ARTIKEL TENTANG TASAWUF DALAM HIERARKI ILMU-ILMU ISLAM
NISFA LAILI
Nisfalaili2311@gmail.com
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UATARA, MEDAN
I. PENDAHULUAN
Dalam artikel ini mengkaji tentang “Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam” yang akan membahas tentang tingkatan tasawuf menurut para sufi yang bereferensi dari buku GERBANG TASAWUF penulis Dr. Ja’far, MA. Di bawah ini artikel yang membahas lebih rinci tasawuf dalam hierarki ilmu-ilmu islam.
II. PEMBAHASAN
A. Tasawuf Dalam Hierarki Ilmu-ilmu Islam
Dalam tradisi intelektual islam, para ulama telah membuat klasifikasi ilmu berdasarkan sudut pandang islam. Diantara mereka, pendapat ibn khaldun cukup penting diutarakan. Dalam muqaddimah, ibn khaldun membagi ilmu menjadi dua jenis. Pertama, ilmu-ilmu hikmah dan filsafat yang dperoleh dengan akal manusia, dan ilmu yang diajarkan dan ditransformasikan yang bersumber kepada syariat islam (al-qur’an dan hadist). Ibn khaldun mengkategorikan tasawuf sebagai salah satu dari beragam ilmu-ilmu syariah (ulum al-naqliyyah al-wadh’iyah). Dalam pembagian ilmu menurut Al-Ghazali berdasarkan cara perolehan ilmu, disebutkan bahwa ilmu terdiri atas dua: ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai, sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai ilm al-hudhuri.1
Ibn al-Qayyim al-jauziyah membagi ilmu menjadi tiga derajat: (didasari observasi, eksperimen, dan silogisme), ilmu makrifat dan didasari ilham dari Allah, dan tasawuf dikelompokkan ilm khafiyun dan ilm laduniyun. Syed muhammad naquid al-attas membagi ilmu menjadi dua jenis: ilmu pemberian Allah yang disebut ilmu-ilmu agama, dan ilmu capaian yang disebut ilmu-ilmu rasional, intelektual dan filosofis, sedangkan tasawuf dikategorikan sebagai metafisika islam yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu agama.
Dapat ditegaskan bahwa para ulama menempatkan tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu agama, meskipun sebagian ahli menyebutkan, bahwa tasawuf dalam bentuk tasawuf falsafi dipengaruhi oleh agama dan aliran filsafat tertentu.2
Dari aspek pembahasan, tasawuf membicarakan empat persoalan. Pertama, pembahasan tentang mujahadah (al-mujahadah), zauq (al-zawq), introspeksi diri (muhasabah an-nafs), dan tingkatan-tingkatan spiritual (al-maqamat). Kedua, penyingkapan spiritual (al-kasyf) dan hakikat-hakikat haqiqah) alam gaib (alam al-gayb). Ketiga, keramat wali karamat). Keempat, istilah-istilah kaum sufi yang diungkapkan pasca “mabuk” spiritual (al-syathahat). Menurut ibn khaldun, kebanyakan fukaha menolak ajaran kaum sufi tentang tasawuf.3
Penolakan fukaha (sunni) tidak serta merta di tujukan kepada semua jenis tasawuf. Menurut al-taftazani, dari abad ketiga sampai abad keempat hijriah, aliran tasawuf terbagi menjadi dua. Pertama, tasawuf sunni, yaitu aliran yang memagari pengikutnya dengan alquran dan hadis, serta mengaitkan ajaran mereka, terutama keadaan dan tingkat rohani mereka, dengan kedua sumber ajaran islam tersebut. Kedua, tasawuf falsafi, yaitu aliran yang cenderung kepada ungkapan-ungkapan ganjil (syathahat), memadukan antara visi mistis dan visi rasional dan banyak menggunakan terminologi filosofis, bahkan dipengaruhi banyak ajaran filsafat.4
III. PENUTUP
Kesimpulan
Dapat di ambil kesimpulan bahwa tasawuf sebagai bagian dari ilmu-ilmu syariat dan para ulama telah membuat klasifikasi ilmu menurut pandangan islam, dan tasawuf juga sebagai salah satu dari ilmu syariah menurut salah satu sufi bahwa tasawuf bersumber dari syariah yakni Al-quran dan hadist.
Daftar pustaka
Ja’far, Gerbang tasawuf (medan: perdana publishing,2016)
2Ja’far, Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 22
3Ja’far, Gerbang Tasawuf (medan: perdana publishing,2016), hal 23