• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MEMBENTUK MADRASAH IDEAL MELALUI PROGRAM ADIWIYATA PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) GANDUSARI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MEMBENTUK MADRASAH IDEAL MELALUI PROGRAM ADIWIYATA PADA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) GANDUSARI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2014"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MEMBENTUK “MADRASAH IDEAL” MELALUI PROGRAM ADIWIYATA PADA

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI (MTsN) GANDUSARI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2014

Boimin

MTsN Gandusari Blitar

Abstrak: Kondisi madrasah yang indah, rindang, sejuk dan nyaman tentu menjadi harapan dari semua warga madrasah, hal ini tentu juga tidak mudah untuk diwujudkan dibutuhkan komitmen dari semua pihak dan semua warga madrasah. Paradigma lama yang menganggap bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan kumuh, tidak berkualitas harus sudah dikikis habis, dengan upaya menciptakan kondisi madrasah yang ideal (bersih, indah, nyaman). Upaya untuk mewujudkannya dengan melaksanakan Program Adiwiyata yaitu Mardrasah yang Peduli dan Berbudaya Lingkungan, yang diawali dengan merumuskan Visi dan Misi madrasah yang memuat upaya pengelolaan, pencegahan dan pelestarian lingkungan. Beberapa persoalan lokal yang menjadi penyebab lingkungan madrasah yang tidak baik (sampah, kantin, kehati, energy dan air) harus dapat dikelola secara baik. Pendidikan karakter pada peserta didik untuk peduli dan berbudaya lingkungan perlu ditanamklan sejak dini, dan ini merupakan senjata yang ampuh untuk dapat menciptakan “Madrasah Ideal” dan generasi penerus yang peduli terhadap lingkungan.

PENDAHULUAN

Paradigma lama yang menganggap bahwa madrasah identik dengan sekolah kumuh, kotor, kamar mandi berbau, tidak berkualitas, bahkan telah dijadikan sebagai lembaga pendidikan alternatif, harus dikikis habis dengan berupaya mewujudkan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bersih, indah, nyaman, asri, berkualitas serta membentuk akhlaqul karimah pada peserta didiknya.

Kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh ulah tangan sebagian manusia yang tidak peduli terhadap lingkungan, telah menjadi keprihatinan kita, sehingga perlu dipikirkan bagaiman caranya agar peserta didik kedepan akan menjadi Generasi Masa Depan yang peduli terhadap

(2)

Guru sebagai figure sentral yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan generasi muda, perlu memberikan pendidikan karakter peduli terhadap lingkungan agar kelak output siswa madrasah akan menjadi generasi yang peduli terhadap lingkungan, karena kita tahu bahwa bumi beserta isinya bukan merupakan warisan, melainkan titipan/pinjaman dari anak, cucu dan cicit kita oleh karena itu harus kita jaga dan lestarikan.

Berdasarkan alasan diatas kami mengangkat judul “Upaya Membentuk

Madrasah Ideal melalui Program Adiwiyata pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Gandusari Kabupaten Blitar Tahun 2014“

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Adiwiyata

Adiwiyata berasal dari kata Adi artinya besar, agung, baik, ideal, sempurna, dan Wiyata artinya tempat orang mendapat ilmu pengetahuan, norma, dan etika. Jadi Adiwiyata artinya tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmupengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Melalui pelaksanaan program Adiwiyata diharapkan akan mampu mengubah paradigma, bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan kumuh, menjadi lembaga pendidikan yang bersih, asri, rindang, nyaman, sejuk, indah dan berkualitas.

Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup

Menurut amanah Undang –Undang Dasar 1945. Setiap orang berhak sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (UUD 1945 pasal 28 ayat 1). Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (UUD 1945 pasal 33 ayat 4). Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 65 ayat 2, “Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses Informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”.

(3)

Rasional Pendidikan Lingkungan Hidup di Sekolah Secara historis keprihatinan masyarakat dunia terhadap degradasi lingkungan dimulai sejak 1972, pada saat konferensi Stockholm, dan kemudian berlanjut dengan dirumuskannya strategi pembangunan terlanjutkan (sustainable development) oleh Komisi Dunia bagi Lingkungan dan Pembangunan (1987) yang kemudian dikenal dengan sebutan laporan komisi “Brundlant”. Kemudian kembali pertemuan bumi (earth summit) dilaksanakan di Rio, Brasil, pada bulan Juni 1992, setelah dua puluh tahun sejak konferensi Stockholm, dengan menghasilkan berbagai rekomendasi melalui Agenda 21. Bahkan sebelumnya konsep pembangunan terlanjutkan sudah disempurnakan menjadi Sustainable Development.

Pembangunan industri harus berwawasan lingkungan artinya tetap dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk dengan cepat, karena tingkat pertumbuhan penduduk juga masih tinggi, tanpa mengeksploitasi sumber daya alam secara irasional. Jadi konsekuensinya, pendidikan lingkungan merupakan salah satu sarana dalam rangka membentuk warga negara yang berwawasan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakta menunjukkan bahwa akar penyebab krisis lingkungan adalah manusia.

Secara lebih jelas Stapp (1978) mengutip batasan pendidikan lingkungansebagai suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan suatu penduduk dunia yang sadar dan peduli terhadap berbagai persoalan lingkungan dan yang memiliki pengetahuan, sikap, motivasi, komitmen, serta keterampilan untuk bekerja secara individual atau kolektif dalam rangka memecahkan masalah-masalah lingkungan dan mencegah timbulnya masalah baru. Untuk mencapai tujuan tersebut, jelas merupakan tugas berat terutama bagi para pendidik, khususnya di sekolah-sekolah formal, sehingga diperlukan strategi yang tepat. Apalagi menyangkut masalah nilai-nilai (human values) yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengubah dan membentuknya.

Dalam majalah Connect (Juni, 1994) secara jelas diungkapkan bahwa melalui pendidikan lingkungan dan informasi sebenarnya bertujuan untuk mengembangkan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan motivasi yang mengarah kepada perolehan sikap, nilai-nilai, dan mentalitas yang sangat diperlukan secara efektif dalam memecahkan berbagai isu dan masalah lingkungan. Jadi konsekuensinya, pendidikan lingkungan merupakan salah satu sarana dalam rangka membentuk warga negara yang berwawasan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh berbagai fakta menunjukkan bahwa akar penyebab krisis lingkungan adalah manusia.

(4)

Program Adiwiyata

Program adiwiyata tidak hanya mengajak peserta didik memahami apa itu adiwiyata atau memberikan wawasan lingkungan hidup, tetapi juga harus mempraktekkannya di lingkungan madrasah maupun lingkungan rumah dan masyarakat. Peserta didik diberikan pengalaman langsung melaksanakan pengolahan lingkungan dengan kegiatan sebagai berikut:

1. Recycle

Recycle atau mendaur ulang adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang. Pada perinsipnya, kegitan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos.

2. Reuse

Reuse atau penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Sebagai contoh, kantong plastik atau kantng kertas yang umumnya didapa dari hasil kita berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk digunakan kembali saat dibutuhkan. Contoh lain ialah menggunakan baterai isi ulang.

3. Reduce

Reduce atau Pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian atau pola perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Contoh menggunakan alat-alat makan atau dapur yang tahan lama dan berkualitas sehingga memperpanjang masa pakai produk atau mengisi ulang atau refill produk yang dipakai seperti aqua galon, tinta printer serta bahan rumah tangga seperti deterjen, sabun, minyak goreng dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi bertumpuknya sampah wadah produk di rumah Anda

4. Replace

Replace atau Penggantian adalah kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang atau memakai barang alernatif yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali. Upaya ini dinilai dapat mengubah kebiasaan seseorang yang mempercepat produksi sampah. Contohnya mengubah menggunakan kontong plastik atau kertas belanjaan dengan membawa tas belanja sendiri yang terbuat dari kain.

(5)

5. Replant

Replant atau penamanan kembali adalah kegiatan melakukan penanaman kembali. Contohna melakukan kegiatan kreatif seperti membuat pupuk kompos dan berkebun di pekarangan rumah. Dengan menanam beberapa pohon, lingkungan akanmenjadi indah dan asri, membantu pengauran suhu pada tingkat lingkungan mikro (atau sekitar rumah anda sendiri), dan mengurnagi kontribusi atas pemanasan global.

PEMBAHASAN

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Gandusari Blitar, merupakan satu-satunya madrasah negeri di Kecamatan Gandusari yang didirikan pada Tanggal 25 Nopember 1995, perkembangan baik sisi kuantitas jumlah siswa maupun, sarana prasarana sampai dengan kualitas akademis terus diperjuangkan. Di awal pendirian MTsN Gandusari belum banyak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, bahkan masih dianggap sebagai sekolah alternatif, dengan kondisi fisik madrasah yang masih kumuh, kotor, tidak nyaman, panas, kondisi kantin madrasah dengan jajanan yang kurang sehat, serta lingkungan yang kurang asri. Bahkan animo masyarakatpun untuk melanjutkan pendidikannya di madrasah belum mendapatkan respon yang positif.

Beberapa langkah yang dilakukan untuk dapat melaksanakan program Adiwiyata agar dapat berjalan dengan baik yaitu:

a. Membentuk Tim Pelaksana Adiwiyata yang terdiri dari Kepala Madrasah, Guru, Siswa, Komite Madrasah, Kepala Desa dan Orang Tua Siswa.

b. Tim melaksanakan Kajian Lingkungan Madrasah berdasarkan hasil Evaluasi Diri Madrasah, terutama terhadap permasalahan yang dihadapi madrasah yang menyangkut: Sampah, Kantin, Keanekaragaman Hayati, Energi, Air untuk menentukan permasalahan yang menjadi prioritas untuk diselesaikan.

c. Tim menyusun Rencana Aksi Lingkungan berdasarkan kajian lingkungan yang menjadi urutan prioritas.

d. Tim melaksanakan aksi lingkungan berdasarkan hasil kajian lingkungan madrasah.

e. Monitoring dan Evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dalam menyelesaikan masalah lingkungan madrasah, atau melaksanakan program Adiwiyata.

Tanggungjawab warga madrasah terhadap upaya menjaga kebersihan, keasrian, kenyamanan terhadap lingkungan madrasah masih

(6)

menjaga kebersihan madrasah merupakan tanggungjawab pesuruh mandrasah. Madrasah kelihatan gersang, panas tidak punya banyak tanaman yang memadahi. Kamar mandi yang berbau, sampah yang belum terurus menjadi pemandangan yang kurang sedap setiap hari.

Pendidik kurang menyadari bahwa sebenarnya guru merupakan figur sentral yang paling bertanggungjawab terhadap output, generasi penerus bangsa. Bumi beserta alam seisinya yang jelas bukan merupakan warisan, melainkan titipan (pinjaman) dari anak, cucu dan cicit kita sehingga harus kita lestarikan. Itulah beberapa persoalan yang merupakan pemicu terhadap kondisi madrasah yang perlu dicarikan solusi (pemecahannya) sehingga kedepan madrasah tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat, madrasah harus mampu bersaing baik akademis maupun non akademis, yang akhirnya diharapkan madrasah menjadi sekolah pilihan bukan sekolah alternatif.

Berdasarkan uraian diatas dimana madrasah tampak kotor, panas, gersang, tidak asri, kumuh dan berbau ini karena ada beberapa persoalan diantaranya (1) kurangnya kepedulian dari semua komponen madrasah terhadap pentingnya menjaga kebersihan, agapan yang salah bahwa membersihkan madrasah hanya merupakan tanggungjawab pesuruh madrasah saja. Oleh karena itu madrasah harus membangun kebijakan dan komitmen bahwa menjaga kebersihan madrasah adalah merupakan tanggungjawab bersama seluruh komponen madrasah. (2) Jajanan kantin yang secara umum tidak sehat, masih banyak jajanan yang mengandung 5 P (pengawet, penyedap, pewarna, pemanis, dan pengenyal), sehingga petugas kantin perlu diberikan pemahaman melalui penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas akan pentingnya jajanan sehat bagi peserta didik (3) Madrasah terasa panas dikarenakan belum adanya kesadaran akan pentingnya menanam pohon, oleh karena itu madrasah harus menyiapkan paling tidak 30 % dari luas area madrasah sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), sekaligus warga madrasah harus digerakan agar gemar menanam pohon, dengan jumlah tanaman yang cukup akan membuat madrasah menjadi dingin, sekaligus asri dikarenakan oksigen yang dibutuhkan cukup. (4) Upaya untuk membiasakan hidup hemat kepada seluruh warga madrasah, yang dilakukan melalui sosialisasi, himbauan baik lisan maupun tulisan untuk hemat energy, sumber daya alam (sda) dengan demikian akan dapat memberikan penghematan terhadap biaya operasional madrasah. (5) Kamar mandi yang berbau harus ada tips bagaimana menggunakan kamar mandi yang benar agar tidak berbahu yaitu dengan motto “ SIKESI “ artinya Siram, Kencing, Siram dengan demikian akan dapat mengurangi bahu kamar mandi.

Dengan melaksanakan pembiasaan untuk dapat menciptakan kebersamaan dalam menjaga kebersihan dan kerindangan madrasah, maka

(7)

akan tercipta madrasah yang ideal (bersih, indah, nyaman, sejuk, rindang) sehingga peserta didik akan merasa krasan (betah) di madrasah untuk belajar sehingga akan dapat meningkatkan prestasi akademis dari seluruh siswanya.

Peserta didik adalah merupakan investasi masa depan bangsa, oleh karena itu apabila kita tidak memberikan bekal yang cukup terhadap pembentukan karakter siswa terhadap “Kepedulian terhadap Lingkungan” maka jelas persoalan kerusakan lingkungan dikemudian hari akan lebih parah dan sangat memprehatinkan. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh madrasah dalam upaya memberikan bekal kepada para siswanya agar kelak menjadi generasi yang peduli terhadap lingkungan dilakukan dengan “ Memberikan Pembelajaran Lingkungan Hidup (melaksanakan program ADIWIYATA) “, baik yang dilaksanakan secara integrasi pada maple wajib, kegiatan pengembangan diri, ekstrakurikuler maupun secara Monolitik sebagai muatan lokal madrasah.

Dengan melaksanakan program “Adiwiyata” artinya Madrasah Peduli

dan Berbudaya Lingkungan, ternyata merupakan senjata yang ampuh untuk

dapat mewujudkan madrasah yang ideal yaitu Madrasah yang Bersih, Indah, Rindang, Nyaman, Sejuk dan Asri, hal ini karena melalui program adiwiyata seluruh komponen madrasah akan dididik untuk peduli terhadap lingkungan antara lain (1) mengelola sampah untuk diubah menjadi berkah (2) mengelola kantin dengan jajanan sehat bebas dari 5 P maupun bebas dari bungkus plastik yang merupakan penyebab pencemaran lingkungan (3) menghemat segala sumber daya energy listrik (4) memanfaatkan sumber daya alam air secara optimal yaitu memanfaatkan kembali air-air limbah untuk ditampung melalui sumur resapan maupun biopori (5) kegiatan partisipatif dalam menanam pohon dalam rangka menciptakan lingkungan yang rindang.

Adiwiyata yang telah dilaksanakan oleh MTsN Gandusari Blitar mulai tahun 20011 sampai sekarang telah membuahkan hasil, bukan saja mendapatkan “Penghargaan” sebagai Madrasah Adiwiyata Nasional Tahun 2013 oleh Bapak Menteri Lingkungan Hidup ( Bapak Prof. Dr. Balthasar Kambuaya ), tetapai telah mampu merubah image masyarakat yaitu madrasah sebagai lembaga pendidikan yang ideal untuk melanjutkan melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga animo masyarakatpun menjadi luar biasa terhadap madrasah, hal ini terbukti dari pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang terus meningkat, bahkan sudah sampai menolak.

(8)

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisa maupun pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

a. Pelaksanaan program Adiwiyata ternyata dapat membentuk MTsN Gandusari Blitar, menjadi madrasah yang ideal yaitu madrasah yang bersih, indah, sejuk, rindang dan nyaman.

b. Pelaksanaan program Adiwiyata mampu membentuk karakter peserta didik MTsN Gandusari Blitar, menjadi Generasi yang peduli terhadap lingkungan, melalui pembiasaan.

c. Pelaksanaan program Adiwiyata telah mampu merubah imit (madrasah sebagai lembaga pendidikan kumuh) menjadi madrasah yang ideal, sekaligus mampu meniongkatkan animo masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya di MTsN Gandusari Blitar.

Saran

a. Diharapkan Guru menyadari tugas tanggungjawabnya untuk membentuk Generasi yang peduli terhadap lingkungan.

b. Kepada para pemangku Pengambil Kebijakan, diharapkan dapat memberikan himbauan kebijakan agar semua lembaga pendidikan untuk dapat melaksanakan program Adiwiyata, sehingga 10-15 Tahun mendatang akan dihasilkan Generasi masa depan yang peduli terhadap lingkungan.

c. Kepada lembaga Pendidikan Madrasah pada umumnya agar dapat melaksanakan program Adiwiyata sebagi bentuk implementasi terhadap tuntunan agama yang diharapkan sebagai kholifah dimuka bumi mampu menjaga dan melestarikan bumi beserta isinya.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Ety Indriati, Ph.D, 2006, Menulis Karya Ilmiah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ida Sundari Husen, 2012, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, STBA, Jakarta …….., 2013, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, UPI, Jakarta.

Tim Adiwiyata Nasional, 2012, Buku Pedoman Adiwiyata, KLH, Jakarta.

Tim Teknis Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2013,

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan pendekatan JIT, menentukan dan

Dengan menimbang peran media sebagai sumber informasi khalayak tentang kebijakan pemerintah, maka studi ini menyoroti agenda surat kabar dalam memberitakan kinerja

Jika dikaitkan dengan teori mengenai faktor-faktor yang mendorong suatu kerjasama internasional serta tujuan pembentukan CTI-CFF di atas, maka kerjasama multilateral

Pada pertemuan pertama ini guru sudah melaksanakan pembelajaran berdasarkan kegiatan awal, kegiatan inti (keterlaksanaan sintaks) yang terlewat, berdasarkan

Penelitian ini menggunakan Delone & McLean IS Success Model dengan menggunakan Kemudahan Penggunaan dari Theory Acceptance Model sebagai variabel intervening

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, paritas, usia gestasi responden dan berat badan lahir bayi dengan teknik menyusui yang benar.. Sedangkan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang berfokus pada perilaku masyarakat hukum. Penelitian

Walaupun determinasi kelamin individu pada awalnya ditentukan oleh genom individu tersebut, tetapi pengalihan dari kelamin genotipe ke kelamin fenotipe dilakukan melalui