KATA PENGANTAR
Ass. Wr.Wb,Bencana gempa dan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu telah meluluh lantakkan NAD-Nias disertai korban jiwa dan harta yang begitu dahsyat. Bencana tersebut memberikan pelajaran yang berharga kepada kita untuk saling mengingatkan agar kedepan kita lebih waspada dan peduli terhadap alam tempat kita hidup.
Alam beserta isinya merupakan anugerah Tuhan yang patut kita syukuri keberadaannya sebagai sumber kemakmuran dan kesejahteraan kita. Namun demikian, alam juga sekaligus dapat menjadi sumber bencana bila kita tidak arif dalam mengelola dan memeliharanya, sehingga menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikannya.
Kita membangun kembali NAD-Nias yang lebih baik untuk mewujudkan harapan baru dan mengubah bencana gempa dan tsunami sebagai titik tolak kebangkitan kedepan. Namun demikian, kita tetap harus waspada karena apabila kita tidak mengelola kegiatan pembangunan secara arif dan bijaksana, maka akan timbul dampak yang tidak kita inginkan terhadap lingkungan tempat hidup kita. Keterlibatan semua unsur masyarakat sangat diperlukan dalam mengelola kegiatan pembangunan kembali NAD-Nias yang lebih baik, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam membangun kembali NAD dan Nias yang lebih baik yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan dalam setiap langkah pembangunan. Didalam Pedoman perencanaan mitigasi
dampak kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan menggunakan pendekatan AMDAL, UKL dan UPL ini, diuraikan alasan mengapa kita memerlukan AMDAL, UKL
dan UPL, bagaimana alur proses mitigasinya sehingga mampu menambah nilai pembangunan dan bagaimana pihak-pihak yang berkepentingan dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam mengelola pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan mematuhi pedoman yang kita susun bersama ini, Insyaa Allah kita dapat terhindar dari semua bentuk bencana dikemudian hari. Kami menyadari bahwa pedoman ini mungkin masih belum sempurna. Untuk itu, dalam pelaksanaannya masih akan terus dilakukan penyempurnaan penyempurnaan sesuai dengan tujuan membangun kembali NAD-Nias menuju kehidupan yang lebih baik.
Wass. Wr. Wb.
Banda Aceh, Desember 2005
Badan PelaksanaRehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias Kepala
ii
INTEGRASI AMDAL, UKL DAN UPL DALAM SIKLUS
PEMBANGUNAN KEMBALI (REKONSTRUKSI)
NAD-NIAS
Catatan:
LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan) atau Rencana Tindakan untuk Pengadaan Lahan dan Pemukiman Kembali Penduduk.
Pemanfaatan RKL dan RPL atau UKL dan UPL dalam Dokumen Kontrak
• RTRW
• Penyaringan AMDAL • Pedoman Penatagunaan
Lahan Analisis Data dan Evaluasi
Hasil Pemantauan Lingkungan
(RPL atau UPL) PERENCANAAN
UMUM STUDI KELAYAKAN PENGADAAN LAHAN KONSTRUKSI OPERASI DAN PEMELIHARAAN EVALUASI MANFAAT DAN DAMPAK • Master Plan • ANDAL,Kajian Lingkungan Pemanfaatan RKL dan RPL atau UKL dan UPL dalam Disain dan
Pemanfaatan RKL dan RPL dalam LARAP Pemanfaatan RKL
dan RPLatau UKL dan UPL dalam Standar Operasi dan Pemeliharaan
DETAIL DISAIN
halaman ini sengaja dikosongkan
Daftar Isi
Kata Pengantar. . . .
Integrasi AMDAL, UKL dan UPL Dalam Siklus Pembangunan
Kembali (Rekonstruksi) NAD-Nias . . . .
Daftar Isi. . . .
Mengapa Perlu Mitigasi Dampak Kegiatan ?. . . .
Apa Dan Mengapa Perlu AMDAL, UKL dan UPL ? . . . .
Apa Bedanya AMDAL Dengan UKL dan UPL ? . . . .
Bagaimana Alur Proses Perencanaan dan Mitigasi Dampak Kegiatan
Yang Menggunakan Pendekatan AMDAL, UKL dan UPL ? . . . .
Siapa Saja Yang Harus Melakukan Mitigasi Dampak Kegiatan dan
Bagaimana Pembagian Perannya ? . . . .
Kapan Terjadinya Dampak Kegiatan, Apa Saja Dampak Yang
Mungkin Timbul dan Bagaimana Cara Mitigasinya ? . . . .
i
iii
v
1
1
2
3
6
7
halaman ini sengaja dikosongkan
1
Mengapa Perlu Mitigasi Dampak Kegiatan ?
Adanya kegiatan pembangunan disuatu lingkungan tertentu , dipastikan akan mendapat reaksi atau dampak positif (manfaat) maupun negatif (kerugian).Dampak positif perlu ditingkatkan sedangkan dampak negatif harus dikurangi atau dihilangkan sehingga manfaat kegiatan menjali lebih optimum.
Mitigasi dampak kegiatan merupakan upaya mengurangi dan menghilangkan dampak negatif yang sudah dipastikan terjadi.
2
Apa dan Mengapa Perlu AMDAL, UKL dan UPL ?
Visi Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah Membangun kembali
Aceh dan Nias dengan lebih baik. Hal itu berarti bahwa semua
dampak ikutan yang terkait dengan kegiatan proyek pembangunan, harus diminimalkan atau bilamana memungkinkan harus dihilangkan sama sekali.
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), UKL (Upaya
Pengelolaan lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) merupakan dokumen yang berisi acuan untuk melakukan pengelolaan (manajemen) dampak lingkungan yang terkait dengan pengembangan proyek.
AMDAL, UKL dan UPL harus mampu meningkatkan hasil dan nilai guna pembangunan dan menghindari semua pengaruh yang mengarah pada bentuk ketidak efisienan pembangunan sebagaimana slogan berikut ini:
If Environmental Impact Assessment/EIA (AMDAL, UKL dan UPL) is everything, than may be it is nothing
Ungkapan tersebut mengingatkan kita semua bahwa AMDAL, UKL dan UPL tidak boleh menghambat pembangunan. Oleh karena itu, segala bentuk proses birokrasi yang menghambat pembangunan harus dihilangkan.
AMDAL, UKL dan UPL harus menghasilkan pedoman operasional bagi semua pelaku pembangunan. Artinya, rekomendasi
pengelolaan dampak lingkungan harus benar benar dapat dioperasionalkan oleh para pihak yang bertanggung jawab terhadap pembangunan.
3
Apa Bedanya AMDAL dengan UKL dan UPL ?
SAMA bila ditinjau dari fungsinya yaitu sebagai dokumen yang
berisi acuan untuk melakukan pengelolaan dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup.
BERBEDA, bila ditinjau dari aspek kedalaman studi maupun
sasaran pengelolaan dampaknya.
a) AMDAL memerlukan studi yang lebih mendalam. Oleh karena itu, dokumen AMDAL terdiri dari (i) Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), (ii) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), (iii) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). b) UKL dan UPL tidak memerlukan studi yang mendalam. Namun memerlukan kunjungan singkat kelapangan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jenis dampak penting yang perlu dikelola serta tata cara pengelolaan serta pemantauannya.
c) Sasaran AMDAL adalah pengelolaan dampak penting. Jenis dan lokasi dampak penting yang dikelola tertera didalam dokumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan). Variabel dan parameter yang dipantau serta frekuensi pemantauan tertera didalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Pemantauan tersebut harus dilakukan untuk menilai efektifitas pengelolaan dampak yang dilakukan. d) Sasaran UKL dan UPL adalah pengelolaan dampak tidak
penting. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi
kemungkinan terakumulasinya dampak-dampak tidak penting tersebut yang mungkin akan berubah menjadi dampak penting.
2
4
Bagaimana Alur Proses Mitigasi Dampak
Kegiatan Yang Menggunakan Pendekatan
AMDAL, UKL dan UPL ?
Gambar-1 adalah Bagan Perencanaan dan Pelaksanaan Mitigasi
Dampak Kegiatan dengan menggunakan pendekatan AMDAL, UKL dan UPL. Bagan tersebut menjelaskan hal hal sebagai berikut: a) Rencana kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi harus disusun oleh para pemrakarsa (Pemerintah, lembaga non pemerintah/NGO, swasta).
b) Rencana kegiatan tersebut sekurang kurangnya menyebutkan: b-1. nama dan alamat pemrakarsa,
b-2. nama kegiatan yang direncanakan,
b-3. skala/besaran kegiatan misalnya Ha, meter, Km, Ton/hari dan satuan lainnya yang mencerminkan seberapa besar kegiatan yang akan dilaksanakan dan
b-4. lokasi dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan. c) Data rencana kegiatan tersebut akan digunakan untuk dasar penyaringan AMDAL untuk kegiatan yang dikategorikan berdampak penting (wajib AMDAL) dan kegiatan yang dikategorikan berdampak tidak penting (wajib UKL dan UPL). d) Prakiraan Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting (Wajib AMDAL) dapat mengacu pada Lampiran-1
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 308 tahun 2005 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
e) Untuk kegiatan wajib AMDAL harus melakukan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yaitu kajian secara mendalam tentang dampak kegiatan terhadap lingkungan.
f) Untuk kegiatan wajib UKL dan UPL harus melakukan kajian lingkungan yaitu kajian dampak kegiatan terhadap lingkungan yang tidak mendalam.
4
DAMPAK PENTING DAMPAK TIDAK PENTING
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (ANDAL)
Fase Penyaringan, Studi dan Analisis
Fase Pelaksanaan Pengeloloaan Lingkungan
Fase Perencanaan Pengelolaan Lingkungan YA TIDAK TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA
KEGIATAN WAJIB AMDAL
Identifikasi komponen Kegiatan Yang Berpotensi Menimbulkan Dampak Lingkungan
KAJIAN LINGKUNGAN
(Menggunakan daftar uji UKL Dan UPL) Menetapkan Sasaran Pengelolaan Dampak Penting Menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) OK ? Melaksanakan RKL dan RPL OK ? Memperbaiki RKL dan RPL Mengoperasikan dan Memelihara Hasil Pembangunan secara berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan Menetapkan Sasaran Pengelolaan Dampak Tidak Penting
Menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKK) dan upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
OK ?
Melaksanakan UKL dan UPL
Memperbaiki UKL dan UPL Rencana Kegiatan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
OK ?
Penyaringan
AMDAL KEGIATAN WAJIB UKL DAN UPL
Identifikasi Komponen Lingkungan yang Berpotensi Terkena Dampak Kegiatan
Memperkirakan dan Menilai Intensitas Dampak Kegiatan
Terhadap Lingkungan
g) Oleh karena itu dapat menggunakan daftar uji sebagaimana tertera pada Lampiran-2 Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup nomor 308 tahun 2005 tentang Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
h) ANDAL maupun kajian lingkungan, pada dasarnya mencakup: h-1. Identifikasi komponen kegiatan rehabilitasi danrekonstruksi yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, h-2. Identifikasi komponen lingkungan disekitar kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang berpotensi terkena dampak kegiatan,
h-3. Perkiraan dan penilaian intensitas dampak (besaran dan tingkat pentingnya dampak).
i) Perkiraan dan penilaian intensitas dampak tersebut pada butir h perlu dilakukan untuk landasan:
i-1.penetapan kategori dampak penting atau dampak tidak penting
i-2.penetapan sasaran pengelolaan lingkungan.
j) Sasaran pengelolaan dampak penting maupun dampak tidak penting perlu ditetapkan untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pengelolaan lingkungan.
k) Berdasarkan sasaran pengelolaan dampak tersebut, maka disusun rancangan pengelolaan dampak penting yang menghasilkan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). l) Sementara itu, penyusunan rancangan pengelolaan dampak tidak penting menghasilkan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL). m) RKL dan RPL yang telah disetujui oleh Komisi Penilai Amdal Daerah maupun UKL dan UPL yang disetujui oleh Pembina Sektor terkait harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran pengelolaan dampak yang telah disetujui.
n) Apabila hasil pengelolaan dampak tidak sesuai dengan sasaran yang dicapai, maka dokumen RKL dan RPL maupun UKL dan UPL perlu diperbaiki.
o) Sebaliknya, apabila hasil pengelolaan dampak sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, maka hasil-hasil pembangunan harus dioperasikan dan dipeliharan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
p) Acuan yang digunakan adalah hasil kajian terhadap pelaksanaan RKL dan RPL maupun UKL dan UPL yang telah dilaksanakan sebelumnya.
5
Siapa Saja Yang Harus Melakukan Mitigasi
Dampak Kegiatan dan Bagaimana Pembagian
Perannya ?
SEMUA PIHAK YANG BERKEPENTINGAN HARUS
MELAKUKAN MITIGASI DAMPAK KEGIATAN !
Mengapa ??
Karena :
a) Mitigasi dampak kegiatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan lingkungan
b) Selain itu, menurut pasal-6 Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup (UU-23/97), semua orang atau kelompok orang berhak:
b-1. Mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, b-2. Mendapatkan informasi berkaitan dengan perannya dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup b-3. Berperan melakukan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Namun demikian, selain hak tersebut (menurut pasal-7 UU-23/97) mereka mempunyai kewajiban yaitu:
a) Memelihara kelestarian dan fungsi lingkungan hidup misalnya: a-1. hutan bakau sebagai produsen zat hara bagi kehidupan pesisir dan lautan serta pelindung abrasi pantai a-2. lahan basah seperti rawa, sebagai penampung air dan
pengendali banjir
a-3. daerah resapan air sebagai jalan akses masuknya air hujan kedalam penampung air bawah tanah a-4. Hutan lindung dan cagar alam sebagai paru paru dunia, penahan erosi, penahan sedimentasi, penyimpan air dan fungsi fungsi lainnya.
a-5. taman nasional dan cagar budaya sebagai pemelihara plasma nuftah dan kebudayaan serta sejarah kehidupan b) Memberi informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan misalnya:
6
b-1. melakukan perlindungan mata air,
b-2. menyalurkan air limbah kedalam fasilitas sanitasi setempat,
b-3. membangun sengkedan penahan erosi dan sedimentasi, b-4. menyediakan ruang terbuka hijau termasuk pohon pelindung untuk menyerap bahan pencemar udara dan kebisingan
b-5. menanam pohon penghasil tanaman pangan yang mempunyai fungsi lindung.
c) Pemrakarsa kegiatan dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup pada butir a) dan b) tersebut. d) Namun, perlu dilakukan pengaturan dalam pembagian peran
sebagaimana tertera pada tabel-1.
Tabel-1 Pembagian Peran Mitigasi Dampak Kegiatan Rehabilitasi
dan Rekonstruksi NAD dan Nias
No Pemrakarsa Kegiatan Masyarakat / kelompok mayarakat Pemerintah dan instansi yang bertanggung jawab ) 4 ( ) 3 ( ) 2 ( ) 1 ( 1 Mengumumkan rencana kegiatan termasuk skala atau besarannya Memberi saran, pendapat dan tanggapan secara tertulis Menetapkan tanggal dan cara serta media pengumuman yang digunakan
2
Melaksanakan studi AMDAL, UKL dan UPL sesuai kerangka acuan
Memberi masukan hal yang harus distudi dan menanggapi hasilnya
Menetapkan Kerangka Acuan dan menilai serta menyetujui hasil studi AMDAL, UKL dan UPL
3
Melaksanakan dan melaporkan hasil Mitigasi dampak Kegiatan
Memberi pendapat dan tanggapan terhadap hasil mitigasi
Memantau dan menilai pelaksanaan mitigasi kegiatan
6
Kapan Terjadinya Dampak Kegiatan, Apa Saja
Dampak Yang Mungkin Timbul dan Bagaimana
Cara Mitigasinya ?
6.1 Tahapan Pembangunan
Dampak Kegiatan dapat terjadi pada tahap Pra Konstruksi, tahap Konstruksi maupun tahap Pasca Konstruksi. Jenis dampak kegiatan yang mungkin timbul pada ketiga tahap tersebut berbeda satu dengan lainnya, demikian pula besaran dampaknya. Hal tersebut disebabkan karena:
a) Ruang lingkup kegiatan pembangunan pada masing-masing tahap kegiatan berbeda satu dengan lainnya. b) Komponen kegiatan untuk masing-masing sektor
berbeda pula jenis dan besarannya.
c) Lingkungan biofisik kimia, sosial, ekonomi dan budaya juga berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Atas dasar hal tersebut, maka jenis dan kedalaman mitigasinya akan berbeda satu dengan lainnya. Walaupun demikian, berdasarkan pengalaman kegiatan pembangunan sejenis, beberapa jenis dampak kegiatan dan cara mitigasinya sudah dapat dikenali demikian pula tata cara mitigasinya.
6.2 Kegiatan, Jenis Dampak dan Tata Cara Mitigasinya
Paragraf berikut ini menyajikan beberapa contoh jenis dampak kegiatan yang biasa ditemukan pada kegiatan pembangunan infrastruktur termasuk upaya mitigasi atau cara penanganannya.
6.2.1 Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan-kegiatan yang umum dilakukan pada
tahap ini antara lain adalah:
a) Survey kesesuaian lokasi
b) Penyelidikan tanah untuk konstruksi
pondasi
c) Penyelidikan sumber air melalui
eksplorasi
d) Pengadaan atau pembebasan lahan
e) Penyiapan Base Camp (barak pegawai
dan bengkel kerja)
Catatan:
a) Kegiatan rehabilitasi, dilakukan terhadap bangunan dan prasarana serta sarana yang rusak sehingga tidak diperlukan survey lokasi dan pengadaan atau pembebasan lahan. Namun, penyelidikan potensi sumber air tanah mungkin masih diperlukan. b) Kegiatan Rekonstruksi dapat dilakukan dilokasi atau pada tapak yang sama dengan keadaan sebelumnya. Namun, dalam banyak hal kemungkinan diperlukan pergeseran lokasi, karena lokasi yang lama telah rusak atau tenggelam dan tidak layak lagi digunakan untuk bangunan.
Beberapa contoh Jenis Dampak kegiatan Pra Konstruksi yang umum terjadi dan Tata Cara Mitigasi yang biasa dilakukan, dirangkum pada
Tabel-2.
8
Tabel-2 Dampak Kegiatan Pra Konstruksi dan Tata Cara Mitigasinya No Jenis Dampak Kegiatan Pra
Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak
) 2 ( ) 1 ( (3)
1 Munculnya para spekulan tanah dan
naiknya harga tanah
2
Ketidak sepahaman mengenai harga sewa (untuk base camp) maupun harga jual lahan (untuk infrastruktur) yang diajukan pemilik dengan calon pembeli.
3
Keadaan 1) dan 2) tersebut dapat memicu timbulnya keluhan dan protes pemilik lahan sampai timbulnya demonstrasi masa.
Pada akhirnya keadaan tersebut seringkali menghambat jadwal pelaksanaan konstruksi.
a) Melakukan komunikasi dan
konsultasi masyarakat untuk menjelaskan tentang manfaat kegiatan bagi kepentingan umum dan kerugian yang terjadi akibat terhambatnya pembangunan oleh adanya spekulan tanah.
b) Melibatkan masyarakat dan
pemerintah daerah setempat untuk mencegah terjadinya spekulasi tanah
c) Memasukkan kebutuhan biaya
mitigasi tersebut kedalam anggaran biaya perencanaan
6.2.2 Tahap Konstruksi
Kegiatan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
antara lain adalah:
a) Konstruksi jalan akses ke lokasi pekerjaan
b) Penyiapan dan pembersihan lahan
c) Penggalian tanah pondasi
d) Pembongkaran bangunan yang akan
direkonstruksi
e) Pengeboran air tanah dalam (deep ground
water)
f) Peledakan (blasting) bukit berbatu
g) Pengangkutan bahan bangunan dari quarry
dan borrow area
h) Peninggian lokasi tapak bangunan dengan
tanah urug atau bongkaran bangunan.
i) Relokasi sementara terhadap prasarana dan
sarana umum (relokasi jalan umum, saluran drainase, saluran irigasi, pipa air minum, kabel telpon, kabel listrik, pipa gas, pipa minyak, dll)
j) Konstruksi bangunan penahan erosi
sementara
k) Konstruksi bangunan perlintasan air
sementara
l) Pembuangan sisa tanah dan material
bangunan
m) Pemancangan pondasi tiang
n) Pengoperasian base camp (barak pegawai
dan bengkel kerja)
o) Kegiatan konstruksi lainnya
Beberapa contoh jenis dampak kegiatan konstruksi yang umum terjadi dan Tata Cara Mitigasi yang biasa dilakukan dirangkum pada
Tabel-3.
No Jenis Dampak Kegiatan Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak
(1) (2) (3)
1
Kerusakan prasarana dan sarana umum seperti jalan umum, pipa air minum, pipa gas, kabel telpon, kabel listrik, saluran drainase kota, gorong-gorong, jembatan, saluran irigasi dan lain sebagainya.
2
Kerusakan tersebut pada butir 1) berakibat pada penurunan pelayanan prasarana dan sarana umum misalnya listrik padam, jaringan telpon terputus, pasokan air PDAM terhenti, timbulnya genangan air kotor dan gangguan pada pelayanan umum lainnya.
3
Terganggunga aliran air permukaan sehingga menimbulkan gena ngan dan banjir lokal
4
Terganggu atau terpotongnya aliran air tanah sehingga mengganggu dan bahkan mematikan pasokan air baku untuk air minum penduduk
a) Mendata prasarana dan sarana umum yang akan terkena kegiatan b) Melindungi dari kemungkinan
kerusakan dan tidak berfungsinya prasarana dan sarana umum dengan cara perlindungan, pemindahan
c) Mengganti, memperkuat dan/atau memperbaiki prasarana dan sarana yang rusak
d) Mengumumkan kep ada pengguna apabila akan terjadi pemutusan sementara pelayanan Listrik, air minum, telepon, gas dll). e) Memindahkan alur lalu lintas f) Memasukkan semua kebutuhan
biaya mitigasi kedalam kontrak konstruksi
5
Meningkatnya gangguan dan kemacetan lalu lintas karena bertambahnya kendaraan proyek yang beroperasi dijalan umum.
6
Ceceran tanah dan material bangunan yang terjadi selama proses pengangkutan bahan quarry dan pembuangan sisa tanah.
7
Meningkatnya pencemaran udara karena bertambahnya gas gas buang yang diemisikan dari kendaraan proyek
a) Menggunakan jalan umum yang tidak padat lalu lintas
b) Mengoperasikan kendaraan proyek pada jam jam tidak sibuk c) Memuati truk pengangkut dengan volume yang tidak melebihi batas maksimum yang tersedia d) Membersihkan roda kendaraan
pada saat keluar dari lokasi quarry atau base camp
e) Melengkapi kendaraan proyek dengan penyaring gas buang 8
Timbulnya getaran dan kebisingan karena penggunaan teknologi peledakan, pengoperasian alat berat dan alat pancang pondasi tiang
a) Menggunakan bahan peledak dengan daya ledak yang diijinkan b) Menggunakan non hammer
teknologi pemancangan
Tabel-3 Dampak Kegiatan Konstruksi Dan Tata Cara Mitigasinya
10
No Jenis Dampak Kegiatan Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak
(1) (2) (3)
9
Pencemaran air dari ceceran bahan bakar minyak, bahan pelumas, sisa bahan cat yang mengandung B3 yang terjadi selama proses pengoperasian base camp dan barak serta bengkel kerja.
a) Melengkapi base camp dengan sistem drainase yang dilengkapi bak penangkap minyak dan bahan pelumas
b) Mendaur ulang ceceran minyak dan bahan pelumas
c) Mendaur ulang sisa cat yang mengandung B 3 untuk bahan bangunan
10
Kecemburuan sosial yang terkait dengan pengadaan dan penggunaan tenaga kerja dari luar
Melibatkan tenaga kerja lokal dalam proses pembangunan
6.2.3 Tahap Pasca Konstruksi
Kegiatan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
berhubungan dengan pengoperasian dan pemeliharaan hasil hasil pembangunan misalnya:
a) Eksploitasi sumur bor dalam (deep groud
water) secara terus menerus untuk
memasok air minum kompleks perumahan, kompleks rumah sakit, perkantoran dll
b) Pembuangan limbah dan sampah domestik
dari kompleks perumahan, perkantoran, rumah sakit, pesantren, pasar induk maupun pasar tradisional, pasar pelelangan ikan dll.
c) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan
nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten dan jalan kota
d) Pengoperasian dan pemeliharaan
pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan ikan.
e) Pengoperasian dan pemeliharaan bandara
udara
f) Pengoperasian dan pemeliharaan industri
rumah tangga, industri manufaktur
g) Pengoperasian dan pemeliharaan pusat
pusat perdagangan dan pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, kampus pendidikan Beberapa contoh jenis Dampak kegiatan pasca konstruksi yang umum terjadi dan Tata Cara Mitigasi yang biasa dilakukan dirangkum pada
Tabel-4.
No Jenis Dampak Kegiatan Pasca
Konstruksi Tata Cara Mitigasi Dampak
(1) (2) (3)
1
Penurunan muka tanah dan meluasnya daerah tergenang air akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan
Eksploitasi air tanah dalam sesuai ijin dari direktorat geologi dan tata lingkungan
2
Peningkatan pencemaran air permukaan dan air tanah, meningkatnya potensi wabah penyakit yang ditularkan melalui media air akibat limbah cair dan sampah yang tak terkelola dengan baik
Meningkatkan budaya bersih melalui daur ulang sampah dan limbah cair domestik u ntuk menghasilkan pupuk kompos, pakan ikan dan pakan unggas serta tanaman obat obatan. 3
Peningkatan pencemaran udara akibat meningkatnya gas buang dari operasi kendaraan yang semakin meningkat jumlahnya
Mewajibkan para pemilik kendaraan untuk menggunaka n penyaring gas buang pada setiap kendaraan dan meneranya secara berkala.
4
Peningkatan bangkitan kendaraan dari pengembangan pusat pusat perdagangan, perbelanjaan, perkantoran dll yang memicu peningkatan kemacetan lokal dan pencemaran udara serta kebisingan 5
Berkurangnya ruang terbuka hijau, meningkatnya suhu kota akibat meluasnya kawasan terbangun
a) Pemberian ijin mendirikan bangunan yang lebih ketat dengan mengacu pada qanum penataan ruang. b) Mewajibkan para pemilik rumah dan
pengelola kawasan untuk menanam dan memelihara pohon pelindung disetiap halamannya.
6
Peningkatan pencemaran air laut akibat ceceran minyak, pelumas, sampah, limbah domestik dan limbah non domestik
Mewajibkan pengelola mengoperasikan sistem pengolahan air limbah .