• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN A."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Bima dengan mengambil 3 Kecamatan dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bima yaitu: Kecamatan Sape, Kecamatan Wera, Kecamatan Belo, Kecamatan Soromandi, Kecamatan Woha, Kecamatan Palibelo, Kecamatan Donggo, Kecamatan parado, Kecamatan Langgudu, Kecamatan Lambu, Kecamatan bolo, Kecamatan monta, Kecamatan madapangga, Kecamatan lambitu, Kecamatan ambalawi, Kecamatan sanggar Kecamatan tambora. 2. Waktu

Waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus 2015 sampai Oktober 2015. Kegiatan tersebut dimulai dari pengajuan ijin, tahap pengumpulan data, dan tahap pengolahan data.

Tabel. 3.1 : waktu penelitian

No Jenis Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Agustus September Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan ijin 3 Pengambilan data 4 Pengolaan data B. Metode Penelitian

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitia kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono

(2)

(2011: 404) menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif.

Munculnya metode mixed methods ini mulanya hanya mencari usaha penggabungan antara data kualitatif dengan data kuantitaif (Creswell, 2010:22). Diperjelas lagi oleh Tashakkori dan Teddi dalam bukunya yang berjudul Mixed Methodology, bahwa mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif ini muncul setelah adanya debat yang berkepanjangan antara dua paradigma yang menjadi pedoman dari peneliti, kedua paradigma tersebut adalah positivis/empiris yang menjadi dasar konseptual dari metode kuantitatif dan paradigma konstruktivis/fenomenologi yang menjadi dasar dari metode kualitatif (2010: 3-4).

1. Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview terlabih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitaif dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Creswell, 2010 : 316-318):

a. Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif.

b. Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi ekspalanatoris sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama. Bobot utama pada strategi ini adalah pada data kualitatif.

c. Strategi transformatif sekuensial. Pada Strategi ini peneliti menggunakan perspektif teori untuk membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam penelitian. Dalam model

(3)

ini, peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah satu dari dua metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada salah satu dari keduanya atau dibagikan secara merata pada masing-masing tahap penelitian.

2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurrent mixed methods) merupakan penelitian yang menggabungkan antara data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi metode campuran konkuren ini, yaitu (Creswell, 2010: 320-324):

a. Strategi triangulasi konkuren. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap penelitian, kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data kuantitatif untuk mengetahui perbedaan atau kombinasi.

b. Strategi embedded konkuren. Strategi ini hampir sama dengan model triangulasi konkuren, karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam waktu yang bersamaan. Membedakannya adalah model ini memiliki metode primer yang memandu proyek dan data sekunder yang memiliki peran pendukung dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang begitu dominan/berperan (baik itu kualitatif atau kuantitatif) ditancapkan (embedded) ke dalam metode yang lebih dominan (kualitatif atau kuantitatif).

c. Strategi transformatif konkuren. Seperti model transformatif sequential yaitu dapat diterapkan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif secara bersamaan serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.

3. Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods) merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif

overaching yang didalamnya terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Perspektif

inilah yang nantinya akan memberikan kerangka kerja untuk topik penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed

methods) terutama strategi eksploratoris sekuensial.

Dalam penelitian ini pada tahap pertama mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif dalam menjawab rumusan masalah pertama dan ketiga, yakni bagaimana

(4)

bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah dan bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah. Kemudian tahap kedua, mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dalam hal ini untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yakni apakah pembelajaran sejarah mempunyai kontribusi terhadap pengembangan karakter siswa.

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Campuran. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitia kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara kualitatif dan penelitian kuantitatif. serta kebijakan yang merupakan bagian dari tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah, mengapa tindakan itu dilakukan, dengan cara dan mekanisme seperti apa, untuk kepentingan siapa, dan bagaimana hasil, akibat, dan dampaknya dalam membangun Keolahragaan kedepan.

Sesuai dengan substansi dan fokus penelitian ini, yaitu kajian tentang Implementasi Pembangunan Olahraga, dimana hasil dari pembangunan olahraga diungkapkan melalui indeks yang sajian datanya berupa angka, maka jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003: 14) jenis penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Substansi Sport Development Index sudah dituangkan dalam kebijakan pemerintah bidang keolahragaan, terutama terkait dengan Standar Pelayanan Minimal Keolahragaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 tahun 2007 Pasal 92, yang memberikan penjelasan operasional tentang persyaratan Standar Pelayanan Minimal Keolahragaan yang meliputi: ruang terbuka untuk berolahraga, tenaga keolahragaan atau SDM keolahragaan,partisipasi olahraga, dan tingkarkebugaran jasmani masyarakat.

Penelitian Implementasi kebijakan ini bermaksud untuk mengukur sejauh mana terapan kebijakan pembangunan di Kabupaten Bima, dengan demikian manfaat hasil penelitiannya juga untuk pihak yang membuat kebijakan (Arikunto S, 2010: 37). Tujuan

(5)

penelitian implementasi untuk mengetahui keterlaksanaan kebijakan bukan hanya pada kesimpulan sudah terlaksana dengan baik atau tidaknya, tetapi ingin mengetahui jika belum baik implementasinya, apa yang telah menyebabkan, di mana letak kelemahannya, dan kalau lemah apa sebabnya. Dengan kata lain, penelitian ini bermaksud mencari kekurangan dari implementasi yang mungkin juga menjadi kekurangan atau kelemahan dari kebijakan yang dibuat.

Penelitian ini kemudian tidak hanya menilai bahwa suatu program atau kebijakan sudah berjalan baik, kurang baik, atau tidak baik. Tetapi penelitian ini memberikan penjelasan lebih lanjut dari data-data kuantitatif yang didapatkan. Maka bisa dikatakan bahwa proses dari penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari sampel dianalisis sesuai dengan rumus penentuan indeks untuk menentukan kategori sesuai nilai indeks yang didapat kemudian diinterpretasikan. Sehingga hasil datanya berupa data kuantitatif dan data kualitatif.

D. Populasi dan Sampel A. Populasi

Dalam penelitian dibedakan antara populasi secara umum dengan populasi target atau “target population”. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakukan kesimpulan penelitian (Sukmadinata,2007: 250). Dengan populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu seluruh Masyarakat Kabupaten bima untuk mengukur sejauhmana implementasi kebijakan pembangunan keolahragaan kabupaten bima. Dalam hal ini akan terwakili oleh 3 kecamatan yang kategori Meju, sedang, dan Tertinggal.

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil perhitungan maupun hasil mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana, 1996: 161). Menurut Sugiyono (1997: 59) populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Bungin B (2000: 100). Yaitu keseluruhan individu anggota poputasi relative memiliki sifat-sifat

(6)

individual, dimana sifat tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu dengan yang lainya.

B. Sampel

Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian (Sukamdinata, 2007: 252). Dalam penelitian ini pengambilan sampel mengunakan teknik purposive. Teknik ini digunakan dalam memilih sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian (Sukamdinata, 2007: 251)

Teknik pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling dengan

cluster sampling. Stratifikasi diperlukan untuk menjawab kondisi daerah dan

masyarakat yang ada di Kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara barat yang sangat heterogen. Menurut Hartono , N (2011: 77) disproportionate stratifield random

sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan apabila sifat atau

unsur dalam populasi tidak heterogen dan berstrata secara kurang/tidak proporsional.

Cluster sampling digunakan untuk mewakili luas wilayah yang akan dijadikan sampling

sehingga akan terwakili. Menurut Hartono, N (2001: 77) cluster sampling merupakan teknik sampling daerah yang akan digunakan untuk menentukan sample bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Cluster sampling disebut juga dengan area

sampling. Cluster sampling ini digunakan ketika elemen dari populasi secara geografis

tersebar luas sehingga sulit untuk disusun sampling frame. Keuntungan penggunaan teknik ini adalah menjadikan proses sampling lebih murah dan cepat daripada jika digunakan teknik simple random sampling.

Karakter dasar dari populasi yang akan digunakan adalah 1) perbedaan tingkat kemajuan suatu wilayah yaitu : maju, sedang, tertinggal. 2) perbedaan gender laki-laki dan perempuan, 3) perbedaan usia anak umur 7-12 tahun, remaja usia 13-17 tahun dan dewasa usia 18-40 tahun. Adapun cluster sampling digunakan untuk mengurangi biaya dan waktu akibat penyebaran sample meluas. Komponen cluster yang digunakan adalah Kecamatan, desa/keluraan yaitu terdiri dari 18 Kecamatan 186 Desa di Kabupaten Bima yang akan diambil 3 Kecamatan, dan masing-masing Kecamatan diambil 3 Desa dimana setiap kelurahan/desa diambil 30 orang, dengan pembagian 15 laki-laki dan 15

(7)

perempuan sehingga dalam satu Kecamatan jumlah sample terdapat 90 orang sehingga dari 3 Kecamatan total seluruhnya yaitu 270 sampel. Agar lebih jelas berikut gambar skema area sampling.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dengan populasi. Menurut Soenarto (1987: 2), sampel adalah suatu bagian yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili keseluruhan kelompok populasi. Kesamaan ciri sampel dengan populasi induknya merupakan sampel merupakan representasi dari populasi. Dengan kata lain, sampel yagn diambil dari populasi bukan semata-mata dari populasi, tetapi harus representative. Supaya sampel representative, maka sampel diambil dari sebagian dari populasi dengan cara tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan. Sampel adalah sebagian yang ambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu.

Hakekat dari sampling adalah mengukur karakter asli (true character) dari populasi melalui anggota (elemen, kasus atau unit) populasi yang diambil dari populasi tersebut berdasarkan suatu teknik pengambilan sampel tertentu. Adapun populasi adalah keseluruhan kasus atau elemen yang memenuhi kriteria tertentu, dan dapat berupa orang, tindakan sosial, kejadian, tempat, waktu atau sesuatu.

Gambar 3.1 Skema Area Sampling Sumber : Kristiyanto, A (2012: 45)

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara (interview), lembar kuesioner (angket), Dokumentasi dan Tes MFT. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu dan didukung oleh instrument

(8)

lainnya. Untuk metode kualitatif, peneliti menggunakan instrumen lembar wawancara dan lembar observasi.

1. Observasi, data yang akan dikumpulkan melalui observasi adalah data sekunder yaitu tentang luas wilayah, jumlah penduduk, dan potensi keolahragaan sebagai data kontrol, sedangkan data primer yaitu data tentang sumber daya manusia keolahragaan dan data tentang ruang terbuka.

2. Interview/wawancara, digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu menggali informasi Kebijakan pembangunan keolahragaan kabupaten bima ditinjau dari sport development. dari para Narasumber yang kredibel sebagai data penguat dari data yang diobservasi. sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber atau informan yaitu dari Pemerintah Kabupaten Bima yang terkait seperti DPRD, PEMDA Kabupaten Bima, Ketua STKIP Taman Siswa Bima, DIKPORA Kabupaten Bima, KONI Kabupaten Bima, BPS Kabupaten Bima, Kantor Kecamatan, dan sumber data lain yang dianggap memungkinkan.

3. Kuesioner, data yang akan dikumpulkan melalui angket ini adalah data tentang partisipasi masyarakat dalam berolahraga.

4. Studi Dokumentasi

Studi documenter (documentery study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen tak tertulis seperti gambar dan elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dipilih sesuai dengan kajian penelitian (Sukamadinata, S,N, 2007: 221-222). Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang digunakan adalah dokumen undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional, dokumen dari Kementrian Pendidikan Nasional, document dari instansi-instansi terkait salah satunya adalah DIKPORA Kabupaten Bima, KONI Kabupaten Bima, dll.

5. Tes, data yang akan dikumpulkan melalui tes adalah data tentang tingkat kebugaran jasmani masyarakat, tes yang digunakan adalah Multi Stage Fitness Test (MFT).

Kelima teknik pengumpulan data yang digunakan mempunyai instrumen masing-masing. Penjelasan tentang instrumen yang gunakan akan dipaparkan secara rinci pada bagian Teknik pengumpulan data.

(9)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam desain penelitian sequential exploratory ini untuk pengumpulan data dilakukan secara berurutan dalam pengumpulan datanya. Data yang diambil baik data kualitatif maupun data kuantitatif akan saling menunnjang satu sama lain. Dalam penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko,dkk. 2005: 70). Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Didalam artian penelitian observasi dapat dilakuakn dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni observasi non-sistematis dan observasi sistematis. Observasi non- sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto. 2006: 157). Pada tahap ini peneliti mengobservasi ke lapangan dengan menggunakan observasi terbuka yaitu peneliti mengamati langsung Ruang terbuka publik. Dengan menggunakan pedoman ini, peneliti dapat melakukan pencatatan ruang terbuka perkecamatan.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, dkk. 2005: 83). Interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau keusioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Secara fisik interviu dibedakan atas interviu terstruktur dan interviu tidak terstruktur (Arikunto, 2006: 155). Menurut Denzin dan Lincoln (2009) ada lagi yang namanya wawancara kelompok yang biasanya berupa pemberian beberapa

(10)

pertanyaan sistematik kepada beberapa individu sebagai kelompok secara serempak. Pada tahap ini, wawancara dilakukan pada Instansi pemerintah kabupaten bima.

3. Kuesioner / Angket

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai

sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko, dkk.2005: 76). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 100) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Dari pernyataan di atas, jadi kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada sekelompok orang mengenai suatu masalah sehingga mendapatkan informasi tentang masalah tersebut. Kuesioner atau angket dalam penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat partisisipasi Masyarakat dalam berolahraga.

4. Studi Dokumentasi

Studi documenter (documentery study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen tak tertulis seperti gambar dan elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dipilih sesuai dengan kajian penelitian (Sukamadinata, S,N, 2007: 221-222). Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang digunakan adalah dokumen undang-undang Sistem Keolahragaan Nasional, dokumen dari Kementrian Pendidikan Nasional, document dari instansi-instansi terkait salah satunya adalah DIKPORA Kabupaten Bima, KONI Kabupaten Bima, dll.

5. Tes MFT

Tes lari multitahap terjemahan dari “Multistage fitness test”. Tes ini bertujuan untuk memprediksi ambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake) atau kapasitas oksigen maximal (V02max).

Tes ini sangat sederhana yang berupa tes lapangan bukan tes yang dilakukan dilaboraturium. Walaupun demikian, hasil tes lari multitahap ini dapat dipergunakan untuk memprediksi VO2max.

(11)

menit; (2) tes jalan-lari dengan protocol bruce; dan (3) tes lari multitahap. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga hasil tes tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang berarti dan memiliki korelasi yang tinggi. Dengan demikian, ketiga tes tersebut sama-sama dapat digunakan sebagai alat ukur.

Seperangkat protokol Multi Stage Fitness Test (MFT) untuk mengetes data kebugaran jasmani masyarakat. Adapun prosedur tes MFT sebagai berikut:

Pelaksanaan tes dapat dilakukan terhadap beberapa orang sekaligus, asal pengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes serta dapat menghentikannya dengan tepat sesuai ketentuan tes MFT.

a. Beberapa tindakan pencegahan

1) Peserta tes harus dalam kondisi sehat.

2) Pengetes perlu memberikan motivasi dan perhatian kepada peserta tes agar mereka melaksanakan tes dengan sungguh-sungguh.

b. Perlengkapan tes

1) Tempat tes dapat berupa halaman, lapangan olahraga, atau tanah datar yang tidak licin. Panjang tempat tes tidak kurang dari 22 meter dengan lebar 1-1,5 meter. Setiap batas jarak diberi tanda.

2) Tape recorder

3) Kaset panduan tes MFT

4) Alat pengukur seperti meteran dan stopwatch c. Persiapan pelaksanaan tes

1) Ukur panjang lintasan lari yaitu 20 meter dan beri tanda dikedua ujungnya.

2) Pastikan pita kaset tergulung di awal (side A atau B), dan masukkan ke tape recorder.

d. Persiapan peserta sebelum dan sesudah tes

1) Sebelum melakukan tes, sarankan jangan makan selama 2 jam sebelum mengikuti tes, pakai pakaian olahraga dan sepatu yang tidak licin, jangan merokok sebelum melakukan tes, jangan melakukan latihan berat dan hindari udara lembab dan panas.

(12)

2) Perlu disarankan agar peserta tes melakukan peregangan terutama untuk otot-otot tungkai sebelum melaksanakan tes. Sehingga secara fisik dan mental siap melaksanakan tes.

3) Setelah melaksanakan tes lakukan pendinginan. e. Pelaksanaan tes

1) Hidupkan tape recorder mulai dari awal pita kaset (pada kedua side sama) lalu ikuti petunjuk selanjutnya.

2) Pada bagian permulaan, jarak antara dua sinyal tut menandai suatu interval satu menit yang terukur secara akurat.

3) Selanjutnya terdengar penjelasan ringkas mengenai pelaksanaan tes yang mengantarkan pada perhitungan mundur selama lima detik menjelang dimulainya tes.

4) Setelah itu akan terdengar suara tut tunggal pada beberapa interval yang teratur. 5) Peserta tes diharapkan berusaha agar dapat sampai ke ujung yang berlawanan

bertepatan dengan bunyi tut yang pertama untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang berlawanan.

6) Selanjutnya setiap terdengar bunyi tut peserta harus sudah sampai disalah satu ujung lintasan lari yang ditempuhnya.

7) Setelah ,mencapai interval satu menit, disebut level satu yang terdiri dari tujuh

shuttle atau balikan.

8) Selanjutnya interval satu menit akan berkurang sehingga untuk menyelesaikan level selanjutnya peserta harus berlari lebih cepat.

9) Setiap kali peserta tes menyelesaikan jarak 20 meter, posisi salah satu kaki harus tepat menginjak atau melewati batas 20 meter, selanjutnya berbalik dan menunggu sinyal berikutnya untuk kemudian berlari kembali ke arah yang berlawanan.

10) Setiap peserta tes harus berusaha bertahan selama mungkin, sesuai dengan kecepatan yang telah diatur. Jika peserta tes tidak mampu berlari mengikuti kecepatan tersebut maka peserta harus berhenti/dihentikan dengan ketentuan; jika peserta tes gagal mencapai dua langkah atau lebih dari garis batas 20 m setelah sinyal tut berbunyi, pengetes memberi toleransi 1x20 meter untuk memberikan

(13)

kesempatan peserta tes menyesuaikan kecepatannya. Dan jika pada masa toleransi itu peserta tes gagal menyesuaikan kecepatannya, maka dia dihentikan dari kegiatan tes.

Itulah serangkaian prosedur pelaksanan tes MFT, yang hasilnya kemudian dapat dihitung dengan menggunakan form penghitungan MFT . Hasil dari penghitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel penilai VO2Max untuk dapat menentukan norma atau kategori tingkat kebugaran peserta tes.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilaksanakan dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yakn pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Miles dan Hubermas, data kualitatif diperoleh dari data reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2011: 334). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangusng, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka penelitian, permasalahn studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Mereduksi data, ringkasan atau uraian data singkat dan menggolongkan dalam pola yang lebih luas.

Analsis data kualitatif ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah mengenai kebijakan pembangunan keolahragaan kabupaten bima dengan membandingkan informasi dari informan yang satu dengan infroman dan dokumen-dokumen yang Setelah menganalisis data kemudian dilanjutkan dengan keabsahan data kualitatif yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan informasi dari informan yang satu dengan infroman yang Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, sehingga pada akhirnya akan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang dianalisis secara kualitatif berasal dari data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu wawancara dan catatan lapangan.

(14)

data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.

Tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagaimana yang dilakukan yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan dianalisis dan selanjutnya direduksi secara sistematis berdasarkan kelompok data, data tereduksi ini akan disajikan secara terorganisir untuk dilakukan penarikan kesimpulan.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dapat diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam. Menurut Sugiyono (2014: 89) analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Kholik dan maksum (2007: 62) Analisis SDI menggunakan data primer dan data sekunder. Adapun unit analisis data dalam SDI bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Unit Analisis SDI Sumber: Kristiyanto, A (2012: 45)

(15)

Data primer terdiri dari, data partisipasi, ruang terbuka, SDM, dan kebugaran. Sedangkan data sekunder antara lain jumlah penduduk, luas wilayah, dan potensi keolahragaan. Adapun dua unit analisis berdasarkan gambar diatas yaitu, unit analisis area digunakan sebagai dasar pengumpulan data ruang terbuka dan SDM, sedangkan unit analisis individu digunakan sebagai dasar pengumpulan data partisipasi dan kebugaran.

Dalam menganalisis data peneliti melakukannya selama berada di lapangan, bahwa dalam penelitian kualitatif dimungkinkan melakukan analisis data pada waktu peneliti berada di lapangan atau setelah kembali dari lapangan. Sementara itu menurut Bungin (2010:64) “alur analisis yang dilakukan mengikuti model analisi interaktif. Analisis dalam penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap reduksi data, (3) tahap penyajian data. (4) tahap penarikan kesimpulan/verifikasi.

Gambar 3.3. komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif

Dalam gambar tersebut adanya kegiatan yang saling terkait dan merupakan rangkaian yang tidak berdiri sendiri. Penyajian data selain berasal dari hasil reduksi, perlu juga dilihat kembali dalam proses pengumpulan sata untuk memastikan bahwa tidak ada data penting yang tertinggal. Demikian pula dalam verifikasi ternyata ada kesimpulan yang masih meragukan dan belum disepakati kebenaran maknanya, maka kembali ke proses pengumpulan data. Tindakan memvalidasi data sangat penting dalam penarikan kesimpulan. Berikut penjelasan tiap-tiap analisis data tersebut:

Data collection Data reduction Data display Conclusions : drawing/verifyin g

(16)

1. Tahap pengumpulan data

Data dikumpulkan diawali dengan melakukan pengamatan ditempat penelitian. Selanjutnya dilakukan wawancara dengan informan. Sebagai tambahannya, peneliti mengambil data dokumentasi yang sesuai dengan objek penelitian.

2. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dari data yang begitu banyak dan kompleks serta masih campur aduk, maka perlu dilakukan reduksi data. Data yang direduksi adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara di rangkum, dipilih, hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal-hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan ganbaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

3. Penyajian data

Setelah data direduksi kemudian disajikan baik secara naratif atau bentuk matrik, tabel dan lain-lain yang fungsinya menjelaskan, meringkas, menyederhanakan data yang kompleks agar data menjadi mudah dipahami oleh pembaca, sehingga dapat dicerna dengan jelas apa yang sedang terjadi, selanjutnya baru dilakuakan langkah analisis.

4. Penarikan kesimpulan

Langkah ini dilakukan setelah penyajian data sesuai dengan tema masing-masing dengan menarik kesimpulan dan verifikasi yang tidak terlepas dari data yang dianalisis.

Maka sesuai dengan pernyataan diatas proses analisis yang pertama adalah mereduksi data dari keempat indikator yaitu :

1. Ruang terbuka, peneliti akan memfokuskan pada prasarana olahraga seperti stadion standar untuk sepakbola dan nomor-nomor atletik, gedung olahraga, kolam renang, lapangan-lapangan olahraga futsal, voli, takraw, tennis, badminton, basket, baik indoor maupun outdoor, sirkuit, dan jalur jogging.

Ketika ingin menghitung indeks ruang terbuka, maka yang pertama dilakukan adalah menghitung rasio luas ruang terbuka olahraga dibagi dengan jumlah penduduk yang

(17)

berusia 7 tahun keatas untuk mendapatkan nilai aktual. Angka standar ruang terbuka adalah 3,5 per orang. Artinya nilai maksimum luas ruang terbuka adalah 3,5 dan nilai minimum adalah 0 . Setelah semua angka didapatkan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:

2. Sumber Daya Manusia, peneliti akan memfokuskan pada guru dan dosen pendidikan jasmani, pelatih, instruktur olahraga, dan wasit. Setelah jumlah SDM keolahragaan didapat selanjutnya menghitung indeksnya. Pertama mencari nilai aktual, yaitu nilai yang didapat dari hasil pembagian antara jumlah SDM keolahragaan dengan jumlah penduduk yang berusia diatas 7 tahun. Nilai maksimum SDM keolahragaan yang telah ditentukan dalam SDI adalah 2,08 dan nilai minumnya adalah 0,00. Setelah semua angka didapatkan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

3. Partisipasi, peneliti akan memfokuskan pemberian angket kepada sampel yang akan melaksanakan tes kebugaran jasmani. Nilai aktual partisipasi diukur berdasarkan rasio antara peserta tes yang melakukan aktifitas olahraga minimal 3 kali dalam seminggu dengan jumlah sampel yang diambil pada suatu daerah. Nilai maksimum partisipasi adalah 100 sesuai dengan yang ditetapkan dalam SDI, dan nilai minimumnya adalah 0. Setelah semua angka didapat kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :

4. Kebugaran Jasmani, peneliti akan memfokuskan pada 3 klasifikasi sampel yaitu anak-anak usia 7-12 tahun, remaja usia 13-17 tahun, dan dewasa 18-40 tahun. Untuk menghitung indeks kebugaran secara keseluruhan terlebih dahulu peneliti menghitung indeks kebugaran masing-masing klasifikasi usia. Nilai aktual kebugaran didapatkan

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑆𝐷𝑀 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

(18)

berdasarkan hasil tes MFT, dengan nilai maksimum sesuai SDI yaitu 40,5 dan nilai minimum 20,1. Setelah semua angka didapat selanjutnya indeks kebugaran dihitung menggunakan rumus :

Setelah semua nilai indeks kebugaran pada masing-masing usia di dapat, maka tahap selanjutnya adalah menghitung indeks kebugaran secara keseluruhan menggunakan rumus :

= − ( ) Setelah semua nilai indeks dari keempat indikator pembangunan olahraga didapatkan maka tahap selanjutnya adalah penghitungan indeks secara keseluruhan dengan menggunakan rumus :

SDI =

(Indeks Ruang terbuka)

+

(Indeks Partisipasi )

+

(Indeks SDM)

+

(Indeks Kebugaran)

Setelah semua indeks dijumlahkan dan mendapatkan nilai indeks secara keseluruhan maka tahap terakhir adalah menentukan kategori atau norma dari nilai indeks yang didapat untuk memberikan justifikasi. Norma SDI yang digunakan adalah:

Tabel 3.3: Norma SDI

Angka Indeks

Norma/Katagori

0,800-1,000

Tinggi

0,500-0,799

Menengah

0,000-0,499

Rendah

𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

(19)

Hasil dari data-data yang telah dihitung selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan diagram yang ditambah dengan penjelasan secara naratif agar lebih mudah dipahami sebagai data yang bersifat kuantitatif. Sedangkan data kualitatif yang berupa hasil wawancara dari berbagai narasumber akan disajikan dalam bentuk teks berupa rangkaian pertanyaan disertai dengan jawaban dari para narasumber. Tahap analisis data yang terakhir adalah penarikan kesimpulan serta verifikasinya. Penarikan kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti kemudian menjadi jelas. Kesimpulan yang dibuat dapat menjawab rumusan masalah yang diperkuat dengan berbagai data, sehingga dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan yang dipaparkan adalah hasil dari sajian data berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang saling menguatkan satu sama lain.

Gambar

Gambar 3.1 Skema Area Sampling  Sumber : Kristiyanto, A (2012: 45)
Gambar 3.2 Unit Analisis SDI  Sumber: Kristiyanto, A (2012: 45)
Gambar 3.3. komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
Tabel 3.3: Norma SDI

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa pada wilayah Supiori dengan mengeluarkan biaya pondasi maka terjadi peningkatan nilai persentasi efisiensi namun tidak

Pada menjalankan kuasa-kuasa yang diberi oleh seksyen 187B, Kanun Tanah Negara, notis adalah dengan ini diberi bahawa adalah dicadangkan untuk menggantikan dokumen

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa substitusi 92:8 lebih mendekati kualitas yoghurt yang diharapkan dari segi sifat organoleptiknya, yaitu rasa, warna dan

Maka, bila kita ingin mencapai komunikasi antar pribadi yang otentik, berarti kita harus menempatkan orang lain bukan sebagai objek, melainkan subjek dalam komunikasi

Sementara itu, tingkat inflasi Swiss pada bulan Juni 2013 sebesar -0,6% dimana mengalami peningkatan dibanding bulan Mei tahun 2013.. Sedangkan, bila dibandingkan dengan

Analisis kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data kualitatif dengan menggunakan alat bantu analisis data statistik baik yang

Meskipun ada kecenderungan bahwa siswa SMA masih belum memiliki ciri-ciri yang kuat sebagai manusia yang berkarakter karena masih dalam proses, akan tetapi siswa secara umum juga

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam