IMPLEMENTATION PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) EDUCATION IN THE VILLAGE OF TAROKAN TOWN IN TAROKAN DISTRICT OF KEDIRI
Puji Erni Lestari ABSTRACT
Some related policy implementation is the handling of the problem of poverty is still less managed to reduce poverty. This is due to the more expensive living costs that must be borne by the community, employment, having a very low level of income as well as the more expensive tuition fees. These existing problems require the efforts of serious handling of the Government. One of those efforts through a Program Keluarga Harapan (PKH) education. The purpose of reseach is to analyze the implementation of the Program Keluarga Harapan (PKH) education in the village of Tarokan town in Tarokan district of Kediri.
Type of this research is a descriptive qualitative aims to obtain a clear picture regarding the implementation of the PKH education in the village of Tarokan. The technique of collecting data in this study using interview techniques, observation and documentation. Technique of data analysis used the interactive model from Miles and Huberman.
This research result indicates that the implementation of the Program Keluarga Harapan (PKH) the field of education can be said to be good enough, indicated of: 1) a communication that is done by the management service representative education, a companion to participants Program Keluarga Harapan (PKH), as well as local officials done in a transparent, open and consistent, but the communication with pelaksana policies on the level of about still less smoothly; 2) human resources information and financial to the implementation of the program, has been adequate but facilities for PKH not enough support; 3) a disposition between parties involved good enough; and 4) the structure of bureaucracy the program has been running well in accordance with standart operational procedures (SOP).
The advice can be recommended in this study: 1) For follow up is still an RTSM who have not received the help PKH, preferably as soon as doing updates data RTSM so as not to give rise to social jealousy within the community; 2) Implementers provide a channel of communication from the bottom to the top level so that the obstacles, problems and complaints immediately known and acted upon by the implementor top level; 3) For education in each school is supposed to be given operational handbook as a technical guide in order to know in clear and detailed in carrying out his duties as one of the executing Program Keluarga Harapan (PKH) education; 4) had better Program Keluarga Harapan (PKH) provided facilities, such as computers and building entrances or so escorts can save a file as a good and thorough. It can also reduce and prevent the loss of files.
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Menurut George C. Edward III dalam Winarno (2012: 177), ada empat variabel atau faktor yang paling krusial dalam implementai kebijakan publik, pertama adalah komunikasi yang baik antara pelaksana level atas dengan level bawah serta para penerima kebijakan. Kedua adalah Sumber daya yang cukup, seperti sumber daya manusia, informasi, keuangan dan peralatan, yang ketiga adalah disposisi atau sikap dari pelaksana program dan yang terakhir adalah struktur birokrasi yang jelas.
Beberapa implementasi kebijakan terkait penanganan masalah kemiskinan masih kurang berhasil mengurangi angka kemiskinan. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya jumlah masyarakat miskin yang ada di Indonesia. Penanganan masalah kemiskinan yang ada di Indonesia ini kemungkinan akan semakin sulit diatasi. Hal ini disebabkan karena sempitnya lapangan pekerjaan serta rendahnya pendapatan masyarakat, yang dapat mengakibatkan sulitnya masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya. Selain itu mahalnya biaya pendidikan menyebabkan masyarakat miskin semakin sulit untuk mengenyam dunia pendidikan.
Salah satu usaha dari pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan yaitu dengan mengeluarkan program yang bernama Program Keluarga Harapan (PKH). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bentuk dari kebijakan dibidang perlindungan sosial yang merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Sosial.
(www.depsos.go.id)
Desa Tarokan merupakan salah satu desa yang melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH), dan memiliki jumlah masyarakat miskin atau RTSM paling banyak. Desa Tarokan memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.142 Kepala Keluarga (KK), dan 3.000 KK termasuk dalam kriteria prasejahrera dan sejahtera satu sampai tiga, sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah petani dan buruh tani dengan jumlah pendapatan yang cukup rendah.
(Sumber: Data monografi Desa
Tarokan tahun 2012). Karena
rendahnya pendapatan yang didapatkan oleh orang tua hal tersebut mengakibatkan anak-anak di Desa Tarokan sebagian besar tidak dapat memenuhi wajib belajar 9 tahun. Selain itu, peneliti juga menemui suatu hal bahwa banyaknya masyarakat yang komplain karena mereka merasa tidak mampu atau termasuk dalam masyarakat miskin dan memiliki anak usia sekolah tidak mendapatkan bantuan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya komunikasi yang terjalin antara pihak pelaksana program dengan para pelaksana yang ada di
bawah, yaitu pihak kecamatan maupun aparat desa yang mengetahui secara langsung mengenai kondisi masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.
Terkait dengan diberlakukannya Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Kecamatan Tarokan khususnya di desa Tarokan perlu adanya tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat agar dalam pelaksanaan program tersebut dapat menjaring target group atau kelompok sasaran yang tepat dan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan oleh pemerintah.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. D. MANFAAT PENELITIAN
a) Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat memberi masukan bagi pengembangan teori-teori Administrasi Negara, khususnya
pada kajian tentang Implementasi Kebijakan Publik.
b) Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Desa Tarokan dan Dinas Sosial Kabupaten Kediri: Dapat memberikan masukan bagi perbaikan Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) bidang Pendidikan agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
b. Bagi UNESA:
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan referensi dalam rangka menambah dan melengkapi kajian tentang implementasi kebijakan publik.
II. KAJIAN PUSTAKA A. KEBIJAKAN PUBLIK
a) Pengertian Kebijakan Publik Thomas R. Dye dalam Widodo (2007: 12), menyatakan bahwa kebijakan publik adalah apa pun yang pemerintah pilih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Anderson dalam Widodo (2007: 13) mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan pilihan yang harus diambil oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan yaitu dengan mengeluarkan kebijakan perlindungan sosial, salah satunya melalui Program Keluarga Harapan (PKH) yang terdiri atas dua bidang, salah satunya bidang pendidikan. Dalam Program Keluarga Harapan (PKH) ini, pemerintah bekerja sama dengan beberapa kementrian terkait untuk menjalankan program tersebut agar dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
B. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK a) Pengertian Implementasi
Kebijakan Publik
Implementasi kebijakan merupakan proses yang mengarah pada pelaksanaan suatu kebijakan. Menurut Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam Agustino (2008: 139), mengartikan implementasi kebijakan sebagai:
“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau
mengatur proses
implementasinya”.
Pada pengertian diatas, apapun yang dilakukan pemerintah dalam
mencapai suatu tujuan program atau kebijakan, itulah yang dinamakan implementasi kebijakan.
b) Unsur-unsur Implementasi Kebijakan Publik
Unsur-unsur implementasi kebijakan publik dalam Tachjan (2006: 26-36), terdapat beberapa unsur yang harus ada, yaitu:
a. Pelaksana (implementor) b. Program
c. Kelompok sasaran (Target group)
c) Proses Implementasi Kebijakan Publik
Widodo (2007: 90-94) menyatakan proses implementasi suatu kebijakan publik mencakup beberapa tahap, antara lain:
a. Tahap Interpretasi
(Interpretation)
b. Tahap
Pengorganisasian (to Organized)
c. Tahap Aplikasi
(Aplication)
d) Kontrol Pelaksanaan Kebijakan Publik
Widodo (2007: 94-96) menyatakan strategi melakukan kontrol pelaksanaan kebijakan publik yaitu dengan menetapkan beberapa hal, antara lain:
a. Pelaku Kontrol
Pelaksanaan Kebijakan
b. Standar Prosedur
Operasi Kontrol
c. Sumbar Daya
Keuangan dan Peralatan
d. Jadwal Pelaksanaan
e) Model Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan akan berjalan dengan lancar dan berhasil apabila memenuhi beberapa variabel. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori model kebijakan Implementation Problems Approach menurut George C. Edward III yang sesuai untuk melihat sejauh mana Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Desa Tarokan tersebut berhasil.
Dalam teori model kebijakan Implementation Problems Approach menurut George C. Edward III dalam Widodo (2007:96) mengajukan empat faktor atau variabel yang saling mempengaruhi. Variabel-variabel tersebut antara lain: komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri. Subyek dalam penelitian ini yaitu pendamping PKH di Kecamatan Tarokan, layanan pendidikan serta peserta PKH. Dengan fokus penelitian menggunakan teori George C. Edward III terdiri dari variabel komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrai. Teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
a) Kondisi Pendidikan
Desa Tarokan memiliki gedung SD/ sederajat sebanyak 6 buah dan gedung TK sebanyak 11 buah. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada juga sangat mempengaruhi pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan. Tempat sekolah peserta didik peserta Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan yang total berjumlah 384 ini, sekolah di Desa Tarokan saja, tetapi juga tersebar di beberapa sekolah yang ada di luar Desa Tarokan.
Anak peserta didik dari peserta Program Keluarga Harapan (PKH) tersebar pada seluruh Sekolah Dasar yang ada di Desa Tarokan. Pada jenjang SMP, anak-anak dari para peserta Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan ini bersekolah di luar Desa Tarokan, karena di Desa Tarokan sendiri belum terdapat SMP. Pada jenjang SD yang paling banyak yaitu di SDN II Tarokan sebanyak 79 siswa, sedangkan pada jenjang SMP yaitu di SMPN II Tarokan sebanyak 34 siswa.
b) Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan Di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri
a. Deskripsi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan
Program Keluarga Harapan (PKH) menurut pedoman umum adalah program yang memberikan bantuan tunai
kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM). Sebagai imbalannya KSM diwajibkan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yaitu pendidikan dan kesehatan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) ini menurut pedoman umum adalah: a) Tujuan Umum
Untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta merubah perilaku KSM yang relatif
kurang mendukung
peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). b) Tujuan Khusus
a. Meningkatkan status sosial ekonomi KSM.
b. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari KSM.
c. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak KSM.
d. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KSM. b. Implementasi Program
Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan di Desa Tarokan
Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang
pendidikan di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri ini dilihat berdasarkan model kebijakan Implementation
Problems Approach menurut
George C. Edward III yang terdiri dari empat variabel. Oleh karena itu, empat variabel yang menentukan keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri akan diulas sebagai berikut:
a) Variabel Komunikasi
Komunikasi bisa dikatakan sebagai penyampaian informasi yang dilakukan oleh informan. Dalam sebuah informasi perlu usaha transmisi informasi, kejelasan mengenai informasi serta pemberian informasi yang konsisten. Pelaksana dalam Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tarokan disebut sebagai pendamping. Penyampaian informasi yang dibangun oleh pihak pendamping dalam Program Keluarga Harapan (PKH) melalui sosialisasi kepada pelaksana lain serta para penerima bantuan atau Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
Sosialisasi yang dilakukan pendamping pertama kali yaitu dengan memberikan surat undangan kepada lembaga pendidikan dan kepada masyarakat yang dinyatakan tidak mampu kemudian mereka dikumpulkan di Balai Desa Tarokan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Mujayati selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang menyatakan bahwa :
“Sosialisasi awal dilakukan
di Balai Desa. Hal ini
bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepda para
penerima program mengenai
tujuan PKH dan
mekanismenya serta hak dan
tanggung jawab serta
manfaat PKH. Dan juga
menjelaskan bahwa PKH ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah atas warga kurang mampu. Dan
alhamdulillah masyarakat
dengan senang bisa
menerima program PKH ini karena program PKH sendiri kan bisa sedikit membantu
meringankan biaya
pendidikan yang harus
mereka keluarkan. Setelah masyarakat bisa menerima
program ini, dilakukan
pembagian pendamping. Di Kecamatan Tarokan sendiri
ada 5 pendamping PKH,
karena di Kecamatan Tarokan terdiri dari 10 desa. Dan pada pertemuan awal itu juga dilakukan pemilihan ketua
kelompok penerima.
Pertemuan kelompok
dilakukan 1 bulan sekali dan tiap kelompok itu terdiri dari 15 sampai 25 orang mbak”. (Wawancara pada tanggal 22 September 2012 Pukul 11.00 WIB).
b) Variabel Sumber Daya Sumber daya dalam pelaksanaan suatu program sangat menunjang keberhasilan, tanpa adanya sumber daya akan sulit suatu kebijakan akan diterapkan. Hal ini juga berlaku dalam pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH), tanpa adanya sumber daya manusia (staf), sumber daya informasi, sumber daya keuangan serta sumber daya peralatan atau fasilitas yang mendukung maka akan sulit sekali melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH) tersebut.
Salah satu sumber daya yang berperan penting adalah sumber daya manusia atau staf. Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) khususnya di wilayah Tarokan ada lima pendamping dan setiap pendamping mengemban tugas yang sudah sesuai dengan beban kerja Hasil wawancara kepada Ibu Mujayati selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) menyatakan bahwa:
“Di Kecamatan Tarokan
sendiri ada 5 pendamping
mbak dan tiap-tiap
pendamping mendampingi sekitar 375 peserta PKH. Jadi kita sebagai pendamping memiliki beban kerja yang sama”. (Wawancara pada tanggal 22 September 2012 Pukul 11.00 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hamzah selaku kepala sekolah, bahwa yang terlibat dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah guru atau wali kelas di masing-masing anak peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang menyatakan bahwa :
“Guru atau wali kelas harus mengisi formulir verifikasi kehadiran murid peserta PKH
yang akan diberikan kepada
pendamping PKH mbak.
Biasanya itu akhir bulan
pendamping kesini untuk
mengambil form verifikasi”. (Wawancara pada tanggal 12 Oktober 2012 Pukul 09.30 WIB).
Selain sumber daya manusia, sumber daya informasi juga mempengaruhi keberhasilan program. Pihak pendamping memberikan informasi kepada peserta Program Keluarga Harapan (PKH) mengenai kewajiban apa saja yang harus mereka laksanakan yaitu penerima Program Keluarga Harapan (PKH) terkait bidang pendidikan diwajibkan memenuhi persyaratan jika memiliki anak berusia 7-15 tahun. Dan peserta pun bisa menjalankan tanggungjawabnya dengan baik meskipun ada juga yang tidak menjalankannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Mujayati selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang mengatakan bahwa :
“RTSM sudah menjalankan
kewajiban atau
kommitmennya mbak. Karena
bila mereka tidak
menjalankan tanggung
jawabnya, RTSM tersebut
akan dikenai sangsi berupa potongan bantuan. Dulu itu ada mbak anak dari peserta PKH yang tidak masuk sekolah
karena malas, akhirnya
besaran bantuannya pun
berkurang. Sampai akhirnya bantuannya itu habis atau
hilang dengan sendirinya
karena anaknya nggak pernah
masuk dan keluar dari
sekolah. Yang menjadi acuan
berkurang atau tidaknya
bantuan kan dari form
verifikasi kehadiran murid itu sendiri mbak. Jadi ketika anak itu sudah keluar dari sekolah ya otomatis uang itu nggak bisa cair di kantor pos”. (Wawancara pada tanggal 22 September 2012 Pukul 11.00 WIB).
Sumber daya keuangan Program Keluarga Harapan (PKH) berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) untuk RTSM disalurkan melalui Kantor Pos atau lembaga keuangan lainnya di masing-masing lokasi. Hal ini diperkuat oleh Pak Aji Prasetyo selaku koordinator di Kecamatan Tarokan, yang menyatakan bahwa:
“Dana PKH ini berasal dari
APBN mbak dan
penyalurannya pun diberikan
secara langsung kepada
penerima atau peserta PKH yang dilakukan oleh pihak atau petugas Kantor Pos. Pada saat pencairan bantuan
peserta harus membawa
kartu peserta PKH untuk ditunjukkan kepada petugas Kantor Pos. Jadi pendamping itu tidak pernah memegang atau mengurusi masalah uang
bantuan PKH itu sendiri
mbak”. (Wawancara pada tanggal 21 September 2012 Pukul 16.15 WIB).
Indikator selanjutnya yaitu sumber daya peralatan atau
fasilitas. Dengan fasilitas yang lengkap, maka prgram yang ada dapat berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan Program Keluarga Harapan (PKH). Fasilitas yang digunakan untuk memperlancar Program Keluarga Harapan (PKH) belum cukup menunjang program. Itu disebabkan karena belum adanya gedung atau ruangan sendiri bagi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang disampaikan oleh Bapak Nanang selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang mengatakan bahwa :
“Kalau fasilitasnya sih sudah menunjang mbak. Kan kita kerjanya juga lebih sering langsung terjun ke lapangan. Gedung atau ruangan sebagai
tempat kerja PKH kita
memang nggak ada atau belum ada mbak. Dulunya kan ruang kerja PKH bertempat di
kantor Pos, karena
kontraknya sudah selesai
maka ruangannya dipindah ke
kecamatan. Itupun
fasilitasnya seperti meja dan kursi juga dipinjami oleh
kecamatan mbak. Karena
meja kursi yang disiapkan hanya ada satu, ya kita jaganya disana gantian mbak. Dan juga ini mbak, kita tidak ada faslitas komputer, jadi kalau ada pengerjaan terkait tugas kita ya kita membawa
laptop sendiri mbak. ”.
(Wawancara pada tanggal 12 Oktober 2012 Pukul 12.45 WIB).
Berdasarkan pernyataan yang ada di atas dapat dilihat bahwa sumber daya yang ada sudah cukup mendukung pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH), meskipun untuk pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) sendiri tidak memiliki gedung atau ruangan tersendiri dan para pendamping harus membawa laptop sendiri untuk menunjang tugasnya. Dengan adanya sumber daya yang cukup dan memadai program dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c) Variabel Disposisi
Sikap atau perilaku serta komitmen pendamping juga menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH). Tanpa adanya sikap dan komitmen yang tinggi dari pelaksananya, maka program tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Dalam menjalankan Program Keluarga Harapan (PKH), pendamping sangat berkomitmen sekali. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Ibu Mujayati selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang mengatakan bahwa:
“Ya sangat mendukung sekali mbak. Sebagai pendamping kami melakukan tugas yang menjadi tanggung jawab kita dengan baik agar program ini dapat berjalan dengan baik
dan sukses seperti yang
menjadi tujuan dari PKH itu sendiri. Kami juga sangat berkomitmen sekali dalam
masing-masing sebagai
pendamping”. (Wawancara
pada tanggal 22 September 2012 Pukul 11.00 WIB).
Sikap dari pendamping kepada para peserta Program Keluarga Harapan (PKH) sendiri juga baik. Para pendamping selalu bersikap ramah kepada mereka. Hal ini doperkuat oleh pernyataan ibu Tumi yang mengatakan bahwa:
“Pendamping PKH nya disini sikapnya baik kok mbak, sabar. Mereka juga gak pernah minta uang atau
imbalan pada kami”.
(Wawancara pada tanggal 22 September 2012 Pukul 08.45 WIB).
Faktor selanjutnya yang mendukung kelancaran variabel disposisi yaitu insentif bagi para pelaksananya. Dengan adanya insentif yang diberikan, maka para pelaksana dari program akan menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Bapak Nanang selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) juga mengatakan hal yang demikian. Beliau menyatakan bahwa:
“Pendamping sudah
mendapatkan insentif
sendiri, berupa honor mbak. Tapi gak etis juga mbak kalau kita sebutkan
berapa-berapanya”. (Wawancara
pada tanggal 12 Oktober 2012 Pukul 12.45 WIB).
Namun untuk pelaksana layanan pendidikan tidak menerima apa-apa. Layanan pendidikan tidak menerima insentif sehingga hal tersebut
murni tanpa imbalan dari jasa yang telah pihak layanan pendidikan berikan sebagai penunjang Program Keluarga Harapan (PKH). Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara kepada Bapak Hamzah selaku kepala sekolah yang mengatakan bahwa :
“Nggak dapat mbak. Kita sama sekali tidak menerima
imbalan. Kita diminta
bantuannya saja. Dan kita
sudah ada kesepakatan
diawal bahwa layanan
pendidikan tidak akan
meminta imbalan terkait dilaksanakannya PKH ini dan aturannya pun juga sudah
ada”. (Wawancara pada
tanggal 12 Oktober 2012 Pukul 09.30 WIB).
Dalam variabel disposisi juga memuat berbagai harapan dari para pelaksana atau pendamping. Pendamping memiliki keinginan agar tujuan dari Program Keluarga Harapan (PKH) ini benar-benar dapat tercapai. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Nanang mengatakan bahwa:
“PKH ini kan tujuannya untuk mengurangi angka kemiskinan dan kebodohan, semoga tujuannya dapat tercapai sesuai harapan
pemerintah. Dan
masyarakat bisa lebih baik
atau sejahtera”.
(Wawancara pada tanggal 12 Oktober 2012 Pukul 12.45 WIB).
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa, besar harapan dari para pelaksana yaitu
pendamping, layanan pendidikan serta peserta Progran Keluarga Harapan (PKH) terkait bidang pendidikan ini agar program dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
d) Variabel Struktur Birokrasi Pelaksana atau pendamping yang ada di Kecamatan Tarokan terdiri dari lima pendamping, sehingga satu pendamping merangkap menjadi koordinator Program Keluarga Harapan (PKH), karena apabila UPPKH kecamatan memiliki lebih dari tiga tenaga pendamping akan diangkat seorang koordinator. Susunan pelaksana atau pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tarokan yaitu:
Tabel 4.4
Susunan Pendamping PKH di Kecamatan Tarokan
Sumber: Wawancara dengan koordinator PKH Kecamatan Tarokan
Tugas dan tanggungjawab UPPKH kecamatan (pendamping Program Keluarga Harapan (PKH))
secara umum adalah
melaksanakan tugas pendamping kepada KSM peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Wilayah kerjanya meliputi seluruh desa/ kelurahan dalam satuan wilayah kerja di tingkat kecamatan.
Pendamping melakukan tugasnya sesuai dengan aturan atau Standart Operational
Prosedur (SOP) yang telah
ditetapkan, termasuk melakukan kunjungan ke sekolah setiap bulannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Mujayati selaku pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang mengatakan bahwa :
“Kan kita sudah melakukan
tugas masing-masing
termasuk mengunjungi
sekolah-sekolah tiap bulannya dan melakukan pengecekan
presensi kehadiran murid
peserta PKH 3 bulan sekali.
Dan itu juga digunakan
sebagai acuan untuk
selanjutnya mbak”.
(Wawancara pada tanggal 22 September 2012 Pukul 11.00 WIB).
Tugas dari lembaga sekolah yaitu memberikan pelayanan pendidikan kepada anak peserta Program Keluarga Harapan (PKH), mencatat kehadiran anak peserta Program Keluarga Harapan (PKH) serta mengisi formulir verifikasi. Hasil wawancara dengan Bapak No Nama Jabatan
1. Aji Prsetyo Koordinator dan Pendamping 2. Nanang Yusriansyah Pendamping 3. Farkhan Fatawi Pendamping 4. Mujayati Pendamping 5. Ashna Pendamping
Hamzah selaku kepala sekolah yang menyatakan bahwa :
“Ya kami sebagai lembaga
pendidikan sudah
menjalankan peran dan tugas sesuai dengan aturan yang sudah menjadi ketentuan dari PKH mbak seperti menerima
pendaftaran anak PKH,
melakukan absensi serta
pengisian formulir verifikasi yang biasanya dilakukan oleh guru ataupun wali kelasnya
masing-masing. Kita juga
tidak pernah membedakan murid peserta PKH dengan murid yang bukan peserta PKH. Semua kita perlakukan sama mbak”. (Wawancara pada tanggal 12 Oktober 2012 Pukul 09.30 WIB).
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa struktur birokrasi Program Keluarga Harapan (PKH) terkait bidang
pendidikan dalam
implementasinya telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan pelaksana yaitu pendamping dan pihak layanan sekolah dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan dan kewajiban masing-masing.
B. Pembahasan
Dalam Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri ini keempat variabel di atas telah terpenuhi, sehingga Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan ini sudah dapat dikatakan berjalan dengan baik. Berikut penjelasan lebih mendalam mengenai
keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan dipandang dari teori George C. Edaward III adalah sebagai berikut :
a. Variabel Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Kecamatan Tarokan adalah melalui sosialisasi kepada masyarakat. Penyaluran informasi dari pendamping kepada layananan pendidikan, peserta Program Keluarga Harapan (PKH) serta aparat setempat. Penyampaian informasi tersebut berjalan dengan baik dan lancar.
Penjelasan yang diterima oleh masing-masing peserta Program Keluarga Harapan (PKH) berbeda, sehingga dengan penjelasan yang bersifat global tersebut diharapkan peserta Program Keluarga Harapan (PKH) dapat memahami dengan lebih mudah. Penyebab dari kurang jelasnya informasi yang diberikan adalah peserta berasal dari masyarakat yang berpendidikan rendah, sehingga membutuhkan usaha yang lebih dari pendamping dalam memberikan informasi mengenai Program Keluarga Harapan (PKH). Usaha pendamping tersebut tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi juga dilakukan pada saat dilaksanakan pertemuan di rumah ketua kelompok masing-masing.
Kejelasan suatu informasi dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila didukung oleh adanya informasi yang konsisten. Konsistensi informasi dalam variabel komunikasi menjadi
indikator ketiga yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program. Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) berusaha untuk memberikan informasi yang konsisten untuk petugas layanan pendidikan serta ketua kelompok peserta Program Keluarga Harapan (PKH).
Berdasarkan informasi di lapangan, baik ketua kelompok maupun peserta menyatakan bahwa mereka selalu mendapatkan informasi yang sama. Misalnya informasi pencairan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) selalu tepat waktu. Pernyataan tersebut
membuktikan bahwa
pendamping selalu berusaha untuk memberikan informasi yang konsisten (tidak berubah-ubah). Dengan adanya informasi yang konsisten diharapkan pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dapat berjalan dengan baik dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Variabel Sumber Daya
Sumber daya manusia dalam Program Keluarga Harapan (PKH) memiliki personil yang cukup memadai dan cakap dalam keahliannya.
Sumber daya informasi dalam Program Keluarga Harapan (PKH) ini juga sudah cukup baik. Hal tersebut bisa terjadi karena layanan pendidikan dan peserta Program Keluarga Harapan (PKH) mendapatkan informasi yang cukup baik dari pelaksana atau pendamping yaitu mengenai segala sesuatu yang yang terkait dengan Program Keluarga
Harapan (PKH) bidang pendidikan sehingga mereka bisa mengetahui apa yang harus dilakukan dan mematuhi apa yang menjadi tugas dan kewajibannya.
Sumber daya keuangan dalam Program Keluarga Harapan (PKH) berasal dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang proses pencairannya langsung dilakukan oleh petugas Kantor Pos, dan pendamping juga tidak ikut campur atau memegang uang bantuan tersebut.
Sumber daya peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tarokan ini belum cukup menunjang. Hal ini disebabkan karena Program Keluarga Harapan (PKH) tidak menyediakan komputer bagi para pendamping untuk menunjang tugasnya, dan juga tidak memiliki gedung atau ruangan tersendiri. Awalnya gedung atau ruangan dari Program Keluarga Harapan (PKH) bertempat di kantor pos, setelah kontrak habis berpindah tempat ke Kecamatan Tarokan yang menjadi satu ruangan dengan KESOS Kecamatan Tarokan. Selain itu, fasilitas seperti meja dan kursi juga difasilitasi oleh kecamatan. Sekolah sebagai layanan pendidikan sudah memiliki fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas tersebut berupa tersedianya tenaga pendidik atau guru yang memadai serta sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar.
Berdasarkan data yang didapat di lapangan, pendamping selalu bersikap ramah dan tidak mau menerima imbalan apapun. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) merasa puas dan senang terhadap sikap dan perilaku pendamping. Sikap dari petugas layanan pendidikan juga baik termasuk kepala sekolah yang mau menerima keluhan dari peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Selain itu, pendamping dan petugas layanan juga harus memiliki komitmen yang baik agar Program Keluarga Harapan (PKH) dapat berjalan sesuai denga tujuan yang telah ditetapkan.
Selain sikap atau perilaku, hal lain yang mendukung variabel disposisi adalah insentif. Pelaksana atau pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) khususnya di Desa Tarokan mendapatkan insentif berupa gaji per bulan. Sedangkan bagi pelaksana layanan pendidikan tidak mendapatkan imbalan atau insentif sedikit pun.
d. Variabel Struktur Birokrasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan dalam implementasinya melibatkan lembaga pendidikan serta aparat desa guna memudahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Desa Tarokan melibatkan lembaga sekolah serta aparat desa. Peran dari lembaga sekolah sebagai
layanan pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam rangka memenuhi komitmen yang menjadi persyaratan dalam Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan.
Pendamping rutin mendatangi lembaga sekolah setiap bulannya. Peran pendamping besar pengaruhnya dalam mensukseskan Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Desa Tarokan sudah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Selain SOP, struktur birokrasi di Desa Tarokan ini dapat dilihat dari kewenangan para pelaku program dalam menjalankan tugas, peran dan fungsinya serta adanya penyebaran tanggung jawab dari para pelaksana program.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan di Desa Tarokan Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri tergambarkan dalam empat variabel yang dikemukakan oleh George C. Edward III. Di dalam pelaksanaannya Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan melibatkan berbagai pihak, antara lain pihak pendamping, layanan pendidikan serta perangkat desa. Kelompok sasaran atau target group
dari Program Keluarga Harapan (PKH) terkait bidang pendidikan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memenuhi kriteria yaitu memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk SD, anak usia SLTP dan anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
Untuk mencapai keberhasilan dalam implementasi kebijakan publik terdapat empat variabel yang menetukan, anatara lain komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan dikatakan berhasil, hal ini ditunjukkan dengan : a. Komunikasi yang dilakukan oleh
pihak pendamping kepada petugas layanan pendidikan, peserta Program Keluarga Harapan (PKH) serta aparat setempat dilakukan secara transparan, terbuka dan konsisten, sehingga stakeholder implementasi memahami dengan jelas tentang program yang dilaksanakan. Akan tetapi komunikasi dengan pelaksana kebijakan di level atas masih kurang lancar.
b. Sumber daya yang mencukupi, meliputi sumber daya manusia atau staff, sumber daya informasi dan sumber daya keuangan. Akan tetapi, sumber daya peralatan atau fasilitas belum cukup menunjang khususnya ketersediaan komputer sebagai penunjang tugas pendamping serta tidak memiliki gedung atau rungan sendiri.
c. Disposisi meliputi sikap dan komitmen dari pelaksana serta insentif. Para pelaksana program yaitu pendamping dan petugas
layanan pendidikan sudah menunjukkan sikap yang baik serta berkomitmen tinggi untuk menjalankan tugasnya dengan baik.
d. Struktur birokrasi, implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan sudah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Pelaksana program sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan serta pembagian tugas sudah jelas dan diatur dalam buku pedoman. Pendamping bertanggung jawab kepada UPPKH kabupaten sedangkan layanan pendidikan bertanggung jawab kepada pendamping mengenai fomulir verifikasi.
B. Saran
Saran yang dapat
direkomendasikan dalam penelitian ini terkait pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan adalah:
a. Untuk menindaklanjuti masih adanya RTSM yang belum menerima bantuan PKH, sebaiknya segera melakukan pembaharuan data RTSM agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial dalam masyarakat.
b. Pelaksana menyediakan saluran komunikasi dari level bawah hingga atas agar hambatan, keluhan dan masalah segera diketahui dan ditindaklanjuti oleh implementor level atas.
c. Bagi layanan pendidikan di masing-masing sekolah seharusnya perlu diberikan buku pedoman operasional sebagai
petunjuk teknis agar dapat mengetahui secara jelas dan terperinci dalam menjalankan tugasnya sebagai salah satu pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) bidang pendidikan.
d. Sebaiknya Program Keluarga Harapan (PKH) diberikan fasilitas, seperti komputer dan gedung atau ruangan tersendiri agar pendamping dapat menyimpan berkas secara baik dan teliti. Hal tersebut juga dapat mengurangi dan mencegah hilangnya berkas. DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar
Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Dunn, William N. 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik: Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik
Formulasi, Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media Kompetindo.
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan
Publik: Konsep, Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Suyono, Haryono. 2005. Sinergi Baru
Pemberdayaan Keluarga.
Jakarta: Yayasan Damandiri. Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan
Publik. Bandung: AIPI.
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik:
Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.
Sumber Lain:
Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH). 2010. http://www.sunan-ampel.ac.id/kolom- akademisi/1447-dilematis- mahasiswa-dalam-menghadapi- realita-kemiskinan-dan-pengangguran.html?lang (diakses 20 Maret 2012)
www.depsos.go.id (diakses 20 Maret 2012)
www.jatimprov.go.id (diakses 15 April 2012)