SIDANG LISAN TUGAS AKHIR
STUDI VARIASI GRAVITY AERATOR UNTUK
MENINGKATKAN KANDUNGAN OKSIGEN TERLARUT
PADA AIR BOEZEM KALIDAMI SURABAYA
Disusun Oleh :
Muhammad Gama P.
3306 100 012
BAB I
LATAR BELAKANG
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
Tercemarnya Saluran Drainase dan Boezem Kondisi dan Septik Langkah untuk Memperbaiki kualitas Boezem AERASI !!!PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
disampaikan, permasalahan yang ditinjau
adalah apakah alat
gravity aerator
ini
mampu meningkatkan kadar oksigen
terlarut pada air Boezem Kalidami
Surabaya, dan Bagaimana variasi terbaik
yang diperlukan untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut yang sesuai
standart kriteria?
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
RUANG LINGKUP
1.
Obyek yang diteliti adalah air limbah yang
masuk ke dalam Boezem Kalidami
Surabaya.
2.
Parameter yang diteliti meliputi Kadar DO
dan suhu.
3.
Penelitian mengenai aerasi menggunakan
gravity aerator
dengan prinsip terjunan
secara prototype
4.
Titik pengambilan sampel adalah pada inlet
Boezem Kalidami Surabaya
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
5.
Variasi yang digunakan dalam penelitian ini :
Variasi lebar jatuhan air
15 cm ; 30 cm ; 45 cm
Variasi tinggi terjunan air
25 cm ; 50 cm
Variasi debit
-Bukaan penuh (75 ml/detik) ;
-Setengah bukaan (38 ml/detik)
6.
Pengoperasian dengan menggunakan
gravity
aerator
sistem terjunan bertingkat, dengan 3x
terjunan
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
RUANG LINGKUP
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang akan
diselesaikan di dalam Tugas Akhir ini, maka
tujuan rinci dari diadakannya penelitian tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui apakah
gravity aerator
yang
digunakan mampu meningkatkan kadar
oksigen terlarut pada air Boezem Kalidami
hingga memenuhi batasan standart kriteria.
Mengetahui variasi dan ketinggian total yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kadar oksigen
terlarut pada air Boezem Kalidami yang
memenuhi batasan standart kriteria.
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
MANFAAT PENELITIAN
Memberi masukan terhadap alternatif
re-aerasi air limbah di Boezem Kalidami
Surabaya dan boezem-boezem lain yang
memiliki karakteristik sejenis yang lebih
ekonomis dan efisien
Sebagai bahan literatur bagi
penelitian-penelitian berikutnya.
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
BAB II
Definisi Air Limbah
Air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja dari manusia dari lingkungan permukiman (PP
no.16 tahun 2005)
Oksigen Terlarut
Kadar oksigen terikat dalam air yang berasal dari
proses fotosintesis, difusi dan aliran air (Alaerts dan
Santika, 1987) dengan kelarutan oksigen atmosfer
pada air murni adalah antara 14,6 mg/l pada 0
0C
hingga 7,0 mg/l pada 35
0C di bawah 1 tekanan
atmosfer (Kaul, dan Gautam,2002).
Proses penambahan Kandungan Oksigen Terlarut dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem aerasi
(Wardoyo, 1981)
T
I
N
J
A
U
A
N
P
U
S
T
A
K
A
Aerasi
Aerasi merupakan salah satu cara untuk menambah oksigen terlarut pada suatu perairan sehingga
konsentrasi Oksigen bertambah sampai titik jenuh yang digunakan untuk melakukan respirasi. (Wardoyo, 1981)
Oxygen Transfer
Transfer Oksigen merupakan proses dimana oksigen berpindah dari fase gas ke fase larutan. Proses ini adalah proses yang penting pada pengolahan secara
aerobik. Koefisien dari Oksigen transfer adalah KLα yang dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
)
(
C
C
K
dt
dC
s L
T
I
N
J
A
U
A
N
P
U
S
T
A
K
A
dimana : KLα = Koofisien Transfer Oksigen
C = Konsentrasi oksigen terlarut pada larutan Cs = DO Saturasi (Konsentrasi DO jenuh)
Nilai KLa dapat ditentukan dalam skala percobaan
dengan melakukan inegrasi terhadap persamaan diperoleh persamaan garis lurus :
ln(Cs – Ct) = ln(Cs – Co) – KLa.t
Dari data percobaan dengan konsentrasi awal oksigen
C0 dan konsentrasi oksigen dalam interval waktu
percobaan Ct, maka dapat diplot ln(Cs – Ct) vs t, dalam sebuah grafik dan diperoleh garis lurus dengan
besarnya sudut arah (slope) adalah KLa (Masduqi, 2002).
T
I
N
J
A
U
A
N
P
U
S
T
A
K
A
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
Ide Studi
“Studi Model Aerasi untuk Meningkatkan Kandungan Oksigen Terlarut pada Air Limbah (Studi Kasus : Boezem Kalidami Surabaya)
Studi Literatur
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran
Persiapan Sampling Persiapan Alat dan Bahan Pembuatan Reaktor
M
E
T
O
D
O
L
O
G
I
P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
Gambar Prototype untuk Analisa
M
E
T
O
D
O
L
O
G
I
P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sampling dan Analisa
Pelaksanaan Sampling
pemilihan lokasi, pengukuran dan pengambilan
sampel. Lokasi sampling yang dipilih adalah pada
daerah inlet Boezem Kalidami Surabaya
Analisa
a. Analisa Kandungan DO dan temperatur air diukur
setiap air melimpah pada setiap bak.
b. Perhitungan nilai koefisien transfer oksigen (K
La)
untuk menentukan kombinasi lebar jatuhan, tinggi
terjunan air, dan debit yang paling optimum
M
E
T
O
D
O
L
O
G
I
P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
BAB IV
Kinetika Transfer Oksigen
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Persamaan Reaksi Orde 1 :
1 t kla Co Cs Ct Cs Ln .
Persamaan Reaksi Orde 2 :
1
Ct Co dt kla C Cs dc 1 0 ) (
Ct Co dt kla C Cs dc 1 0 2 ) ( t kla Co Cs Ct Cs . 1 1 Kinetika Transfer Oksigen
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Nilai R2 pada analisa pertama
1
No Lebar Tinggi Debit R2 orde 1 R2 orde 2 (cm) (cm) (ml/detik) 1 15 25 75 0,9942 0,9729 38 0,9931 0,9833 2 30 75 0,9965 0,9917 38 0,9919 0,9875 3 45 75 0,9913 0,9961 38 0,9887 0,9957 4 15 50 75 0,9985 0,9773 38 0,9940 0,9890 5 30 75 0,9997 0,9849 38 0,9863 0,9984 6 45 7538 0,99030,9881 0,99750,9964
Penentuan Nilai
Koefisien Transfer Oksigen (K
La)
Contoh perhitungan nilai Koefisien Transfer Oksigen (KLa) ; akan dipaparkan perhitungan pada pengukuran pertama lebar
jatuhan 15 cm, tinggi terjunan 25 cm, dan debit 75 ml/dtk
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Data Hasil Percobaan, sebagai berikut :
No Waktu (t) (menit) DO (C) (mg/l) Suhu(OC)
1 0 0,8 29,7
2 10 2,3 29,7
3 17 3,0 29,8
4 24 3,9 29,8
DO saturasi (Cs) air limbah, didapat melalui percobaan sebesar 7,4 mg/l
Penentuan Nilai
Koefisien Transfer Oksigen (K
La)
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Data Hasil Percobaan diolah sebagai berikut :
Perhitungan Nilai KLa berdasarkan persamaan :
t (detik) Ct (mg/l) Cs – Co Cs – Ct Cs – Ct Cs – Co -ln Cs – Ct Cs – Co 0 0,8 6,6 6,6 1 0 10 2,3 5,1 0,773 0,258 17 3 4,4 0,667 0,405 24 3,9 3,5 0,530 0,634 – Ln Cs – Ct Cs – Co = KLa.t ln(Cs – Ct) = ln(Cs – Co) – KLa.t ln(Cs – Ct) – ln(Cs – Co) = – KLa.t
Penentuan Nilai
Koefisien Transfer Oksigen (K
La)
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara – Ln Cs – Ct
Cs – Co vs t
Nilai K
La pada Percobaan Pertama
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Sumber : Hasil Perhitungan
No Lebar
(cm)
Nilai Kla (detik-1)
Debit 75 ml/dtk Debit 38 ml/dtk tinggi 25cm tinggi 50cm tinggi 25cm tinggi 50cm 1 15 0,026 0,016 0,015 0,009 2 30 0,016 0,010 0,009 0,006 3 45 0,012 0,008 0,007 0,005
Nilai K
La pada Percobaan Kedua
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Sumber : Hasil Perhitungan
No Lebar
(cm
Nilai Kla (detik-1)
Debit 75 ml/dtk Debit 38 ml/dtk tinggi 25cm tinggi 50cm tinggi 25cm tinggi 50cm 1 15 0,020 0,012 0,011 0,007 2 30 0,012 0,008 0,007 0,005 3 45 0,009 0,006 0,005 0,004
Nilai Kenaikan DO Rata-Rata
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
No Lebar (cm) Nilai Kenaikan DO (mg/l) Tinggi 25 cm Tinggi 50 cm Debit 75 Debit 38 Debit 75 Debit 38 1 15 2,6 2,8 3,0 3,2 2 30 2,9 3,2 3,4 3,8 3 45 3,2 3,4 3,7 4,1H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Dari data percobaan diketahui :
Persamaan Transfer Oksigen Orde 1 :
Cs = 7,4 mg/l KLa = 0,026/detik Co= 0,8 mg/l t Kla e Co Cs Ct Cs . t kla Co Cs Ct Cs Ln . t e Ct 0,026. 8 , 0 4 , 7 4 , 7 t
e
Ct
7
,
4
6
,
6
0,026. tCt
026
,1
6
,
6
4
,
7
xy
026
,1
6
,
6
4
,
7
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Lebar Debit k t -k.t e-k.t {a} Co Cs Cs-Co {b} {a} .{b} Ct (mg/l) (cm) (ml/detik) (detik-1) (detik) (mg/l) (mg/l) Cs-({a}.{b})15 75 0,0259 0 0 1 0,8 7,4 6,6 6,6 0,80 0,0259 7 -0,1813 0,834 5,506 1,89 0,0259 28 -0,725 0,484 3,196 4,20 0,0259 49 -1,2688 0,281 1,856 5,54 0,0259 91 -2,3564 0,095 0,625 6,77 0,0259 147 -3,8064 0,022 0,147 7,25 0,0259 196 -5,0752 0,006 0,041 7,36 0,0259 245 -6,344 0,002 0,012 7,388
Tabel Perhitungan untuk Mencari nilai Ct
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Gambar Grafik Nilai Ct
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Hasil Perhitungan Nilai Ct pada Percobaan Pertama
Aplikasi dan Penggunaan Nilai K
La
No Lebar Tinggi Debit
t tiap terjunan (detik) Ct t Jumlah Terjunan Tinggi Terjunan (cm) (cm) (cm) (ml/s) (mg/l) (detik) 1 15 25 75 7 4,2 28 4 100 38 14 4,55 56 4 100 2 30 7538 1428 4,014,26 4284 33 7575 3 45 75 21 4,33 63 3 75 38 42 4,58 126 3 75 4 15 50 75 14 4,13 42 3 150 38 28 4,37 84 3 150 5 30 7538 2856 4,094,5 11284 32 150100 6 45 7538 4284 4,004,28 16884 22 100100
H
A
S
I
L
D
A
N
P
E
M
B
A
H
A
S
A
N
Hasil Perhitungan Nilai Ct pada Percobaan
KeduaNo
Lebar Tinggi Debit t tiap terjunan (detik) Ct t Jumlah Tinggi Terjunan (cm) (cm) (cm) (ml/s) (mg/l) (detik) Terjunan 1 15 25 75 7 4,06 42 6 150 38 14 4,43 84 6 150 2 30 7538 1428 4,134,55 14070 55 125125 3 45 75 21 4,46 105 5 125 38 42 4,22 168 4 100 4 15 50 75 14 4,14 70 5 250 38 28 4,44 140 5 250 5 30 7538 2856 4,124,67 112224 44 200200 6 45 75 42 4,52 168 4 200 38 84 4,27 252 3 150
BAB V
KESIMPULAN
K
E
S
I
M
P
U
L
A
N
D
A
N
S
A
R
A
N
1. Gravity Aerator yang digunakan dalam penelitian mampu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada air Boezem
Kalidami dimana pada lebar pelimpah 45 cm, tinggi terjunan 50 cm, dan debit 38 mg/L didapatkan kadar oksigen terlarut di dalam air boezem sebesar 4,1 mg/L yang memenuhi
batasan standar kriteria (nilai DO berkisar antara 4 mg/L s.d 5 mg/L).
2. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variasi yang
memenuhi batasan standart kriteria (nilai DO berkisar antara 4 mg/L s.d 5 mg/L), pada percobaan pertama adalah pada variasi lebar pelimpah air 30 cm, tinggi terjunan air 3 x 25 cm, dan debit air 75 ml/detik, yang menghasilkan nilai DO sebesar 4,01 mg/L sedangkan pada percobaan kedua dengan ketinggian terjunan air sebesar 5 x 25 cm menghasilkan nilai DO sebesar 4,13 mg/L.
SARAN
K
E
S
I
M
P
U
L
A
N
D
A
N
S
A
R
A
N
1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan menambah variasi pengukuran ditinjau dari banyaknya jumlah terjunan. Hal ini penting untuk menambah data agar terlihat jelas perbedaan orde reaksi pada percobaan 2. Keberhasilan percobaan sangat bergantung pada
kondisi alam, karena itu sebenarnya pengkondisian suhu dan sampel air secara buatan sebaiknya juga diperlukan.
3. Perlu dilakukan penelitian dengan variasi beban pencemar pada sampel air, sehingga potensi keoptimuman alat dapat lebih tergali