Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-Ilmu Islam
Dosen Pengampu : Dr. Jafar, MA
Disusun oleh : Pranita Harahap NIM : 0705162003 Mata Kuliaah : Akhlak Tasawuf
Jurusa : Fisika 1 Semester : II
Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu berdasarkan
sudat pandang islam. Menurut pendapat Ibn Khadun, ilmu terbagi menjadi dua jenis yaitu :
Ilmu-ilmu hikmah dan filsafat ( ulul al-hikmiyah al- falsafiyyah ) yang diperoleh dengan akal
manusi, dan ilmu yang diajarkan dan ditransformasikan yang bersumber pada syriat islam (
alquan dan hadis ). Kita sebagai ummat islam harus berpedoman kepada al-quran dan hadis.
Dan Ibn Khadun mengkatagorikan bahwa tasawuf merupakan salah satu dari beragam
ilmu-ilmu syariah ( ulum al-naqliyyah al-wadhi’iyah).
Menurut al-Ghazali pembagian ilmu harus berdasarkan bagaimana cara perolehan
ilmu tersebut. Dan menurut al- Ghazali illmu terbagi menjadi dua bagian : Ilmu yang
dihadirkan ( ‘ilm al-hudhuri/ presential ) dan Ilmu yang dicapai ( ‘ilm al-hushuli/ attainned ). Sedangkkan tasawuf di kategorikannya sebagai ‘ilm al- hudhuri. Ibn al-Qayyim al-Jauziah (w.1350) membagi ilmu menjadi tiga derajat : ‘ilm jaliun,ilmu ini didasari dengan
observasi,eksperimen dan silogisme, ‘ilm khfiyun ( ilmu makrifat ), dan ‘ilm laduniyun (
didasari ilham dari allah ), dan tasawuf digolongkan kepada ilm khafiyun dan ‘ilm laduniyun.
Syed Muhammad Naquib al-Attas membagi ilmu memjadi dua bagian : ilmu pemberian
Allah yang disebut ilmu agama, dan ilmu capaian yang disebut dengan ilmu rasional, dan
intelektual dan filosofit, sedangkan tasawuf dikatagorikan sebagai metafisika islam yang
merupakan bagian dari ilmu-ilmu agama.
Sufi merupakan bagian dari ajaran islam, yakni wujud dari ihsan ( al-ihsan ), salah
satu satu dari tiga kerangka dasar pokok ajaran islam. Dua sebelumnya ialah iman ( al- iman )
dan islam ( al-islam ). Oleh sebab itu, perilaku sufi harus tetap berada dalam koridor acaran islam itu. Al-Qushairi mengatakan :” seandainya kamu melihat seseorang yang diberi kemampuan khusus ( keramat ), sehingga ia dapat terbang di angkasa maka jangan terburu
tergiur padanya, sehingga kamu melihat bagaimana dia menjalankan perintah, meninggalkan
larangan dan menjaga hukum yang ada.
Kalau ketiga pokok ajaran islam digambarkan dalam bentuk sebuah bangunan atap
sebuah rumah atau mesjid yang berarsitektur indonesia yakni gambarann perjalanan seorang
sebagai atap bagian tengah dan ihsan sebagai atap yang mengerucut dan diatas atap itu ada
kata Allah sebagai tujuan akhir dari ketiga ajaran tersebut. Kalau ketiga ajaran tersebut
dikaitkkan dengan tiga unsur yang dimiliki oleh manusia, yakni lahiriah ( al-zahirah ),
batiniah ( al-sarirah ), dan hati nurani ( al-damirah ). Kalau ketiga ajaran itu menjadi sebuah
keilmuan, maka ajaran tentang iman menjadi ilmu tauhid, teologi atau ilmu kalam. Kalau
ajaran islam menjadi ilmu syariat dan ilmu hukum, sedangkan ajaran ihsan menjadi ilmu
etika/ akhlaq dan ilmu tasawuf.
B. Rumusan Masalah
1. Apa klasifikasi ilmu dalam islam?
2. Apa kedudukan tasawuf?
C. Tujuan Resume
Tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah ahlak
tasawuf. Untuk lebih memahami tentang klasifikasi ilmu dalam islam dan kedudukan
tasawuf. Dan menambah wawasan dalam pengetahuan tentang islam.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam resume ini adalah metode pustaka dan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tasawuf dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam a. klasifikasi ilmu dalam islam
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama membuat klasifikasi ilmu berdasarkan sudut pandang islam. Dalam Muqaddimah, Ibn Khadun membagi ilmu menjadi dua kelompok. Yang pertama, ilmu-ilmu hikmah dan filsafat yang diperoleh dengan akal manusia, dan yang telah diajarkan dan ditransformmasikan yang bersumber kepada syariat islam ( Alquran dan hadis ). Dan Ibn Khadun mengkatagorikan bahwa tasawuf sebagai salah satu dari beragam ilmu-ilmu syariah ( ‘ulum al-naqliyyah al-wadhi’iyah).
Dan menurut al-Ghazali dalam pembagian ilmu harus berdasarkan bagaimana cara diperoleh ilmu tersebut. Dan disebutkan al-Ghazali ilmu terdiri atas dua yaitu : ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai. Sedangkan tasawuf dikatagorikan sebagai ‘ilm al-hudhuri. Sedangkan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah ( w.1350 ) membagi ilmu menjadi tiga derajat : ‘ilm jaliyun ( didasari observasi, eksperimen, dan silogisme ), ‘ilm khafiyun ( ilmu makrifat ), dan
‘ilm laduniyun ( didasari ilham dari Allah ). Ibn al-Qayyim al-Jauziyah mengkatagorikan tasawuf atas ‘ilm khafiyun dan ‘ilm laduniyun.
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas membagi ilmu menjadi dua jenis yaitu : ilmu pemberian Allah ( the God given knomledge ) yang disebut ilmu agama, dan ilmu capaian ( the acquired knowledge ) yang disebut sebagai ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis ( the rational, intellectual and philosophical sciences ), sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai metafisika islam yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu agama. Dapat disimpulkan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu agama, walaupun sebagian para ahli mengatakan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi yang dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu.
‘mabuk’ spritual ( al-syathahat ). Menurut Ibn Khadun, kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang tasawuf.
Namun penolakan yang dilakukan fukaha ( sunni ) tidak ditunjukkan kepada semua jenis tasawuf. Menurut al-Taftazani, dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran tasawuf terbagi menjadi dua bagian. Pertama, tasawuf sunni adalah aliran yang memagari pengikutnya dengan alquran dan hadis, serta mengaitkan ajaran mereka, terutama keadaan dan tingkat rohaninya. Diantara sufi yang termaksud dalam kelompok ini ialah Abu Hamid al- Ghazali (w.1111). kedua,tasawuf falsafi, yaitu aliran yang cenderung kepada ungkapan-ungkapan ganjil ( syathahat ), yang memadukan antara visi mistis dan visi rasional dan banyak menggunakan terminologi filosofis, bahkan dipengaruhi banyak ajaran fillsafat. Di antara sufi yang masuk dalam golongan ini adalah Suharawardi al-maqtul ( w.1191 ), Ibn ‘Arabi ( w. 1240 ), dan Mulla Shadra ( w. 1640 ). Para fukaha dari mazhab sunni menolak banyak teori tasawuf yang dikembangkan oleh sufi-sufi dari mazhab. Ternyata tasawuf falsafi lebih diterima dan berkembang di dunia Syiah.1
b. Kedudukan Tasawuf
Sufi merupakan bagian dari ajaran islam, yakni wujud dari ihsan ( al-ihsan ), salah satu
satu dari tiga kerangka dasar pokok ajaran islam. Dua sebelumnya ialah iman ( al- iman ) dan
islam ( al-islam ). Oleh sebab itu, perilaku sufi harus tetap berada dalam koridor ajaran islam
itu. Al-Qushairi mengatakan :” seandainya kamu melihat seseorang yang diberi kemampuan
khusus ( keramat ), sehingga ia dapat terbang di angkasa maka jangan terburu tergiur
padanya, sehingga kamu melihat bagaimana dia menjalankan perintah, meninggalkan
larangan dan menjaga hukum yang ada.
Ihsan harus meliputi semua tingkah laku muslim, baik tingkah laku lahir maupun
kondisi batin, dalam ibadah maupun muamalah, sebab ihsan adalah jiwa atau ruh dari iman
dan islam. Iman sebagai pondasi yang ada pada jiwa seseorang dari hasil perpaduan antara
ilmu dan keyakinan, penjelmaannya berupa perbuatan lahir yang disebut islam. Perpaduan
antara iman dan islam pada diri seseorang akan menjelma sebuah kepribadian berbentuk
al-Akhlaq al-Karimah. Kalau ketiga pokok ajaran dalam islam itu digambarkan sebagai
bangunan rumah, maka ajaran iman sebagai pondasi dan kerangka utama untuk penyangga
banguna itu sedangkan ajaran islam sebagai pengaturan ruangan dan pintu-pintu tertentu
untuk memilih kebutuhan tata ruangnya, sedangkan ajaran ihsan sebagai bagian untuk
memperindah dan menghias sebuah bangunan yang meliputi pengecetan, bentuk ukiran, dan
lain sebagainya.
Kalau ketiga pokok ajaran islam digambarkan dalam bentuk sebuah bangunan atap
sebuah rumah atau mesjid yang berarsitektur indonesia yakni gambarann perjalanan seorang
hamba menuju penghampiran kepada al-Haqq, maka iman sebagai atap bagian bawah, islam
sebagai atap bagian tengah dan ihsan sebagai atap yang mengerucut dan diatas atap itu ada
kata Allah sebagai tujuan akhir dari ketiga ajaran tersebut. Kalau ketiga ajaran tersebut
dikaitkkan dengan tiga unsur yang dimiliki oleh manusia, yakni lahiriah ( al-zahirah ),
batiniah ( al-sarirah ), dan hati nurani ( al-damirah ), masing- masing memerlukan ajaran
islam untuk memperbaiki dan memperindahnya, sebagaimana menurut pandangan seorang
ahli. Lahiriah manusia supaya menjadi indah maka memerlukan ajaran islam, batiniah
manusia supaya menjadi indah maka memerlukan ajaran iman, sedangkan hati nurani
manusia supaya menjadi indah memerlukan ajaran ihsan.
Kalau ketiga ajaran itu menjadi sebuah keilmuan, maka ajaran tentang iman menjadi
ilmu tauhid, teologi atau ilmu kalam. Kalau ajaran islam menjadi ilmu syariat dan ilmu
hukum, sedangkan ajaran ihsan menjadi ilmu etika/ akhlaq dan ilmu tasawuf. Adapun ilmu
tasawuf bila dibandingkan dengan ilmu fiqh, kedua-duanya membijarakan bagaimana
berkomunikasi dengan allah. Bedanya, ilmu fiqh lebih menitikberatkan pada lahiriah,
sedangkan ilmu tasawuf tergantung pada batiniah. Meskipun demikian, secara keilmuan
ketiganya dapat dibedakan dalam aspek metode,objek dan tujuan. Namun secara ideal
ketiganya menyatu dalam pribadi secara utuh. Sehingga dapat diwujudkan akidah dan
ibadahnya benar serta dapat terselamatkan dari sifat tercela dan berhias dengan
sifat-sifat terpuji. Oleh karena itu, maka kedudukan tasawuf dalam ajaran islam adalah sebuah
bagian yang tertinggi dan mulia yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran islam itu sendiri.
Karena memang dasar rujukan dalam tasawuf adalah al- Qur’an, al-Sunnah dan al-Athar ( amalan dan pendapat para sahabat dan tabi’in) serta al-Aqmal ( Pendapat para ulama al-Salaf al-Salih) terpercaya.2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama membuat klasifikasi ilmu berdasarkan sudut pandang islam. Walau setiap para ulama memiliki klasifikasi tentang ilmu yang berbeda-beda tetapi dapat ditegaskan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu agama, meskipun sebagian ahli menyebutkan bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu. Penolakan fukaha ( Sunni ) tidak serta merta ditunjukan kepada semua jenis tasawuf. Menurut al-Taftazani, dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran tasawuf terbagi menjadi dua bagian. Pertama, tasawuf Sunni dan yang kedua, tasawuf falsafi.
Sufi merupakan bagian dari ajaran islam, yakni wujud dari ihsan ( al-ihsan ), salah satu satu dari tiga kerangka dasar pokok ajaran islam. Dua sebelumnya ialah iman ( al- iman ) dan islam ( al-islam ). Oleh sebab itu, perlakuan sufi harus tetap berada dalam koridor ajaran islam itu. Dan kedudukan tasawuf dalam ajaran islam adalah sebuah bagian yang tertinggi dan mulia yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran islam itu sendiri.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
JA’FAR, 2016. Gerbang Tasawuf, Medan: perdana publising .