MODEL PENGUKURAN KINERJA LOGISTIK BENCANA PADA FASE
TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN
Rika Ampuh Hadiguna
1),Wina Elisya
1) 1Kampus Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas
Email: hadiguna@ft.unand.ac.id
Abstrak
Manajemen logistik yang baik membutuhkan mekanisme umpan balik. Hasil umpan balik ini dikenal dengan
kinerja. Pengukuran kinerja membutuhkan indikator-indikator kinerja yang dirumuskan berdasarkan aktivitas
logistik penanggulangan bencana. Setiap daerah akan berbeda indikator-indikatornya selain jenis bencana
yang terjadi. Makalah ini bertujuan memaparkan model pengukuran kinerja logistik untuk bencana gempa
bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan fase pemulihan.Tahapan studi yang telah dilakukan terdiri
dari analisis kebutuhan, pengumpulan data, perumusan indikator-indikator kinerja dan perancangan kerangka
kerja sistem informasi berbasis mobile applications. Metoda yang diterapkan adalah Integrated Performance
Measurement Sistem (IPMS). Hasil studi mengusulkan 19 indikator kinerja untuk logistik penanggulangan
bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan 18 indikator kinerja untuk logistik
penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase pemulihan. Kedua jenis indikator kinerja ini
memiliki hubungan.
Kata kunci: kinerja, logistik, bencana, tanggap darurat, pemulihan
Pendahuluan
Bencana alam yang terjadi antara tahun 1974 sampai 2003 telah terjadi 6.637 bencana alam
sebagaimana yang dipaparkan oleh Ergun dkk. (2009) telah memberikan dampak lebih dari 5,1
miliar orang dengan rincian sekitar 182 juta tunawisma, 2 juta orang meninggal, dan kerugian
dilaporkan sekitar USD138 juta di seluruh dunia. Holguin-Veras dkk. (2012) telah memberikan
informasi tentang kejadian gempa bumi di Port-au-Prince, meskipun kontroversi, banyak korban
tewas antara 100.000 dan 316.000 orang.Indonesia adalah salah satu dari negara-negara di Asia
yang memiliki dengan risiko tinggi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah
longsor dan erupsi gunung berapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada
13 jenis bencana yang terjadi pada tahun 2009 dengan gempa bumi sebagai peristiwa yang paling
umum. Bencana ini mempengaruhi 11.056.806 orang, menyebabkan 172.136 kematian, dan
perkiraan biaya Rp 11 miliar. Khusus di awal tahun 2014, BNPB juga melaporkan sebanyak 137
orang tewas dan 1,1 juta lainnya mengungsi akibat bencana yang terjadi di Indonesia.
Manajemen logistik bencana perlu penanganan khusus karena berbeda dengan logistik bisnis
karena faktor ketidakpastian yang tinggi Lee dkk (2009). Studi yang telah dilakukan oleh
Kusumastuti dkk. (2010) menunjukan bahwa praktek logistik bencana di Indonesia masih ada
kesenjangan antara harapan korban bencana dan waktu respon yang sebenarnya. Rossem dan
Krukkert (2010) berpendapat bahwa faktor penting dalam logistik bencana di Indonesia adalah
koordinasi antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan bantuan logistik. Sejalan dengan itu,
Gu (2011) berpendapat bahwa faktor pengaruh utama dalam logistik bencana adalah kebutuhan
demandpoints darurat, waktu tempuh pendistribusian dan ketersediaan kendaraan transportasi.
Hadiguna dan Wibowo (2012) berpendapat alokasi dana dan transportasi pendistribusian bantuan
menentukan tingkat efektivitas dibandingkan tingkat kerusakan akibat bencana pada fase tanggap
darurat.
Manajemen logistik yang baik membutuhkan mekanisme umpan balik. Hasil umpan balik ini
dikenal dengan kinerja. Setiap daerah akan berbeda indikator-indikatornya selain jenis bencana
yang terjadi. Makalah ini bertujuan memaparkan model pengukuran kinerja logistik untuk bencana
gempa bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan fase pemulihan.
Metodologi Penelitian
Tahapan studi yang telah dilakukan terdiri dari analisis kebutuhan, pengumpulan data,
perumusan indikator-indikator kinerja dan perancangan kerangka kerja sistem informasi berbasis
mobile applications. Analisis kebutuhan dilakukan melalui wawancara dan diskusi dengan Bidang
Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Sumatera Barat, Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
BPBD Provinsi Sumatera Barat, dan Staf Sekretariat Pusat kendali Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana Kota Padang. Tahapan kedua adalah mengumpulkan data level
organisasi logistik bencana gempa dan tsunami di kota Padang sertastakeholderdankebutuhannya.
Tahapan ketiga adalah perumusan indikator-indikator kinerja untuk kedua fase. Metoda yang
diterapkan adalahIntegrated Performance Measurement System (IPMS).
Tahap akhir dari studi adalah merancang kerangka kerja sistem informasi berbasis mobile
application sebagai produk nyata dari model pengukuran kinerja. Perancangan dilakukan dengan
menetapkan komponen-komponen yang dibutuhkan dan hubungan antar komponen. Rancangan
menetapkan pengguna utama sistem adalah BPBD Kota Padang. Batasan rancangan dalam studi ini
adalah konseptual.
Hasil dan Pembahasan
Perancangan indikator kinerja logistik penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di
Kota Padang dibagi menjadi dua bagian, yaitu fase tanggap darurat danfase pemulihan. Pemangku
kepentingan (stakeholder)pada fase tanggap darurat adalah (1) Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD); (2) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG); (3) Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja (Disosnaker); (4) Dinas Kesehatan; (5) Badan SAR Daerah; (6) PMI Cabang; dan (7)
Korban. Stakeholder pada fase pemulihanadalah (1) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD); (2) Dinas Pekerjaan Umum; (3) PT. PLN (Persero); (4) Dinas Perindustrian Perdagangan
Pertambangan dan Energi; (5) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo);
(6) Dinas Kesehatan; (7) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disosnaker); (8) Dinas Pendidikan; (9)
Kantor Wilayah Kementerian Agama; dan (10) Korban.
Tabel 1adalah kumpulan indikator kinerja untuk fase tanggap darurat. Dalam
penanggulangan bencana di Kota Padang yang menjadi pesaing BPBD Kota Padang adalah
Lembaga Usaha dan Lembaga internasional yang memiliki tujuan sama yaitu memberikan bantuan
dengan cepat terhadap korban seperti Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Mercy Corps,
Australian Aid, dan Republique Francaise. Tabel 2 adalah kumpulan indikator kinerja fase
pemulihan. Penanggulangan bencana fase rehabilitasi dan rekontruksi yang menjadi pesaing BPBD
adalah Lembaga Usaha dan Lembaga internasional yang memiliki tujuan sama yaitu memulihkan
keadaan pasca bencana dengan melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi. Lembaga usaha
dan Lembaga Internasional tersebut seperti Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Kota Padang,
Mercy Corps, Australian Aid, Republique Francaise, UNICEF, UNESCO dan UN-OCHA.
Tabel 1 Indikator-indikatorkinerja fase tanggap darurat
Stakeholder Obyektif Indikator Kinerja Formulasi
BPBD Kota Padang
Menjamin kebutuhan setiap sektor/in-stansi terpenuhi demi tercapainya pe-nanggulangan yang efektif dan efisien
Kesesuian kebutuhan se-tiap sektor/instansi saat penerimaan
{(Banyak barang yang sesuai dengan se-tiap sektor/instansi)/(total barang yang di-terima)} x 100%
Menjamin kebutuhan korban terpenuhi sesuai dengan jumlah data dan infor-masi yang didapat
Keakuratan data dan in-formasi mengenai ke-butuhan korban
(perbedaan kuantitas data dan informasi fisik dengan sistem/total data dan infor-masi) x 100%
Kebutuhan korban yang terpenuhi sesuai data dan informasi yang diterima
(banyak kebutuhan korban yang terpe-nuhi/banyak kebutuhan korban sesuai data dan informasi) x 100%
Aliran dana penanggulangan bencana berjalan lancar tanpa terkendala oleh waktu
Dana yang dikeluarkan sesuai kebutuhan
(jumlah dana yang dikeluarkan/jumlah dana yang dibutuhkan) x 100% Dna yang dikeluarkan
tepat waktu
(jumlah dana yang dikeluarkan tepat waktu/jumlah dana yang dikeluarkan) x 100%
BMKG
Membantu komando tanggap darurat untuk menetapkan penanggulangan yang akan dilakukan
Penanggulangan yang se-suai dengan data dan in-formasi
(banyak penanggulangan yang terlaksana sesuai data dan informasi/banyak penanggulangan yang direncanakan berdasarkan data dan informasi) x 100% Program penanggulangan
yang terlaksana
(banyak penanggulangan yang terlak-sana/banyak penanggulangan yang direncanakan) x 100%
Dinas Sosial
Memaksimalkan pendistribusian ban-tuan darurat, sandang dan peralatan evakuasi dengan baik, cepat dan tepat
Banyak bantuan darurat, sandang dan peralatan evakuasi yang tersedia
Banyak bantuan darurat, sandang dan pe-ralatan evakuasi di gudang- banyak ke-butuhan terhadap bantuan darurat, san-dang dan peralatan evakuasi
Jumlah kebutuhan barang yang terdistribusi tepat waktu
(jumlah kebutuhan yang di distribusikan tepat waktu/ total kebutuhan yang ter-penuhi) x 100 %
Jumlah bantuan yang ter-distribusi sesuai dengan kebutuhan
(jumlah bantuan yang terdistribusi/jumlah bantuan yang dibutuhkan) x 100%
Menjamin kebutuhan dasar terhadap kaum rentan terpenuhi dengan baik, cepat dan tepat
Jumlah kaum rentan yang
menjadi korban jumlah korban yang tidak tergolong rentan Kebutuhan kaum rentan
yang terdistribusi tepat waktu
(jumlah kebutuhan kaum rentan yang terdistribusi tepat waktu/ jumlah kebu-tuhan kaum rentan yang dibutuhkan) x 100%
Jumlah ketersediaan ke-butuhan dasar digudang
Jumlah kebutuhan yang tidak dasar yang tersedia digudang
Data dan informasi mengenai kebu-tuhan rehabilitasi terpenuhi untuk pe-nanganan kedepannya
Keakuratan data dan in-formasi mengenai ke-butuhan rehabilitasi
(perbedaan kuantitas data dan informasi fisik dengan sistem/total data dan infor-masi) x 100%
Dinas Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan berjalan dengan baik
Jumlah fasilitas pelayan-an kesehatpelayan-an ypelayan-ang ter-sedia
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang rusak
Ketersediaan sumber da-ya manusia dalam pe-layanan kesehatan
(banyak sumber daya manusia yang di-kerahkan/banyak sumber daya manusia yang dibutuhkan) x 100%
SAR
Korban dievakuasi secepat mungkin Jumlah korban yang akan
dievakuasi Jumlah korban yang belum dievakuasi
Tersedianya alat berat dan SDM dalam proses evakuasi
Jumlah alat berat dan SDM yang tersedia
(Total keseluruhan alat berat yang ter-sedia- jumlah alat berat yang tidak layak pakai) + (Total keseluruhan SDM yang tersedia - jumlah SDM yang kurang ter-latih)
PMI Fasilitas pelayanan kesehatan berjalan dengan baik
Jumlah fasilitas pelaya-nan kesehatan yang ter-sedia
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang rusak
Ketersediaan sumber da-ya manusia dalam pela-yanan kesehatan
(banyak sumber daya manusia yang di-kerahkan/banyak sumber daya manusia yang dibutuhkan) x 100%
Korban
Semua kebutuhan tanggap darurat terpenuhi dengan cepat, efektif dan efisien
Permintaan korban yang terpenuhi
(banyak permintaan korban yang ter-penuhi/total keseluruhan permintaan korban) x 100%
Tabel 2. Indikator-indikator kinerja fase pemulihan
Stakeholder Obyektif Indikator Kinerja Formulasi
BPBD Kota Padang
Mengetahui tingkat kerugian dan ker-usakan yang ditimbulkan oleh bencana
Kerugian akibat ke-rusakan yang ditim-bulkan bencana
(Banyak kerusakan fisik dan non fisik + jumlah kerugian materil dan non materil) Melakukan monitoring dan evaluasi
pe-nyelenggaraan rehabilitasi dan rekon-struksi
Realisasi rehabilitasi dan rekonstruksi
(Jumlah penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi yang terlaksana/jumlah pen-yelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi yang direncanakan) x 100%
Dinas Pekerjaan Umum
Perbaikan infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial berjalan secara efek-tif dan efisien
Infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang membutuhkan per-baikan
(Jumlah infrasturktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang rusak/total keselu-ruhan infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial) x 100 %
Infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang telah mendapatkan perbaikan
(Jumlah infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang telah diperbaiki/ jumlah infrastruktur, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang membutuhkan per-baikan) x 100%
PLN dan ESDM Dinas Komunikasi
Dinas Kesehatan
Fasilitas pelayanan masyarakat kembali ke kondisi normal
Rata-rata fasilitas pela-yanan masyarakat yang mengalami kerusakan
Jumlah fasilitas pelayanan masyarakat yang mengalami kerusakan/total ke-seluruhan fasilitas pelayanan masyarakat Fasilitas pelayanan
ma-syarakat yang telah men-dapatkan perbaikan
(Jumlah fasilitas pelayanan masyarakat yang telah diperbaiki/jumlah fasilitas pe-layanan masyarakat yang membutuhkan perbaikan) x 100%
Korban mendapatkan perawatan lan-jutan sesuai dengan kebutuhan
Jumlah korban yang per-lu mendapatkan pera-watan lanjutan
Jumlah korban yang perlu mendapatkan perawatan lanjutan
Fasilitas pelayanan ke-sehatan yang melayani sistem rujukan
(Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani sistem rujukan/jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia) x 100%
Fasilitas pelayanan ke-sehatan yang telah me-menuhi kebutuhan kor-ban
(Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang telah memenuhi kebutuhan korban/jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia) x 100%
Dinas Sosial
Korban dapat melanjutkan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan psikologis ke kondisi normal
Rata-rata korban yang mebutuhkan bantuan so-sial, budaya, ekonomi dan psikologis
Jumlah korban yang butuh bantuan sosial, budaya. Ekonomi dan psikologis/total keseluruhan korban
Kebutuhan sosial, bu-daya, ekonomi dan psi-kologis yang terpenuhi
(Jumlah kebutuhan sosial, budaya, eko-nomi, dan psikologis yang terpe-nuhi/jumlah kebutuhan sosial, budaya, ekonomi, dan psikologis yang di-butuhkan) x 100%
Rata-rata sumber daya yang tersedia untuk membantu mengem-balikan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan psikologis
Jumlah sumber daya yang mampu mem-bantu mengembalikan kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan psikologis/total keseluruhan sumber daya yang tersedia
Dinas Pendidikan Korban dapat melanjutkan pendidikan yang layak seperti kondisi normal
Fasilitas pendidikan yang telah kembali ke kondisi normal
(Jumlah fasilitas pendidikan yang telah kembali ke kondisi normal/jumlah fasi-litas pendidikan yang membutuhkan perbaikan) x 100%
Korban yang telah men-dapatkan pendidikan yang layak
(Jumlah korban yang telah mendapatkan pendidikan yang layak/jumlah korban yang membutuhkan pendidikan) x 100%
Departemen Agama
Korban dapat melanjutkan kegiatan agama dengan fasilitas peribadatan yang layak
Fasilitas peribatan yang telah mendapatkan per-baikan
(Jumlah fasilitas peribadatan yang telah di perbaiki/jumlah fasilitas peribadatan yang membutuhkan perbaikan) x 100% Rata-rata korban yang
ikut berperan serta dalam kegiatan penanggulang-an rehabilitasi dpenanggulang-an re-konstruksi
Jumlah korban yang ikut berperan serta dalam kegiatan penanggulangan reha-bilitasi dan rekonstruksi/jumlah korban secara keseluruhan
Korban
Korban ikut berperan serta dalam ke-giatan penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi
Korban yang mem-butuhkan penang-gulangan rehabilitasi dan rekonstruksi
(Jumlah korban yang butuh penang-gulangan rehabilitasi dan rekon-struksi/total keseluruhan korban) x 100 %
Mendapatkan penanggulangan reha-bilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan kebutuhan
Kebutuhan korban yang telah terpenuhi
(Jumlah kebutuhan korban yang telah ter-penuhi/total kebutuhan korban) x 100%