PENGARUH TINGKAT MASTITIS SUBKLINIS TERHADAP KUALITAS SUSU SAPI PERAH PFH (Peranakan Friesian Holstein) PADA BERBAGAI BULAN LAKTASI
EFFECT SUBCLINICAL MASTITIS STAGE TOWARD MILK QUALITY FOR PFH (Peranakan Friesian Holstein) DAIRY CATLE
IN ALL MONTHS OF LACTATION Diki Firmansyah, Pratiwi Trisunuwati, Djoko Winarso
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat mastitis subklinis terhadap kualitas susu sapi perah PFH (Peranakan Friesian Holstein) pada berbagai bulan laktasi dan untuk mengetahui kelayakan susu mastitis subklinis dari segi kualitas susu. Materi dari penelitian ini adalah susu yang diambil dari kwartir ambing yang telah ditentukan sesuai dengan proporsive sampling yang telah ditentukan. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima kelompok tingkat mastitis subklinis dan lima kelompok bulan laktasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan ANOVA dilanjutkan dengan uji BNJ dan dilanjutkan dengan analisa deskriptif kuantitatif. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kadar lemak, protein, laktosa, bahan kering dan bahan kering tanpa lemak. Pengujian tingkat mastitis subklinis dilakukan dengan uji CMT yang dilanjutkan dengan uji Breed, pengujian kadar lemak dilakukan dengan metode gerber, pengujian kadar protein dan laktosa dilakukan dengan mengguakan lactoscan dan pengujian kadar bahan kering dan bahan kering tanpa lemak dilakukan dengan menggunakan rumus Fleishcman. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penurunan kualitas susu terjadi pada kasus mastitis subklinis tingkat 3. Pada kondisi mastitis subklinis bulan laktasi tidak berpengaruh terhadap kadar lemak, protein, bahan kering dan bahan kering tanpa lemak tetapi berpengaruh terhadap kadar laktosa susu.
Kata kunci: Tingkat mastitis subklinis, Bulan laktasi, Kualitas susu, ABSTRACT
This research was aimed was to know the effect subclinical mastitis stage for PFH (Peranakan Friesian Holstein) dairy milk quality in all months of lactation. This sample research was taken from each mammary glands by proporsive sampling method. The experimental method was used Randomized Block Design (RBD) which five subclinical mastitis stage groups and five lactation month groups. The data analysis was used ANOVA, Honestly Significant Difference (HSD) and descriptive quantitative method. The subclinical mastitis stage test was used Breed Test, fat examine by gerber method, protein and lactose test by lactosan technique, total solid and solid non fat examine by Fleishcman formula. The result research showed the decrease of milk quality in subclinical mastitits on third stage. The months of lactation in subclinical mastitis condition wasn’t influence toward fat content, protein, total solid and solid non fat but was influence toward lactose content.
PENDAHULUAN
Mastitis merupakan penyakit utama pada industri peternakan sapi perah yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan. Hurley and Morin (2000), menyatakan bahwa mastitis subklinis merupakan kejadian paling tinggi dari semua kasus mastitis karena penyakit ini tidak menunjukan gejala klinis yang jelas sehingga peternak sulit untuk melakukan diagnosa. Mastitis subklinis dibagi menjadi empat tingkatan sesuai dengan tingkat kerusakan yang terjadi pada kwartir ambing yaitu trace mastitis subklinis, mastitis subklinis tingkat 1, mastitis subklinis tingkat 2 dan mastitis subklinis tingkat 3 (Ruegg, 2002).
Kualitas susu di peternakan rakyat KUD Sumber Makmur Ngantang masih tergolong rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Winarso (2008) juga menyatakan bahwa prevalensi mastitis subkinis di peternakan rakyat KUD Sumber Makmur Ngantang mencapai 15,44%. Rendahnya kualitas susu di KUD Sumber Makmur Ngantang kemungkinan disebabkan oleh prevalensi mastitis subklinis yang tinggi di daerah ini, keadaan ini sesuai dengan pendapat Subronto (2003), yang menyatakan bahwa kualitas susu dipengaruhi oleh adanya peradangan pada ambing. Melalui penelitian ini dapat diketahui pengaruh tingkat mastitis terhadap kualitas susu. MATERI DAN METODE
Sampel penelitian ini adalah susu yang berasal dari kwartir ambing sapi yang memenuhi kriteria sesuai dengan proporsive
sample yang telah ditentukan yaitu pemberian pakan sama, lingkungan dan perkandangan sama, periode laktasi (periode laktasi 3–5). Kemudian sampel dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan tingkatan mastitis subklinis dan lima kelompok berdasarkan bulan laktasi.
Penelitian ini terbagi menjadi 5 prosedur utama, yaitu: (1) pengelompokan sapi sesuai dengan proporsive sampling, dilakukan pengelompokan sapi sesuai dengan proporsive sampling yaitu recording bulan laktasi, recording periode laktasi , palpasi ambing dan pemeriksaan abnormalitas susu.
Uji Breed
Pengujian breed dilakukan secara duplo dengan prosedur susu sebanyak 0,01 ml diletakkan pada gelas obyek bebas lemak dan disebarluaskan pada bidang 1 cm2 dengan menggunakan ‘ose’ siku. Susu diletakkan di atas gelas obyek kemudian dikeringkan di udara selama 10 – 15 menit kemudian difiksasi di atas nyala api bunsen. Lalu preparat susu dihilangkan kandungan lemaknya dengan direndam eter alkohol 96% selama 2 menit kemudian preparat direndam dalam methilen blue selama 2 menit. Setelah pewarnaan preparat dicuci dengan air lalu dengan alkohol 96% kemudian dikeringkan lalu diamati dengan mikroskop pada pembesaran 1000x.
Koleksi Sampel Susu
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara ambing sapi yang akan diperah dibersihkan dengan air bersih, susu pancaran pertama dibuang dan pancaran berikutnya ditempatkan pada milkcan. Pemerahan dilakukan hingga kwartir ambing yang diperah tuntas. Susu hasil pemerahan yang telah berada pada milkcan, dilakukan pengadukan menggunakan sampel taker hingga homogen. Sampel kemudian ditempatkan pada ice box yang telah berisi
ice pack. Sampel kemudian dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan uji kualitas susu
Uji Lemak Metode Gerber
Sampel susu dihomogenkan kemudian diambil 10 ml dan dimasukan ke
dalam butirometer. Selanjutnya, H2SO4 dimasukan ke butyrometer dengan dispensette-11 ml kemudian ditambahkan 1 ml amyl alkohol lalu ditutup dengan
rubberlock dan direndam pada suhu 65 ° C
selama 5 menit. Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1200 rpm selama 5 menit, lalu diamati hasilnya.
Uji Protein, Laktosa, Bahan Kering dan Bahan Kering Tanpa Lemak Menggunakan Lactoscan
Pengujian menggunakan lactoscan Hasil dari penggujian bisa dilihat pada layar lactoscan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Mastitis Subklinis Terhadap Kadar Lemak Pada Berbagai Bulan Laktasi
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa hanya mastitis subklinis tingkat 3 yang berpengaruh terhadap penurunan kadar lemak susu sementara untuk mastitis subklinis tingkat 2, tingkat 1 dan tingkat trace tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar lemak susu. Penurunan kadar lemak susu hanya terjadi pada kasus mastitis subklinis tingkat 3, hal tersebut dikarenakan jumlah sel somatis yang mengalami ruptur pada kasus mastitis subklinis tingkat 3 paling banyak dari kasus mastitis subklinis lainya ( mastitis subklinis tingkat 2, tingkat 1 dan tingkat trace) yaitu sekitar 5.000.000 sel/ml. Sel somatis 22% terdiri dari sel epitel sekretori ambing (Lee et al., 1980). Sel sepitel sekretori merupakan sel yang berfungsi sebagai tempat biosintesa lemak susu. Sehingga semakin tinggi jumlah sel somatis yang mengalami ruptur (mastitis subklinis tingkat 3) maka penurunan terhadap kadar lemak susu akan semakin tinggi.
Tabel 1 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar lemak sampel susu pada berbagai tingkat mastitis subklinis
Tingkat MSK Rata-rata (%) Notasi
N 5,40 c
T 4,62 c
+1 4,22 c
+2 3,12 b
+3 1,98 a
Gurmessa and Achenef (2012), menjelaskan bahwa pada sapi yang sehat bulan laktasi berpengaruh terhadap kadar lemak susu, semakin bertambahnya bulan laktasi maka kadar lemak susu akan semakin meningkat. Pada penelitian ini bertambahnya bulan laktasi ternyata tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar lemak susu, hal tersebut dapat dijelaskan karena pengaruh tersebut lebih kecil daripada pengaruh yang disebabkan oleh kerusakan sel sekretori ambing akibat infeksi mastitis subklinis.
Tabel 2 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar lemak sampel susu pada berbagai bulan laktasi.
Bulan laktasi Rata-rata (%) Notasi
9-10 4,80 a
7-8 4,46 a
5-6 3,82 a
3-4 3,18 a
1-2 3,10 a
Pengaruh Mastitis Subklinis Terhadap Kadar Protein Pada Berbagai Bulan Laktasi
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat dari Ruegg (2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat mastitis subklinis maka jumlah sel sekretoris yang mengalami kerusakan juga semakin tinggi. Khan and Khan (2006) menyatakan bahwa sel sekretoris ambing merupakan sel yang berfungsi dalam proses sintesa protein
susu. Hal tersebut yang menyebabkan bahwa dalam penelitian ini hanya mastitis tingkat 3 yang menyebabkan penurunan kadar protein susu.
Tabel 3 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar protein sampel susu pada berbagai tingkat mastitis subklinis
Tingkat MSK Rata-rata (%) Notasi
N 3,36 b
T 3,26 b
+1 3,14 b
+2 3,07 b
+3 2,75 a
Larson (1985) menjelaskan bahwa pada sapi yang sehat bulan laktasi berpengaruh terhadap kadar protein susu, semakin bertambahnya bulan laktasi maka kandungan protein akan semakin meningkat. Pada penelitian ini bertambahnya bulan laktasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar protein susu karena pengaruh tersebut lebih kecil daripada pengaruh yang disebabkan oleh kerusakan sel sekretori ambing akibat infeksi mastitis subklinis.
Tabel 4 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar protein sampel susu pada berbagai bulan laktasi.
Bulan laktasi Rata-rata (%) Notasi
9-10 3,22 a
7-8 3,13 a
5-6 3,12 a
1-2 3,07 a
3-4 3,02 a
Pengaruh Mastitis Subklinis Terhadap Kadar Laktosa Pada Berbagai Bulan Laktasi
Kitchen (1981) melaporkan bahwa pada kasus mastitis subklinis terjadi kerusakan sel sekretoris yang menyebabkan penurunan terhadap proses sintesa laktosa
susu. Harmon (1994) melaporkan bahwa peningkatan jumlah sel somatis selalu berhubungan dengan penurunan kadar laktosa susu karena aktifitas sintesa laktosa terjadi di sel sekretori ambing.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa mastitis subklinis tingkat 3, tingkat 2 dan tingkat 1 yang berpengaruh terhadap penurunan kadar laktosa susu sementara untuk mastitis subklinis tingkat trace tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar laktosa susu. Penurunan kadar laktosa susu hanya terjadi pada kasus mastitis subklinis tingkat 3, tingkat 2 dan tingkat 1 hal tersebut dikarenakan pada kasus mastitis subklinis tingkat 3, tingkat 2 dan tingkat 1 terjadi kerusakan sel sekretoris yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel somatis pada susu.
Tabel 5 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar laktosa sampel susu pada berbagai tingkat mastitis subklinis
Tingkat MSK Rata-rata (%) Notasi
N 4,52 c
T 4,46 c
+1 4,24 b
+2 4,20 b
+3 3,90 a
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pada berbagai tingkat mastitis subklinis bulan laktasi berpengaruh terhadap kadar laktosa susu. Semakin tinggi bulan laktasi maka kadar laktosa dari susu yang dihasilkan semakin rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sevia, Taibib, Albenziola, Muscosia and Annicchi (1999) yang melaporkan bahwa pada kondisi mastitis subklinis kadar laktosa di dalam susu akan menurun seiring dengan bertambahnya bulan laktasi.
Tabel 6 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar laktosa sampel susu pada berbagai bulan laktasi.
Bulan laktasi Rata-rata (%) Notasi
1-2 4,50 b
3-4 4,28 a
7-8 4,22 a
5-6 4,17 a
9-10 4,15 a
Pengaruh Mastitis Subklinis Terhadap Kadar Bahan Kering Pada Berbagai Bulan Laktasi
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa hanya mastitis subklinis tingkat 3 yang berpengaruh terhadap penurunan kadar bahan kering susu sementara untuk mastitis subklinis tingkat 2, tingkat 1 dan tingkat trace tidak berpengaruh terhadap penurunan kadar bahan kering susu. Hal tersebut disebabkan karena penurunan paling besar terhadap kadar lemak, protein, laktosa, mineral dan vitamin susu terjadi pada kasus mastitis subklinis tingkat 3 dengan jumlah sel somatis sekitar 5.000.000 sel/ml.
Tabel 7 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar bahan kering sampel susu pada berbagai tingkat mastitis subklinis.
Tingkat MSK Rata-rata (%) Notasi
N 12,76 b
T 11,89 b
+1 11,10 b
+2 10,91 b
+3 9,77 a
Jadhav and Patange (2009) melaporkan bahwa terdapat pengaruh antara bulan laktasi terhadap kadar bahan kering susu dari sapi yang memiliki ambing yang bebas dari infeksi mastitis subklinis. Semakin tinggi bulan laktasi maka kadar bahan kering susu akan semakin rendah. Pada penelitian ini bulan laktasi tidak berpengaruh terhadap kadar bahan kering
susu hal tersebut terjadi karena pengaruh yang diberikan oleh adanya kerusakan sel sekretoris akibat infeksi mastitis subklinis lebih besar daripada pengaruh yang diberikan oleh bulan laktasi.
Tabel 8 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar bahan kering sampel susu pada berbagai bulan laktasi. Bulan laktasi Rata-rata (%) Notasi
9-10 12,01 a
7-8 11,79 a
5-6 11,23 a
3-4 10,87 a
1-2 10,54 a
Pengaruh Mastitis Subklinis Terhadap Kadar Bahan Kering Tanpa Lemak Pada Berbagai Bulan Laktasi
Menurut Hadiwiyoto (2006), bahan kering tanpa lemak susu merupakan salah satu komponen yang penentu kualitas susu yang terdiri dari protein, laktosa, vitamin, hidrat arang dan mineral. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa mastitis subklinis tingkat 3 berpengaruh terhadap penurunan kadar bahan kering tanpa lemak susu. Hal tersebut dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini mastitis subklinis tingkat 3 juga berpengaruh terhadap penurunan kadar protein dan laktosa susu. Tallamy and Rondolph (1970) melaporkan bahwa ambing yang meliliki jumlah sel somatis yang tinggi berkorelasi terhadap penurunan kadar mineral susu. Batavani, Asri and Naebzadeh (2007) melaporkan bahwa mastitis subklinis dapat menyebabkan penurunan kadar hidrat arang susu.
Tabel 9 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar bahan kering tanpa lemak sampel susu pada berbagai tingkat mastitis subklinis
Tingkat MSK Rata-rata (%) Notasi
T 8,71 b
N 8,69 b
+2 8,35 b
+1 8,33 b
+3 7,86 a
Suman (2009) melaporkan bahwa terdapat pengaruh antara bulan laktasi terhadap kadar bahan kering tanpa lemak susu dari sapi yang memiliki ambing yang bebas dari infeksi mastitis subklinis. Semakin tinggi bulan laktasi maka kadar bahan kering tanpa lemak susu akan semakin rendah. Pada penelitian ini bulan laktasi tidak berpengaruh terhadap kadar bahan kering tanpa lemak susu hal tersebut terjadi karena pengaruh yang diberikan oleh adanya kerusakan sel sekretoris akibat infeksi mastitis subklinis lebih besar daripada pengaruh yang diberikan oleh bulan laktasi.
Tabel 10 Uji BNJ 5%, perbedaan rata-rata kadar bahan kering tanpa lemak sampel susu pada berbagai bulan laktasi.
Bulan laktasi Rata-rata (%) Notasi
1-2 8,65 a 5-6 8,57 a 3-4 8,40 a 7-8 8,17 a 9-10 7,86 a KESIMPULAN
Mastitis subklinis tingkat trace, tingkat 1 dan tingkat 2 terbukti tidak berpengaruh terhadap kualitas susu sedangkan mastitis subklinis tingkat 3 terbukti berpengaruh terhadap kualitas susu
yang terdiri dari kadar lemak, protein, laktosa, bahan kering dan bahan kering tanpa lemak.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Pratiwi Trisunuwati., drh., MS, Dr. Djoko Winarso, drh, MS atas bimbingan dan arahannya yang diberikan. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada kepala laboratorium mikrobiologi Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Kepala laboratorium kualitas susu KUD Sumber Makmur Ngantang serta Kepala laboratorium TPHT BLPP Batu atas segala fasilitas yang diberikan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Batavani, R. A.; Asri, S. and Naebzadeh, H. 2007. The effect of subclinical mastitis on milk composition in dairy cows. Iranian Journal of Veterinary Research, University of Shiraz, Vol. 8, No. 3, Ser. No. 20, 2007.
Gurmessa J. and Achenef M. 2012. Effect of Lactation Stage, Pregnancy, Parity and Age on Yield and Major Components of Raw Milk in Bred Cross Holstein Friesian Cows. World Journal of Dairy & Food Sciences 7 (2): 146-149, 2012 Hadiwiyoto. 2006 . Pengujian Mutu Susu
dan Hasil Olahannya . Liberty: Yogyakarta.
Harmon, R. J., 1994. Physiology of mastitis and factors affecting somatic cell counts. J. Dairy Sci., 77: 2103-2112.
Hurley WL. 2000. Mammary tissue organization. Lactation Biology. ANSCI 308. http://classes aces.uiuc.edu/Ansci 308/. [22 Mei 2012].
Jadhav B. S. and Patange D. D. 2009. Effect of Lactation Order And Stage of Lactation on Fat, Ts And Snf Content of Milk of Phule Triveni Cow. Department of Animal Science and Dairy science. Indian J. Anim. Res., 43 (3) : 203-205, 2009.
Khan M.Z.and Khan A. 2006. Basic Facts Of Mastitis In Dairy Animals. Pakistan Vet. J., 2006, 26(4): 204-208. Departement of Veterinary Pathology. University of Agricultur, Faisalabad. Pakistan.
Kitchen, B. J., 1981. Review of the progress of dairy science: Bovine mastitis: Milk compositional changes and related diagnostic tests. J. Dairy Sci., 64: 167-188.
Larson, E. 1985. Lactation. Iowa State University Press: Ames.
Lee, C.S., F.B.P. Wooding, and P. Kemp. 1980. Identification properties, and differential counts of cell populations using electron microscopy of dry cows secretions, colostrum and milk from normal cows. J. Dairy Res. 47:39.
Ruegg, P.L. 2002 . Milk Secretion and Quality Standards . University of Wisconcins . Madison: USA.
Sevia A., Taibib M., Albenzioa A. and Muscio G. 1999. Effect of parity on milk yield, composition, somatic cell count, renneting parameters and bacteria counts of dairy cow. Annicchiaricob aIstituto di Produzioni e Preparazioni Alimentari, FacoltaÁ di Agraria di Foggia, via Napoli, 25, 71100 Foggia, Italy
Subronto. 2003. Ilmu penyakit Ternak. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Suman C. L. 2009. Lactation Trend of Milk Solid-Not-Fat In Two-Breed Crosses of Cattle at an Organized Farm. Indian Veterinary Research Institute, Izatnagar-243122 (India) Indian J.
Anim. Res., 43 (1) : 12-16, 2009.
Tallamy, P. T., and H. E. Randolph. 1970. Influence of mastitis on properties of milk. V. Total and free concentrations of major minerals in skim milk. J. Dairy Sci. 53:1386. Winarso, D. 2008. Hubungan Kualitas Susu
Dengan Keragaman Genetik Dan Prevalensi Mastitis Subklinis Serta Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan Di Daerah Jalur Susu Malang Sampai Pasuruan [Disertasi] Program Studi Ilmu Peternakan. UGM.