• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar merupakan proses yang berkelanjutan, dimana hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar merupakan proses yang berkelanjutan, dimana hasil"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya belajar merupakan proses yang berkelanjutan, dimana hasil belajar terdahulu mendasari proses belajar kemudian. Oleh sebab itu, guru perlu mengetahui dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai oleh siswa-siswanya, sebelum mereka diberikan materi yang baru. Rohmitawati 2009 (dalam Nurlaela, Isnawati 2009: 13) menyatakan bahwa dalam kegiatan sehari-hari, tingkat kecerdasan siswa dapat diamati dari kemampuan belajarnya, yaitu cepat, tepat, dan akurat. Ada siswa yang dalam sekejap dapat menyelesaikan soal dengan benar, dan ada pula siswa yang dapat menyelesaikannya dengan susah payah. Selain itu ada siswa yang dengan mudah mengingatnya setelah belajar berulang-ulang, ada pula siswa yang mengerti materi pelajaran hanya dengan penjelasan sepintas, dan ada pula yang baru mengerti setelah dijelaskan berulang-ulang yang disertai dengan contoh.

Adanya perbedaan tingkat kecerdasan siswa menuntut guru untuk memperhatikan kenyataan ini. Siswa-siswa yang lambat belajarnya perlu diperhatikan agar tidak terlalu tertinggal dengan siswa-siswa yang lain, meskipun diakui bahwa pada akhirnya akan selalu terdapat perbedaan pada prestasi belajar siswa. Hal inilah yang menjadi perhatian bagi guru, jika guru berhasil memotivasinya maka guru akan lebih mudah untuk mengarahkan dan membimbing siswa agar bisa menguasai semua mata pelajaran yang diajarkan. Jika siswa sudah bisa menyenangi semua mata pelajaran yang diajarkan di

(2)

sekolah, maka kemampuan siswa dapat dimaksimalkan. Menurut Piaget (dalam Heruman 2007:1) Siswa Sekolah Dasar usianyanya antara 6 sampai 13 tahun dan masih berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Pada usia 5 sampai 7 tahun inilah dimana kecerdasan seorang siswa sudah begitu luar biasa. Siswa dengan usia itu, kecerdasanya sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (Nurlaela 2009:91). Guru perlu mengetahui hal ini dengan lebih baik karena pada usia itulah mereka membutuhkan banyak dukungan dan arahan dari seorang guru. Memang benar pada usia itu siswa sangat senang bermain dan berteman. Tetapi tidak ada salahnya jika pada usia seperti itu guru membekali mereka dengan pendidikan yang baik dan berkualiatas sehingga kelak mereka menjadi bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia internasional.

Memberikan stimulus kepada anak agar bisa berhitung merupakan hal yang tidak mudah. Jika seorang siswa ditanya pelajaran apa yang paling tidak disukainya, jawaban yang sering keluar adalah matematika. Ada beberapa cara untuk membuat siswa merasa bahwa pelajaran berhitung tidak lagi menjadi pelajaran yang menakutkan. Cara ini juga dapat dijadikan sebagai memotivasi peserta didik agar memiliki minat untuk belajar berhitung (Nurlaela 2009: 93). Sehingga salah satu cara yang efektif adalah mengajak siswa bermain sambil belajar .

Menurut Gadner (dalam Nurlaela 2009: 23) Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selama ini dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit

(3)

atau menakutkan bagi siswa, mereka malas berhitung sehingga pada akhirnya tidak memiliki kemampuan yang memadai tentang matematika. Padahal, mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran penting yang menetukan lulus tidaknya seseorang dalam menempuh jenjang pendidikan sekolahnya.

Wawancara yang telah diakukan peneliti dengan guru kelas di kelas I diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas I masih belum memenuhi KKM, selain itu siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran di kelas. Hal itu terjadi karena guru tidak menerapkan metode yang tepat saat memberikan pelajaran, guru lebih banyak memberikan soal-soal latihan tanpa mengetahui kemampuan tiap siswanya. Untuk itu peneliti memberikan solusi dengan menggunakan metode yang telah di modifikasi oleh peneliti agar lebih menarik untuk siswa. Salah satu metode yang ditawarkan penulis yaitu metode Lokomotif TAWA (Tanya jawab) untuk meningkatkan kemampuan serta hasil belajar siswa pada materi penjumlahan. Dengan penggunaan metode ini diharapkan hasil belajar matematika siswa dapat meningkat serta siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Dari penjelasan latar belakang diatas peneliti bermaksud untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode lokomotif TAWA (Tanya jawab) guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan judul “Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dengan Metode Lokomotif TAWA Siswa Kelas I SDN Gadingkulon 03 Kecamatan Dau, Kabupaten Malang”

(4)

B. Identifikasi/ Fokus Masalah

Fokus masalah pada penelitian ini adalah rendahnya minat belajar siswa kelas I di SDN Gadingkulon 03 Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dalam pembelajaran matematika khususnya materi penjumlahan. Ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM yang diinginkan yaitu 75. Selain itu kurang aktifnya siswa didalam kelas serta antusiasme siswa terhadap mata pelajaran matematika sangatlah rendah, karena hampir keseluruhan siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling sulit. Dengan demikian peneliti memberikan bantuan melalui metode lokomotif TAWA (Tanya jawab) dengan harapan siswa bisa meningkatkan kemampuan berhitung dalam mata pelajaran matematika.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil belajar matematika materi berhitung pada siswa kelas I di SDN Gadingkulon 03 Kecamatan Dau, Kabupaten Malang sebelum diterapkan metode lokomotif TAWA?

2. Bagaimana metode lokomotif TAWA dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas I di SDN Gadingkulon 03 Kecamatan Dau,Kabupaten Malang?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika materi penjumlahan sebelum diterapkan metode lokomotif TAWA pada siswa kelas I SDN Gadingkulon 03 Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

2. Metode lokomotif TAWA (Tanya jawab) diharapkan mampu memberikan variasi dalam pembelajaran matematika khususnya dalam hal berhitung dan

(5)

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas I SDN Gadingkulon 03 Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Hasil penelitian dengan metode lokomotif TAWA (tanya jawab) ini diharapkan bisa mengubah pemahaman siswa bahwa matematika itu merupakan pelajaran yang menakutkan dan cenderung sangat sulit. Serta dapat meningkatkatkan daya tarik terhadap pembelajaran matematika khususnya dalam berhitung.

2. Bagi guru

Dapat menambah pengalaman dan bisa menerapkan metode lokomotif TAWA (Tanya jawab) ini dalam pembelajaran berikutnya karena metode ini tidak hanya bisa digunakan untuk matematika saja tetapi bisa juga digunakan untuk mata pelajaran yang lain.

3. Bagi sekolah

Bisa digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai pengalaman bagaimana cara meningkatkan hasil belajar matematika dan dapat digunakan juga sebagai pegangan saat terjun kedunia pendidikan setelah lulus kuliah.

(6)

F. Batasan Istilah

1. Metode lokomotif TAWA (Tanya jawab) merupakan modifikasi dari metode tanya jawab yang menurut Abdul Aziz Wahab (2012) yaitu suatu metode untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep, generalisasi, atau mata pelajaran, karena mengharuskan siswa untuk mencari informasi yang pernah dibaca atau didengar dalam diskusi kelas. Pengertian yang digunakan hampir sama dengan metode Tanya jawab adapun cara penggunaan metode ini adalah dimana semua siswa diikut sertakan dalam kegiatan di kelas, dengan cara saling melempar pertanyaan dari satu siswa kesiswa yang lain dimana siswa tersebut wajib menjawabnya, begitu pula seterusnya hingga sampai siswa yang terakhir. Metode ini sangat efektif karena bisa dipakai untuk kelas berapapun, mata pelajaran apapun dan dapat dimodifikasi untuk materi apapun. Tetapi karena dalam kasus ini yang menjadi acuan adalah siswa kelas I, maka gurulah yang akan menyiapakan soal untuk siswa .

2. Berhitung adalah salah satu komponen dalam pembelajaran matematika, yang merupakan suatu mata pelajaran yang selama ini banyak dianggap sulit bagi siswa. Mereka enggan belajar berhitung sehingga pada akhirnya tidak memiliki pengetahuan yang memadahi tentang matematika (Nurlaela, 2009: 23).

3. Matematika menurut Ruseffendi (1991) adalah ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan (dalam Heruman, 2007:1).

4. Penjumlahan

(7)

sudah diketahui, penjumlahan digunakan untuk menyebut jumlah keseluruhan dari bagian-bagian tersebut.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan yang didapat dari suatu pengetahuan ataupun pengalaman yang di dapat seseorang dalam melakukan suatu hal . (Suprijono, 2011: 5).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik agar dapat meningkatkan mutu pendidikan maka guru harus memiliki kompetensi yang harus dikuasai sebagai suatu jabatan

Hampir semua kabupaten pada provinsi yang terserang, mengalami peningkatan serangan pada periode OkMar karena berkaitan dengan ketersediaan makanan bagi belalang, sedangkan

Untuk memperjelas dan mempermudahkan analisa pembahasan penelitian ini, maka dapat dilihat ruang lingkup dari penelitian yang akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh Metode

Ketidaksesuaian antara gaya kepemimpinan yang diterapkan dengan apa yang diharapkan bawahan menjadi suatu masalah yang harus diperhatikan karena dapat meningkatkan

Sebelum membahas perputaran kas perlu diketahui kas merupakan pos paling penting karena secara langsung atau tidak langsung kas terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan

Selain itu yang paling penting adalah pakaian harus nyaman digunakan, mampu menyerap keringat, memiliki kantung untuk tempat buku catatan saku, berkerah dan mudah

Dokumen master plan harus ditindak lanjuti atau dilaksanakan, karena jika tidak dapat diibaratkan hanya sebagai wacana yang tidak memberikan nilai tambah bagi program

25/POJK.03/2015 tentang Penyampaian Informasi Nasabah Asing terkait Perpajakan Kepada Negara Mitra atau Yuridiksi Mitra (POJK Informasi nasabah Asing) dan Surat