• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pencemaran lingkungan oleh zat warna yang berasal dari industri tekstil dan pewarnaan (dying) serta pencemaran logam berat Cu(II) dari kegiatan

electroplating dan metalurgi telah terjadi secara luas. Zat warna dan logam berat

Cu(II) yang terbuang bersama limbah industri bersifat racun dan karsinogen. Apabila zat-zat berbahaya ini mengkontaminasi rantai makanan manusia, maka dapat terakumulasi dalam tubuh dan meningkatkan resiko manusia terkena berbagai penyakit. Oleh karena bahaya yang ditimbulkan limbah sedemikian serius, maka pencemaran limbah cair zat warna dan logam berat Cu(II) mendesak untuk ditangani.

Banyak teknik penanganan limbah telah diteliti untuk mengatasi pencemaran limbah cair zat warna dan logam berat, seperti filtrasi, koogulasi dan adsorpsi. Teknik ini dilaporkan belum efektif mengurangi limbah dan dapat memunculkan masalah baru. Masalah baru tersebut antara lain adalah perlunya tempat penampungan limbah serta penanganan lanjutan dalam mengurangi toksisitasnya. Untuk menghasilkan penanganan limbah yang efektif dalam mengurangi limbah sekaligus toksisitasnya, maka diperlukan metode penanganan yang mampu memecah limbah dan mengubahnya menjadi zat yang aman bagi lingkungan.

Metode yang dilaporkan dapat mendegradasi senyawa organik termasuk zat warna dan mereduksi logam berat adalah fotodegradasi dan fotoreduksi terkatalisis. Dengan metode ini, senyawa organik dipecah menjadi senyawa sederhana seperti CO2, H2O dan asam mineral lainnya (Janus, 2011; Nguyen, 2011), serta mendetoksifikasi logam berat melalui proses fotoreduksi (Chen, 2004; Kabra, 2004). Metode ini menggunakan fotokatalis dari bahan oksida logam yang sensitif terhadap sinar daerah UV dan tampak untuk menginisiasi reaksi fotodegradasi dan fotoreduksi terkatalisis. Teknologi berbasis fotokatalis dilaporkan lebih efektif dalam mengurangi limbah karena tidak hanya mampu

(2)

memecah senyawa organik beracun tetapi juga mengurangi toksisitas logam berat.

Dalam proses reaksi fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi logam berat, fotokatalis oksida logam yang digunakan secara luas adalah titanium dioksida (TiO2). TiO2 banyak digunakan dan diaplikasikan karena sifatnya yang stabil, tidak beracun, tidak korosif, hemat energi, dan murah. Penggunaan TiO2 pada umumnya secara tunggal atau TiO2 murni berupa serbuk (bulk). Akan tetapi, penggunaan serbuk dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi aktivitas fotokatalitiknya karena seringkali dibutuhkan serbuk dalam jumlah yang cukup banyak. Penggunaan serbuk dalam jumlah yang cukup banyak dapat beresiko terbentuk slurry dan kekeruhan dalam sistem larutan. Sistem larutan yang keruh dapat menghalangi penetrasi radiasi UV yang digunakan untuk mengaktifkan seluruh partikel fotokatalis yang terdispersi. Penggunaan serbuk juga menyulitkan proses recovery fotokatalis TiO2.

Keterbatasan penggunaan serbuk TiO2 ini mendorong dilakukannya modifikasi, antara lain mengubah bentuk serbuk menjadi lapisan film TiO2 pada permukaan kaca (Gunlazuardi, 2001) dan mengembankan partikel TiO2 ke dalam material anorganik, seperti zeolit (Wijaya, 2006), silika (Yasuhiro, 2009), resin (Wahyuni, 2010), karbon aktif (Andayani, 2007) dan gelas fiber (Pandiangan, 2013), nilon (Sarwar, 1997), aramid (2000) dan poliuretan (David, 2007).

Bahan-bahan pengemban TiO2 tersebut dilaporkan memiliki kekurangan diantaranya adalah dihasilkan jaringan material yang kaku dan mudah rusak, beaya pengembanan yang relatif mahal, keterbatasan daya dukung pengemban terhadap aktivitas fotokatalitik, mengurangi waktu respon fotokatalis, dan menghasilkan limbah sintesis yang beracun (Tae, dkk., 2005; Sarwar dan Ahmad, 1997 dan 2000; Ingolf, 2011). Kekurangan dalam penggunaan bahan pengemban tersebut mendorong penggunaan biomaterial kitosan sebagai bahan pengemban (host) alternatif. Kitosan dapat sebagai host karena sifat optik kitosan dapat mendukung penetrasi cahaya untuk mengaktivasi fotokatalis (Guibal, 2005). Kitosan juga dilaporkan dapat mendifusikan muatan dan energi foton kepada fotokatalis (Nawi, 2012).

(3)

Su (2006, 2008, 2010, 2011), Zubieta (2008) Zainal (2009) dan Nawi (2012) telah menggunakan kitosan sebagai host bagi TiO2. Teknik pengembanan TiO2 yang telah dilakukan terhadap kitosan tersebut antara lain dengan pembentukan campuran atau teknik deposisi melalui proses blended serbuk TiO2 dalam larutan kitosan. Hasil yang didapatkan dengan teknik tersebut diketahui tidak cukup stabil secara mekanik atau mudah terjadi abrasi partikel TiO2 yang terembankan. Fotokatalis TiO2 juga tidak terdispersi secara homogen pada kitosan sehingga mengurangi penetrasi cahaya ke permukaan fotokatalis. Keaadaan ini dapat mengurangi sebagian aktivitas fotokatalis dan tidak menghasilkan perbaikan penggunaan TiO2 dari penggunaan TiO2 serbuk. Untuk itu, diperlukan metode pengembanan TiO2 alternatif yang dapat meningkatkan aktivitas fotokatalitik TiO2.

Selain menentukan bahan pengemban dan metode pengembanan, aktivitas fotokatalitik TiO2 dapat ditingkatkan dengan mengubah dimensi partikel TiO2 menjadi berukuran nano atau membentuk TiO2 nanopartikel. TiO2 nanopartikel dapat memiliki aktivitas fotokatalitik lebih tinggi karena adanya efek kuantum, terutama yang berdimensi 1-10 nm (Banfield, 2001). Secara umum disebut TiO2 apabila partikelnya memiliki satu, dua atau tiga dimensi yang kurang dari 100 nanometer (nm). Nanopartikel meningkatkan kereaktifan karena memiliki luas permukaan yang lebih besar serta memiliki perbedaan sifat optik dan magnetik (Matthews, 1993).

Sintesis TiO2 nanopartikel seperti halnya fotokatalis oksida logam pada umumnya, dapat dilakukan secara in situ dalam suatu bahan inang (host

material), yaitu bahan yang memiliki struktur berpori, berongga ataupun ruang

antar lapis yang dapat membatasi pertumbuhan partikel oksida tersebut. Kitosan dapat berfungsi sebagai host material dalam sintesis nanopartikel suatu oksida logam karena kitosan merupakan struktur molekul polimer yang panjang, yang mampu membentuk struktur bergulung, berlapis, meregang serta berpilin ganda sehingga menghasilkan ruang dan celah yang dapat membatasi pertumbuhan partikel oksida logam dengan efektif.

(4)

Selain itu, kitosan memiliki dua gugus aktif yaitu -NH2 dan -OH yang reaktif berinteraksi dengan spesies lain seperti dengan oksida logam. Reaktivitas gugus aktif kitosan dalam berinteraksi dengan oksida logam dapat meningkatkan kestabilan pembentukan nanopartikel di dalam matriks kitosan, sehingga proses pertumbuhan nanopartikel dalam matriks kitosan dapat berlangsung. Kitosan yang biokompatibel juga dilaporkan dapat berinteraksi secara kimia melalui gugus aktif –NH2 dan –OH dengan TiO2 membentuk komposit (Ozerin, 2006; Zhao, 2009; dan Jayakumar dkk., 2011). Kemampuan interaksi kitosan tersebut dapat mengurangi kecenderungan terjadinya agregasi partikel TiO2 selama preparasi karena adanya interaksi inter-partikel secara langsung, atau akibat gaya van der waals.

Berdasarkan hal tersebut, beberapa peneliti telah menggunakan kitosan sebagai host pembentuk nanopartikel dari suatu fotokatalis logam, yaitu sintesis ZnS, CdS, dan PbS (Shan, dkk., 2011), quantum dots ZnS (Shu, 2011), paladium (Shu, 2011; Shan, dkk., 2011; Nianchai., 2010) dan platinum (Mehri, dkk., 2011). Beberapa metode yang digunakan dalam sintesis tersebut antara lain adalah metode simulating biomineralization (Shan, 2011), metode kelarutan dan deposisi logam katalis melalui adsorpsi oleh gugus –NH2 dan OH pada kitosan (Nianchai, 2010). Fotokatalis logam yang disintesis dalam kitosan tersebut dilaporkan memiliki aktivitas fotokatalitik cukup tinggi.

Keberhasilan sintesis fotokatalis logam dalam kitosan di atas mendasari penelitian ini, yaitu melakukan sintesis TiO2 nanopartikel dalam kitosan sebagai

host. Penggunaan kitosan sebagai host dilakukan dalam rangka memodifikasi

fotokatalis TiO2 mendapatkan performa yang lebih baik daripada penggunaan TiO2 sebelumnya. Kemampuan kitosan dalam membentuk komposit dengan spesies oksida logam juga makin menguntungkan dalam penggunaan kitosan sebagai host, karena dapat menghasilkan TiO2 nanopartikel sekaligus membentuk bahan komposit. Komposit yang terbentuk diantara kitosan dan TiO2 nanopartikel disebut sebagai nanokomposit. Oleh karena proses sintesis TiO2 dalam kitosan sekaligus terbentuk komposit, maka sintesis ini merupakan sintesis satu langkah. Sintesis satu langkah merupakan metode altenatif memperbaiki

(5)

metode sintesis sebelumnya dalam menghasilkan bahan nanokomposit sebagai fotokatalis yang memiliki aktivitas fotokatalitik tinggi dan luas permukaan besar, serta lebih mudah dalam recovery.

Fotoaktivitas nanokomposit TiO2–kitosan yang terbentuk selanjutnya diujikan aktifitasnya pada fotodegradasi zat warna anionik (Metil Orange, MO), dan kationik (Metilen Biru, MB) serta fotoreduksi ion logam Cu(II). Digunakannya dua zat warna ini sebagai bahan pengujian aktivitas fotokatalis karena tingginya pemakaian industri tekstil terhadap kedua zat warna tersebut. Demikian juga digunakan Cu(II) karena banyaknya limbah Cu(II) dari industri metalurgi dan elektronika yang terbuang dan berpotensi mencemari lingkungan (Ralph, 1989; Houas, 2000; Kabra, 2008).

Pada kondisi tertentu, limbah-limbah tersebut dimungkinkan berada secara bersamaan dalam lingkungan perairan, sehingga menuntut penanganan limbah yang efektif dan efisien. Penanganan limbah yang efektif dan efisien dapat dicapai melalui proses fotodegradasi dan fotoreduksi secara simultan, yaitu proses fotodegradasi menghilangkan limbah organik yang bersamaan dengan proses fotoreduksi mendetoksifikasi logam berat. Proses simultan merupakan teknik penanganan limbah yang menguntungkan karena lebih hemat waktu, energi dan biaya. Adanya proses fotodegradasi dan fotoreduksi yang simultan dapat mengoptimalkan sistem reaksi fotodegradasi dan fotoreduksi pada permukaan fotokatalis.

Penelitian ini juga mempelajari kondisi optimum dalam reaksi fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi terkatalisis nanokomposit TiO2–kitosan, baik dalam proses secara tunggal maupun simultan. Parameter kondisi optimum yang dipelajari dalam sistem tunggal adalah: waktu penyinaran, pH, serta konsentrasi zat warna dan logam berat. Adapun parameter yang dipelajari dalam sistem simultan adalah: pengaruh konsentrasi Cu(II) terhadap reaksi fotodegradasi zat warna, pengaruh konsentrasi zat warna terhadap reaksi fotoreduksi Cu(II) serta pengaruh waktu kontak dengan adanya zat warna terhadap reaksi fotoreduksi Cu(II), dan pengaruh waktu kontak dengan adanya Cu(II) terhadap reaksi fotodegradasi zat warna.

(6)

1.2 Perumusan Masalah

Pemanfaatan fotokatalis TiO2 baik dalam bentuk serbuk, film dan dalam bentuk modifikasi dengan beberapa pengemban, dilaporkan masih memiliki kekurangan dalam mendapatkan fotokatalis yang efektif dan efisien. Di antara yang dapat meningkatkan efektivitas fotokatalis TiO2 adalah dengan mempreparasi TiO2 nanopartikel dan mengembankannya pada host yang sesuai.

Berdasarkan hal tersebut, dilakukan sintesis TiO2 nanopartikel dengan menggunakan bahan pengemban (host) dari kitosan. Kitosan menjadi alternatif sebagai host material dalam sintesis TiO2 nanopartikel karena matriks kitosan dapat membatasi pertumbuhan partikel sekaligus dapat berinteraksi secara kimia dengan TiO2. TiO2 nanopartikel akan berinteraksi melalui ikatan kimia antata gugus aktif –NH2 dan –OH pada kitosan dengan gugus O-Ti-O pada TiO2 membentuk nanokomposit TiO2–kitosan. Proses sintesis TiO2 nanopartikel dan pengembanan dalam matriks kitosan dilakukan dengan teknik pelarutan dan deposisi partikel yang dilakukan dalam satu langkah dengan menggunakan metode sol gel.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang timbul dari penelitian ini dapat disusun dalam dua bagian:

1. Apakah TiO2 nanopartikel yang dihasilkan dari sintesis pada kondisi temperatur kamar menggunakan matriks kitosan sebagai host material dapat membentuk nanokomposit TiO2–kitosan yang berfungsi sebagai fotokatalis?

2. Apakah reaksi fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi logam berat dapat berlangsung efektif, baik dalam sistem tunggal maupun simultan menggunakan fotokatalis nanokomposit TiO2–kitosan?

1.3 Keaslian dan Kedalaman Penelitian

Keaslian penelitian terletak pada metode sintesis fotokatalis nanokomposit TiO2–kitosan yang dipelajari dalam penelitian ini. Sejauh penelusuran pustaka, metode sintesis fotokatalis nanokomposit TiO2-kitosan belum pernah dilaporkan sebelumnya. Metode sintesis ini mengembangkan metode pengembanan TiO2

(7)

dalam kitosan sebagaimana yang telah dilakukan seperti metode impregnasi, kelarutan dan deposisi prekursor pada matriks pengemban. Meteode-metode tersebut dilaporkan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, penelitian tentang sintesis fotokatalis nanokomposit TiO2-kitosan ini merupakan upaya memperbaiki dan memodifikasi dari metode sebelumnya.

Sintesis nanokomposit TiO2-kitosan didasarkan pada sintesis TiO2 nanopartikel fasa kristalin dengan menggunakan matriks kitosan sebagai host material pada temperatur kamar dilakukan dengan metode sol gel. Proses sintesis TiO2 nanopartikel dilakukan bersamaan dengan pembentukan nanokomposit TiO2-kitosan. Ikatan kimia yang terbentuk akan menstabilkan dispersi TiO2 nanopartikel pada permukaan kitosan sehingga meningkatkan efektivitas nanokomposit TiO2–kitosan sebagai fotokatalis. Oleh karena sintesis TiO2 nanopartikel fasa kristalin yang terbentuk dalam kitosan sekaligus dapat berikatan kimia dengan gugus aktif –NH2 dan –OH pada kitosan membentuk nanokomposit, maka proses ini disebut sebagai sintesis satu langkah. Proses satu langkah dalam sintesis nanokristal TiO2 dengan reaksi pengembanan di atas, sejauh ini belum pernah dilaporkan.

Selain metode sintesis tersebut, keaslian penelitian ini juga terletak pada kedalaman penelitian dalam mempelajari tahapan sintesis dan beberapa variabel yang berpengaruh dalam proses sintesis nanokomposit TiO2–kitosan, seperti pH larutan prekursor, waktu penuaan kristal (aging) dan konsentrasi prekursor TTIP. Oleh karena kitosan adalah biopolimer yang dapat terdekomposisi pada temperatur tinggi, maka tahap pertumbuhan partikel kristal TiO2 dilakukan dalam temperatur kamar.

Penelitian ini juga melakukan uji aktivitas nanokomposit sebagai fotokatalis dalam proses fotodegradasi zat warna (kationik dan anionik) dan fotoreduksi ion logam berat baik dalam sistem tunggal maupun simultan. Parameter-parameter yang berpengaruh juga dipelajari, seperti pH larutan, berat fotokatalis, konsentrasi zat warna dan ion logam, serta lama waktu penyinaran. Kajian mendalam tentang pengaruh parameter-parameter di atas dapat berguna

(8)

untuk mengetahui kondisi optimum proses fotodegradasi dan fotoreduksi, sehingga berlangsung efektif dan efisien.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan bahan fotokatalis dari nanokomposit TiO2–kitosan yang memiliki aktivitas fotokatalitik yang tinggi, sehingga dapat melangsungkan reaksi fotodegradasi dan fotoreduksi secara efektif dan efisien. Bahan nanokomposit diharapkan lebih stabil secara mekanik dan mudah dalam proses recovery.

Lebih jauh hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pengetahuan bagi perkembangan teknologi berbasis fotokatalis serta dimanfaatkan secara luas dalam aplikasi penanganan limbah cair zat warna dan logam berat.

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian adalah melakukan sintesis TiO2 nanopartikel dalam kitosan, dan sekaligus membentuk nanokomposit dari TiO2 dan kitosan sebagai fotokatalis untuk meningkatkan aktivitas fotokatalitik TiO2 dalam proses fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi logam berat.

Adapun tujuan khusus penelitian ini berkaitan dengan perumusan masalah penelitian, adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sintesis nanokomposit TiO2–kitosan sebagai fotokatalis pada temperatur kamar dengan metode sol gel, menggunakan teknik pengembanan fotokatalis pada pengemban kitosan melalui teknik pelarutan larutan prekursor TTIP dalam kitosan.

2. Melakukan sintesis dengan mengatur beberapa variabel yang berpengaruh terhadap hasil sintesis, antara lain yaitu; konsentrasi senyawa prekursor TTIP, pH sistem larutan dan waktu penuaan (aging).

3. Melakukan karakterisasi nanokomposit TiO2–kitosan yang terbentuk, yang meliputi penentuan fasa kristalinitas, ukuran partikel, luas permukaan, sifat

(9)

optik, energi celah pita (Eg), interaksi gugus fungsi, morfologi dispersi TiO2, dan kestabilan termal.

4. Mempelajari sifat fotoaktivitas nanokomposit TiO2–kitosan pada reaksi fotodegradasi terhadap zat warna metil orange dan metilen biru, serta reaksi fotoreduksi ion logam Cu(II). Sifat fotoaktivitas nanokomposit dalam proses fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi ion logam Cu(II) dipelajari dengan dilakukan secara tunggal, yaitu dilakukan hanya dengan zat warna, maupun dilakukan secara simultan, yaitu dilakukan dengan zat warna dan logam berat. 5. Melakukan reaksi fotodegradasi dan fotoreduksi terkatalisis nanokomposit

dengan mengvariasi beberapa variabel yang berpengaruh terhadap fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi Cu(II), yaitu lama waktu penyinaran, konsentrasi mula-mula ion logam dan zat warna (dye), dan pH larutan. Bagian ini juga melakukan uji regenerasi nanokomposit.

1.6 Ruang Lingkup dan Sistematika Disertasi

Penelitian disertasi ini meliputi kajian sintesis nanokomposit TiO2–kitosan dengan metode sol gel yang diikuti proses penuaan (aging) pada temperatur kamar, dengan beberapa kajian pengaruh parameter sintesis dan kajian aktivitas fotokatalitik nanokomposit TiO2–kitosan dalam proses fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi logam berat. Disertasi ini di bagi menjadi 7 judul bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan. Bagian pertama menyajikan latar belakang penelitian yaitu, permasalahan limbah cair zat warna dan logam berat yang mendesak untuk ditangani, perkembangan dan peningkatan aktivitas TiO2 dalam menangani limbah cair, perumusan masalah, keaslian dan kedalaman penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian serta lingkup disertasi.

Bab II. Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka memaparkan telaah pustaka yang terkait dengan penelitian disertasi, antara lain tentang sifat, aplikasi dan modifikasi fotokatalis TiO2. Selain itu, bab ini juga menguraikan perkembangan

(10)

modifikasi TiO2–kitosan dan aplikasinya serta mekanisme pembentukan nanokomposit TiO2–kitosan

Bab III. Landasan Teori, Hipotesis dan Rancangan Penelitian. Pada bagian ini menyampaikan landasan teori, hipotesa dan skema kerja penelitian dalam suatu rancangan penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hipotesa. Selanjutnya diuraikan metode analisis dan karakterisasi material hasil sintesis yang meliputi spektrofotometri difraksi sinar X, spektrofotometri sinar infra merah, analisis termogravimetri, spektrofotometri UV-Visibel, serapan gas N2,

Scanning Electron Microscopy (SEM), Electron Dispersive X-Ray, Transmission Electron Microscopy (TEM) dan kromatografi cair.

Bab IV. Metode Penelitian. Pada bagian ini diuraikan metode dan cara penelitian yang meliputi dua tahapan; yaitu, pertama: preparasi sol TTIP sebagai senyawa prekursor dengan mengvariasi pH sol TTIP dalam pH 2; 2,7; 3; 4; dan 5; kedua, sintesis nanokomposit TiO2-kitosan melalui proses aging yang dilakukan dalam temperatur kamar. Pada tahap kedua juga dilakukan dengan mengvariasi konsentrasi TTIP sebesar 0,13 mol/L; 0,33 mol/L; 0,65 mol/L; dan 1,3 mol/L serta mengvariasi waktu aging selama 0 hari, 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi dan diuji aktivitas fotokatalisnya terhadap fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi ion logam Cu(II)

Bab V. Hasil dan Pembahasan. Bagian I: Sintesis dan Karakterisasi Nanokomposit TiO2-kitosan sebagai Fotokatalis pada Temperatur Kamar.

Pada bab ini diuraikan tentang sintesis dan karakterisasi nanokomposit TiO2 -kitosan yang dilakukan dengan mempelajari beberapa variabel yang berpengaruh terhadap hasil sintesis yaitu pH larutan sol TTIP, waktu penuaan (aging) dan konsentrasi TTIP. Karakterisasi terlebih dahulu dilakukan terhadap kitosan sebagai host material untuk selanjutnya terhadap hasil sintesis nanokomposit TiO2–kitosan. Bahasan dalam karakterisasi diarahkan pada penentuan sifat kristalinitas dan ukuran partikel TiO2 yang terbentuk dalam kitosan, sifat

(11)

nanokomposit TiO2-kitosan sebagai fotokatalis seperti energi celah pita (Eg),

serta luas permukaan spesifik

Bab VI. Hasil dan Pembahasan. Bagian II: Aktivitas Fotokatalitik Nanokomposit TiO2–kitosan terhadap Fotodegradasi Metil Orange,

Metilene Biru dan Fotoreduksi Ion Logam Cu(II).

Pada bab ini dibahas tentang aktivitas fotokatalis nanokomposit TiO2–kitosan dalam proses reaksi fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi ion logam Cu(II) baik dilakukan secara tunggal maupun secara simultan antara zat warna dan ion Cu(II), dengan mempelajari beberapa variabel yang berpengaruh terhadap hasil fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi ion logam Cu(II) seperti waktu penyinaran, konsentrasi mula-mula dan pH larutan MO, MB dan Cu(II). Bagian ini juga mengkaji sifat adsorpsi, kinetika reaksi dan regenerasi nanokomposit TiO2-kitosan terhadap fotodegradasi zat warna dan fotoreduksi ion Cu(II) serta analisis senyawa hasil fotodegradasi MO dan MB menggunakan melalui perubahan intensitas puncak kromatogram

Bab VII. Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan rangkuman keseluruhan dari hasil penelitian disertasi dan perpektif kelanjutan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Menyadari ancaman yang begitu besar dari pencemaran logam berat pada perairan, maka berbagai metode alternatif telah banyak digunakan untuk mengurangi konsentrasi logam

Penyusun memutuskan untuk menggunakan judul tersebut karena judul tersebut sesuai dengan apa yang ingin dibahas penyusun yakni menafsirkan bagian-bagian Injil Markus yang

Gaslighting dapat perlahan berdampak layaknya kekerasan psikologis pada anak lainnya, hal ini yang masih menjadi hal yang belum banyak dibahas secara umum dikarenakan

Memberikan informasi mengenai alternatif lain dalam menghilangkan ion logam berat Mn dengan memanfaatkan bubuk buah ketapang ( T.catappa) yang mempunyai nilai

Hal ini dibahas dalam artikel yang ditulis oleh Mark Simpson, dimana inti dari artikel tersebut mendeskripsikan tentang suatu jenis baru lelaki muda, dan ia juga

Bagi para nasabah, tidak hanya dapat membeli emas murni di PT Pegadaian (Persero), tetapi juga akan dapat melakukan deposito emas bahkan pembelian emas yang

Alergi adalah suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada suatu zat (alergen) yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi.Namun, sebagian

Dan yang terakhir dilakukan orientasi untuk mengetahui pengaruh penambahan fotokatalis TiO 2 Dopan-N dan ion logam Cu (II) 4 mg/L serta penyinaran dengan lampu tungstein