• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

PEMERIKSAAN HISTOLOGI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH

OLEH :

I GUSTI AYU RESI PRADNYA DEWI ( P07134013005 )

NI PUTU ANDRI PRATIWI ( P07134013011 )

NI KADEK DWI ANJANI ( P07134013021 )

LUH PUTU SUCIANA CANDRA DEWI ( P07134013037 ) NI MADE YUNI TRISNA DEWI ( P07134013041 )

NI PUTU MERI KUSUMAWATI ( P07134013043 )

I PUTU BANDEM ARISTA PUTRA( P07134013045)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2014

(2)

PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

PEMERIKSAAN HISTOLOGI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI RSUP SANGLAH

Hari, tanggal : Rabu, 12 & 15 November 2014 Pertemuan : I dan II

A. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian sitologi dan histology

2. Mahasiswa mengetahui tahap penerimaan, identifikasi, dan deskripsi jaringan yang akan diperiksa

3. Mahasiswa dapat melakkan pemotongan gross jaringan 4. Mahasiswa dapat mengetahui prossesing jaringan

5. Mahasiswa mengetahui pembuatan dan pemotongan blok paraffin 6. Mahasiswa dapat melakukan pengecatan preparat histologi 7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan FNAB

B. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum adalah metode pengamataan dan pemeriksaan langsung.

C. Prinsip

Penerimaan  identifikasi deskripsi pemotongan gross jaringanprossesing jaringanpengecatan preparat pemeriksaan FNAB dan Pap Smearpelaporan hasil

D. Dasar Teori

Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di sekeliling sel

(3)

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit dan merupakan salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.

Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Ilmu ini dipelajari dalam semua bidang patologi, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Biologi sel atau disebut sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel. Sitologi berasal dari bahasa Yunani yaitu cytos dan logos. Cytos berarti sel dan logos berarti ilmu. Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel.

Hal-hal tersebut dipelajari baik pada skala mikroskopik maupun skala molekular, dan sel biologi meneliti baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun sel-sel terspesialisasi di dalam organisme multisel seperti manusia. Dengan demikian, sitologi merupakan ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk susunan serta fungsi bagian-bagian yang ada pada sel makhluk hidup.

Histologi adalah ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk susunan serta fungsi bagian-bagian yang ada pada jaringan makhluk hidup. Histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Bidang biologi ini amat berguna dalam keakuratan diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.

E. Cara Kerja

1. Persiapan bahan pemeriksaan :

 Bahan pemeriksaan (jaringan) yang baru diambil, dicuci terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam pemeriksaan makroskopi jaringan.

(4)

 Simpan jaringan di dalam wadah tertutup berisi formalin.

 Deskripsi Jaringan yang Akan Diperiksa

Cara mendeskripsi jaringan yang baik untuk diperiksa, yaitu 1. volume atau ukuran

2. warna 3. konsistensi

4. kekenyalan atau keadaan jaringan 5. kelainan-kelainan yang ada

2. Cara pelabelan jaringan untuk dilakukan prossesing jaringan 1. No. urut pemeriksaan

2. Jenis pemeriksaan 3. Nama rumah sakit 4. Tahun

3. Pemotongan Gross Jaringan

Cara pemotongan gross jaringan

1. Lakukan pemeriksaan makroskopis

jaringan - Ukuran panjang - lebar, tinggi - volume - warna - konsistensi - jumlah potongan

2. Potong jaringan secara melintang menjadi beberapa “cope”

3. Pemotongan dipilih bagian yang

kelainan dan mewakili, kemudian bahan pemeriksaan dipotong dengan ukuran maksimal 2 x 3 cm, dengan ketebalan 2 mm.

4. Masukkan ke dalam cassette

processing, diberi label dan tutup

5. Masukkan cassette tadi ke dalam alat

citadel 2000 untuk processing jaringan. 4. Prossesing Jaringan

(5)

1. Pencucian

Cairan yang dinggunakan untuk proses pencucian jaringan yaitu NaCl 0,85% fisiologis steril ( 0,90 %).Tahap-tahap pencucian adalah sebagai berikut :

1) Ketika jaringan baru diambil dari mahluk yang bersangkutan keadaannya masih kotor terutama banyak mengandung darah,demikian juga jaringan yang berlebihan harus dibuang dan dibersihkan.

2) Selanjutnya jaringan tersebut dikeluarkan dan dimasukan ke dalam tabung yang kedua yang juga masih membuang sisa-sisa darah serta memotong bagian jaringan yang tidak dikehendaki karena kemungkinan terlalu tebal dengan perhitungan supaya cairan fiksasi pada proses berikutnya dapat masuk ke dalam jaringan.

3) Jaringan yang sudah dibentuk sedemikian rupa dicuci lagi pada tabung yang ketiga, sehingga jaringan betul-betul bersih.

4) Pada proses pencucian yang terakhir ini yaitu pada tabung keempat, hasil jaringan yang dicuci sudah meyakinkan di bandingkan dari pada sebelumnya, untuk dilanjutkan ke proses yang berikut.

2. Fiksasi

Tahap-tahap proses fiksasi :

1. Harus memilih resep / formula dari cairan fiksasi dengan memahami sifat cairan fiksasi yang digunakan.

2. Untuk cairan volumenya harus cukup yaitu kurang lebih 20 kali lipat dari voleme jaringan yang difiksasi agar seluruh bagian jaringan terendam.

3. Tempat fiksasi harus luas dan diperhitungkan kedalamannya sehingga bentuk jaringan yang direndam atau yang difiksasi tidak mengalami perubahan bentuk. 4. Lebar maupun tebalnya jaringan yang difiksasi harus diperhatikan sehubungan

dengan daya tembus cairan fiksasi baik.

5. Waktu yang dibutuhkan pada saat fiksasi harus benar-benar cukup artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama.

5.Dehidrasi

Bahan-bahan yang digunakan untuk cairan dehidrasi antara lain :

 Alkohol 100% (alkohol absolut)

 Alkohol 95-96 %

 Alkohol 70 % 6. Clearing

(6)

 Setelah dilakukan dehidrasi, maka jaringan telah dibebaskan dari air, tapi jadi mengandung alkohol.

 Lilin parafin bersifat tidak dapat larut dalam alkohol,maka impregnasi masih tidak dapat berlangsung baik.

 Oleh karena itu perlu suatu larutan yang dapat bercampur baik dengan alkohol maupun dengan lilin parafin sebagai PERANTARA, sehingga impregnasi dapat berlangsung.

 Umumnya dipilih larutan BENZOL sebagai “perantara”

 Larutan BEZOL dapat menaikkan indeks refraksi jaringan, sehingga jaringan menjadi lebih transparan/jernih.

 Larutan benzol ini disebut sebagai “CLEARING AGENT”.

7. Infiltrasi

Teknis histologi ini untuk menyusupkan paraffin ke dalam jaringan sampel untuk menggantikan xylol yang telah hilang, sehingga sampel tidak rusak waktu pemotongan dengan mikrotom

8. Pembuatan blok paraffin (embedding / pencetakan)

 Letakkan cassette berisi jaringan yang sudah diproses dari Citadel 2000 kedalam tissue Storage Tank

 Pindahkan cassette kebagian depan tissue Storage Tank dan buka penutup cassette

 Pilih dan ambil wadah stainless (base mold) dari mold storage oven untuk memblok sesuai ukuran jaringan, letakkan di area hotspot, kemudian isi dengan paraffin sesuai volume

 Ambil jaringan dari cassette dengan pinset dan letakkan didalam base mold tersebut

 Pindahkan base mold ke area “Cold spot” dan susun jaringan sesuai posisi seharusnya

(7)

 Tutup base mold dengan cassette penutup, tekan bagian atas base mold menggunakan pinset. Tambahkan paraffin lagi apabila paraffin tidak sampai kepermukaan

 Berikan etiket keterangan pasien dipermukaan base mold  Letakkan base mold tersebut ke “Calling surface”

 Setelah lilin mengeras, keluarkan blok jaringan dari base mol, bersihkan pinggiran blok jaringan dari sisa paraffin yang melekat

 Blok jaringan selanjutnya diproses dengan microtome. 9. Pemotongan blok paraffin

Prosedur kerja:

 Potong blok paraffin jaringan dengan menggunakan microtome  Pilih potongan yang layak, halus, rata, licin dan tidak putus

 Ambil bagian yang layak tersebut, masukkan dalam tissue Flotation bath yang berisi air

 Dengan menggunakan slide, ambil potongan tersebut dan keringkan  Setelah air kering, letakkan diatas Hotplate agar air benar-benar kering

 Beri etiket dengan cara menulis nomor pada slide sesuai dengan nomor yang tertera pada cassette

 Preparat selanjutnya diproses dengan pengecatan yang yang diinginkan. 10. Pembuatan preparat histology

a. Ambil hasil pemotongan blok

jaringan yang bagus dengan menggunakan jarum

b. Lalu pindahkan atau letakkan

keatas permukaan air pada alat “waterbath”

c. Jika terdapat lipatan pada

potongan jaringan tersebut, gunakan bagian belakang jarum untuk menghilangkan lipatan

d. Gunakan objek glass untuk

(8)

e. Keringkan sebentar dan ber-etiket

f. Lalu letakkan diatas

“hotplate” hingga sisa paraffin meleleh dan yang tersisa hanya potongan jaringannya saja

Cara pembuatan sediaan atau preparat histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.

11. Pengecatan preparat histology

Untuk pengecatan preparat histology menggunakan Pengecatan Hematoxilin Eosin

Caranya yaitu:

1) Xylol I selama 10 menit

2) Xylol II selama 10 menit 3) Xylol III selama 10 menit 4) Dilap dan bersihkan sekitar jaringan

5) Alkoholabsolut selama 2 menit 6) Alkohol 95% selama 2 menit 7) Alkohol 80% selama 2 menit 8) Alkohol 70% selama 2 menit 9) Air mengalir selama 3 menit 10) Tiriskan

11) Mayer hematoxilin selama 15 menit 12) Air mengalir selama 7 menit

13) Bluing selama 5 menit

14) Tiriskan

15) Eosin sebanyak 1 celup

(9)

17) Alkohol 70% sebanyak 3 celup 18) Alkohol 80% sebanyak 3 celup 19) Alkohol 95% sebanyak 3 celup 20) Alkoholabsolut sebanyak 3 celup 21) Dilap dan keringkan

22) Clearing (xylol) I selama 5 menit 23) Clearing (xylol) II selama 5 menit 24) Clearing (xylol) III selama 5 menit 25) Mounting (entelan)

F. Hasil Pengamatan

PEMERIKSAAN FNAB

Diambil cairan kelenjar gondok pada pasien

Dibuat hapusan pada objek glass

Dilakukan pengecatan pada hapusan yang telah dibuat

(10)

Dikeringkan hapusan yang telah dicat dengan hair dryer

Dilanjutkan dengan proses mounting selanjutnya diamati dibawah miksroskop

PEMOTONGAN UTERUS

Digunakan alat pelindung diri Diukur panjang, lebar dan tinggi uterus

Dibelah uterus menjadi 2 bagian dengan dibatasi pinset

(11)

Dipotong uterus sebesar 1 cm untuk dilihat bagian-bagian yang dicurigai adanya tumor/mioma

Dipotong uterus yang dicurigai sebesar 0.5 cm

Jaringan uterus yang dipotong 0,5 cm dimasukkan ke dalam kaset

PEMOTONGAN DI MIKROTOM

Objek glass dilabeli sesuai label yang ada di kaset

Potongan jaringan yang telah diparafinisasi di potong di

mikrotom

Potongan jaringan di masukkan ke waterbath lalu diambil

(12)

Dilekatkan jaringan pada objek glass di hot plate

G. Pembahasan

1. Penerimaan sampel (Locketing).

Tempat registrasi pendaftaran pasien yang akan melakukan pemeriksaan pada laboratorium Patologi Anatomi. Pada tempat locketing ini dilakukan penerimaan sampel serta melakukan registrasi untuk melakukan pemeriksaan Sitologi dan Histologi. Dalam pemeriksaan Sitologi pada pasien akan dirujuk ke Ruang Pemeriksaan (FNAB atau PAP SMEAR), sedangkan pada pasien yang akan melakukan pemeriksaan Histologi akan dilakukan pembedahan di Ruang Operasi.

2. Identifikasi sampel & Deskripsi sampel.

Pada proses penerimaan sampel makroskopis dilakukan dengan pelabelan setiap sampel yang diterima dengan ditandai dengan barcode yang ada pada setiap sampel. Identifikasi dan deskripsi sampel dilakukan dengan pengamatan setiap sampel yaitu berdasakan klasifikasi dan bentuk dari masing masing sampel

Adapun Klasifikasi pada sampel yaitu :

Makros (dengan ukuran 8 blok s/d tak terhingga) Mikros (dengan ukuran 1 s/d 4 blok)

Sedang (dengan ukuran 5 s/d 8 blok)

(13)

FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah Biopsi aspirasi jarum halus merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Tindakan biopsi aspirasi ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan papable misalnya tumor kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, payudara, dan lain-lain. Sedangkan untuk tumor pada organ dalam misalnya tumor pada paru, ginjal, hati, limpa dan lain-lain dilakukan dengan bantuan CT Guided.

Dengan metode FNAB diharapkan hasil pemeriksaan patologis seorang pasien dapat segera ditegakkan sehingga pengobatan ataupun tindakan operatif tidak membutuhkan waktu tunggu yang terlalu lama. Tindakan FNAB ini dapat dilakukan oleh seorang dokter terlatih dan dapat dilakukan di ruang praktek sehingga ini sangat bermanfaat bagi pasien rawat jalan. Untuk mendiagnosa limfoma maligna pada kelenjar getah bening, ketepatannya tinggi pada lesi tumor yang derajat keganasannya high-grade.

Bila dilakukan pada jaringan hati ketepatan diagnosisnya 67-100%. Rata-rata 80% lesi keganasan di jaringan hati dapat didiagnosis secara tepat sehingga sesuai dengan dugaan adanya korelasi antara analisis sitologi dengan hasil pemeriksaan klinis yang baik.

Prosedur pemeriksaan yang melewati kulit (percutaneous) dengan menggunakan jarum halus biasanya berukuran 22 atau 25 G dan mengambil contoh cairan dari kelenjar tiroid atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada kelenjar tiroid pada leher. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari kelenjar tiroid akan diperiksa pada laboratorium patologi. Jarum yang digunakan pada FNAB lebih kecil dibandingkan jarum yang biasa dipakai untuk mengambil darah

FNAB merupakan pemeriksaan yang paling sederhana, mudah, dan cepat serta dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis tumor atau massa yang berasal dari kelenjar getah bening. FNAB dapat dikerjakan pada pasien rawat jalan dengan mirbiditas yang minimal, sehingga tidak perlu di-lakukan perwatan inap. Disamping itu, FNAB juga dapat membedakan tumor jinak atau ganas.

FNAB juga memiliki keterbatasan yang diantaranya jangkauan sitologi FNAB sangat terbatas, luas invasi tumor tidak dapat ditentukan, dapat terjadi negative palsu, subtype kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, harus adakerja sama klinis dengan patologis, dan akurasinya lebih rendah diband-ingkan dengan biopsy.

(14)

Adapun tujuan dari pmeriksaan FNAB yaitu sebagai berikut :  Mengetahui morfologi tumor

 Tipe histologic tumor  Subtipe tumor  Grading sel

Untuk memeriksa struktur sel dengan jelas dan dengan perubahan yang minimal perlu suatu proses yang dilanjutkan dengan fiksasi. Bahan fiksasi ini akan mengeraskan sel sehingga tahan terhadap berbagai reagen yang akan diberikan dan merubah susunan protein degenerasi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri.

Terdapat beberapa metode fiksasi yang dapat digunakan, akan tetapi yang dipakai tergantung dari jenis bahan, pemeriksaan yang diperlukan, tehnik pengecatan yang digunakan.

Metode yang ditemukan oleh Papaniculaou untuk keperluan sitologi eksfoliatif sangat mudah. Metode ini efektif oleh karena penetrasi yang cepat dari sel oleh fiksasi yaitu larutan eter dan etil alkohol 95% dalam volume yang sama. Jika bahan yang segar difiksasi dengan segera perubahan sel akan minimal. Selanjutnya komposisi bahan fiksasi ini digunakan untuk pengecatan Papaniculaou.

Segera setelah bahan siap, celupkan bahan tersebut tanpa dikeringkan kedalam larutan eter alkohol sampai akan dilakukan pengecatan. Sebelum difiksasi sediaan tidak boleh kering oleh karena dapat menyebabkan kerusakan sel dan hilangnya afinitas untuk pewarnaan.

Untuk fiksasi sel diperlukan wakti 15 menit akan tetapi bagi sediaan yang cenderung lepas akan lebih melekat apabila dicelupkan dalam fiksasi selama 1 jam lebih. Apabila bahan yang digunakan dari dahak dan cairan yang akan difiksasi dengan larutan eter alkohol terlebih dahulu dicampur dengan alkohol segera setelah diletakkan pada objek glass untuk difiksasi awal kemudian dikirim ke laboratorium.

TEKNIK PENGECATAN yang dilakukan ada 2 perlakuan yaitu : Terdapat 2 teknik pengecatan etil alkohol 100% dan xylol.

1. Teknik ini berdasarkan metode Papanicolaou. Hematoxylin digunakan secara regresif akan tampak sel-sel lebih terang kemudian dipucatkan oleh asam HCl lemah agar dapat tampak warna inti yang jelas dan untuk membuang sisa warna dari sitoplasma. Air kran menetralkan asam dan menjadikan inti biru tua.

2. Sediaan diwarnai dalam waktu yang singkat dengan hematoxylin kuat, sehingga inti dapat dibedakan dan dipucatkan oleh ammonia. Metode ini terutama baik digunakan

(15)

untuk pewarnaan urin dan lambung yang mempunyai kecenderungan akan terhapus jika ditempatkan pada air mengalir. Apabila apusan tebal diwarnai dengan teknik ini, sitoplasma akan menahan hematoxilin dan merusak efek pewarna banding.

Langkah 1 dan 2 dari teknik pewarnaan dianjurkan untuk bahan-bahan non ginekologi sebagai pelindung sediaan.

Langkah ketiga dilanjutkan dengan Mounting medium (netral dan tidak berwarna) Adapun tujuan dari pengecatan preparat FNAB :

 Akan mewarnai inti sel dengan jelas yang berguna untuk melihat struktur inti apabila terdapat kemungkinan keganasan.

 Pewarna banding yang akan menimbulkan warna pada sitoplasma, sehingga warna inti lebih kontras.

 Warna yang cerah dari sitoplasma akan memungkinkan untuk melihat sel-sel lain dibawahnya yang kadang-kadang bertumpuk atau berkelompok.

Syarat Biopsi yaitu :

1) Tidak boleh membuat flap 2) Dilakukan secara tajam 3) Tidak boleh memasang drain

4) Letaknya dibagian tumor yang dicurigai

5) Garis insisi harus memperhatikan rencana terapi definitif (diletakkan dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif)

B. PROCESSING JARINGAN

Sebelum dilakukan processing jaringan, dilakukan pemotongan gross jaringan. Dalam pemotongan jaringan, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :  Memeriksa kelengkapan data klinik dalam formulir

 Mencatat secara lengkap gambaran makroskopis jaringan (tekstur, berat-ukuran, jumlah, warna, konsistensi, bau) yang disesuaikan dengan data klinik dan jumlah jaringan yang diterima

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemotongan jaringan  Menentukan bagian yang mengalami kelainan

 Melakukan pemotongan jaringan / organ berdasarkan pedoman/prinsip  Potong jaringan secara melintang menjadi beberapa “cope”

 Pemotongan dipilih bagian yang kelainan dan mewakili, kemudian bahan pemeriksaan dipotong dengan ukuran maksimal 2 x 3 cm, dengan ketebalan 2 mm.  Masukkan ke dalam cassette processing, diberi label dan tutup

(16)

 Menentukan jumlah KUP yang dianggap memadai (mewakili bagian yang mengalami kelainan)

Fiksasi adalah stabilitas unsur penting pada jaringan. Tujuan dari fiksasi adalah mempertahankan morfologi jaringan atau sel tubuh seperti dalam keadaan hidup, sehingga untuk mencapai maksud tersebut bahan fiksasi harus dapat:

1) Menghentikan proses enzimatik sel tubuh secepatnya untuk mencegah autolisis; autolisis adalah pengerusakan sel sendiri sesudah terjadi kematian sel, disebabkan oleh kerja enzim yang

2) terdapat di dalam sel itu sendiri. Autolisis ini dapatdihambatdengan mendinginkan jaringan dalam ternperatur di bawah 0°C atau dalam udara panas lebih dari 57°C, namun dalam suhu kamar akan dipercepat. Selain autolisis, kerusakan jaringan dapat terjadi akibat bakteri, baik disebabkan oleh bakteri yang ada (septikemi) ataupun bakteri komensial.

3) Mengkoagulasi protein jaringan sehingga menjadikan sel insoluble yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat dalam sel.

4) Membuat jaringan mudah diwarnai.

Jaringan harus dimasukkan ke dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah diambil dari tubuh, apalagi bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati, paru, usus dan organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai. Daya penetrasi larutan fiksasi juga terbatas. Formalin akan menembus jaringan sedalam 2--2,5 cm dalam waktu 24 jam. Sedang jaringan lunak lebih cepat dan lebih dalam penetrasinya. Oleh karena itu bila jaringan cukup besar maka jaringan ini harus dipotong lameller dengan jarak 4--5 cm, tapi bagian bawahnya tidak sampai dipotong lepas agar dapat direkonstruksi kembali. Banyaknya larutan fiksasi minimal jaringan dapat berenang di dalamnya dan yang ideal jumlah larutan 10 x besar jaringan.

 Bahan fiksasi 1) Formaldehid

Formaldehid adalah suatu gas yang larut dalam air. Larutan ini bersifat asam dan tersedia dalam bentuk formaldehid 40% atau formalin, namun dengan konsentrasi ini tidak dapat dipakai untuk fiksasi karena terlalu cepat mengeraskan jaringan. Sebagai larutan fiksasi harus dicampurkan dalam air biasa atau larutan garam fisiologis, dengan perbandingan 1 bagian formalin dengan 9 bagian pelarut menjadi formal saline 10% atau lebih dikenal dengan formalin 10%. Untuk penyimpanan dalam jumlah besar dan waktu yang lama maka formal saline 10% harus diberi garam buffer

(17)

atau magnesium atau kalsium karbonat supaya tidak terjadi pembentukan endapan asam formik. Formalin mempunyai bau yang tidak enak dan dapat mengiritasim kulit, selaput lendir dan mata. Oleh karena itu dianjurkan memakai sarung tangan dengan udara terbuka waktu kita sedang mengelola materi berformalin.

2) Alkohol

Merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan dan pcngerutan jaringan. Alkohol dapat mengkoagulasi protein dan.presipitasi glukogen dan

me-larutkan lemak. Fungsi alkohol yang utama adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus alkohol yang kurang baik oleh karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut sehingga sediaan sukar dipulas.

Jaringan yang telah difiksasi kemudian dipotong-potong menurut ukuran semestinya lalu dimasukkan ke dalam kaset.

Dehidrasi adalah proses pengeluaran air dari jaringan agar jaringan tersebut dapat diisi oleh paraffin sehingga jaringan dapat diiris tipis. Cairan dehidrasi (dehidran) dapat berupa alkohol dengan kadar yang meningkat, metanol, dan aseton. Alkohol dan aseton adalah yang paling seringdigunakan.

 Alcohol: Alcohol 70%, 80%,90%, masing – masing 1 hari; alcohol 2 hari (2x ganti); alcohol 100% 2 hari (2x ganti).

 Aseton: 3 x 20 menit.

Clearing adalah upaya untuk mengeluarkan zat penarik (dehidran) dan menggantinya dengan bahan kimia yang dapat bercampur dengan dehidran maupun parafin. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai clearing agent yaitu kloroform, benzena (benzol, xylena (xylol), cedar wood oil, benzyl benzoate atau methyl benzoate.

Xylol adalah bahan yang sering digunakan dalam clearing agent. Meski karsinogenik, bahan ini memberikan waktu clearing yang cepat yakni sekitar 1/2 – 1 jam. Pembeningan dilakukan dengan merendam jaringan dalam xylol 2 kali 15 menit hingga jaringan menjadi bening dan transparan. Pada organ yang banyak mengandung darah, organ akan tampak menghitam. Volume xylol adalah 20 kali volume jaringan. Setelah bening jaringan dimasukkan ke dalam parafin dalam cair panas dalam oven parafin.

(18)

Impregnasi adalah proses pengeluaran clearing agent dari jaringan dan menggantikannya dengan parafin. Ada banyak jenis parafin yang digunakanuntuk pembenaman. Parafin tersebut dapat berbeda dalam hal titik cair (melting point), untuk beragam kekerasan dan cara pemotongan. Untuk tujuan rutin, yang digunakan adalah parafin yang mencair pada suhu 56 – 59oC. Pembenaman dilakukan dengan merendam

jaringan dalam parafin cair di oven bersuhu 60oC selama 3 x 1 jam.

Pengecoran (Blocking) adalah proses pembuatan blok parafin agar dapat dipotong dengan mikrotom. Agar mudah diiris, jaringan dibentuk dan dikeraskan dengan parafin. Alat pencetask dapat berupa besi berupa besi berbentuk L (Leuckhart) atau cetakan (mold). Tuangkan parafin secukupnya pada cetakan sesuai dengan keinginan saat jaringan diiris. Hindarkan terbentuknya gelembung udara (air bubble). Diberi label identitas jaringan agar memudahkan saat pemeriksaan.

Sectioning yaitu pengirisan blok parafin dengan mikrotom. Untuk merekatkan irisan, harus dipersiapkan perekat pada kaca benda. Zat perekat dapat berupa albumin dari putih telur. Perekat ini dibuat dengan menambahkan albumin dengan gliserin yang kemudian diaduk dan ditambahkan sedikit timol. Simpan dalam 4oC. Coated slides pun

setelah itu dapat dipergunakan segera.

Mikrotom pemotongan (mounting) adalah proses pemotongan blok preparat dengan menggunakan mikrotom. Mikrotom menggunakan pisau baja atau kaca tergantung pada spesimen yang diiris dan ketebalan yang diinginkan dari bagian yang dipotong. Pisau baja digunakan untuk mempersiapkan bagian dari jaringan hewan atau tanaman untuk histologi mikroskop cahaya. Sebelum melakukan pemotongan serangkaian persiapan yang harus dilakukan adalah :

 Persiapan pisau mikrotom ,Pisau mikrotom harus diasah sebelum dipakai agar jaringan dapat dipotong dengan baik dan tidak koyak sehingga didapatkan jaringan yang baik. Pisau mikrotom kemudian diletakan pada tempatnya di mikrotom dengan sudut tertentu. Rekatkan blok parafin pada holder dengan menggunakan spatula atau scalpel. Letakkan tempat duduk blok parafin beserta blok preparat pada tempatnya pada mikrotom.

 Persiapan Kaca Objek Kaca objek yang akan direkatkan preparat harus telah dicoated (disalut) dengan zat perekat seperti albumin (putih telur), gelatin atau tespa

(19)

 Persiapan Waterbath atau wadah berisi air hangat dengan temperatur 37-400C

 Persiapan sengkelit atau kuas. Tehnik pemotongan parafin yang mengandung preparat adalah sebagai berikut :

 Rekatkan blok parafin yang mengandung preparat pada tempat duduknya di mikrotom. Tempat duduk blok parafin beserta blok parafinnya kemudian diletakkan pada pemegangnya (holder) pada mikrotom dan dikunci dengan kuat.

 Letak pisau mikrotom pada tempatnya dan atur sudut kemiringannya. Biasanya sudut kemiringan berkisar 20-30 derajat.

 Atur ketebalan potongan yang diinginkan, biasanya dipakai ketebalan antara 5-7 mikrometer.

 gerakkan blok preparat ke arah pisau sedekat mungkin dan potonglah blok preparat secara teratur dan ritmis. Buang pita-pita parafin yang awal tanpa jaringan hingga kita mendapatkan potongan yang mengandung preparat jaringan.

 Pita parafin yang mengandung jaringan lalu dipindahkan secara hati-hati menggunakan sengkelit atau kuas kedalam waterbath yang temperaturnya diatur 37-40C dan biarkan beberapa saat hingga poita parafin tersebut mengembang.

 Setelah pita parafin terkembang dengan baik, tempelkan pita parafin tersebut pada kaca objek yang telah dicoated dengan cara memasukkan kaca objek itu kedalam waterbath dan menggerakkannya ke arah pita parafin. Dengan menggunakan sengkelit atau kuas pita parafin ditempelkan pada kaca objek. Setelah melekat kaca objek digerakkan keluar dari waterbath dengan hati-hati agar pita parafin tidak melipat.

 Letakkan kaca objek yang berisi pita parafin di atas hotplate dengan temperatur 40-45C, biarkan selama beberapa jam. Cara lainnya adalah dengan

(20)

melewatkan kaca objek di atas api sehingga pita parafin melekat erat di atas kaca objek. 8. Setelah air kering dan pita parafin telah melekat dengan kuat, simpan kaca objek berisi potongan parafin dan jaringan sampai saatnya untuk diwarnai.

Perawatan Mikrotom Mikrotom sebaiknya ditutup dengan plastik, atau dimasukkan ke kotaknya jika tidak sedang digunakan. Jangan memindahkan mikrotom dengan cara memegang bagian yang dapat bergerak, karena dapat menggangu akurasinya. Sebelum dan sesudah digunakan, sebaiknya mikrotom dibersihkan dari serpihan parafin dengan cara melap dengan kain lap yang telah dibasahi dengan xilol. Mikrotom harus selalu diminyaki untuk mencegah keausan dan kemacetan.

Komponen mikrotom yang paling berperan dalam produksi sayatan yang sempurna adalah pisau yang digunakan untuk menyayat. Oleh karena itu, untuk dapat bekerja optimal.

1. Tipe dan struktur pisau mikrotom pabrikan yang sama dengan pabrikan mikrotom. Berdasarkan struktur sisi pemotong pisau, maka dikenal tiga tipe pisau mikrotom, yaitu: a) Pisau plane-edge (simple wedge razor), biasanya digunakan untuk sayatan

beku dan blok parafin.

b) Pisau konkaf (flat- or half- ground razor), biasanya digunakan untuk sayatan blok celoidin dan plastik.

c) Pisau bikonkaf (hollow-ground razor), sering digunakan untuk menyayat blok parafin.

2. Perawatan pisau mikrotom

Pisau mikrotom harus selalu dibersihkan setelah selesai dipakai, karena jika tidak maka akan meninbulkan korosi. Membersihkan pisau dengan kertas atau kain pembersih lensa yang dibasahi xilen kemudian dilap dengan bahan pembersih yang sama. Pisau harus ditajamkan sesering mungkin. Ada dua tekhnik dalam hal menajamkan pisau mikrotom, yaitu mengikir (honing) dan mengasah (stropping). Mengikir lebih diarahkan kepada menghilangkan gerigi atau sompelan kasar dan dalam yang terdapat pada mata pisau. Sedangkan tahap mengasah diarahkan untuk menghilangkan gerigi yang lebih halus pada mata pisau sehingga pisau memiliki kemampuan mengiris yang lebih baik dan sempurna.

(21)

H. Kesimpulan

1.1 Sitologi adalah ilmu yang mempelajari sel. Sitologi berasal dari bahasa Yunani yaitu cytos dan logos. Cytos berarti sel dan logos berarti ilmu. Hal yang dipelajari dalam biologi sel mencakup sifat-sifat fisiologis sel seperti struktur dan organel yang terdapat di dalam sel, lingkungan dan antaraksi sel, daur hidup sel, pembelahan sel dan fungsi sel (fisiologi), hingga kematian sel. Histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.

1.2 Pada tempat locketing ini dilakukan penerimaan sampel serta melakukan registrasi untuk melakukan pemeriksaan Sitologi dan Histologi. Identifikasi dan deskripsi sampel dilakukan dengan pengamatan setiap sampel yaitu berdasakan klasifikasi dan bentuk dari masing masing sampel .Adapun Klasifikasi pada sampel yaitu : Makros (dengan ukuran 8 blok s/d tak terhingga),Mikros (dengan ukuran 1 s/d 4 blok)Sedang (dengan ukuran 5 s/d 8 blok)

1.3 Dalam pemotongan gross jaringan, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :Memeriksa kelengkapan data klinik dalam formulir,Mencatat secara lengkap gambaran makroskopis jaringan (tekstur, berat-ukuran, jumlah, warna,

(22)

konsistensi, bau) yang disesuaikan dengan data klinik dan jumlah jaringan yang diterima.

1.4 Pengecoran (Blocking) adalah proses pembuatan blok parafin agar dapat dipotong dengan mikrotom. Agar mudah diiris, jaringan dibentuk dan dikeraskan dengan parafin. Alat pencetask dapat berupa besi berupa besi berbentuk L (Leuckhart) atau cetakan (mold).

1.5 Untuk pengecatan preparat histology menggunakan Pengecatan Hematoxilin Eosin, Hematoxylin digunakan secara regresif akan tampak sel-sel lebih terang kemudian dipucatkan oleh asam HCl lemah agar dapat tampak warna inti yang jelas dan untuk membuang sisa warna dari sitoplasma.

1.6 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) adalah Biopsi aspirasi jarum halus merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor.

Daftar Pustaka

Hopps HC. 1964. Principle of Pathology, 2nd Ed. New York: Appleton -Century -Croft.

Koss LG. 1979. Diagnostic Cytology and its Histopatologic Basic. 3rd Ed. Philadelphia: Lippicott.

Lubis HMDN. Peranan Perawat dalam mempersiapkan sediaan Patologi.Naskah lengkap penataran Perawat. Medan.

Tambunan G.1990. Penuntun biopsi aspirasi. Jarum halus, Aspek klinik dan sitologi neoplasma. Jakarta: Penerbit HIPOKRATES.

Referensi

Dokumen terkait

Sekelompok jaringan yg bekerjasama membentuk fungsi khusus dalam tubuh Contoh: jantung, paru-paru, mata, otak, lambung..

Untuk pe- meriksaan HP dengan cara mengambil sampel organ yang terlihat terjadi ke- lainan (tidak normal) pada otak, jan- tung, paru-paru, hati, lambung, usus,

Kerangka adalah mukjizat rekayasa tersendiri, yang merupakan sis-tem bangunan pendukung tubuh. Kerangka melindungi organ-organ utama seperti otak, jantung dan paru- paru, dan

Beberapa organ tubuh yang akan mengalami disfungsi akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati, ginjal, saluran cerna dan sistem darah.. Dampak jangka panjang bayi yang

Beberapa organ tubuh yang akan mengalami disfungsi akibat asfiksia perinatal adalah otak, paru, hati, ginjal, saluran cerna dan sistem darah.. Dampak jangka panjang bayi yang

Trophozoit menyerang mukosa usus (B: penyakit usus)/ pembuluh darah, mencapai organ ekstraintestinal spt hati, otak, dan paru-paru (C: penyakit ekstra-intestinal).

a. Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru. Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya

Organ jantung, paru dan otak/syaraf merupakan organ vital yang diperlukan tubuh pada umur sangat dini sudah dimulai sejak anak masih di dalam kandungan ibunya, dan organ-organ tersebut