• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 1. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Laboratorium IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 1. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Laboratorium IPA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Visi, Misi dan Tujuan Pengelolaan Laboratorium IPA

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa komponen yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu belum adanya visi, misi dan tujuan pengelolaan laboratorium IPA. Sebagaimana Mulyana ( 2006:176) mengemukakan bahwa visi adalah representasi dari apa yang diyakini sebagai bentuk organisasi dimasa depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan stakeholder lainnya.

Setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah, koordinator laboratorium dan guru IPA menyadari bahwa laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu belum memiliki visi, misi dan tujuan pengelolaan mereka menyadari bahwa visi, misi dan tujuan berguna untuk kualitas pengelolaan laboratorium.

Berikut petikan wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 10 Kota Bengkulu tentang apakah laboratorium fisika SMA Negeri 10 Kota Bengkulu sudah mempunyai visi dan misi:

“ IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu belum mempunyai visi dan misi, seharusnya yang merumuskan visi dan misi itu sendiri adalah guru bidang Studi IPA.”

(2)

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah kurang membangun koordinasi dengan koordinator laboratorium dan dengan guru-guru IPA dalam merumuskan visi, misi dan tujuan. Kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada koordinator laboratorium untuk mengembangkan laboratorium, sementara itu visi, misi dan tujuan yang merupakan dasar atau pedoman untuk meningkatkan kualitas laboratorium ke depan belum dirumuskan. Peneliti juga menggunakan angket untuk mendapatkan jawaban yang pasti dan setelah responden menjawab angket tersebut maka persentase jawaban responden terhadap efektifitas visi, misi dan tujuan laboratorium IPA, kurang dari lima puluh persen, artinya kurang baik.

2. Program Kerja Laboratorium IPA

Fungsi utama dalam pengelolaan laboratorium IPA adalah adanya perencanaan program kerja yang biasanya disusun pada awal tahun pelajaran. Program kegiatan ini meliputi penentuan program tahunan dan program semester, tujuan yang hendak dicapai, pembuatan jadwal pemakai laboratorium oleh guru kelas, jadwal pengadaan peralatan laboratorium yang dibutuhkan, serta inventaris ulang alat dan barang pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

Perencanaan sebuah kegiatan sangat ditentukan oleh visi yang telah ditentukan pada awal penyelenggaraan suatu lembaga atau organisasi, karena dengan visi maka dapat mencerminkan yang akan dicapai pada laboratorium IPA, serta akan memberikan arah yang akan diprogramkan. Agar cita-cita

(3)

tersebut dapat terealisasi maka perlu disusun rencana yang matang, sistematis terencana dan menyeluruh yang menggambarkan visi, misi, dan tujuan serta program yang akan dilaksanakan laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu. Berdasarkan penjelasan tersebut maka perencanaan merupakan pemilihan dari sejumlah alternative tentang penetapan prosedur pencapaian, serta pemikiran sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan.

Berikut petikan wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 10 Kota Bengkulu tentang program kerja laboratorium IPA :

“Tujuan laboratorium IPA belum ada tetapi program kerjanya sudah ada yaitu penataan dan pengadministrasian alat dan bahan laboratorium IPA adapun program tersebut dirumuskan oleh koordinator laboratorium pada awal tahun pelajaran”.

Dari hasil wawancara ini dapat dilihat bahwa program kerja laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu mengacu pada program yang dibuat oleh koordinator laboratorium pada awal tahun pelajaran. Hal ini dipertegas dengan Ibu Yeni nuraini, selaku koordinator laboratorium IPA pada petikan wawancara berikut :

“Saya bersama guru-guru yang menyusun program kerja sesuai dengan kebutuhan laboratorium.”

Selanjutnya peneliti menanyakan kepada kepala sekolah : Bagaimanakah cara mensosialisasikan program kerja kepada pengelola laboratorium.

“Setelah merumuskan perencanaan mengadakan pertemuan kepada para guru kelas dalam rangka menindak lanjuti program kerja tersebut.”

(4)

Mensosialisasikan program kerja kepada pengelola demi tercapainya tujuan perencanaan itu sendiri, karena dengan adanya sosialisasi antara kepala sekolah dengan pengelola laboratorium IPA maka kegiatan pengelolaan laboratorium IPA akan berjalan dengan baik. Tetapi hal ini tidak akan bisa berjalan dengan baik jika tidak adanya sinkronisasi antara program kerja dengan kebutuhan laboratorium. Oleh karena itu penulis mempertanyakan hal tersebut kepada koordinator laboratorium :Apakah sinkron antara program kerja laboratorium dengan kebutuhan laboratorium. Dan dijawab oleh yeni nuraini sebagai berikut :

“Ada kesinkronan antara program kerja yang dijalankan oleh pihak pengelola sekolah.”

Untuk memperjelas hasil wawancara diatas, peneliti juga mempertanyakan hal tersebut kepada kepala sekolah, yang berguna untuk mengecek kebenaran hasil wawancara dengan koordinator laboratorium :

“Menurut kepala sekolah bahwa jawaban koordinator laboratorium tersebut sudah benar, keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari dukungan semua pihak.”

Memulai suatu perencanaan program kerja tentu memerlukan pembagian tugas dan wewenang, oleh karena itu harus ada struktur pengurus laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu. Penentuan struktur organisasi laboratorium IPA dilakukan oleh kepala sekolah dengan mengeluarkan SK tugas, sebelum struktur organisasi disusun, terlebih dahulu diadakan jejak pendapat terhadap semua guru sebagai bahan masukkan serta dengan mempertimbangkan kinerjanya. Orang-orang yang terlibat langsung

(5)

dalam organisasi laboratorium IPA adalah kepala sekolah, koordinator laboratorium dan guru-guru mata pelajaran IPA.

Hasil penelitian mengenai perencanaan program kerja memberikan gambaran bahwa : perencanaan program kerja laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu belum tersusun secara sistematis koordinasi dan kerja sama antara kepala sekolah dengan koordinator laboratorium dan antara koordinator laboratorium dengan guru IPA dalam menyusun program kerja baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang sudah berjalan tetapi belum baik.

Peneliti melakukan pengamatan ke ruang laboratorium IPA dan ternyata di dalam ruangan tersebut peneliti melihat adanya struktur organisasi laboratorium yang terpasang. Hal ini juga didukung dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa perencanaan program kerja laboratorium IPA sudah berjalan cukup baik

Dari hasil wawancara dan observasi dapat disimpulkan bahwa program kerja laboratorium IPA sudah berjalan cukup baik. Hal ini tergambar pengorganisasian laboratorium IPA sudah berjalan. Struktur organisasi sudah ada dicantumkan di ruang laboratorium IPA. Sistem pengadministrasiannya sudah berjalan, koordinator laboratorium sudah memiliki buku laporan mengenai inventarisasi alat-alat dan pelaporan yang dilaksanakan oleh koordinator tersebut dalam bentuk tulisan. Selain menggunakan metode wawancara, peneliti juga menggunakan angket untuk mendapatkan jawaban yang lebih pasti dan setelah responden menjawab angket efektifitas program

(6)

kerja laboratorium Fisika, enam puluh koma satu persen, artinya sudah cukup efektif.

3. Perencanaan Laboratorium IPA

Pengelolaan laboratorium IPA di perlukan perencanaan yang baik karena dengan perencanaan di harapkan hasil yang lebih optimal untuk meningkatkan pembelajaran khususnya pelajaran IPA. Maka dari itu dalam perencanaan ini perlu dilihat mulai dari sarana dan prasarana yang ada pada sekolah tersebut, kebutuhan alat-alatdan bahan dalam laboratorium sampai dengan pendanaanyang di gunakan untuk membiayai semua kebutuhan yang ada didalam laboratorium.

3.1 Sarana dan Prasarana Laboratorium IPA

Pembelajaran IPA terkait erat dengan dengan sarana dan prasarana yang menunjang optimalisasi pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Salah satu sarana dan prasarana yang diperlkan dalam pembelajaran IPA adalah ketersediaan fasilitas yang dapat membantu menmbuhkan kegiatan IPA, di antaranya adalah laboratorium IPA dan perlengkapannya.

Laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu memiliki 1 bangunan yang terdiri dari dua ruangan yaitu ruangan labolatorium biologi dengan ruangan laboratorium fisika. Keadaan sarana dan prasarana laboratorium belum lengkap dan ada beberapa yang belum berfungsi. Salah satu diantaranya alat-alat dan bahan untuk praktek belum cukup tersedia bahkan terkesan kurang lengkap.

(7)

Seperti hasil kutipan wawancara peneliti dengan kepala sekolah, coordinator laboratorium dan pengelola laboratorium, secara umum diketahui bahwa bangunan / ruang laboratorium sekolah sudah memenuhi standar yang ditentukan.

Hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata bahwa sarana dan prasarana yang ada dilaboratorium masih banyak perlu penambahan dan dilengkapi karena yang terlihat ada sebagian alat dan bahan yang tidak memenuhi kebutuhan untuk praktikum.

3.2 Ruangan Laboratorium Biologi, fisika dan Kimia

Ruangan laboratorium biologi bersebelahan dengan ruangan lapboratorium fisika. Dimana masing –masing tempat tersebut digunakan untuk menyimpan alat-alat dan bahan untuk praktikum biologi dan fisika.

Seperti hasil kutipan wawancara peneliti dengan kepala sekolah, coordinator laboratorium, pengelola laboratorium dan guru mata pelajaran secara umum diketahui bahwa laboratorium sekolah SMAN 10 Kota Bengkulu sudah memenuhi standar yang ditetapkan hanya saja ada beberapa sarana dan prasarana yang belum mendukung.

Hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata bahwa laboratorium SMA N 10 Kota Bengkulu mempunya bangunan yang berukuran 15 x 8 m. lebar ruangan untuk biologi 3,89 dan lebar ruanga untuk fisika 3,83 m. di dalam ruangan tersebut terdapat meja praktikum panjang sebanyak 8 buah dengan ukuran tinggi meja 86 cm dan lebar meja 1,40m, meja guru 1 buah, kursi siswa berupa kursi plastik sebanyak 40 buah dengan tinggi kursi 54

(8)

cm. lemari dalam ruanangn biologi 2 buah dan lemari ruangan fisika 1 buah, stop kontak untuk listrik 8 buah, serta tempat cuci piring ada 6 buah.

Fasilitas lain yang dimiliki diantaranya alat-alat kebersihan ruangan lengkap, sirkulasi udara dalam ruangan sangat baik, 1 buah kotak P3K. tetapi kendala yang dihadapi di laboratorium yaitu listrik yang belum ada, kran air tempat mencuci alat –alat yang sudah dipakai belum dapat digunakan, tabung pemadam kebakaran yang belum ada tetapi diganti dengan pasir yang dimasukan dalam karung.

Alat-alat dan bahan untuk praktikum sudah terseusun rapih dan dikelompokan menurut jenis zat dan bahan pada lemari penyimpanan masing-masing. Tetapi penempatan alat-alat didalam lemari masih ada yang terlihat tidak pada tempatnya dikarenakan sedikitnya lemari penyimpanan untuk menyimpan alat-alat tersebut. Kemudian banyaknya alat dan bahan tidak lagi dilengkapi dengan label nama alat-alat dan bahan. Sementara itu ada beberapa bahan yang akan di gunakan untuk praktikum di laboratorium tidak ada ata habis terpakai.

Laboratorium di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu hanya mempunyai satu ruang yang di gunakan untuk kegiatan praktek tiga mata pelajaran yaitu fisika, Kimia dan biologi. Walaupun satu ruangan tetapi ruangan penyimpanan alat dan bahan untuk fisika dan ruangan penyimpanan alat-alat dan bahan biologi sudah terpisah. Ruang laboratorium ini kalu dilihat dari fisik bangunan sudah memenuhi standar tapi masih perlu banyak penambahan untuk fasilitas yaitu saluran air harus cepat di masukkan untuk

(9)

tempat mencuci bekas alat-alat praktek yang sudah di gunakan, serta jaringan listrik harus segera cepat di pasang. Ruang laboratorium terdiri dari dua ruangan yaitu ruangan praktek, dan ruang tempat penyimpanan alat. Ruang tempat penyimpanan alat di letakkan dalam masing-masing ruangan yaitu dalam ruangan fisika, ruangan biologi dan ruangan Kimia, dan setiap alat-alat tersebut sudah di kelompokan menurut kelompoknya dan jenisnya masing-masing. Di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu. Ruang laboratorium rawat dengan baik dan bersih sehingga ruanngan dalam kondisi yang betul-betul nyaman untuk siswa melakukan praktikum. Kebersihan ruangan dilakukan oleh siswa secara bergantian setelah melaksanakan kegiatan praktikum. Dalam melakukan keberesihan rauangan guru mata pelajaran membuat jadwal piket sehingga siswa mengetahui tugasnya masing – masing.

Dari fasilitas ruang yang ada di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu ternyata sudah memenuhi standar, sementara untuk perlengkapan laboratorium masih banyak yang harus dibenahi teruatama fasilitas pendukung dalam pembelajaran IPA pada umumnya.

3.3 Kebutuhan Alat –alat dan Bahan Laboratorium IPA

Kebutuhan alat – alat dan bahan yang ada di laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu belum memenuhi sepenuhnya tercukupi. Terlihat dari hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu sebagian sudah di kelola dengan baik hal ini terlihat dari data inventaris yang sudah tersusun sudah tersusun berdasarkan

(10)

jenis alat – alat dan bahan yang di simpan. Sehingga penyimpanan alat dan bahan tidak tercampur dan tidak menyulitkan bagi guru jika ingin mencari alat – alat dan bahan yang akan digunakan.

Selanjutnya jika di lihat dari daftar alat dan bahan yang ada di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu dan jika di bandingkan dengan kebutuhan praktek maka masih ada beberapa bahan yang tidak tersedia karena habis terpakai serta beberapa alat – alat untuk praktikum yang belum lengkap.

Berkenaan dengan hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran. Ternyata alat dan bahan yang tersedia didalam laboratorium kadangkala ada beberapa bahan pada saat akan digunakan habis sementara untuk pengajuan pembelian bahan tersebut terbentur dengan dengan dana yang akan dikeluarkan oleh pihak sekolah untuk alat – alat praktikum sebagian sudah tersedia lengkap sehingga sebagai guru di tuntut senantiasa ntuk mengatasi masalah tersebut. Untuk alat – alat dan bahan yang habis di pakai ternyata guru mata pelajaran mengatasinya dengan cara yaitu apabila memungkinkan menugaskan kepada siswa untuk membawa alat – alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.

Untuk mengatasi kekurangan alat dan dan bahan tersebut guru mengajukan kepada pihak sekolah bahan – bahan apa saja yang di gunakan sehingga dari sekolah dan tersebut dimasukan dalam rencana anggaran belanja untuk pembelian alat dan bahan yang di perlukan. Tetapi kadangkala pemesanan alat dan bahan itu tidak cepat di datangkan karena terbentur dengan biaya, dan juga pada saat akan membeli di took yang menjualkan

(11)

alat – alat dan bahan tersebut tidak tersedia, sehingga ini menjadi kendala didalam pengadaan alat dan bahan dalam laboratorium. Meskipun demikian usaha –usaha tetap dilakukan pihak sekolah untuk memenuhi alat dan bahan tersebut antara lain melalui Dinas Pendidikan Nasional.

Hasil dokumentasi tentang alat dan bahan biologi yang ada di laboratorium SMA Negeri 10 Kota Bengkulu di peroleh data sebagai berikut: 1) Alat – alat gelas meliputi: batang mengaduk, corong, funil thistle, gelas piala 80 ml, hydrometer, labu erlemeyer, labu reaksi bensen, pipa kapiler, pipa kapiler panjang, pipet tetes panjang, pipet tetes pendek, thermometer glastub, termometer tanah, slide 4 unit, kaca penutup satu bungkus, micrutum tangan, insecting set of, alat bedah, cove glass, catrol magiflay glass, botol dropping, glass bakteri kecil, glass bakteri panjang, botol besar, botol biasa dan pipa. Pada pengelompokan bahan gelas ini menurut Depdiknas (2005:48) mempunyai karakteristik khsus misalnya tahan panas yang di tandai dengan pyrex, tanda dagang (trade mark), 2) bahan – bahan cair meliputi : biuret, COH, eorosin alcohol, solube (C2OH8O5Br), fehling A, larutan CuSO4 ml, yodium tincture 2 %, alcohol, spritus, 3) alat – alat peraga tumbuhan biologi meliputi : slaid tumbuhan dan hewan, slaid biologi, slaid jenis bakteri, slaid pada darah, slaid sejara manusia, satu kotak prepared mikrosloid, kotak genetika 5 set, strage case plastic preparat, Pd Kat BMK 7 gram, 4) mikroskop meliputi : kit for maintaining mikroskop, mikroskop besar biasa, mikroskop cahaya, 5) alat

(12)

alat penunjang lainnya meliputi : insecting/jala serangga, OHP, kunci/alat – alat.

Alat–alat biologi selain yang terdapat diatas juga terdapat carta, sebagian di letakkan dalam lemari dan beberapa bah di gantung di dinding ruangan laboratorium, kemudian ada insectariums 2 buah, herbarium 1 buah. Buku LKS cukup lengkap ada yang di susun sendiri oleh guru mata pelajaran dan ada juga yang dikeluarkan oleh beberapa penerbit.

Hasil dokumentasi tentang alat – alat dan bahan fisika yang ada di laboratorium IPA SMA Negeri 10 Kota Bengkulu di peroleh data sebagai berikut: 1) bahan – bahan cair meliputi : alcohol, seperangkat larutan, 2) alat – lat peraga meliputi : alat optic, timbangan masa, hydrostatistik, perangkat alat peraga fisika layar OHP.

Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.3. Dana Laboratorium Sekolah

Untuk mengetahui pembiayaan laboratorium sekolah di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu maka peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah. Ternyata hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah secara umum di ketahui dalam pengolaan laboratorium memerlukan dana yang cukup besar. Dana yang cukup besar tadi di gunakan untuk membeli bermacam–macam keperluan alat–alat serta bahan yang akan di gunakan untuk praktikum. Misalnya untuk membeli bahan dan alat yang kurang sehingga pelaksanaan praktikum dapt berjalan dengan lancar.

(13)

Sumber dananya biasanya dimasukkan dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS), dan yang lebih khusus lagi dari pemerintah daerah dalam hal ini dari Dinas Pendidikan Nasional.

Hasil observasi yang peneliti lakukan, dana pengelolaan laboratorium SMA Negeri 10 Kota Bengkulu. Hal ini terlihat pada saat guru IPA akan melakukan praktikum banyak sekali bahan – bahan yang kurang sehingga membuat guru tersebut malas untuk melakukan praktikum, tetapi setelah diamati untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan tugas kepada siswa untuk membawa bahan – bahan yang akan digunakan dalam praktikum apabila memungkinkan dan kalaupun tidak bisa juga guru tersebut melakukan demonstrasi kepada siswa sesuai dengan materi yang di ajarkan.

Dana untuk pengolalaan laboratorium masuk dalam anggaran RAPBS sekolah yang di selenggarakan setiap awal tahun pelajaran terutama anggaran di dalam pengadaan alat dan bahan praktikum. Dalam anggaran yang sudah di masukan kadangkala tidak di penuhi oleh pihak sekolah sehingga pembelian bahan dana alat yang akan dipakai tidak terpenuhi. Sebenarnnya kalau dilihat dari dana untuk pengadaan alat dan bahan tersebut bisa dari : 1) iuran siswa, 2) sumbangan dari orang tua siswa / komite sekolah, 3) sumbangan dari pemerintah, 4) biaya dari yayasan untuk sekolah swasta, 5) sumbangan dari masyarakat yang berpotensial untuk membantu bidang pendidikan, dan lain – lain.

(14)

Sekolah SMA Negeri 10 Kota Bengkulu setelah dilakukan observasi ternyata hanya mengandalkan bantuan/sumbangan dari pemerintah sementara untuk sumbangan lainnya belum bisa diandalkan karena rata-rata siswa yang bersekolah di tempat itu memiliki latar belakang kehidupan menengah kebawa sehingga untuk meminta sumbangan atau iuran kepada orang tua siswa tidak memungkinkan. Jalan salah satunya hanya dengan meminta bantuan dari pemerintah dalam hal ini Departmenen Pendidikan Nasional. Hasil observasi yang peniliti lakukan ternyata dana yang ada di sekolah untuk mengelola laboratorium ini betul-betul tidak mencukupi, ini terlihat dari banyaknya bahan yang akan digunakan habis terpakai. Guru mata pelajaran serta pengelola laboratorium seringkali mengajukan pembelian bahan-bahan praktikum kepada pihak sekolah, tetapi dari pihak sekolah selalu mengatakan dana untuk membeli alat-alat dan bahan tidak tersedia

4. Implementasi Perencanaan Laboratorium IPA Program Kerja Laboratorium

Dalam implementasi perencanaan laboratorium IPA dilaksanakan setelah semua perencanaan yang di susun berjalan dengan baik, kemudian baru menerapkan perencanaan laboratorium dilihat dari pelaksanaan kerja laboratorium, program kerja serta pengorganisasian yang ada dalam laboratorium.

(15)

4.1 Program Kerja Laboratorium

Untuk program kerja di ketahui dari hasil wawancara peneliti dengan pengelola laboratorium serta coordinator laboratorium. Ternyata perencanaan program kerja laboratorium melibatkan guru bidang studi IPA, koordinator laboratorium serta pengelola laboratorium.

Hasil observasi yang peneliti lakukan di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu ternyata program kerja yang ada di laboratorium melibatkan seluruh elemen yang ada terutama guru mata pelajaran, coordinator laboratorium serta pengelola laboratorium.

Penyusunan program kerja yang ada meliputi jadwal penggunaan laboratorium, program tahunan, dan program semester. Pada program semester di susun jadwal penggunaan laboratorium selama sati semester untuk itu tiap – tiap mata pelajaran IPA (fisika, kimia dan biologi). Dalam program tahunan hjuga dimuat jadwal pemakaian laboratorium, serta tata tertib didalam laboratorium.

Hasil dokumentasi diketahui tata tertib laboratorium SMA Negeri 10 Kota Bengkulu adalah:

1. Gunakan pakaian (jas) laboratorium bila bekerja di dalam laboratorium 2. Jangan membuat dan mengerjakan hal – hal yang tidak seharusnya

dikerjakan di laboratorium.

3. Tidak diperkenankan merokok, makan dan minum dalam ruangan laboratorium

(16)

4. Bekerjalah secara individual ata dalam kelompok lainnya 5. Lakukanlah kegiatan menurut petunjuk yang telah di berikan

6. Mintalah petunjuk segera kepada pembimbing apabila ada kesulitan 7. Periksalah dengan teliti semua alat dan bahan sebelum digunakan 8. Memecahkan alat, kesalahan menggunakan alat harus segera

dilaporkan kepada pembimbing.

9. Kecelakaan apapun yang terjadi , supaya segera dilaporkan kepada pembimbing

10. Bersihkan alat – alat yang telah selesai digunakan

11. Kembalikanlah alat – alat yang telah selesai di gunakan ketempat semula.

Hasil observasi dan dokumentasi yang peneliti lakukan untuk jadwal penggunaan laboratorium dibuat semerata mungkin hanya dalam penjadwalan masih ada terjadi benturan anatar kelas yang satu dengan kelas yang lain yang akan menggunakan laboratorium. Dari jadwal tersebut terlihat bahwa pelajaran fisika, kimia dan biologi debebani jam mengajar 2 jam pelajaran setiap kelas dan setiap minggunya. Setiap hari jam belajar untuk siswa 6 sampai dengan 7 jam pelajaran. Walaupun jadwal sudah dibuat dengan sebaik – baiknya mungkin tetapi masih ada kelas yang berbenturan dengan kelas lain pada saat akan menggunakan laboratorium.

Disini tampak pada hari senin jam 3 – 4 kelas X D berbenturan dengan kelas XI , jam 5-6 kelas XI dengan XII , hari selasa jam 3-4 kelas

(17)

X A dengan XI , jam 5-6 hari rabu jam 3-4 X B dengan XI E, jam 5-6 kelas XI dengan XII , hari kamis jam 1-2 kelas X dengan XI , jam 3-4 kelas XI dengan XII , jam 5-6 kelas X B dengan XI , untuk hari jumat jumlah jam hanya empat jam pelajaran dan hari sabtu penggunaan laboratorium tidak terjadi benturan. Data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman.

Hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa kegiatan praktikum di rancang sendiri oleh guru mata pelajaran sesuai dengan metode pengajaran yang tertuang dalam Rencana Program Pengajaran yang di susun pada awal tahun pelajaran. Kegiatan praktikum di rancang mulai dari bahan dan alat yang di butuhkan, langkah – langkah percobaan serta waktu yang digunakan dalam praktikum.

4.2 Pengorganisasian Laboratorium IPA

Pada tingkat SMA, mata pelajaran IPA terdiri dari mata pelajaran fisika, kimia dan biologi. Di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu tidak ada tenaga laboran khusus yang mengelola laboratorium IPA sementara yang ada guru – guru yang memiliki latar belakang pendidikan IPA selain mereka melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru, mereka juga sebagai pengelola laboratorium.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan wakil kurikulum SMA Negeri 10 Kota Bengkulu, bahwa pengelolaan laboratorium IPA secara otomatis di kelola oleh guru IPA, tgas tersebut tercantum dalam surat pembagian tugas guru setiap awal tahun pelajaran. Guru yang mendapatkan

(18)

tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium lebih mementingkan tugas pokoknya yaitu mengajar. Sedangkan untik pengelola laboratorium sebaiknya ada tenaga khusus yang mengelola laboratorium, sehingga diharapkan agar pengelolaan laboratorium dapat berjalan dengan baik.

Lebih lanjut berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata kesibukan guru dalam mengajar apalagi guru tersebut memiliki jam mengajar yang padat sehingga menyebabkan guru tersebut tidak mempunyai waktu dalam mengelola laboratorium. Dampak lainnya yang timbul akibat kurangnya tanggung jawab gur – guru yang di tugaskan untuk mengelola laboratorium IPA dan kurangnya keinginan guru untuk menjadikan laboratorium sebagai sarana praktek dalam kegiatan mengajar.

Hasil wawancara peneliti dengan pengelola laboratorium dan coordinator laboratorium SMA Negeri 10 Kota Bengkulu ternyata laboratorium sekolah sudah mempunyai struktur organisasi yang baik dan struktur yang di buat ditempelkan didalam dinding ruangan laboratorium. Selanjutnya yang membuat struktur organisasi tersebut adalah pengelola laboratorium bersama guru bidang studi IPA dan koordinator laboratorium.

Depdiknas(2005:15) menyatakan bahwa dalam struktur laboratorium hendaknya dibuat struktur pengelola laboratorium yang berada di sekolah. Penanggungjawabnya adalah kepala sekolah, oleh karena itu keapala sekolah hendknya mengetahui dan memahami pentingnya laboratorium IPA untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPA. Bentuk struktur organisasi laboratorium yang disarankan adalah kepala sekolah sebagai penanggung

(19)

jawab, wakil keapala sekolah bidang kurikulum / sarana, koordinator laboratorium / pengelola laboratorium, penanggung jawab teknis, laboran, serta guru mata pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumentasi di SMA Negeri Kota Bengkulu maka di peroleh gambaran tentang struktur organisasi laboratorium IPA sebagai berikut :

Dari struktur tersebut diatas terlihat adanya pola system kerja dalam pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 10 kota Bengkulu, tetapi system kerja tidak didukung oleh jumlah personil yang memadai, karena tidak tercantum dalam struktur organisasi seperti wakil kepala sekolah, penanggung jawab teknis akibatnya dalam pengelolaan laboratorium tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tugas dan fungsi masing – masing unsur pengelola laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Kepala sekolah Bihanudin S.Pd M.Pd merupakan penanggung jawab sekolah secara keseluruhan baik administrasi dan termasuk dalam pengelolaan laboratorium. Tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan laboratorium adalah : a) menunjuk koordinator laboratorium dan pengelola laboratorium ( laboran ) dan memberikan tugas sesuai dengan bidang tugasnya masing – masing secara optimal, b) menyediakan dana untuk keperluan laboratorium serta memberikan bimbingan kepada guru untuk lebih memberdayakan laboratoriu, c) mengawasi jalannya pelaksanaan program pengelolaan, pemanfaatan, dan pendayagunaan laboratorium.

(20)

2. Pengelola laboratorium dipercayakan kepada Bapak Deni Rohenda, S.Pd yang bertanggung jawab Dalam, a) menginvetariskan semua alat – alat yang ada di laboratorium, mempersiapkan peralatan dan bahan pratikum yang akan digunakan oleh siswa, b) menerima barang pembelian dari pemerintahan, merawat dan menjaga kebersihan alat pratikum, c) membuat usulan kebutuhan alat / bahan pratikum untuk diusulkan kepada koordinator, d) mencatat semua kegiatan yang telah dilaksanakan oleh siswa, e) membuat laporan hasil pelaksanaan tugas, f) mencatat barang – barang yang rusak bila ada dan dilaporkan kepada koordinator laboratorium atau langsung kepada kepala sekolah.

3. Koordinator laboratorium dipercayakan kepada Ibu Yeni Nuraini S.Pd yang bertanggung jawab dalam : a) mengkoordinator penyusunan jadwal penggunaan laboratorium, b) menyusun jadwal praktikum, c) menyusun rencana kerja laboratorium setiap semesteran / tahun, d) menyusun tata tertib penggunaan laboratorium, e) membuat rancangan pengembangan jangka pendek dan jangka panjang, f) menyusun dan melaksanakan pertemuan mingguan, bulanan, catur wulan dan tahunan yang dihadiri oleh kepala sekolah, kepala tata usaha, penanggung jawab laboratorium, guru – guru IPA, laboran dan teknisi alat IPA ( bagi sekolah yang memiliki), g) menyusun rencana program perawatan dan perbaikan bersama teknisi alat IPA, h) mengajukan usulan pengadaan alat / bahan praktik kepada kepala sekolah.

(21)

4. Penanggung jawab teknis laboratorium bertugas : a) bertanggung jawab dalam hal perbaikan kerusakan peralatan, b) menyusun tata letak penempatan alat dan bahan, c) mengawasi keluar masuk peralatan.

5. Guru IPA ( Fisiki , Kimia , Biologi ) bertugas melaksanakan dalam : a) membuat program pengajaran / rencana kegiatan belajar mengajar baik untuk mingguan, semesteran, tahunan, dan persatuan pelajaran yang didalamnya termasuk rencana tempat kegiatan belajar akan dilakukan, alat pelajaran / alat peraga dan alat praktek serta lembar kerja siswa yang akan digunakan, catatan tentang kemajuan hasil belajar masing – masing siswa, b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen. Dengan metode ini siswa terlibat secara keseluruhan, melatih siswa untuk merencanakan dan melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data dan mengendalikan variable serta memecahkan masalah yang dihadapi secara nyata. Dalam menggunakan metode eksperimen perlu diperhatikan antara lain : bentuk eksperimen yang dapat menumbuhkan keterampilan proses, pengaturan laboratorium, dan hal – hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja, c) melaksanakan penilaian hasil belajar, analisis hasil penilaian belajar, program perbaikan dan pengayaan. Perlu ditekankan di dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa, guru harus menyertakan hasil belajar secara kumulatif dari hasil penilaian tentang kemampuan / keterampilan siswa pada waktu melakukan pratikum ( proses dan hasil pemahaman konsep sebagai suatu hasil penalaran kognitif ), d) mengusulkan kebutuhan alat / bahan

(22)

praktiknya kepada penanggung jawab, e) memberikan informasi tentang penggunaan dan keselamatan alat kepada siswa.

Khusus di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu untuk memberikan semangat dan motivasi kepada pengelola laboratorium, maka sekolah memberikan insentif khusus dari kepada sekolah yang dianggarkan dari dana bantuan operasional sekolah. Besarnya insentif yang diberikan oleh sekolah tergantung dari dana yang tersedia.

4.2 Tenaga Pengelola Laboratorium

Hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah SMA N 10 Kota Bengkulu maka diperloleh keterangan bahwa :

1. Koordinator laboratorium disekolah tersebut berjumlah satu orang yaitu yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di SMA Kota Bengkulu. Selain mendapat tugas tambahan sebagai koordinator laboratorium juga mengajar Biologi kelas XII.

2. Pengelola laboratorium satu orang yaitu Deni Rohenda Pegawai Negeri Sipil (PNS. Selain mendapat tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium juga mengajar Kimia kelas XI sedangkan kualifikasi pendidikan pengelola laboratorium ini S1 jurusan kimia. Pada laboratorium SMA Kota Bengkulu hanya ada satu ruangan laboratorium IPA sebagai tempat pelaksanaan pratikum mata pelajaran Fisika,`kimia dan biologi.

(23)

4.3 Pelaksanaan Progam Kerja Laboratorium IPA

Setelah perencanaan di susun dengan baik langkah selanjutnya membuat perencanaan tersebut dilaksanakan sebaik mungkin sehingga mutu pembelajaraan siswa dengan menggunakan laboratorium sebagai sarana belajar dapat tercapai dengan hasil yang lebih optimal.

5.4.1 Proses Pengadaan Alat – alat dan Bahan Laboratorium IPA

Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pratikum maka memerlukan alat – alat dan bahan laboratorium yang di perlukan. Alat-alat dan bahan pratikum harus tersedia dengan cukup dan memadai sehingga dapat menunjang kegiatan di dalam pratikum. Untuk memenuhi keperluan alat-alat dan bahan pratikum maka proses pengadaan alat dan bahan mutlak harus dilakukan disekolah.

Melalui wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah SMAN 10 Kota Bengkulu, pengelola laboratorium dan koordinator ternyata proses pengadaan alat dan bahan pada laboratorium sekolah ini di usulkan oleh koordinator laboratorium yang bekerja sama dengan pengelola laboratorium ke pihak sekolah kemudian dari pihak sekolah mengajukan proposal ke pemerintah melalui dinas pendidikan Kota Bengkulu atau dinas pendidikan provinsi BengkuluHasil observasi di dapat bahwa proses pengadaan alat dan bahan pratikum oleh sekolah di lakukan setelah koordinator bersama laboran melakukan pengecekan terhadap daftar alat dan bahan yang akan di ajukan apakah memang sudah habis / masih mencukupi.

(24)

Setelah pengecekan selesai baru di ajukan kepada pihak sekolah yaitu melalui wakil kepala sekolah bagian sarana dan pemasaran. Setelah di setujui maka pihak sekolah melalui bendaharawan sekolah akan membelikan alat dan bahan tersebut tetapi kalau bendaharawan tersebut tidak sempat membelikan maka dananya langsung di serahkan oleh laboran atau pengelola laboratorium untuk membelikan alat dan bahan yang di butuhkan di tempat penjualan yang menjual berbagai macam peralatan laboratorium. Tetapi kalau alat dan bahan yang di butuhkan tersebut tidak ada maka terlebih dahulu harus di pesan apabila penggunaannya masih cukup untuk di pakai.

Proses pengadaan alat dan bahan ada juga dilakukan oleh pihak sekolah dengan mengajukan proposal ke pemerintah yaitu ke dinas pendidikan kota atau dinas pendidikan propinsi. Hanya saja di SMAN 10 kota Bengkulu untuk proses pengadaan alat dan bahan yang diterima terakhir tahun 2008 yang pada waktu itu kepala sekolah dijabat oleh. Lasmini, S.Pd dan bantuan yang diberikan berasal dari Pendidikan Nasional yang pada waktu itu bernama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, diberikan dari pemerinta pusat Jakarta.

Pengajuan pembelian alat – alat dan bahan sering dilakukan setiap awal tahun pelajaran dengan cara mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan Nasional tetapi tidak pernah diberikan sampai saat sekarang. Serah terima barang tersebut diteruma oleh Bapak Ucok Ginting yang sekarang sudah pindah keluar kota. Dari tahun 2007 sampai sekarang

(25)

belum ada lagi bantuan alat-alat dan bahan untuk laboratorium, hal inilah yang menyebabkan alat-alat dan bahan didalam laboratorium tidak lengkap lagi untuk digunakan.

Sementara untuk alat-alat dan bahan yang rusak pada saat siswa melakukan praktikum maka tindakan yang dilakukan oleh guru tersebut adalah apabila kalau alat tersebut tidak dapat digunakan lagi maka siswa harus mengganti dengan cara menggantikan secara bersama-sama. Apabila alat tersebut mahal harganya maka dicari jalan lain, tujuannya agar dikemudian hari siswa tersebut dapat lebih berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum tersebut.

4.4.2 Pemeliharaan dan perawatan Alat-alat dan Bahan Pratikum

Usaha pertama untuk mencegah kerusakan alat ialah menjaga alat itu selalu dalam keadaan bersih. Kelalaian dalam hal kebersihan dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Untuk menjaga kebersihan dan keawetan alat-alat yang terbuat dari logam. Hendaknya dipastikan keadaanya benar-benar kering sebelum disimpan. Hindarkan alat-alat tersebut dari bahan-bahan kimia yang bersikap asam.

Untuk mencegah perkaratan, alat-alat logam dapat diolesi dengan minyak atau di cat. Peralatan non logam yang terbuat dari gelas, karet, kayu, plastic sedapat mungkin dibersihkan dengan air netral, kemudian di lap, di kering dan dianginkan ditempat terbuka. Setelah benar0benar kering dapat disimpan dalam almari atau tempat yang disediakan. Siswa harus dibiasakan untuk membersihkan alat-alat dahulu sebelum

(26)

penyimpanan. Guru harus memeriksa betul apakah alat-alat yang dimasukkan kedalam lemari atau laci itu dalam keadaan bersih. Termasuk meja kerja siswa dan bak cuci.

Hasil wawancara penelitian dengan guru mata pelajaran IPA di SMA Negeri 10 kota Bengkulu ternyata setelah melaksanakan pratikum di laboratorium, yang membersihkan alat–alat dan bahan yang sudah digunakan adalah siswa yang dibantu oleh guru dan sesekali dibantu oleh laboran. Tetapi bila laboran tersebut mengajar maka tidak dapat membantu dalam pelaksanaan pratikum. Untuk siswa ditugaskan setiap kelompok dua orang untuk membersihkan alat – alat yang sudah digunakan”.

Hal ini untuk mempermudah guru mata pelajaran dalam membutuhkan alat–alat dan bahan yang akan digunakan dalam pratikum, sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Selanjutnya alat dan bahan yang sudah digunakan disimpan / dikembalikan ketempatnya semula atau disimpan dilemari penyimpanan sesuai dengan kelompoknya masing – masing. Penyimpanan alat betul – betul dalam keadaan kering untuk mencegah terjadinya karatan atau muncul jamur. Penyimpanan alat- alat dan bahan disimpan sesuai dengan mata pelajaran pada hari itu.

Dari hasil dokumentasi penelitian lakukan diketahui bahwa penempatan alat – alat dan bahan pratikum di SMA Negeri 10 kota Bengkulu sudah diletakkan didalam lemari masing – masing yang sudah

(27)

ditulisi dengan catatan berbagai jenis atau tipenya masing – masing hanya saja ada beberapa yang masih belum diletakkan dengan baik karena keterbatasan lemari penyimpanan alat – alat dan bahan.

5.4.2 Pengecekan dan Perbaikan Alat dan Bahan Praktikum

Pengecekan dilakukan untuk melihat sejauh mana kondisi alat – alat dan bahan pratikum layak atau tidak digunakan. Sehingga pada saat pelaksanaan pratikum tidak mengalami hambatan.

Hasil wawancara penelitian dengan pengelola laboratorium dan koordinator laboratorium ternyata bahwa jika ada bahan yang habis terpakai, tindakan yang dilakukan yaitu dengan cara mengajukan daftar bahan yang sudah habis kepada kepala sekolah atau apabila bahannya masih bias dimanfaatkan lagi maka disimpan atau diawetkan.

Hasil obsevasi yang peneliti lakukan untuk bahan yang habis terpakai maka laboran beserta koordinator laboratorium mencatat bahan – bahan yang diperlukan untuk diajukan ke kepala sekolah kemudian dari sekolah akan membuat daftar pembelian bahan yang nantinya kalau sudah dianggarkan akan langsung dibelikan bahan – bahan yang dibutuhkan, itupun tergantung dari dana yang tersedia. Kalau memang bahan tersebut akan cepat digunakan maka pihak sekolah mengambil dari dana lain yang bisa dimanfaatkan dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Tetapi apabila bahannya masih bisa dimanfaatkan maka bahan tersebut bisa langsung diawetkan dan disimpan dalam lemari bahan.

(28)

4.4.4. Administrasi Laboratorium

Agar alat – alat dan bahan dalam pemakaian dan penggunaan teratur, tertib dan terjaga keseimbangannya, maka perlu dilakukan pengadministrasian dengan baik. Keteraturan dalam hal pengadministrasian ini memudahkan dalam hal untuk mengetahui : 1) jenis alat atau bahan yang ada, 2) jumlah masing – masing alat dan bahan, 3) jumlah pembelian atau tambahan, 4) jumlah yang pecah, hilang atau habis.Hasil wawancara dengan koordinator laboratorium dan pengelola laboratorium ternyata administrasi laboratorium sekolah ini sudah dikelola dengan baik hanya saja ada beberapa yang belum dilengkapi dalam administarsi tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang penelitian lakukan pada laboratorium SMA Negeri 10 kota Bengkulu menunjukan bahwa untuk administrasi laboratorium sudah dikerjakan dengan baik. Ada beberapa kelengkapan administrasi yang belum dikelola secara baik. Administrasi laboratorium dikelola oleh koordinator laboratorium, pengelola laboratorium dengan guru mata pelajaran IPA.

Dari hasil dokumentasi dapat kelengkapan administrasi laboratorium IPA SMA Negeri 10 kota Bengkulu sebagai berikut :

1. Program tahunan : disusun oleh koordinator laboratorium bekerja sama dengan pengelola laboratorium. Program tahunan dibuat setiap awal tahun pelajaran yang berisi mengenai kegiatan dalam laboratorium.

(29)

2. Struktur organisasi : ada didalam ruangan laboratorium, dapat dilihat pada gambar 2.

3. Buku inventaris : ada dan berisi mengenai inventaris alat – alat dan bahan pratikum. Buku inventaris ini ada dua kelompok yaitu : buku inventaris biologi dan buku inventaris fisika. Inventaris alat – alat dan bahan pratikum ada yang ditulis dan ditempelkan di dinding lemari penyimpanan barang.

4. Tata tertib : ada dalam ruangan laboratorium dan ditempelkan didinding laboratorium. Tata tertib dalam laboratorium juga tertera dalam program tahunan.

5. Jadwal penggunaan laboratorium : ada, dan ditulis dalam lembaran kertas yang ditempel di dinding dalam laboratorium.

6. Buku pedoman praktek / buku acuan : cukup lengkap

7. Buku daftar penerimaan barang : ada di isi lengkap sesuai dengan kode barang dan jumlah barang yang diterima.

8. Buku stok barang : ada

9. Buku pegangan guru : cukup lengkap terdiri dari buku biologi kelas X, XI, IX , buku fisika X, XI, dan XII dan buku kimia X, XI, dan XII. 10. Alat – alat dan bahan yang digunakan : kurang lengkap, karena ada

beberapa bahan yang habis terpakai.

11. Media pembelajaran : ada cukup lengkap, yang terdiri dari chart ( gambar ) dan torso.

(30)

12. Buku daftar pembelian barang : ada, diisi oleh sekolah mengenai alat – alat dan bahan yang dibeli dari dana sekolah.

4.4.5 Kegiatan Praktikum

Kegiatan pratikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah disusun. Pratikum dilaksanakan tidak setiap hari disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan dilaksanaka. Rata – rata laboratorium di SMA Negeri 10 kota Bengkulu digunakan hanya pada saat akan melakukan eksperimen dan demontrasi selebihnya pembelajaran dilakukan didalam kelas.

4.4.5.1 Kegiatan Persiapan Praktikum

Kegiatan persiapan praktikum dilakukan sebelum melaksanakan praktek di laboratorium. Dalam melaksanakan praktikum di SMA Negeri 10 kota Bengkulu guru mata pelajaran bersama dengan siswa mempersiapkan sendiri alat – alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktek. Persiapan dilakukan pada saat anak – anak akan melaksanakan pratikum. Hal ini disebabkan karena pengelola laboratorium dan koordinator laboratorium juga sebagai guru mata pelajaran yang memiliki jam mengajar yang padat.

Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 10 kota Bengkulu di dapat bahwa pada saat guru akan melakukan pratikum di laboratorium yang mempersiapkan alat – alat dan bahan untuk pratikum adalah guru mata pelajaran bersama siswa.

(31)

Hasil observasi yang peneliti lakukan ternyata untuk persiapan kegiatan pratikum dilaksanakan oleh guru mata pelajaran bersama dengan siswa. Biasanya pelaksanaan tersebut sudah direncanakan sedemikian rupa karena , keterbatasan tenaga yang ada di sekolah SMA Negeri 10 kota Bengkulu.

Pengelola laboratorium tidak sepenuhnya memahami alat – alat dan bahan yang ada di laboratorium yang hanya memahami alat dan bahan untuk pelajaran fisika saja karena laboran merupakan guru mata pelajaran kimia. Sementara guru biologi juga hanya memahami alat dan bahan yang berhubungan dengan pelajaran biologi saja. Hal inilah yang menyebabkan pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 10 kota Bengkulu belum terkelola dengan baik.

Setelah pelaksanaan pratikum alat – alat dan bahan yang sudah digunakan juga dibersihkan oleh siswa di bimbing oleh guru mata pelajaran selanjutnya alat – alat langsung dimasukkan kedalam lemari penyimpanan. Tetapi apabila alat dan bahan tersebut akan digunakan kembali oleh siswa kelas yang lain maka alat dan bahan setelah dibersihkan diletakkan di bagian pinggir meja agar memudahkan penyiapan dalam pratikum selanjutnya.

4.4.5.2 Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan pratikum dilakukan setelah semua alat – alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan sebaik mungkin. Pada saat akan melakukan praktikum siswa terlebih dahulu diberitahu guru mata

(32)

pelajaran. Untuk pemberitahuan tersebut sudah dilakukan seminggu sebelum pelaksanaan. Pada saat pelaksanaannya guru mengingatkan pada pagi harinya agar siswa langsung menuju ke laboratorium. Laboratorium SMA Negeri 10 kota Bengkulu terletak agak jauh dari ruangan kelas sehingga agak memakan waktu untuk menuju ke ruang laboratorium tersebut.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan koordinator laboratorium IPA SMA Negeri 10 kota Bengkulu ternyata terdapat penjadwalan di dalam menggunakan laboratorium sekolah yang disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran masing – masing kelas dan jadwal tersebut dibuat semerata mungkin sehingga tidak terjadi tumpang tindih antara kelas yang satu dengan kelas yang lain”.

Selanjutnya wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran bialogi SMA Negeri 10 kota Bengkulu tentang alat dan bahan yang tersedia di dalam laboratorium sudah sesuai dengan tuntutan materi yang diajarkan hanya saja ada sebagian yang tidak sesuai dengan tuntutan materi yang akan diajarkan tetapi cepat dicarikan jalan pemecahannya”.

Selanjutnya alat dan bahan yang tersedia di dalam laboratorium sudah sesuai dengan kebutuhan tetapi ada beberapa yang tidak sesuai dengan kebutuhan karena ada alat dan bahan tidak tersedia karena habis terpakai atau tidak tersedia sama sekali.

Selama observasi yang peneliti lakukanterhadap pelaksanaan pratikum, guru yang mengajar terlebih dahulu sudah sampai didalam ruang

(33)

laboratorium setelah siswa menyusul keruang laboratorium dan masuk dengan tertib.

Sebelum masuk kedalam ruang laboratorium terlebih dahulu siswa melepaskan sepatu dan diletakkan secara rapi di luar ruang laboratorium, hal ini dikarenakan lantai yang ada dalam laboratorium merupakan lantai keramik bewarna putih. Setelah masuk kedalam ruang laboratorium kemudian siswa mencari tempat duduk berdasarkan kelompok kerjanya masing – masing.

Hasil dokumentasi yang peneliti lakukan diketahui bahwa pada awal kegiatan pratikum guru terlebih dahulu menjelaskan tujuan pratikum yang akan dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan menerangkan langkah – langkah kerja / cara kerja pelaksanaan pratikum. Selanjutnya siswa melaksanakan kegiatan pratikum berdasarkan langkah – langkah kerja yang sudah dijelaskan guru.

Selama melaksanakan kegiatan pratikum sesekali siswa tersebut memasukkan hasil pengamatan kedalam tabel hasil penelitian, kemudian bersama–sama dengan guru pembimbing membahas mengenai materi materi pratikum. Sebagian besar siswa tampak terlibat aktif selama pengamatan, dan tidak jarang siswa yang melakukan pengamatan sesekali bertanya kepada guru mengenai hal – hal yang belum diketahui oleh siswa tersebut. Selanjutnya siswa yang sudah terbagi dalam kelompoknya melakukan presentasi didepan kelas.

(34)

Pada saat selesai presentasi kelompok yang lain mengajukan pertanyaan sehingga saling terjadi tukar pendapat antara kelompok siswa yang maju dengan kelompok lainnya. Hasil dari kegiatan pratikum ditulis oleh siswa kedalam lembar kerja siswa selanjutnya dikumpul dengan guru pembimbing dan diadakan penilaian.

Akhir dari seluruh kegiatan dilakukan penarikan kesimpulan dengan dibimbing oleh guru. Sebelum siswa meninggalkan ruangan, siswa membersihkan terlebih dahulu alat – alat dan bahan yang sudah dipakai, setelah bersih siswa diminta meletakkan alat – alat dan bahan kedalam lemari penyimpanan. Bersamaan dengan itu siswa yang lain menyapu lantai dan merapikan kembali kursi yang sudah terpakai dan diletakkan diatas meja pratikum dengan rapi.

4.4.6 Pemeliharaan Labororatorium IPA

Dalam pemeliharaan laboratorium meliputi kebersihan, penempatan alat–alat dan bahan pratikum serta kondisi ruangan laboraturium.

Dari hasil observasi penelitian lakukan diketahui secara umum kondisi laboratorium SMA Negeri 10 kota Bengkulu sangat sejuk dan nyaman, ini terlihat dari kebersihan ruangan yang bersih, sirkulasi udara yang lancar karena disisi kanan dan kiri ruangan terdapat jendela yang lebar sehingga untuk pencahayaan cukup terang.

(35)

Hasil dokumentasi penelitian lakukan secara keseluruhan penataan alat – alat dan bahan sudah tertata rapi di lemari penyimpanan masing – masing sesuai dengan tipe / jenisnya. Untuk ruangan biologi penataan alat sudah rapi tetapi ada beberapa peralatan yang berdebu. Lemari penyimpanan alat ada yang tidak diberi kaca penutup sehingga ini menjadi penyebab peralatan tersebut ada sebagian yang kotor / berdebu. Untuk ruangan fisika penataan alat sebagian kurang rapid an ada juga sebagian alat berdebu karena lemari penyimpanan ada yang tidak diberi kaca penutup.

4.4.7 Keselamatan dan Keamanan Kerja Laboratorium

Laboratorium memiliki berbagai peralatan dan perlengkapan yang semuanya memberikan resiko tersendiri bagi penggunanya. Oleh karena itu, aspek keselamatan kerja sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan laboratorium. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan kompetensi yang harus dimiliki pengelola laboratorium, guru dan siswa.

Alat – alat dan bahan yang digunakan dilaboratorium sering kali mendatangkan bahaya. Oleh karena itu, pada waktu guru membimbing siswa belajar di laboratorium factor keamanan kerja perlu dijelaskan terlebih dahulu. Kemungkinan siswa mendapat kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian guru dan siswa sendiri sangatlah besar. Jangankan dalam keadaan lalai, dalam keadaan ahti – hati pun kecelakaan dapat saja terjadi.

(36)

Ketertiban kerja harus selalu menjadi perhatian guru. Setiap siswa yang telah menyelesaikan pratikum harus segera mengembalikan alat – alat / bahan yang digunakan ke tempat semula, sehingga meja selalu bersih. Bahkan setiap kali selesai satu tahap percobaan semua alat yang tidak digunakan lagi harus segera disimpan kembali untuk menghindari terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan. Semua siswa hendaknya sadar dan memahami tata tertib yang berlaku.

Dalam pedoman keselamatan kerja lebih menekankan pada lebih baik mencegah daripada mengobati. Keselamatan kerja di laboraturium ditujukan bagi para pengelola dan pengguna laboratorium yang mencakup pengelola laboratorium, guru dan siswa dalam upaya memberikan rasa aman dan ketenangan dalam bekerja. Keselamatan kerja merupakan upaya untuk melakukan pekerjaan yang tidak membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain serta lingkungan. Untuk itu perlu ada suatu standar prilaku. Pedoman keselamatan kerja ini bertujuan untuk :

1. Memberi bekal bagi para pengelola laboratorium ( laboran dan guru ) untuk dapat mengelola laboratorium secara tepat guna.

2. Memberi bekal bagi para siswa guna dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di laboratorium. Informasi tentang hal – hal yang

3. membahayakan dan tidak membahayakan merupakan prasyarat yang harus dimiliki oleh siswa sebelum memulai belajar di dalam laboratorium.

(37)

Depdiknas ( 2000:56 ) menyatakan bahwa untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan didalam laboratorium antara lain : penyediaan tabung pemadam kebakaran, penyediaan kotak PPPK.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan kepala sekolah SMA Negeri 10 kota Bengkulu tentang cara di dalam mengatasi keselamatan kerja di laboratorium adalah guru IPA menyiapkan pertama kotak P3K, kedia pasir yang digunakan apabila ada kebakaran”.

Hasil observasi yang peneliti lakukan, untuk mengatasi keselamatan kerja di laboratorium IPA SMA Negeri 10 kota Bengkulu dilakukan beberapa langkah yaitu : guru IPA menyiapkan kotak P3K beserta pasir,. Pasir disini digunakan sebagai pengganti tabung pemadam kebakaran karena di SMA Negeri 10 kota Bengkulu tidak tersedia tabung tersebut. Antisipasi yang dilakukan oleh sekolah sudah baik mengingatkan keselamatan kerja didalam laboratorium lebih penting untuk mengingatkan kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja yang akan terjadi.

Untuk mencegah kecelakaan kerja terjadi didalam laboratorium IPA SMA Negeri 10 kota Bengkulu maka dilakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan tersebut antara lain :

Pertama penyusunan tata tertib yang ditempelkan didinding dalam laboratorium.

Kedua pengawasan ekstra ketat terhadap siswa yang sedang menjalankan pratikum terutama siswa yang menggunakan bahan kimia.

(38)

Ketiga menyediakan pasir yang akan digunakan apabila ada kebakaran. Keempat menyediakan kotak P3K beserta isinya.

Hasil dokumentasi penelitian lakukan ternyata untuk mencegah terjadinya gangguan keamanan didalam laboratorium IPA SMA Negeri 10 kota Bengkulu maka didalam laboratorium dipasang teralis pada semua jendela, hanya saja untuk keamanan lingkungan sekolah kurang aman, disini terlihat dari kaca yang ada diruangan laboratorium pecah terutama yang ada diruang tempat penyimpanan alat – alat dan bahan biologi, tetapi untuk alat – alat dan bahan tidak ada yang hilang. Laboran menjelaskan bahwa selama ini belum pernah terjadi kecelakaan dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan didalam laboratorium.

Dari keselamatan dan keamanan kerja laboratorium SMA Negeri 10 kota Bengkulu terlihat bahwa sudah dilakukan sesuai dengan prosedur hanya saja ada beberapa yang belum tersedia seperti tabung pemadam kebakaran, tetapi pihak sekolah sudah mengantisipasi dengan menggantikan pasir yang diletakkan didalam karung.

5. Evaluasi Pelaksanaan Laboratorium IPA

Laboratorium memiliki manfaat untuk melaksanakan praktikum disekolah atau tempat berlangsungnya pelajaran IPA, maka semua alat-alat peraga atau alat yang dapat dijadikan sebagai sarana demostrasi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan mudah diperloeh. Hasil kegiatan siswa didalam laboratorium dikumpul dalam bentuk laporan yang nantinya akan dinilai oleh guru pembimbing kemudian nilai laporan tersebut akan dikembalikan pada siswa lagi.

(39)

Hasil nilai yang didapaptkan oleh siswa nantinya akan dimasukkan dedalam nilai raport yang digabung kedalam nilai kinerja ilmiah. Untuk mata pelajaran IPA tergabung dalam dua penilaian yaitu nilai pengetahuan konsep dan nilai kinerja ilmiah, sementara praktikum didalam laboratorium termasuk dalam penilaian kinerja ilmiah.

Dari hasil wawancara peneliti kepada guru mata pelajaran secara umum diketahui manfaat kegiatan praktikum didalam laboratorium SMAN 10 Kota Bengkulu yaitu dalam pelaksanaan praktikum dilaboratorium terdapat manfaat yang positif dirasakan oleh siswa. Salah satunya siswa dapat merasakan atau melihat secara langsung objek dan bahan dalam melakukan pengamatan dan ada beberapa siswa yang berminat dalam pelajaran IPA”.

Selanjutnya terdapat peningkatan hasi belajar siswa selama melaksanakan kegiatan praktikum dilaboratorium terutama peningkatan penilaian dalam kinerja ilmiah, dan pada saat melakukan penilaian dalam ujian praktek terutama kelas XI siswa tersebut banyak terbantu.

Untuk setiap kegiatan praktikum, penilaian yang dilakukan dalam bentuk laporan dan hasi lembar kerja siswa (LKS). Kemudian hasilnya dimasukkan dalam nilai raport.

Hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa dalam memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan praktikum, guru mata pelajaran member nilai dalam bentuk laporan yang dikumpul oleh siswa atau nilai dari lembar kerja siswa (LKS). Selanjutnya hasil nilai dari beberapa kali praktikum kemudian dijumlahkan untuk kemudian dirata-ratakan.

(40)

Dari hasil dokumentasi terhadap proses belajar mengajar melalui metode praktikum dilaboratorium diketahui ada beberapa siswa yang berminat dalam pelajaran IPA dan ada beberapa siswa lagi yang kurang berminat dalam praktikum tersebut hal ini terlihat pada saat siswa tersebut melaksanakan praktikum ada yang tidak serius dalam menjalani pengamatan yang dilakukan dalam laboratorium.

Masih ada beberapa siswa yang bercanda dan melihat kerja siswa kelompok yang lain. Manfaat lain yang dirasakan oleh siswa adalah siswa tersebut dapat mengenal dan mampu menggunakan alat-alat praktikum sehingga dapat mempermudah pada saat melakukan ujuan praktek dikelas.

6. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Laboratorium

Dalam pengelolaan laboratorium SMAN 10 Kota Bengkulu banyak sekali kekurangan atau hambatan yang terjadi di dalam laboratorium sementara sedikit sekali faktor-faktor pendukung yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah. Coordinator laboratorium dan pengelola laboratorium mengenai factor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan laboratorium ternyata secara umum yang menjadi penghambat didalam pengelolaan laboratorium sekolah adalah sarana dan prasarana terutama pengadaan alat-alat dan bahan yang tidak mencukupi, dana untuk pembelian alat dan bahan tidak ada, jaringan listrik di dalam laboratorium tidak ada serta tenaga khusus pengelola laboratorium masih kurang dan kurangnya pelatihan dan penataran yang didapat untuk mengelola laboratorium.

(41)

Faktor-faktor yang menjadi pendukung didalam pengelolaan laboratorium sekolah belum ada karena alat-alat dan bahan yang digunakan merupakan alat-alat yang sudah lama dan perlu dilakukan peremajaan kembali, dari hasil observasi terlihat bahwa faktor pendukung hanya pada sebuah bangunan yang memenuhi standar dalam melakukan praktikum.

Hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap faktor-faktor pendukung dan penghambat didalam pengelolaan laboratorium IPA SMAN 10 Kota Bengkulu ternyata bahwa terdapat banyak sekali faktor-faktor penghambat yang ada terutama yang paling menonjol adalah pengadaan alat-alat dan bahan yang belum mencukupi untuk kebutuhan praktikum siswa. Hal ini dikarenakan bantuan yang tidak sepenuhnya diterima oleh pihak sekolah, sementara pengajuan usulan alat dan bahan sering dilakukan oleh pihak sekolah hanya saja dari pemerintah daerah terutama dari Dinas Pendidikan Nasional tidak memenuhi permintaan tersebut, ini terlihat dari bantuan yang diterima tahun 2009 selanjutnya sampai sekarang tidak pernah menerima bantuan alat-alat laboratorium. Terlalu jauhnya rentang waktu yang dihadapi sehinggia membuat semua alat-alat dan bahan tidak mencukupi lagi untuk melaksanakan praktikum hanya ada beberapa saja yang masih tertinggal didalam ruangan penyimpanan alat.

Masalah selanjutnya yang dihadapi adalah ketersediaan dana yang sama sekali tidak mencukupi untuk pembelian alat dan bahan sedangkan alat dan bahan untuk laboratorium sangat mahal untuk ukuran dana sebuah sekolah. Guru seringkali mengajukan untuk pembelian alat dan bahan tetapi seringkali juga tidak

(42)

dipenuhi alasannya karena dana yang ada tidak mencukupi sementara masih banyak kebutuhan lain lebih diutamakan.

Yang lebih membuat bertambah kurangnya sarana dan prasarana yang ada adalah tidak adanya jaringan listrik didalam laboratorium. Setelah ditanya ke koordinator laboratorium bahwa permintaan alat untuk pemasangan listrik tersebut sudah sering dilakukan tetapi tidak pernah ada tanggapan dari pihak sekolah.

Kemudian tidak adanya tenaga khusus untuk pengelola laboratorium, yang ada disekolah SMAN 10 Kota Bengkulu adalah guru yang merangkap sebagai pengelola laboratorium sementara guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium tidak pernah diberi pelatihan atau penataran tentang pengelolaan laboratorium tidak pernah diberi pelatihan atau penataran tentang pengelolaan laboratorium diperlukan lebih banyka penataran keluar agar dapat mengetahui banyak tentang selik-beluk dalam mengelola laboratorium secara optimal.

Hasil obeservasi yang peneliti lakukan untuk faktor-faktor pendukung pengelolaan laboratorium di SMAN 10 Kota Bengkulu ternayata sedikit sekali malah untuk sekarang belum ada, padahal dilihat dari segi kondisi fisik gedung beserta peralatan yang ada didalam ruangan sangat cocok sekali untuk sebuah bangunan laboratorium.

(43)

Standar Pengelolaan Laboratorium IPA

Implementasi Pengelolaan Laboratorium IPA

SMA Negeri 10 Kota Bengkulu Hasil Evaluasi Perencanaan

1. Program pengadaan sarana 1. Sudah ada dengan ukuran 15x8 1. Sudah memenuhi standar

2. Program penambahan alat-alat dan bahan penunjang lainnya

2. Sudah ada dalam bentuk perencanaan jangka panjang

2. Program pendambahan alat belum direncanakan secara detail alat-alat yang akan ditambah belum secara spesifik dan belum jelas sumber dananya

3. Kegiatan yang akan dilaksanakan 3. Sudah ada dalam bentuk perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang

3. Kegiatan-kegiatan tersebut belum jelas sumber dananya

4. Pengembangan laboratorium

4. Sudah ada dalam bentuk perencanaan jangka panjang.

4. Sudah ada dalam bentuk perencanaan jangka panjang untuk memisahkan laboratorium IPA (fisika, kimia, biologi)

5. Jadwal kegiatan praktikum 5. Sudah ada terlampir

5. Jadwal kegiatn praktikum direncanakan atas kerjasama pengelola, koordinator laboratorium guru-guru IPA, fisika, kimia, biologi

(44)

1. Menyusun struktur organisasi dengan melibatkan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha, Pengelola Laboratorium, Koordinator Laboratorium, Guuru-guru IPA dan Laboran.

1. Sudah ada struktur organisasi yang melibatkan Kepala, Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha, Pengelola Laboratorium, Koordinator Laboratorium, Guuru-guru IPA

1. Struktur organisasi belum lengkap karena belum ada tugas laboran (tugas laboran dikerjakan oleh pengelola dan guru-guru IPA)

2. Pembagian tugas dan wewenang personil laboratorium..

2. Sudah ada pembagian tugas dan wewenang berdasarkan SK Kepala Sekolah.

2. Pembagian tugas dan wewenang sudah baik sesuai dengan bidang masing-masing sementara tugas laboran dikerjakan oleh pengelola dan guru-guru IPA

Pelaksanaan

1. Pelaksanaan Program Kerja

1. Program kerja sebagian sudah dilaksanakan terutama program kerja jangka pendek.

1. Program kerja jangka panjang sulit dilaksanakan karena terkendala kekurangan dana.

2. Pelaksanaan praktikum 2. Kegiatan praktikum sudah dilaksanakan.

2. Kegiatan praktikum sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Praktikum berlangsung secara tertib dan siswa antusias dalam melaksanakan kegiatan tersebut. 3. Pemerian Motivasi Kepada Guru 3. Sudah ada 3. Pemberian motivasi dilakukan oleh Kepala

(45)

5. Administrasi Umum

Terdiri dari jadwal, kegiatan, tata tertib, pengarsipan dan catatan keuangan

5. Sudah ada jadwal, kegiatan, tata tertib, pengarsipan dan catatan keuangan

5. Administrasi Umum sudah lengkap

6. Administrasi Khusus terdiri inven-tarisasi alat dan fasilitas laboratorium, kartu penggunaan alat-alat, kartu peminjaman, administrasi pemeliha-raan dan perawatan pelayanan kegiatan praktikum.

6. Sudah ada inventarisasi alat dan fasilitas laboratorium, kartu penggunaan alat-alat, kartu peminjaman, administrasi pemeliharaan

dan perawatan pelayanan kegiatan praktikum. 6. Administrasi Khusus sudah lengkap

7. Keselamatan Kerja di laboratorium terdiri dari P3K, alat pemadam api, pelindung diri (jas lab, masker dll)

7. sudah ada tetapi belum lengkap. 7. Alat keselamatan yang tersedia masih bersifat sederhana.

8. Tata Tertib terdiri dari tata tertib umum dan khusus yang ditulisa dengan bahasa yang jelas dan singkat dan mudah terbaca. Tata tertib khusus disertai sanksi pelanggaran.

(46)

1. Pengawasan dan Evaluasi dilkukan

oleh Kepala Sekolah. 1. Sudah dilaksanakan

dilakukan secara langsung dengan mengobservasi keadaan laboratorium dan supervisi pelaksanaan praktikum

2. Pengawasan dan evaluasi dilkukan

satu kali dalam satu semester. 2. Sudah dilakukan

2. Pengawasan dan evaluasi dilakukan secara rutin untuk melihat perkembangan pelaksanaan program kerja.

3. Kesesuaian rencana dan pelaksanaan program kerja.

3. Pelaksanaan program kerja belum sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

3. Program kerja masih belum dilaksa-nakan secara optimal terutama untuk penambahan baha-bahan dan alat-alat praktikum mata pelajaran IPA. Program tersebut merupakan program jangka panjang sehingga masih ada waktu untuk mencapai tujuan program tersebut.

(47)

Standar Keadaan Laboratorium Keadaan Laboratorium SMA Negeri 10

Kota Bengkulu Hasil Evaluasi

1. Luas ruangan laboratorium 2,5 m2/

orang 1. Luas ruangan laboratorium 8x13 m

2

/40 orang 1. Sudah memenuhi standar 2. Keadaan ruangan (tersedianya ruang

praltikum, ruang penyimpanan) 2. Sudah ada

2. Penataan laboratorium sudah sesuai standar akan tetapi masih ditempati untuk tiga mata pelajaram yaitu fisika, kimia, biologi.

3. Fasilitas ruang praktikum:

- Fasilitas meubeler lemari penyim-panan, meja kursi praktikum untuk siswa dan guru.

- Bak cuci - Instalasi listrik - Instalasi gas

- Alat penunjang pembelajaran - Alat-alat lab (fisika, kimia, biologi)

Sudah ada

Sudah ada Sudah ada Belum ada

Sudah ada papan tulis tetapi belum ada LCD Belum sesuai dengan perbandingan jumlah siswa

Sudah sesuai standar

Sudah ada

Sudah ada tetapi belum memenuhi standar Belum sesuai standar

Belum sesuai standar Belum sesuai standar 4. Terdapatnya perlengkapan keamanan

(48)

B. PEMBAHASAN

Pembelajaran IPA yang baik menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung dan nyata di alami oleh peserta didik. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian informasi maupun pengalaman secara langsung melalui praktikum ataupun demonstrasi, baik dilaboratorium maupun di alam (lingkungan).

Proses belajar mengajar IPA pada dasarnya berupaya membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan cara kerja yang dapat membantu siswa untuk memahami alam secara mendalam, oleh karena itu peserta didik perlu dibantu dan diberi ruang untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses sebagai wahana untuk memahami dan menjelajahi alam dengan baik dan banar.

Penyediaan kegiatan yang bervariasi baik di laboratorium maupun diluar laboratorium dapat member ruang kepada peserta didik untuk membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Pengelolaan laboratorium yang baik tergantung dari kualitas laboranya, proses pengadaan alat-alat dan bahan serta dana yang mencukupi sehingga dapat meningkatkan hasil kegiatan belajar mengajar. Laboratorium IPA akan memberikan makna apabila dikelola secara baik dan difungsikan sesuai dengan fungsinya.

Dari hasil penelitian diatas maka pada bagian ini akan dibahas secara berurutan mengenai :

Referensi

Dokumen terkait

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif terhadap objek orang, barang, dan

Anda dapat memilih Grafik yang ingin ditampilkan dengan meng-Klik Grafik 1, Grafik 2, Grafik 3, atau Grafik 4 Akan muncul grafik yang diinginkan. Pilihan grafik ini hanya ada

Pengabdian masyarakat yang dilakukan di desa Batuyang dengan program “meningkatkan Kesejahteraan Perekonomian Masyarakata Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)”

Sifat larut dalam lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klasifikasi vitamin.Vitamin yang larut dalam air, seluruhnya diberi symbol anggota B kompleks kecuali (vitamin C

Asam lemak tak jenuh majemuk yang dominan pada fillet kakap merah (L. Kandungan asam linoleat meningkat 26 kali setelah proses penggorengan disebabkan oleh tercampurnya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan latar belakang munculnya usaha batu bata di Desa Sidodadi Batu 8, perkembangan usaha batu bata di Desa Sidodadi. Batu

Dari kesimpulan diatas maka penulis mencoba untuk memberi saran yang dianggap relevan dan dapat membantu untuk mensosialisasikan program Elektronik Surat Kuasa Umum

Akulturasi budaya pada tradisi ziarah makam Bathara Katong dapat ditemukan pada bangunan-bangu- nan yang ada di area makam Bathara Katong, pada ben- da-benda yang dibawa oleh