• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Studi Hubungan Internasional mempelajari interaksi antara aktor-aktor dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Studi Hubungan Internasional mempelajari interaksi antara aktor-aktor dan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Studi Hubungan Internasional mempelajari interaksi antara aktor-aktor dan aspek-aspek yang menjadi indikasi dalam menganalisa fenomena-fenomena yang ada di dalamnya yaitu, politik, ideologi, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan1. Salah satu aspek penentu kemakmuran negara yang paling mutlak adalah aspek ekonomi. Tanpa adanya faktor ekonomi yang kuat, maka sebuah negara tidak akan mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari aspek-aspek yang lainnya2.Tentunya, tidak semua aktor yang terlibat dalam kasus ini adalah negara, mempunyai kapabilitas untuk memperkuat perekonomiannya tanpa adanya interaksi dengan negara lain, oleh karena itulah diciptakan perjanjian kerjasama, agar negara-negara yang mempunyai kekurangan dapat berkembang bersama sesuai dengan kepentingan negaranya.

Indonesia, sama seperti aktor negara lainnya yang perlu untuk melakukan kerjasama dengan negara lainnya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhuhan yang belum bisa terpenuhi secara mandiri. Salah satu kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan Dan Perikanan, adalah kerjasama mulitilateral dengan enam negara (Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste) dalam The Coral                                                                                                                

1 John Baylis dan Steve Smith, eds., 2001,The Globalization of World Politics. An

Introduction to International Relations, Oxford: Oxford University Press.

(2)

Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF), dengan tujuan untuk bersama-sama menjaga sumber daya laut dan pantai, yang bergantung pada terumbu karang, di mana pada saat ini kondisinya di perairan masing-masing negara sudah memprihatinkan. Kondisi kerusakan terumbu karang di Indonesia sudah mencapai 60 persen. CTI-CFF yang didirikan pada tahun 2009 juga memfokuskan kegiatannya pada beberapa isu penting seperti ketahanan pangan, perubahan iklim dan keanekaragaman hayati laut. Rencana strategis dari CTI-CFF mengadopsi dari CTI Regional Plan of Action (CTI RPOA), yang terdiri dari pengelolaan bentang laut, pengelolaan perikanan berbasis ekosistem, kawasan perlindungan laut, adaptasi perubahan iklim, dan spesies laut yang terancam punah.3

Tujuan Indonesia bergabung dalam kerjasama multilateral CTI-CFF dikarenakan kondisi terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle), khususnya yang masuk wilayah perairan Indonesia, berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2011, sebagian besar dalam kondisi rusak. Salah satu pemicu kerusakan terumbu karang disebabkan ulah manusia di sepanjang pantai berikut pola hidup sehari-hari yang menggunakan bahan-bahan kimia atau membuang sampah ke laut. Selain itu, kerusakan terumbu karang juga diperparah oleh perkembangan jumlah penduduk dan cara pemanfaatan, pengelolaan, serta eksploitasi sumber daya laut yang hingga saat ini belum diatur dengan baik.

                                                                                                               

3     Diakses dari http://www.hijauku.com/2015/08/04/6-negara-adopsi-perikanan-berbasis-ekosistem/,    tanggal  10  Juni  2016

(3)

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia; memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 kilometer. Ekosistem utama di daerah pesisir adalah ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Total luas terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang sekitar 75.000 kilometer per segi dan merupakan sumber utama suplai ikan tuna dunia. Di kawasan segitiga terumbu karang itu, Indonesia memiliki luas terumbu karang sekitar 51.000 kilometer persegi atau sekitar 18 persen dari total luas terumbu karang dunia. Namun, berbagai permasalahan mengancam ekosistem laut dunia, termasuk Indonesia, karena pemanasan global, gempa bumi, tsunami, serta pengasaman air laut karena banyaknya kandungan karbon dioksida dalam udara.4

Jika dikaitkan dengan teori mengenai faktor-faktor yang mendorong suatu kerjasama internasional serta tujuan pembentukan CTI-CFF di atas, maka kerjasama multilateral CTI-CFF merupakan langkah baik bagi Indonesia dikarenakan adanya kesadaran dan keinginan untuk bernegosiasi untuk memudahkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi, khususnya menangani permasalahan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) kawasan Asia Pasifik yang kondisinya sebagain besar sudah rusak. Yang mana nanti apabila berhasil, maka dapat diterapkan untuk melindungi semua terumbu karang di seluruh wilayah laut Indonesia.

Beberapa hal yang menjadi penyebab rusaknya terumbu karang, adalah metode penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom, racun, ataupun dampak pembangunan/aktivitas manusia di daratan.Kondisi

                                                                                                               

(4)

demikian, apabila didiamkan atau tidak dilakukan tindakan pencegahan dan perbaikan, maka akan semakin memperparah dan memperluas kondisi kerusakan terumbu karang. Dampak lainnya adalah dengan rusaknya terumbu karang, maka hasil tangkapan iikan akan semakin berkurang. Sedangkan di sisi lain, khususnya bagi Indonesia, komoditas ikan laut merupakan mata pencaharian utama banyak nelayan. Selain itu, kebutuhan masyarakat Indonesia akan ikan semakin hari semakin meningkat. Menurut Sudirman Saad5, pemulihan lingkungan bisa merehabilitasi dan meningkatkan produktivitas perikanan. Saat ini, produktivitas perikanan sekitar 25 ton per kilometer persegi.Kalau terumbu karang sehat, produktivitas bisa meningkat menjadi 80 ton per kilometer persegi.6

Kondisi kerusakan terumbu karang pada wilayah kelautan juga dialami negara-negara lainnya, termasuk lima Negara lain yang tergabung dalam kerjasama multilateral CTI-CFF. Oleh karena itu, demi efisiensi waktu, biaya, dan meningkatnya produktivitas hasil budi daya ikan, maka dilakukan kerjasama. Masalah-masalah menyangkut pelestarian dan rehabilitasi terumbu karang yang dihadapi oleh Indonesia khususnya sebagai salah satu negara peserta kerjasama multilateral CTI-CFF adalah :

1. Illegal Fishing.

Kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan di Indonesia terutama nelayan tradisionil adalah dengan cara dan alat tangkap yang bersifat

                                                                                                               

5 Diakses dari Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian

Kelautan dan Perikanan (KKP), tanggal 3 Juni 2016

6 Daikses dari http://simwaskan.psdkp.kkp.go.id/index.php/berita/baca/87, tanggal 3 Juni

(5)

merusak. Tindakan penangkapan ikan karang yang hanya mengejar jumlah yang banyak melalui cara dan alat tangkap yang dapat merusak terumbu karang tersebut dapat digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing. Saat ini banyak sekali terjadi kegiatan penangkapan ikan yang umumnya dilakukan nelayan dengan cara pemboman, penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang memiliki karang.

2. Dana

Masalah ini sangat berkaitan dengan keikutsertan Indonesia sebagai salah satu negara peserta kerjasama multilateral CTI-CFF, dimana masalah yang dihadapi untuk upaya pelestarian terumbu karang adalah masalah dana. Diperlukan biaya yang besar untuk melakukan penelitian, pelatihan, penyuluhan, dan sebaginya baik terhadap para nelayan, pengusaha ikan, dan tentunya terhadap negara-negara peserta CTI-CFF untuk melancarkan kerjasama dan menanggulangi permasalahan yang ada. Selain itu, Indonesia sebagai negara yang meratifikasi CTI-CFF mengeluarkan berbagai kebijakan (regulasi) demi melancarkan tujuan kerjasama tersebut. Di antaranya adalah insiatif Indonesia yang dikemukakan oleh SBY untuk mendirikan sekretariat kantor regional CTI-CFF di Manado, yang ternyata memerlukan dana yang yang sangatlah besar.

Dalam menunjang segala kebutuhan teoritis, penulis disini menggunakan beberapa perangkat bantu analisis untuk membantu proses penelitian. Penelitian

(6)

ini didukung dengan beberapa studi dalam disiplin Hubungan Internasional sebagai perangkat bantu analisis. Selain itu, dalam penulisan penelitian ini, juga didukung oleh beberapa jurnal yang digunakan sebagai penelitian terdahulu, yaitu: 1. Nadya Eka Putri dan Indra Pahlawan, S.IP. M.Si. 2014. Penelitian dalam bentuk jurnal dengan judul : “Kebijakan RI melakukan Kerjasama Sumber Daya Kelautan Perikanan dengan Thailand”. 7 Penelitian ini merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : “Apa bentuk dari upaya RI meminimalisir kegiatan illegal fishing di Indonesia?”. Sudut pandang ditekankan oleh penulis lebih menyangkut kepentingan RI melakukan kerjasama sumber daya kelautan perikanan dengan Thailand serta kendala dan upayanya dalam penegakan hukum dan keamanan di wilayah perairan Indonesia untuk mengantisipasi operasi illegal kapal ikan asing bagi perkembangan sumber daya kelautan Indonesia yang dibatasi dari tahun 2008 sampai dengan 2013.

2. Heryandi. 2013. Penelitian dalam bentuk Jurnal dengan judul : “Kerjasama Internasional Pengelolaan Sea Bed Area Dan Implikasinya Bagi Negara Pantai”.8 Penelitian ini merumuskan masalah : bagaimana

UNCLOS 1982 mengatur tentang kerjasama pengelolaan dasar laut internasional; dan apa implikasi hukum bagi negara pantai terhadap pengaturan kerjasama pengelolaan dasar laut internasional yang diatur dan disepakati negara pantai dalam UNCLOS 1982. Pendekatan yuridis

                                                                                                               

7 Jurnal Jom Fisip Universitas Riau. Volume 1 No. 2, Oktober 2014

(7)

normatif digunakan untuk pendekatan masalah penelitian, dengan cara mengkaji struktur dan isi hukum terkait dengan pengelolaan kawasan dasar laut internasional yang dimulai dari pengumpulan bahan hukum, klasifikasi hakikat permasalahan dan pemilahan isu hukum yang relevan serta penemuan hukum.

3. Ricardo Melendez-Ortiz. 2006. Penelitian dalam bentuk jurnal dengan judul : “Fisheries, International Trade and Sustainable Development”. Jurnal ini menjelaskan tentang isu-isu rincian aturan-aturan perdagangan yang kompleks dan peralatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan dan pengembangan dari sektor industri perikanan. Dengan sudut pandang pengembangan berkelanjutan seperti bagaimana peralatan aturan perdagangan seperti tarif, subsidi, standar-standar mempengaruhi tujuan aturan umum yang berhubungan dengan pengembangan sosial, lowongan pekerjaan dan keamanan pangan. Bagaimana penggunaan dari berbagai macam alat-alat kebijakan dapat mempengaruhi kemampuan sebuah negara untuk mengamankan nilai-nilai ekspor dan menjaga keuntungan dari sektor industri perikanan. Pada akhirnya jurnal ini menganggap bahwa perkembangan sektor industri perikanan sangat mengandalkan usaha yang besar dari semua aktor yang terlibat untuk menghadapi keanekaragaman faktor yang mempengaruhi produksi perikanan secara global, serta hubungan antara struktur pasar, harga dan, liberalisasi perdagangan seperti; dampak atas perbedaan harga tarif dan atas ketersediaan dan permintaan produk.  

(8)

Ketiga jurnal diatas digunakan penulis sebagai penelitian terdahulu dalam proses penulisan, yang dirasa cocok untuk digunakan sebagai rujukan dan pendekatan kasus dalam masalah yang akan diteliti oleh penulis. Selain itu, kasus yang diankat pada ketiga penelitian terdahulu diatas cocok apabila dikaitkan dengan perumusan masalah dalam penelitian penulis. Maka dari itu, dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai permasalahan rusaknya terumbu karang dan kemudian mengkajinya dalam sebuah penelitian berjudul : “Upaya Indonesia dalam Pelestarian Terumbu Karang Di Kawasan Asia Pasifik Melalui Kerjasama

Multilateral Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food

Security (CTI - CFF)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam

pelestarian terumbu karang di kawasan Asia Pasifik melalui

Kerjasama Multilatereal Coral Triangle Initiative on Coral Reefs,

(9)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan

Tujuan penelitian adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. (Susriasumatri, 2001: 313). Adapun tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dalam pelestarian terumbu karang di kawasan Asia Pasifik melalui kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI - CFF).

1.3.2. Manfaat Penelitian

A. Aspek Teoritis

Manfaat yang dapat dicapai adalah memberikan pengetahuan mengenai upaya-upaya suatu negara yang melakukan kerjasama dengan negera-negara lainnya dalam suatu kawasan dalam upaya mencapai kepentingan nasionalnya dengan melakukan kerjasama, serta meningkatkan pemahaman terhadap hubungan internasional, dan juga sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan kegiatan kerjasama antar Negara dalam suatu kawasan.

B. Aspek Praktis

Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan dapat tercapai adalah penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan para pembacanya, baik mahasiswa hubungan internasional atau masyarakat luas, khususnya kerjasama antar Negara dalam suatu kawasan untuk kepentingan

(10)

nasionalnya. Kemudian penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah dengan diketahuinya manfaat yang didapat dari kegiatan kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI - CFF) dalam pelestarian terumbu karang.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pertanggungjawaban biaya SBK yang terjadi sebelum Peraturan ini ditetapkan dan sedang dalam proses oleh pejabat penatausahaan keuangan, maka penyelesaiannya berpedoman

Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tanggal 5 Juni 2012 tentang Jadual Pelaksanaan Kampanye Pasangan Calon Gubernur dan Wakil

Berdasarkan pada perancangan sistem dan hasil analisa yang telah dilakukan yaitu rancangan bangun miniator rumah pintar 2 lantai dengan sensor gerak berbasis sms maka

Selain itu korban juga berhak memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis, penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban, pendampingan oleh

Dalam prinsip kesederhanaan, diharapkan masyarakat miskin membuat skala prioritas, menggunakan harta secara wajar dan tidak berlebih-lebihan dalam artian tidak

Puji syukur di panjatkan kepada kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan jidul ― Penerapan Model

Pengujian pada reksa dana pendapatan tetap menunjukkan bahwa kinerja kedua reksa dana memang berbeda namun tidak signifikan diukur dengan sharpe ratio, treynor ratio, dan..

Dengan adanya masalah masalah seperti diatas maka penulis akan melakukakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PDRB, IPM, TINGKAT PENGANGGURAN DAN BELANJA PEMERINTAH