Sejarah dan Potensi Kelautan Indonesia dari Masa ke Masa
Sejarah dan Potensi Kelautan Indonesia dari Masa ke Masa
Andika Wijaya Kusuma Andika Wijaya Kusuma
3307100081 3307100081
Jurusan Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Fakultas Teknik Sipil dan PerencanaanPerencanaan ITS-Surabaya
ITS-Surabaya
Abstraks
Abstraks
Lautan Indonesia merupakan karunia Tuhan YME yang harus selalu disyukuri dengan cara Lautan Indonesia merupakan karunia Tuhan YME yang harus selalu disyukuri dengan cara
men
mengelgelolaolanya nya secsecara ara bijbijaksaksana ana untuntuk uk keskesejahejahterteraan aan selseluruuruh h banbangsagsa. . SejSejaraarah h menmencatacatat t bah
bahwa wa sejsejak ak dahdahulu ulu kalkala a laulautan tan teltelah ah menmenjadjadi i uraurat t nadnadi i kehkehiduidupan pan bagbagi i masmasyaryarakaakat t I
Indndononesesia ia babaik ik ititu u sesebabagagai i susumbmber er pepererekokononomimianan, , sososisialal, , bubudadaya ya babahkhkan an dadalalamm perkembangannya, unsur politikpun telah menjadi fokus kita bersama. Akan tetapi, ditilik perkembangannya, unsur politikpun telah menjadi fokus kita bersama. Akan tetapi, ditilik
dari beberapa asp
dari beberapa aspek ek terjadi penurunan daterjadi penurunan dalam pengelolaan malam pengelolaan maupun pemanfaatan upun pemanfaatan kelautankelautan Indonesia.
Indonesia.
Pendahuluan
Pendahuluan
Lautan secara teori menurut para ahli diperkirakan terbentuk 4,4 milyar tahun Lautan secara teori menurut para ahli diperkirakan terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana pada saat itu bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya yang lalu, dimana pada saat itu bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga
inilah yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga terbentuklah lautan.terbentuklah lautan.
Berbicara tentang lautan, selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia Berbicara tentang lautan, selain sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yan
yang g memmemiliiliki ki leblebih ih kurkurang ang 1717.50.508 8 pulpulau, au, IndIndoneonesia sia jugjuga a memmemiliiliki ki gargaris is panpantaitai terpanjang di dunia yakni 81.000 km yang merupakan 14% dari garis pantai yang ada terpanjang di dunia yakni 81.000 km yang merupakan 14% dari garis pantai yang ada di
di selseluruuruh h dundunia. ia. DenDengan gan lualuas s yanyang g menmencapcapai ai 5,8 5,8 jutjuta a km2km2, , perperbanbandindingan gan lualuass wilayah daratan dengan lautan Indonesia adalah 3:1, maka dapat dipastikan hampir wilayah daratan dengan lautan Indonesia adalah 3:1, maka dapat dipastikan hampir
70% wilayah Indonesia terdiri atas lautan. Karena itulah Indonesia pun diyakini sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia.
Melihat luasnya lautan Indonesia dengan sejuta potensinya, yang mengambil dua pertiga wilayahnya secara keseluruhan, tidak heran jika sejak masa lampau, Indonesia yang di masa itu dikenal dengan nama Nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekam dengan jelas bukti- bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, mulai dari
zaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar yang bahkan mampu mengarungi samudra luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.
Akan tetapi, hal di atas tidak serta merta berlanjut meningkat jauh terus ke depan malahan cenderung terjadi penurunan dari masa ke masa. Potensi kelautan tidak lagi menjadi suatu hal yang di kedepankan oleh pemerintah, walaupun tidak sampai dalam taraf mengucilkan, hanya saja potensi kelautan yang seharusnya dapat dioptimalkan dan dulunya menjadi kebanggaan, kini hanya menjadi anak tiri yang terpinggirkan oleh berjubelnya masalah-masalah yang melanda Indonesia.
Oleh sebab itu, dibuatlah kajian ini dengan tujuan untuk membahas lebih dalam mengenai lautan Indonesia tentang kaitannya dengan sejarah Indonesia beserta potensi-potensinya dan juga perkembangannya dari masa ke masa.
Metodologi
Sumber Data
Kajian ini dikerjakan berdasarkan sumber-sumber terpercaya yang didapatkan oleh penulis, dimana hal tersebut diperoleh dari internet yang merupakan dunia pengetahuan yang tidak asing lagi di zaman modern seperti ini.
Dalam mencari data-data yang dibutuhkan, sebelumnya penulis telah menentukan topik yang akan diangkat dalam kajian ini, dengan begitu proses pencarian data di internet dapat dikerucutkan menjadi suatu fokus tersendiri sehingga tercipta suatu efisiensi waktu. Data-data yang diambil berupa artikel, laporan, maupun jurnal ilmiah baik itu dalam bentuk word document, pdf, maupun html yang
Cara Penulisan
Adapun dalam pengerjaannya, bukan berarti dilakukan pengutipan secara langsung dari sumber-sumber terkait yang telah diperoleh, melainkan melalui suatu mekanisme pemahaman pada tiap sumber yang kemudian ditulis dan dituangkan kembali ke dalam kajian ini dengan menggunakan gaya, bahasa serta pemikiran penulis sendiri.
Pembahasan
Lautan Indonesia di era pra kolonial
Kiprah lautan Indonesia di masa ini bermula dari dengan kian ramainya arus perdagangan melalui laut, yang kemudian mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar. Di era ini potensi lautan Indonesia lebih banyak berbicara di bidang transportasi, perdagangan
dan penguasaan wilayah. Hal ini tergambarkan dengan tercatatnya sejarah kejayaan kerajaan maritim terbesar di nusantara yang diawali oleh Kerajaan Sriwijaya (tahun 683-1030 M) yang memiliki armada laut yang amat kuat guna mengamankan lalu lintas perdagangan melalui laut.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya diiringi dengan naiknya Kerajaan Majapahit (1293-1478 M) yang semula agraris kemudian berkembang menjadi kerajaan maritim yang besar. Hal ini bermula dari Sumpah Palapa yang dikumandangkan Mahapatih Majapahit Gajah Mada. Dengan Sumpah Palapa, Gajah Mada bercita-cita menyatukan nusantara di bawah empirium Kerajaan Majapahit yang kemudian diikuti dengan pembentukan armada laut yang kuat. Dengan kekuatan maritimnya kekuasaan
Majapahit berkembang luas hingga keluar nusantara.
Bahkan di era ini telah dibuat peta paling awal tentang Nusantara oleh bangsa Nusantara sendiri pada masa Majapahit. Sejarah mencatat bahwa kegiatan survei dan pemetaan di Nusantara dilakukan sejak delapan abad lalu yang menurut Zandvliet dari Belanda dalam jurnal Holland Horizon tahun 1994 yang berisikan bahwa peta
Majapahit, dan diserahkan kepada tentara Yuan asal China, yang menaklukkan
kerajaan tersebut pada tahun 1292.
Sejarah kedua kerajaan maritim di atas kiranya telah cukup menggambarkan kepada kita bahwa di era itu potensi lautan Indonesia benar-benar dioptimalkan dengan baik. Melalui ketersediaan armada niaga yang hebat, manajemen transportasi laut yang tertata, dan armada militer yang mumpuni, kerajaan-kerajaan nusantara terbukti mampu menyatukan wilayah luas dan menjadi bangsa yang disegani bangsa lain.
Lautan Indonesia di era kolonial
Di awal era ini lautan Indonesia masih terprioritaskan sebagai jalur utama perdagangan dan sarana penguasaan wilayah. Pada saat itu komoditas rempah-rempah seperti lada dan pala adalah komoditas yang paling dicari oleh bangsa eropa berkaitan dengan musim dingin yang melanda wilayah mereka. Bahkan pada saat itu komoditas rempah-rempah dapat disetarakan dengan emas, sehingga banyak bangsa eropa yang berlayar dan kemudian berdagang di wilayah nusantara. Akan tetapi dalam perkembangannya, bangsa asing itu kemudian memonopoli harga yang menimbulkan
gejolak hingga terjadilah perang dengan penguasa setempat. Dan bermula dari hal inilah bangsa asing akan berkembang menjadi bangsa penjajah yang menguasai nusantara. Tercatat dalam sejarah bahwa bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang pernah menjajah nusantara tercinta ini. Bahkan modernisasi armada pelayaran pada masa kolonialisme Belanda berhasil menyobek jaringan persahabatan antarpulau atau antarkerajaan di Nusantara. Jaringan pelayaran
rakyat ketika itu dibatasi dan diganti dengan armada niaga Belanda.
Di era inilah dilakukan pula pemetaan wilayah Indonesia yang lebih maju, yang pada saat itu dilakukan pada masa penjajahan Belanda. Selama 3,5 abad itulah Belanda melakukan survei dan pemetaan ke berbagai wilayah, dan menginventarisasi kekayaan hayati Nusantara sehingga muncul berbagai peta wilayah Nusantara. Akan tetapi karena keterbatasan teknologi, peta pada saat itu masih memiliki akurasi yang rendah.
Melihat hal-hal di atas, sekali lagi terbukti bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan dan potensinya.
Lautan Indonesia di era pasca kemerdekaan
Setelah mencapai dan merebut kemerdekaannya dari tangan Belanda, wilayah Indonesia berkembang menjadi lebih luas. Wilayah Indonesia yang terdiri atas dara tan dan lautan dengan perbandingan luas wilayah daratan dengan lautan adalah 3:1. Hampir 70% wilayah Indonesia terdiri atas lautan. Dahulu, saat zaman pendudukan Belanda wilayah perairan Indonesia masih terbilang kecil,karena pada saat itu hanya ditetapkan 3 mil atau 5,5 km dihitung dari garis laut saat air sedang surut. Ketentuan tersebut mengikuti Territoriale Zee en Maritieme Ordonantie pada tahun 1939. Dengan perhitungan tersebut, banyak wilayah laut Indonesia yang bebas di antara pulau-pulau. Hal ini sangat merugikan Indonesia sebab banyak kapal asing yang bebas mengambil sumber daya laut di Indonesia.
Pada tanggal 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia mengambil sikap dengan menetapkan konsep wilayah perairan laut yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda. Inti dari deklarasi tersebut adalah laut serta perairan antarpulau menjadi pemersatu dan penghubung antarpulau, dan batas-batas wilayah laut diukur sejauh 12
mil dari garis dasar pantai pulau terluar. Deklarasi Djuanda pada akhirnya mendapat pengakuan dunia pada tahun 1982 saat diadakan Konvensi Hukum Laut Internasional
di Jamaika. Dalam konvensi tersebut ditetapkan bahwa dunia internasional mengakui keberadaan wilayah perairan Indonesia yang meliputi perairan nusantara, laut teritorial, batas landas kontinen, dan batas ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif).
Dengan berkembangnya wilayah perairan Indonesia, maka dapat dipastikan kekayaan Indonesia akan meningkat pesat. Kita lihat saja dari sektor perikanan, dengan luas perairan Nusantara sekitar 5,8 juta km², menurut catatan Departemen Kelautan dan Perikanan (2001), Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin dalam bukunya Ekonomi Maritim (2002), memberikan catatan adanya opportunity yang terabaikan sebesar 41% atau sekitar 2,6 juta ton per tahun dari potensi ikan sebanyak 6,7 ton per tahun. Belum lagi jika kita melihat data geologi dari Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim (1995), yang menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 60 cekungan yang berpotensi mengandung minyak dan gas bumi (hidrokarbon). Dan tentunya selain dua hal tadi, masih banyak lagi potensi-potensi lautan Indonesia yang sangat luas ini.
Akan tetapi berkebalikan dari itu semua, sungguh disayangkan sekali peningkatan itu tidaklah dibarengi dengan pengelolaan yang baik dari pemerintah. Hal
itu mungkin disebabkan karena di masa ini, Indonesia masih berada pada tahap pencarian jati dirinya. Sistem pemerintahan yang sering berganti, pemberontakan- pemberontakan yang sering terjadi, adanya krisis ekonomi, pergolakan politik dan berbagai masalah kompleks yang silih berganti mendera pemerintah seakan-akan
menjadi penyebab terpinggirkannya potensi laut Indonesia. Maka tidaklah heran bila wilayah kekuasaan Indonesia sering kecolongan dan tercoreng oleh adanya illegal fishing, pencemaran laut, imigran gelap, pelanggaran wilayah bahkan pengambilalihan wilayah kekuasaan oleh negara tetangga layaknya Singapura dan Malaysia, yang tentu saja menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi Indonesia baik itu secara materi maupun non materi terlebih lagi masalah harga diri.
Kesimpulan dan Saran
Berkaca dari sejarah dan melihat fakta-fakta yang ada, pembahasan di atas tentu memberikan makna yang sangat komprehensif, mengingat bahwa di satu sisi bangsa kita sesungguhnya bangsa yang memiliki kekayaan dan potensi kelautan yang berlimpah atas anugerah Tuhan jauh sejak ribuan tahun lalu. Namun, di sisi lain tampak bahwa kita kurang cerdas memanfaatkan sumber daya yang ada untuk sebanyak-banyaknya bagi kepentingan rakyat di seluruh Nusantara ini. Hal ini menimbulkan pemikiran bagi kita semua bahwa tantangan terbesar kita saat ini adalah untuk kembali mengembalikan citra negara maritim yang sampai saat ini kita miliki tapi kurang menjadi perhatian kita semua. Serta pentingnya komitmen & sinergi antara pemerintah & masyarakat untuk memperkenalkan kembali konsep negara maritim dibarengi dengan rencana pembangunan berkelanjutan terhadap pengelolaan potensi yang terdapat di wilayah perairan kita.
Daftar Pustakaht
Agusset, 2005, Sejarah Terbentuknya Laut, http://agusset.wordpress, diakses pada tanggal 15 September 2009
Anonim, 2008, Diskusi Kebangsaan Membahas “Indonesia Negara Maritim Terbesar di Dunia”, http://www.nationalintegrationmovement.org, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, 2009, Perubahan Wilayah Laut Teritorial Indonesia, http://www.crayonpedia.org, diakses tanggal 15 September 2010
Anonim, 2009, Potensi Kekayaan Laut Indonesia Capai Rp. 14.99 Triliun, http://travel.kompas.com, diakses pada tanggal 15 September 2009
Anonim, 2009, Pengelolaan Kelautan Butuh Revisi Undang-Undang, http://kiara.or.id, diakses pada tanggal 15 September 2009
Anonim, 2009, Negara Harus Mengadopsi Kaídah Adat dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, http://kiara.or.id, diakses pada tanggal 15 September 2009
Anonim, 2009, Pakar Hukum Laut : Indonesia Bukan Negara Maritim, http://news.okezone.com, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, 2009, Kerusakan Laut Indonesia, http://cintailautindonesia.blogspot, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, 2009, Kerusakan Laut Indonesia, http://cintailautindonesia.blogspot, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, 2010, Pencemaran Laut Indonesia Masih Tinggi, http://indosmarin.com, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, 2010, 3 Pengawas Perikanan Ditahan oleh Polisi Perairan Diraja Malaysia, http://www.dkp.go.id, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, Sejarah Indonesia, http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 17 September 2010
Anonim, Sumber Daya Laut Indonesia dan Pengelolaannya, http://www.docstoc.com, diakses tanggal 17 September 2010
Arrsa,Ria Casmi, 2008, Problematika NKRI Sebagai Negara Maritim, http://www.legalitas.org, diakses pada tanggal 15 September 2009
Dewi,Shinta , 2010, Peta Nusantara Ada Sejak Zaman Majapahit, http://ruangberita.com, diakses tanggal 17 September 2010
Idhulaw, 2010, Sejarah Mencatat : 21 Agustus-Hari Maritim Nasional (Sebuah Refleksi Kejayaan Maritim Indonesia), http://idhulaw.wordpress.com, diakses tanggal 17 September 2010
M.Yakub,Edy, 2010, Impian “Negara Maritim” Indonesia pada 2025, http://www.antarajatim.com, diakses pada tanggal 15 September 2009
Masmada,Reny, 2010, Indonesia Sebagai Negara Maritim, http://rennymasmada.dagdigdug.com, diakses tanggal 17 September 2010
Rowe,Lintang, 2009, Illegal Fishing Rugikan Indonesia Rp. 30 Triliun per Tahun, http://www.mediaindonesia.com, diakses pada tanggal 15 September 2009
Satrya, 2010, Kerajaan Sriwijaya, http://www.dapunta.com, diakses tanggal 17 September 2010