• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM OPERASIONAL DAMIU DAN KUALITAS BAKTERI COLIFORM AIR MINUM ISI ULANG DI PERUMAHAN BUMI SEMPAJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM OPERASIONAL DAMIU DAN KUALITAS BAKTERI COLIFORM AIR MINUM ISI ULANG DI PERUMAHAN BUMI SEMPAJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA TAHUN 2011"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM OPERASIONAL DAMIU DAN KUALITAS BAKTERI COLIFORM AIR MINUM ISI ULANG DI PERUMAHAN BUMI SEMPAJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SEMPAJA TAHUN 2011

Damiu operational system and quality of coliform bacteria drinking water in refillable in Bumi sempaja the areas puskesmas sempaja 2011

Ratna Yuliawati1, Ahmad Zarkowi2 ABSTRAK

Depot air isi ulang merupakan salah satu usaha rumah tangga dengan harga yang terjangkau dibandingkan dengan produk dalam kemasan yang bermerek, akan tetapi kualitas depot air minum isi ulang belum terjamin. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Puskesmas Sempaja pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 10 depot memenuhi syarat dan 7 depot tidak memenuhi syarat bakteriologi.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan rancangan pengambilan sampel air dan pemeriksaan total bakteri coliform serta penilaian sistem opersional 1 DAMIU.

Hasil penilaian sistem operasional DAMIU baik dengan persentase 87%, dan hasil pemeriksaan sampel air DAMIU negatif (-) total bakteri coliform 0/100 ml sampel.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sistem Operasional DAMIU di LISA dinyatakan baik dan negatif bakteri coliform dalam air minum. Oleh karena itu saran yang dapat diberikan adalah untuk lebih menjaga dan mempertahankan kualitas air minum dan untuk peneliti selanjutnya dalam pengambilan sampel dilakukan 2 kali agar hasil lebih representatif.

Kata Kunci : Sistem, Operasional, DAMIU, Total, Coliform Kepustakaan : 17 (1994-2010)

ABSTRACT

Depot water rechargeable is one attempt households and affordable compared to the product in the pack branded, but the quality of depot water carelessly is not guaranteed.Based on the results of investigation that has been carried by puskesmas sempaja in 2009 shows that 10 depot meet the conditions and 7 depot not qualified bacteriology.

This research is a method of descriptive to a draft the sample collection water and examination total bacteria coliform and assessment system damiu opersional 1.

The assessment results of the operational system damiu either by the percentage 87 %, and the results of investigation water sample damiu negative ( - ) the total bacteria coliform 0 hundredths ml sample.

Based on the research done can be concluded that damiu operational system in lisa expressed good and negative bacteria coliform in drinking water.Hence advice that can be given is to be maintain and maintain the quality of drinking water and to researchers selan

A. Pendahuluan

Air minum isi ulang (AMIU) menjadi pilihan yang lain. Air minum jenis ini dapat diperoleh di depot-depot dengan harga sepertiga lebih murah dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga yang beralih pada

layanan ini. Keberadaan air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin.1 keadaan

(2)

produknya. (Penelitian Universitas Sumatra Utara)

Hasil studi 120 sampel AMIU dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Denpasar) sempat menjadi perhatian publik karena pada beberapa sampel ditemukan sekitar 16 % terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini mengindikasikan buruknya kualitas sanitasi depot air minum isi ulang. Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis (Suprihatin, 2002).

Sudah banyak masyarakat, kantor, perusahaan baik berskala besar maupun kecil di daerah Samarinda dan sekitarnya bahkan rumah tangga, sebagian besar sudah menggunakan Air Minum Isi Ulang sebagai alternatif yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan akan air minum mereka. Kenyataan ini efek menjamurnya Depot Air Minum Isi Ulang di kota Samarinda, ini terlihat dari data DKK Samarinda dari tahun 2003 jumlah Depot air minum isi ulang sejumlah 23 buah meningkat menjadi 428 buah depot yang tersebar (Anonim,2008). Seiring dengan perkembangan itu, para konsumen sangat mengharapkan kualitas dan jaminan pengolahan dan pengawasan kesehatan yang cukup oleh pihak-pihak terkait. Jumlah Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang telah memiliki izin rekomendasi dari DKK pada tahun 2008 sebanyak 428 depot dan masih ada 4 Depot lainya yang sedang dalam proses perizinan. Perizinan dari DKK menentukan kelayakan depot tersebut beroperasi. Sampai pada bulan Desember tahun 2008, pengawasan yang terus-menerus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda secara rutin setiap bulan dicapai angka 97,2 % Depot Air Minum Isi Ulang yang dianggap memenuhi syarat operasional yang tersebar di 6 Kecamatan (Anonim, 2008).

Jumlah DAMIU yang terdaftar di Puskesmas Sempaja pada tahun 2009 sebanyak 32 depot yang terbagi dalam dua

Kelurahan yaitu Kelurahan Sempaja Utara 8 buah dan Sempaja Selatan 24 buah. Berdasarkan hasil pemeriksaan Puskesmas Sempaja dari 32 depot di ambil sampel 17 depot. Dari 17 depot tersebut yang memenuhi syarat 10 depot dan 7 depot tidak memenuhi syarat bakteriologi (Puskesmas Sempaja, 2009). Pada tahun 2010 jumlah damiu bertambah menjadi 42 buah yang terdiri dari 31 buah depot di Sempaja Selatan dan 11 buah depot di Sempaja Utara, dimana dari 42 depot diambil 16 depot sampel yang diperiksa dan yang memenuhi syarat 12 depot sedangkan 4 depot tidak memenuhi syarat bakteriologi yaitu bakteri Coliform.

Dan pada tahun 2010 kejadian penyakit diare cukup tinggi di Puskesmas Sempaja tepatnya di Kelurahan Sempaja Selatan yaitu sebanyak 72 kasus diare dengan prosentase 8,7 %. Berdasarkan data yang ada golongan umur pasien yang menderita adalah balita umur 1-5 tahun yang terdiri laki-laki 17 orang dan perempuan 19 orang.

Dengan mempertimbangkan dampak dari bakteri coliform pada Depot air minum terhadap kesehatan masyarakat dan banyaknya masyarakat sekarang ini menggunakan air minum isi ulang untuk kehidupan sehari-harinya, maka penulis tertarik untuk mengetahui Bagaimana sistem operasional DAMIU terhadap kualitas bakteri coliform air minum isi ulang di Perumahan Bumi Sempaja Wilayah kerja Puskesmas Sempaja Kecamatan Samarinda Utara.

Metodelogi

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan rancangan penelitian pengambilan sampel pada depot air minum isi ulang tentang sistem operasional DAMIU dan kualitas bakteri coliform air minum isi ulang di jalan P.M. Noor Ruko Bumi Sempaja Blok 1S Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja. Sistem operasional DAMIU adalah proses pengolahan air baku (yang tidak dapat diminum) menjadi air minum isi ulang (yang dapat diminum) dengan kualitas air yang memenuhi syarat pada Depot yang menjadi

(3)

sampel di Ruko Bumi Sempaja wilayah kerja Puskesmas Sempaja, yang terdiri dari kondisi air baku yang memenuhi syarat yang digunakan sebagai sumber air minum isi ulang, jenis dan bahan peralatan yang digunakan oleh Depot dalam memproses air baku menjadi air minum isi ulang, prosedur yang digunakan untuk memproses air baku menjadi air minum isi ulang yang meliputi penampungan, penyaringan, sterilisasi serta pengemasan, dan higiene petugas/pekerja dalam melakukan proses kegiatan pelayanan air minum isi ulang terhadap konsumen. Hasil

A.

Kualitas bakteri coliform

Dari hasil pemeriksaan total bakteri coliform di depot LISA menunjukkan hasil negatif bakteri coliform. Hal ini bias dipengaruhi oleh beberapa hal seperti air baku yang digunakan, peralatan, prosedur pengolahan, kondisi petugas/pekerja dan kondisi lingkungan.

Buckle dkk (1985) menyebutkan bahwa kriteria bakteriologis diperlukan untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya organisme yang merupakan petunjuk adanya pencemaran kotoran atau tinja dalam air.

Mikroorganisme yang paling umum digunakan sebagai petunjuk atau indikator adanya pencemaran feces dalam air adalah Escherichia coli serta bakteri dalam kelompok coliform. Bakteri dari jenis tersebut selalu terdapat dalam kotoran manusia, sedangkan bakteri patogen tidak selalu ditemukan. Mikroorganisme dari kelompok coliform secara keseluruhan tidak umum hidup atau terdapat dalam air, sehingga keberadaannya dalam air dapat dianggap sebagai petunjuk terjadinya pencemaran kotoran dalam arti luas, baik dari kotoran manusia maupun hewan.

Bakteri kelompok coliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 37oC dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri pada umumnya, juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.

Pembahasan

Hubungan Sistem Operasional DAMIU dengan Total Bakteri Coliform

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa sistem operasional damiu depot LISA baik dengan prosentase 87 %. Hal ini membuktikan bahwa hasil pemeriksaan total bakteri coliform negatif yaitu 0/100 ml.

Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran 1-5 mikron. Bakteri coliform adalah bakteri yang berbentuk batang pendek fakultatif gram negative yang mempunyai ukuran 0,5µm-3µm. Pada dasarnya bakteri dapat tersaring jika ukuran filter lebih kecil dari pada ukuran bakteri tersebut. Pada filter

pertama 2 tabung yang berukuran 5 mikron, filter kedua 2 tabung, filter ketiga 4 tabung berukuran 3 mikron, filter keempat 2 tabung berukuran 5 mikron, dimungkinkan masih ada bakteri yang lolos dalam penyaringan tersebut. Kemudian pada filter kelima dan keenam yang berukuran 1 mikron sehingga bakteri kemungkinan kecil yang lolos dalam penyaringan tersebut. Kemudian setelah tahap penyaringan dilakukan desinfeksi dengan UV, ini dilakukan untuk membunuh bakteri patogen yang mungkin masih tersisa dengan menggunakan sinar Ultra Violet. Sinar UV mempunyai panjang gelombang 280-320 nm yang dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Oleh karena itu, sistem operasional DAMIU ada hubungannya dengan kualitas bakteri coliform, yang dimana sistem operasional DAMIU yang baik maka

(4)

kualitas bakteri coliform memenuhi syarat/ negatif total bakteri coliform. Jadi semakin baik sistem operasional DAMIU maka

akan semakin baik kualitas air yang dihasilkan dan tidak mengandung bakteri coliform.

Sistem Operasional DAMIU

1. Penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dari air melalui media berpori-pori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya pasir atau kombinasi pasir, anthracite, garnet, polystyrene dan beads. Filter dengan bahan anthracite, kecepatan filtrasinya dapat diperbesar menjadi 1,5 – 2 kali saringan kasar. Pasir yang paling baik untuk bahan filter adalah pasir yang mengandung kwartsa (SiO2) lebih besar atau sama 90,8 %. Penghilangan zat padat tersuspensi dengan penyaringan memainkan peranan penting, baik yang terjadi dalam pemurnian alami dari air tanah maupun dalam pemurnian buatan dalam pemurnian instalasi pengolahan air. a. Proses

Filter yang digunakan dalam proses filtrasi biasanya dianggap sebagai saringan yang menahan zat padat tersuspensi diantara media filter. Proses filtrasi tergantung pada gabungan dari mekenisme fisika dan kimia yang kompleks, dan yang

terpenting adanya proses adsorpsi. Pada waktu air melalui lapisan filter, zat padat terlarut bersentuhan dan melekat pada permukaan dari butiran media filter atau materi yang lebih dulu melekat membentuk lapisan film. Kekuatan menarik dan mengikat partikel kebutiran, sama seperti yang terdapat pada proses koagulasi dan flokulasi. Hasil penyaringan air melalui media penyaringan berbanding lurus dengan ketebalan dan ukuran media saringan. Semakin tebal atau semakin kecil ukuran saringan, maka akan semakin banyak zat-zat yang tersaring.

b. Saringan pasir lambat

Saringan pasir lambat, berguna untuk menghilangkan organisme patogen yaitu bakteri dan virus dari air baku. Melalui adsorpsi bakteri dapat dihilangkan dari virus dan air baku. Melalui adsorpsi bakteri dapat dihilangkan dari air dan ditahan pada permukaan butiran pasir kira-kira 85% - 90% total bakteri. Apabila filter beroperasi dengan baik, saringan pasir lambat dapat menghilangkan protozoa seperti

(5)

Entamoeba hiistolytica dan cacing seperti Schistotosoma haemabium dan Ascaris lumbricoides. Saringan pasir lambat sesuai dengan namanya hanya mempunyai kemampuan menyaring : 0,1 – 0,3 m3 / jam atau 2 – 7 m3 / m2 / jam. Hal ini disebabkan ukuran butiran pasirnya relatif halus yaitu 0,2 mm.

c. Saringan berkecepatan tinggi

Saringan ini mempunyai kecepatan menyaring 3 - 4 kali kecepatan saringan pasir cepat. Pada saringan ini digunakan kombinasi dari beberapa media filter tidak hanya pasir saja sehingga dikenal dengan istilah multi media filter. Disebut dual media filter apabila menggunakan kombinasi 2 jenis media filter. Disebut melti media filter apabila menggunakan 3 atau lebih media sebagai bahan filter. Dual atau Multi media filter mempunyai ukuran dari kasar sampai halus, artinya media berukuran kasar terletak diatas media berukuran lebih halus.

d. Persyaratan pasir sebagai media filter

Pasir sebagai bahan atau filter agar hasil filtrasi efektif dipersyaratkan sebagai berikut :

1) Bersih tidak mengandung tanah liat dan zat organik

2) Butiran maksimum 2 mm 3) Derajat kekerasan 0,3 – 0,8 4) Berat jenis 2,35 – 2,65 e. Saringan pasir silica

Fungsi pasir silica untuk menyaring lumpur, tanah, dan partikel besar/kecil dalam air dan biasa digunakan untuk menyaring tahap awal.

f. Saringan karbon aktif (Karbon filter).

Fungsi karbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa chlor dan bahan organik. Semakin lama air yang kontak dengan carbon filter semakin banyak pula zat yang terserap.

g. Saringan mikro (Mikro filter)

Mikro filter adalah saringan halus berukuran mikron berbentuk silinder mudah dibersihkan atau dicuci. Mikro filter berguna untuk menyaring partikel yang berukuran 0,04 – 100 mikron ataupun bakteri yang berukuran lebih besar dari ukuran mikro filter. Mikro filter diproduksi dengan berbagai variasi ukuran dan berbagai variasi bahan. Variasi ukuran yaitu < 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Variasi bahan dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Catridge lilitan, memakai benang yang disikat halus sehingga seratnya berjurai kemudian dililitkan pada inti logam yang berlubang . Catridge ini mempunyai kemampuan 10 mikron.

2) Catridge membran, terbuat dari bahan sellulosa, nilon, polisulfon, akrilik, poinifiliden flourida. Caridge ini mempunyai kemampuan 2

mikron.

3) Catridge filter membran nilon, terbuat dari nilon. Catridge ini

mempunyai kemampuan

dibawah 0,2 mikron. Ukuran mikro filter didalam unit pengolahan air pada depot air minum dipersyaratkan maksimum 10 mikron.

2. Desinfeksi

a. Sinar Ultra Violet

Ultra violet adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang diantara 100 – 400 nm (1 nm = 0,0000001 mm). Panjang gelombang ini menempatkan ultra violet diluar spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata. Sinar ultra violet dibagi menjadi 4 (empat) spektrum, yaitu :

1) UV, Sinar ultra violet yang tidak dapat melewati atmosfir bumi. 2) UV-A, berada diantara panjang

gelombang 200 – 290 nm memiliki tingkat daya bunuh

(6)

paling tinggi terhadap bakteri, protozoa maupun virus.

3) UV-B, berada diantara panjang gelombang 290 – 300 nm terdapat dalam sinar matahari. 4) UV-C, berada diantara panjang

gelombang 300 – 400 nm terdapat dalam sinar matahari namun hampir tidak memiliki kemampuan sebagai desinfeksi.

Sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang 253,7 nm yang mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat merusak Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid (RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri. RNA berperan pada sintesis protein mengatur anabolisme, menghasilkan dan membentuk enzim sebagai penyimpan makanan. DNA terdapat dalam nukleus berisi kode genetika untuk reproduksi seluruh komponen sel. Air yang dilewati sinar ulra violet harus jernih. Air yang mengandung suspendid solid akan mempengaruhi transmisi dan penyerapan sinar ultra violet sehingga dapat melindungi bakteri, terutama bakteri dengan ukuran yang lebih kecil dari partikel suspendid solid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja sinar ultra violet pada pengolahan air minum, adalah :

1) Kekeruhan

Air yang keruh akan menghalangi penyinaran sinar UV

2) Kontaminasi padatan

Sinar UV tidak efektif pada air dengan kontaminasi kepadatan tinggi.

3) Jarak antara lampu dengan permukaan air

Penyinaran pada jarak yang dekat akan lebih efektif dibanding dengan jarak yang semakin jauh.

4) Temperatur

Temperatur yang semakin tinggi akan semakin menambah daya bunuh bakteri.

5) Jenis Organisme

Bakteri yang menghasilkan spora sangat resisten sehingga pengaruh desinfeksi dengan sinar ultra violet sangat kecil. Maka lama penyinaran atau kontak merupakan faktor penting dalam desinfeksi air minum. Semakin lama kontak maka akan semakin banyak bakteri yang terbunuh.

b. Bio Energi

Pada prinsipnya mesin air minum Bio Energi sama dengan mesin Reverse Osmosis, hanya pada proses akhir setelah melewati membrane ditambah dengan bantuan Bio Energi yang memancarkan gelombang FIR (Far Infra Red/Infra Merah Jauh)

Kelebihan dari air minum Bio energy sebagai berikut:

1. Tidak mengandung logam berat, kotoran, bakteri serta bahan organik kimia,

2. Kandungan Oksigen yang tinggi, 3. TDS : 0 ppm,

4. Sebagai detox teraphy,

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan sistem operasional DAMIU serta

(7)

pemeriksaan bakteri coliform di dapat sebagai berikut : 1. Sistem operasional damiu di Depot LISA

sudah baik dilihat dari air baku yang digunakan adalah air PDAM yang ditampung dalam 2 tandon PVC dengan kapasitas 1200 liter dan 3000 liter, jenis peralatan produksi terdiri dari bak penampungan air baku, bak penampungan air minum dan unit pengolahan air yang terdiri dari filter catridge 5 mikron, sentral filter, filter catridge 3 mikron, housing filter 5 mikron, filter catridge 1 mikron, housing filter 0,5 mikron, alat desinfektan (UV dan Bio Energi) dan bahan peralatannya terbuat dari bahan food grade.

2. Berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 15-19 Juni 2011 di laboratorium DIII Kesehatan Lingkungan STIKES Muhammadiyah Samarinda pada sampel air minum depot LISA untuk total bakteri coliform ternyata negatif, hal ini membuktikan bahwa sistem operasional baik maka kandungan total bakteri coliform 0/100 ml sampel.

B. Saran

Saran-saran yang yang dapat di berikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pemilik Depot LISA Untuk lebih menjaga dan mempertahankan filter air agar air minum yang dihasilkan tetap bagus dan setiap bulan harus selalu memeriksakan depotnya pada dinas terkait dalam hal ini puskesmas.

Daftar Pustaka

1. Effendi, Hefni, 2003. Telaah kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta

2. Joko Tri, 2010, Unit Produksi dalam

Sistem Penyediaan Air

Minum,Yogyakarta: Graha Ilmu

3. Soemirat, Juli, 2007. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

4. Sutrisno, Totok C, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : RinekaCipta.

5. SNI, 2002, Pedoman Pemeriksaan Kimia Air minum atau Air Bersih, Departemen Kesehatan RI Pelayanan Medik dan Laboraturium Kesehatan.Sulih Hartanto,2007.

6. Soekidjo Notoatmodjo,2010.Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rieneka Cipta.

7. Kusnaedi, 2006. Mengolah Air Untuk Air Minum. Cetakan Ke Lima Belas, Penebar Swadaya. Jakarta.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai undulasi yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan titik referensi PPS02 Belawan dan TTG 540 diketahui bahwa perbedaan tinggi undulasi antar masing-masing

Hampir semua wilayah pesisir di gorontalo utara memiliki topografi yang tidak rata atau bergelombang, dan akibatnya pengelolaan yang didarat yang menghilangkan daerah penyangga

Panduan Penulisan Tugas Akhir (Proposal, Hasil Penelitian dan Skripsi) FIB UHO 55.. Telah selesai diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipertahankan di

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah apakah permainan kartu bilangan dapat mengembangkan kemampuan mengenal bilangan 1-10 pada anak kelompok B TK Mawar

Penelitian ini dilakukan semata-mata untuk menambah wawasan mengenai penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan Good Corporate Governance pada lembaga perbankan syariah

Langkah pertama dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan oleh Sugiono adalah identifikasi Potensi dan masalah. Identifikasi ini merupakan analisis kebutuhan

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika (idealisme-relativisme) terhadap sensitivitas etika (yang digambarkan sebagai kemampuan

Balok tersusun dengan dimensi 130 mm x 150 mm x 1000 mm dengan ukuran paku 2 inch dan variasi jarak paku 3 cm, 6 cm, dan 9 cm, dengan sistem kampuh mendatar dan kampuh tegak