LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST
PARTUM VACUM PARTUM VACUM
A.
A. PengertianPengertian
Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya.
ekstraksi tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakanAlat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.
ekstraktor vakum atau ventouse.
Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedansinergi tenaga mengedan ibu ibu dan
dan ekstraksiekstraksi pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu pada bayi. Oleh karena itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama.
yang sama.
Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam yang dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai.
dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai.
Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya (oleh kontraksi), tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraksi vakum).
tarik (ekstraksi vakum).
B.
B. EtiologiEtiologi 1.
1. Teori-teori terjadinya persalinan menurut Manuaba (1998 : 158) :Teori-teori terjadinya persalinan menurut Manuaba (1998 : 158) : a)
a) Teori kereganganTeori keregangan Otot
Otot rahimrahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
b) Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c) Teori oksi tosin i nternal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat besarnya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas,
sehingga persalinan dapat dimulai
d) Teori prostaglandin
Teori prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan terjadinya persalinan
e) Teori hipotalamus-pituatri dan glandula suprar enali s
Teori menunjukkan pada kehamilan dengan anersefalus, sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi mulainya persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
2. Indikasi dilakukan vakum ekstraksi menurut (Prawirohardjo, 2000 : 82) a) Untuk mempercepat kala II misalnya : penyakit jantung
kompensta, penyakit paru-paru fibrotik. b) Waktu kala II yang memanjang
c) Gawat janin (masih kontroversi) d) Kelelahan ibu
e) Partus tak maju
3. Penyebab lambatnya kala II menurut (Simkin, 2005 : 13)
a) Posisi dan strategi lain untuk dugaan janin oksiput posterior atau oksiput transversal menetap.
b) Diduga disproporsi kepala panggul (CPD). c) Diduga terjadi distasia emosional
C. Epidemiologi
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas.1Kadang-kadang plasenta tidak segera terlepas. Bidang obstetri membuat batas-batas durasi kala tiga secara agak ketat sebagai upaya untuk mendefenisikan retensio plasenta shingga perdarahan akibat terlalu lambatnya pemisahan plasenta dapat dikurangi. Combs dan Laros meneliti 12.275 persalinan pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala III adalah 6 menit dan 3,3% berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan, termasuk kuretase atau transfusi, menigkat pada kala tiga yang mendekati 30 menit atau lebih.1
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang sangat banyak.1
D. Pathofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intrakranial.
E. Pathway
F. Gejala Klinis
Manifestasi klinis masa nifas menurut Depkes (2004 : 6) 1. Adaptasi fisik
Pada 24 jam pertama suhu meningkat hingga 38°C sebagai akibat efek dehidrasi selama persalinan. Pada hari ke-2 sampai sepuluh suhu meningkat karena adanya infeksi kemungkinan mastitis infeksi infeksi traktus urinarius. Periode 6-8 hari sering terjadi bradikadi.
b) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu harus kembali stabil sesudah melahirkan. Berkeringat dan menggigil disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, komponen darah yang meliputi haemoglobin, hematokrit, dan eritrosit ibu post partus sesuai sebelum melahirkan. c) Sistem tractus urinarius
Selama proses persalinan kandung kemih merupakan sasaran untuk mengalami trauma yang dapat disebabkan karena tekanan dan edema. Perubahan ini dapat menimbulkan overdistensi dan pemenuhan kandung kemih yang terjadi selama 2 hari post partum.Hematuri pada periode early post partum menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih selama persalinan, selanjutnya bisa terjadi infeksi pada saluran kemih. Aseton dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama, aliran darah ke ginjal glomerular filtration dan ureter dalam waktu sebulan secara bertahap akan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
d) Sistem endokrin
Mengikuti lahirnya placenta maka segera terjadi penurunan estrogen, progesteron dan prolaktin dengan cepat. Pada wanita tidak menyusui prolaktin akan terus menurun sampai normal pada minggu pertama. Perubahan payudara kolostrum sebelum produksi susu dapat muncul pada trimester III kehamilan dan dilanjutkan pada minggu pertama post partum.
e) Sistem gastrointestinal
Kembalinya fungsi normal usus besar biasanya pada minggu pertama post partum.
Otot abdomen secara bertahap atau melebar selama kehamilan, menyebabkan pengurangan tonus otot yang akan terlihat jelas pada periode post partum.
g) Sistem reproduksi
Involusi uteri
Pada akhir kala III ukuran uterus panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm, berat kurang lebih 1000 gram sama dengan umur 16 minggu kehamilan.
Kontraksi uterus
Dengan adanya kontraksi uterus akan menjepit pembuluh darah uterus sehingga perdarahan dapat terhenti.
Lochea
Adalah sekret yang berasal dari kavum uteri yang dikeluarkan melalui vagina pada masa nifas. Macam-macam lochea antara lain : lochea rubra, lochea serosa, lochea alba, lochea purulenta, lochiostatis.
Cervix
Servik dan segmen uterus dengan bawah akan tampak edema tipis dan terbuka pada beberapa hari setelah melahirkan.
Vagina dan perineum
Secara bertahap akan kembali ke sebelum hamil dalam 6-8 minggu setelah post partum.
2. Adaptasi psikologi; menurut (Bobak, 2000 : 740)
a) Proses parenting (proses menjadi orang tua) adalah masa menjadi orang tua secara biologis mulai sat terjadinya penemuan antara ovumdan sperma.
b) Attachment dan bonding adalah proses terjadinya rasa cinta dan menerima anak dan anak menerima serta mencintai orang tua.
c) Peran tugas dan tanggung jawab orang tua sesudah kelahiran.
Ada 3 periode tugas dan tanggung jawab menurut (Bobak, 2000 : 745)
Periode ini orang tua akan mengorganisir hubungan orang tua dengan anaknya.
- Periode konsol idasi
Mencakup egoisasi terhadap peran (suami-istri, ayah, ibu, orang tua, anak, saudara-saudara).
- Periode pertumbuhan
Orang tua-anak akan berkembang dalam peranannya masing-masing sampai dengan dipisahkan oleh kematian.
d) Penyesuaian ibu (maternal adjustment)
Ada 3 fase perilaku ibu, menurut (Bobak, 2000 : 743) - Fase dependent (taking in)
Pada hari 1-2 pertama ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri.
- Fase dependent-independen (taking hold)
Ibu mulai menunjukkan perluasan, fokus intervensi yaitu memperlihatkan bayinya.
- Fase dependen
Dalam fase ini terjadi ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayi lebih meningkat.
G. Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekst raksi menurut Mochtar (1998 : 112) adalah :
1. Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
2. Segera mobilisasi dan realimentasi. 3. Konseling keluarga berencana. 4. Berikan antibiotika cukup.
5. Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka dan menjahitnya kembali sebaik-baiknya.
H. Penatalaksanaan 1. Persiapan Tindakan
Persiapkan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum, bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat yang diperlukan.