow 5/10 digunakan untuk gelagar dan vertikal support sebagai tiang penyangga.

(6)

II-6

Gambar 2.1 Bekisting sistem (Arsip PT. Abadi Prima intikarya)

2.5.2 Bekisting konvensional

Pada Bekisting konvensional dimana gelagarnya menggunakan kaso 5/7 dan scafolding yang terdiri dari Main frame dan ladder frame sebagai tiang penyangga. Dan untuk menyatukan antara mainframe yang satu dengan yang lainnya menggunakan alat cross brace.

(7)

II-7

Gambar 2.2 Bekisting Konvensional (Arsip PT. Abadi Prima intikarya)

2.6 Material Penyusun Bekisting Sistem

(8)

II-8

Gambar 2.3 Bekisting Sistem Balok dan Balok (Arsip PT. Abadi Prima intikarya)

2.6.1.1 Jackbase

Jackbase merupakan material yang digunakan untuk menopang inner dan vertikal support. Selain itu jackbase berfungsi sebagai pengatur level untuk perletakan pada bidang permukaan yang miring.

2.6.1.2 Inner Support

Inner terbuat dari pipa hitam berdiameter 1,5”. Pada badan inner terdapat beberapa lubang dengan diameter 13 mm untuk di kunci pada vertikal support. Fungsi inner suport yang dapat digunakan untuk mengatur level dari bekisting sesuai dengan floor to floor. Inner Support sendiri terbagi menjadi tiga berdasarkan panjang. Inner 2000, Inner 1500, dan inner 1000.

2.6.1.3 Vertikal Support (VS)

Vertikal support dapat dikatakan merupakan material penting pada bekisting sistem. Ini dikarenakan fungsi dari

(9)

II-9

vertikal support untuk menopang beban bekisting dan beton. Vertikal Support terbuat dari pipa hitam dengan diameter 2” dan tebal 2,8 mm. Vertikal support dibagi menjadi 3 yang juga berdasarkan panjang. VS 1800, VS 900, dan VS 600.

2.6.1.4 Horisontal Support (HS) dan Cross Diagonal (CD) Horisontal Support dan Cross Diagonal terbuat dari pipa hitam dengan diameter 1,25” dengan tebal 2,2 mm. Horisontal Support berfungsi sebagai perkuatan dari rangkain Jacbase, Inner Support dan Vertikal Support. HS juga dibagi menjadi tiga HS 2000, HS 1500, dan HS 900.

2.6.1.5 Balok Head dan U – Head

Balok head dan U- head terbuat dari Balok strip besi dengan ketebalan 6 mm. Kedua material ini berfunsi untuk menopang rangkaian bekisting diatasnya. Balok Head dan U head disertai dengan pengatur level.

2.6.1.6 Hollow 50/100 dan Hollow 40/60

Pada rangkaian bekisting, biasanya hollow 50/100 digunakan untuk menopang hollow 40/60 yang sudah terpasang multiplek.

2.6.1.7 Material tambahan untuk bekisting balok

Untuk bekisting balok ada beberapa material tambahan yaitu : triangle dan tie rod untuk cetakan tembereng balok.

(10)

II-10 2.6.2 Material Bekisting Sistem Kolom

Gambar 2.4 Bekisting Sistem Kolom (Arsip PT. Abadi Prima intikarya)

2.6.2.1 Base Balok, Adjustable kickers AVI, dan Adjustable Kickers RSS

Base Balok, Adjustable kickers AVI, dan Adjustable Kickers RSS merupakan satu kesatuan dalam rangkaian bekisting kolom. Ketiganya berfungsi sebagai perkuatan dan penstabil dari bekisting kolom.

2.6.2.2 Tie Yoke dan Wing Nut

Tie Yoke dan Wing Nut juga merupakan satu kesatuan dalam rangkaian bekisting kolom. Karena kedua alat ini sebagai pengunci dari column whaller.

2.6.2.3 Column Whaller

Column Whaller terbuat dari UNP 100 x 50 x 5 dan beberapa tambahan besi strip dan besi siku yang di las menjadi satu. Bentuk dari column whaller itu sendiri adala “L” dengan panjang sisi bermacam-macam. Ini

(11)

II-11

disesuaikan dengan ukuran kolom yang terdapat di lapangan.

2.6.2.4 Hollow 50/100

Hollow 50/100 berfunsi untuk dipasangkan dengan multiplek yang selanjutnya di rangkai bersama dengan material penyusun yang lain.

2.7 Material Pendukung

Material yang umumnya digunakan dalam pekerjaan bekisting adalah sebagai berikut :

2.7.1 Kayu

Tidak ada jenis material yang lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan kayu dalam pembuatan bekisting dan perkuatannya. Kayu memiliki sifat tidak mahal, kuat, fleksibel, serba guna, tahan lama, ringan, dan mudah pengerjaannya.

Penggunaan kayu sebagai material bekisting diatur ketentuan dan persyaratannya dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). Dalam peraturan PKKI ini jenis-jenis kayu diklasifikasikan berdasarkan berat jenis, kekuatan lentur serta kekuatan tekan mutlaknya menjadi 5 (lima) kelas.

(12)

II-12

Material kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan dalam fungsinya sebagai bagian dari konstruksi yaitu :

1. Kekuatan yang besar pada suatu massa volume yang kecil.

2. Harga yang relatif murah dan dapat diperoleh dengan mudah.

3. Mudah dikerjakan dan alat-alat sambung yang sederhana.

4. Isolasi termis yang sangat baik.

5. Dapat dengan baik menerima tumbukan-tumbukan dan getaran-getaran.

6. serta penanganan yang kasar di tempat pendirian sebuah bangunan.

Dalam penggunaannya sebagai bagian dari konstruksi banyak yang mempengaruhi sifat dan kekuatan kayu tersebut. Oleh karena itu terdapat faktor-faktor pengali yang disesuaikan dengan kondisi konstruksi dimana kayu tersebut ditempatkan yaitu :

1. Faktor 2/3

a. Untuk konstruksi yang selalu terendam air.

b. Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung dan kemungkinan besar kadar lengas kayu akan selalu tinggi.

2. Faktor 5/6

a. Untuk konstruksi kayu yang tidak terlindung tetapi kayu tersebut dapat mengering dengan cepat.

3. Faktor 5/4

a. Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan muatan angin. b. Untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya

(13)

II-13

diakibatkan oleh muatan tetap dan tidak tetap.

4. Faktor 3/2

a. Untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran, dll).

Sebagai dasar perhitungan kekuatan kayu dalam analisa perencanaan bekisting ini yang ditinjau adalah properti tegangan-tegangan ijin serta modulus elastisitas dari material kayu yang akan digunakan tersebut.

Tabel 2.2. Nilai-nilai tegangan ijin kayu dan modulus elastisitasnya

2.7.2 Multiplek

Tripleks terdiri sejumlah lapisan kayu finer yang direkatkan bersilang satu di atas yang lain. Pada umumnya lapisan-lapisan finer dikupas dari sebatang kayu bulat; finer yang ditusuk akan memperlihatkan retakan-retakan kecil di permukaannya.

Ketebalan satu lapisan finer berkisar antara 1,5 – 2,5 hingga 3 mm. Setiap lapis finer dari satu Balok tidak harus sama tebal dan dari jenis kayu yang sama.

Jenis lem yang digunakan untuk merekatkan lapisan finer-finer tersebut harus tahan terhadap iklim luar selama suatu jangka waktu

(14)

II-14

yang terbatas dan terhadap pencemaran oleh organisme mikro. Dalam penggunaanya sebagai material kontak, lapisan terluar daripada triplek ini harus terbuat dari kualitas kayu yang lebih baik daripada lapisan yang ada didalamnya dan yang paling utama adalah tahan lama serta tahan aus.

Hal-hal yang merugikan dengan menggunakan triplek (multiplek) adalah sebagai berikut :

1. Harganya yang relatif tinggi.

2. Sudut dan tepi dari Balok-Balok mudah rusak.

3. Permukaan dari Balok harus ditangani dengan hati-hati.

2.8 Zona Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting

Penentuan zona-zona pekerjaan pada bangunan gedung bertingkat dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor sebagai berikut :

1. Ketersediaan lahan 2. Bentuk struktur 3. Schedule pelaksanaan 4. Ketersediaan sumberdaya

Pada konstruksi bangunan yang besar, biasanya area pekerjaan dibagi menjadi zona-zona guna memudahkan dalam sirkulasi pekerjaan dan transportasi alat serta material. Ketersediaan alat angkut terutama untuk jenis tower crane biasanya dipertimbangkan juga jangkauannya terhadap area pekrjaan.

Hal ini juga dipertmbangkan terhadap volume pengecoran yang akan dikerjakan karena pengecoran dengan volume yang besar akan membutuhkan perencanaan tambahan akan mobilisasi alat angkut adukan beton karena akan berpengaruh kepada kualitas hasil pengecoran akibat efek

(15)

II-15

waktu terhadap sifat-sifat campuran beton itu sendiri.

Pemasangan sebuah bekisting ditentukan oleh perbandingan masa perputaran atau siklus pembangunan – kasar / satuan . Masa perputaran bekisting adalah periode dimana bekisting dari sebuah satuan sedang dipergunakan atau beton hasil pengecoran dalam masa pengerasan sehingga bekisting belum bisa dibongkar. Periode ini mencakup jangka waktu untuk :

a. Penyetelan bekisting, b. Pemasangan tulangan,

c. Pengecoran dan masa pengerasan beton,

d. Pembongkaran bekisting atau sebagian elemen-elemennya, e. Pengangkutan bekisting.

2.9 Siklus Pekerjaan Bekisting

Siklus menggambarkan urutan langkah-langkah sejak proses awal hingga berakhirnya proyek. Siklus yang dimaksud dalam tulisan ini adalah siklus pekerjaan bekisting dimana pembacaan hanya meliputi pekerjaan yang menyangkut pekerjaan bekisting seperti pekerjaan pemasangan, pembongkaran, dan pengecoran bekisting.

Contoh Siklus pekerjaan bekisting

Zone to zone = 2 hari

Floor to floor = 5 hari

Persiapan = 10 hari

Bongkar bekisting balok = 14 hari setelah cor Bongkar bekisting pelat = 14 hari setelah cor

(16)

II-16

Gambar 2.5 Siklus Cor dan Bongkar Bekisting Balok Balok Dua Zone Floor to Floor lima hari

Zone to zone : waktu cor antar zone satu dengan zone yang lain Floor to Floor : waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

pengecoran tiap lantai

Bongkar bekisting balok : waktu yang diizinkan untuk membongkar bekisting balok

(17)

II-17

Bongkar bekisting balok : waktu yang diizinkan untuk membongkar bekisting balok

Pembacaan contoh siklus diatas adalah sebagai berikut : untuk pekerjaan lantai Ground ke Upper Ground 1 pengecoran bekisting balok maupun plat untuk zone 1 pada hari ke 15 setelah pekerjaan persiapan, dan zone 2 pada hari ke 17. Dan pada hari ke-29 yaitu 14 hari setelah pengecoran beksiting balok dan plat dapat dibongkar dan dipasang reshoring.

2.10 Pembiayaan Bekisting

Sebagai akibat dari relatif meningkatnya ongkos kerja selama 20 tahun terakhir ini, perbandingan antara biaya material dan ongkos kerja selalu mengalami perubahan. Biaya bekisting biasanya berkisar antara 35 sampai 60% atau lebih daripada keseluruhan biaya konstruksi struktur beton. Menyadari pengaruh harga pekerjaan bekisting terhadap biaya keseluruhan, adalah kritis bagi engineer struktur untuk memfasilitasi ekonomis bagi bekisting, tidak hanya ekonomis bagi material beton.

Ada beberapa pertimbangan yang dijadikan acuan dalam penentuan konstruksi bekisting yang ekonomis :

1. Biaya dan kemungkinan terhadap penyesuaian material yang telah ada dibandingkan dengan membeli atau menyewa yang baru.q 2. Biaya dari tingkat kualitas material yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat yang rendah plus keahlian pekerja yang lebih baik dalam peningkatan kualitas dan kegunaan.

3. Pemilihan terhadap material yang lebih mahal sehingga dapat menghasilkan daya tahan dan kapasitas pengunaan dibandingkan dengan material yang lebih murah dengan tingkat penggunaan yang lebih pendek

4. Penyetelan di lokasi dibandingkan dengan penyetelan di toko atau pabrik; hal ini tergantung dari kondisi lokasi serta lahan yang

(18)

II-18

tersedia, ukuran besar kecilnya proyek, jarak tempat penyetelan, dan lain sebagainya.

Penggunaan yang berulang dari bekisting ditujukan untuk mencapai nilai ekonomis maksimum dari material. Panel-panel bekisting sebaiknya dirancang agar mudah dipasang, dibongkar dan diperkuat sehingga keuntungan maksimum dapat diperoleh tanpa mengeluarkan banyak biaya perbaikan.

Pekerjaan yang paling sulit sehubungan dengan bekisting adalah mengestimasi biaya bekisting tersebut. Para estimator harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi dan berkaitan dalam menghitung pembiayaan pekerjaan dan mencapai suatu efisiensi. Faktor-faktor tersebut yaitu :

1. Jenis metode yang dipakai; Hal ini berhubungan dengan pemilihan jenismaterial, alat bantu dan penyangga perkuatan yang akan dipakai serta jenis pengadaannya (beli atau sewa).

2. Pemilihan tenaga kerja; Keterampilan dan harga upah menjadi pertimbangan.

3. Metode pabrikasi, pemasangan, perkuatan, pembongkaran dan pemindahan.

(19)

Gambar

Gambar 2.1 Bekisting sistem (Arsip PT. Abadi Prima intikarya)
Gambar 2.2 Bekisting Konvensional (Arsip PT. Abadi Prima  intikarya)
Gambar 2.3 Bekisting Sistem Balok dan Balok (Arsip PT. Abadi Prima  intikarya)
Gambar 2.4 Bekisting Sistem Kolom (Arsip PT. Abadi Prima intikarya)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang akan dilakukan adalah terfokus pada implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik

Bila suatu reaksi dilakukan dalam sistem terisolasi (tersekat) mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya penurunan energi potensial partikel-partikelnya, maka

Air limbah Rumah Sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair (limbah buangan kamar

Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PDAM atau GWR pada gedung dan disalurkan ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini diletakkan pada bagian luar gedung

Dari kasus tersebut untuk mencari knowledge maka perlu dilakukan kajian dengan menggunakan metode classification dengan menjumlahkan semua kejahatan yang terjadi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga, serta memberikan kemudahan, kekuatan, dan juga kesabaran

Berdasarkan uji statistik (ANAVA) menunjukkan bahwa nilai eritrosit ikan nila yang diberi perlakuan dengan probiotik Bacillus yang diisolasi dari saluran pencernaan

tempat kerja yang aman, bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan Promotif Isu