• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN: KENYAMANAN PADA KASUS KEGAWATAN ONKOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN: KENYAMANAN PADA KASUS KEGAWATAN ONKOLOGI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN KUALITAS

PELAYANAN KEPERAWATAN: KENYAMANAN

PADA KASUS KEGAWATAN ONKOLOGI

Tiur Dame Uli Silalahi ˡ ², Novy H. C. Daulima ³ 1. Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta

2. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia tiurdameuli@yahoo.com

Abstrak

Pelayanan kegawatdaruratan onkologi merupakan pelayanan kondisi akut, mengancam kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang dilakukan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan, kelompok dan masyarakat. Metode penelitian ini deskriptif analitik dengan tekni cross-sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan kualitas asuhan keperawatan pada kasus onkologi di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta. Penelitian ini melibatkan 53 responden perawat dan 53 responden pasien dengan teknik proportional sampling. Hasil analisis bivariat menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas pelayanan keperawatan: kenyamanan. Pengetahuan perawat perlu ditingkatkan tentang kegawatan onkologi serta menerapkan perilaku caring sehingga pasien lebih merasa nyaman.

Kata kunci: Kegawatan Onkologi, Kualitas pelayanan, Pengetahuan, Perawat

Abstract

An oncology emergency service acute care conditions, life theretening either directly or indirectly. Health care is the effort made by themselves or together in an organization to maintain and promote health, prevent, and treat disease and restore health are directed against individuals, groups, and comunities. This research method with a descriptive analytic cross-sectional technique aims to determine the relationship of nurses knowledge toward the quality of nursing care in the case of oncology at the cancer hospital Dharmais Jakarta. The study involved 53 respondents nurses and 53 respondents patiens with proportional sampling technique. Results showed there is no significant relationship between the level of knowledge toward the quality of nursing care: comfort. Knowledge of nurses needs to be improved about the gravity of oncology and implement caring behaviors so that patients feel more comfortable.

Keywords: Gravity Oncology, Knowledge, Nurse, Quality of services

Pendahuluan

Berdasarkan data World Health

Organizazation (WHO) pada tahun 2008, jumlah penderita kanker di seluruh dunia hingga saat ini berjumlah 12,7 juta orang. Kelompok kanker dengan jumlah penderita terbanyak terdiri atas kanker paru, payudara

dan kanker kolorektal yang mengambil proporsi 40% dari total kasus kanker. Di Indonesia menurut data RISKESDA tahun 2007 penyakit kanker berada pada urutan ke 3 terbanyak dan menempati urutan ke 7 penyebab kematian di Indonesia. Angka nasional kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk, dengan angka kejadian lebih tinggi

(2)

pada perempuan 5,7 per 1000 penduduk sementara laki-laki 2,9 per 1000 penduduk (RISKEDA, 2007)

Sistem Kesehatan Nasional diselenggarakan dan diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang baik (Depkes, 1982; dalam Efendi & Makhfudli, 2009). Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian

Kualitas pelayanan keperawatan di setiap institusi layanan kesehatan diharapkan dapat memenuhi kepuasan klien sebagai penerima layanan kesehatan. Shelton (2000) mengemukakan bahwa kepuasan klien merupakan hal yang sangat penting diukur, sama halnya dengan pentingnya menilai kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Kondisi ini disebabkan oleh kepuasan pasien terhadap sebuah rumah sakit atau klinik mempengaruhi peningkatan kualitas rumah sakit tersebut. Bate & Robert (2007) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan status psikologis terhadap apapun yang ada disekitar yang merupakan pengalaman konsumen terhadap apa yang dirasakan.

Pelayanan berkualitas merupakan harapan semua klien yang dibawa dan dirawat di rumah sakit. Walaupun demikian tidak semua rumah sakit mampu memberikan pelayanan yang diinginkan. Hal ini disebabakan

pelayanan berkualitas hanya dapat diberikan oleh tenaga tim kesehatan profesional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik, sehingga pasien merasa nyaman. kenyamanan sangat mempengaruhi kualitas perawatan yang dijalani klien (Muttaqin, 2008). Aspek kenyamanan meliputi tampilan fisik layanan kesehatan (ruang perawatan), pemberi layanan (perawat), peralatan medis, dan peralatan non-medis (Pohan, 2004). Aspek-aspek tersebut merupakan hal yang paling berkontribusi dalam mengukur kualitas layanan keperawatan. Dari angka kejadian kanker yang menjadi masalah kesehatan yang mengancam nyawa, maka peneliti merasa perlu meneliti sejauh mana kualitas asuhan keperawatan dan kenyamanan yang dirasakan oleh klien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit perawatan

Metode

Metode penelitian ini deskriptif analitik dengan tekni cross-sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan kualitas asuhan keperawatan pada kasus onkologi di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta. Penelitian ini melibatkan 53 responden perawat dan 53 responden pasien dengan teknik proportional sampling. Analisis penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05.

(3)

Karakteristik Responden

Karakteristik responden berdasarkan usia pasien. Responden pasien rata-rata berusia 46,92 tahun dengan standard deviasi 14,5. Usia responden paling rendah 19 tahun dan usia paling tinggi 83 tahun. Jumlah total pasien 53 orang.

Variabel Mean SD

Min-Maks

N

Umur 46,92 14,5 19 – 83 53

Karakteristik responden berdasarkan usia perawat. Responden pasien rata-rata berusia 30,68 tahun dengan standard deviasi 3,6. Usia responden paling rendah 24 tahun dan usia paling tinggi 40 tahun. Jumlah total pasien 53 orang.

Variabel Mean SD

Min-Maks

N

Umur 30,68 3,6 24 – 40 53

karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, lama dirawat, dan program pengobatan. Tingkat pendidikan responden menjelaskan bahwa responden yang berpendidikan SD-SMA sebanyak 52,8%. Karakteristik responden berdasarkan lama dirawat menjelaskan bahwa responden yang dirawat dibawah 2 minggu sebanyak 43,3%, sedangkan responden yang dirawat diatas 2 minggu sebanyak 56,6%. Mayoritas responden dirawat diatas 2 minggu.

Karakteristik responden berdasarkan program pengobatan menjelaskan bahwa responden yang pernah mengikuti program pengobatan operasi sebanyak 22,6%, responden yang pernah mendapat program pengobatan kemoterapi 54,7, sedangkan responden yang mendapat program pengobatan radiasi sebanyak 22,6%. Mayoritas responden mendapat program pengobatan kemoterapi.

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan perawat, pengalaman kerja, dan pelatihan onkologi. Responden dengan pendidikan D3 perawat sebanyak 88,7% sedangkan responden dengan pendidikan S1 keperawatan sebanyak 11,3%. Mayoritas

responden dengan pendidikan D3

keperawatan. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja menjelaskan bahwa responden dengan pengalaman kerja 5-10 tahun sebanyak 52,8%, sedangkan responden dengan pengalaman kerja diatas 10 tahun sebanyak 47,2%. Mayoritas responden memiliki pengalaman kerja 5-10 tahun. Karakteristik responden berdasarkan berdasarkan pelatihan onkologi menjelaskan bahwa responden secara keseluruhan pernah mengikuti pelatihan kegawatan onkologi.

Tingkat Pengetahuan Perawat dan Kualitas Pelayanan Keperawatan: Kenyamanan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan menjelaskan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 47,2% sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 52,8%.

(4)

Mayoritas responden telah memiliki tingkat pengetahuan tinggi.

Distribusi responden berdasarkan kualitas pelayanan keperawatan: Kenyamanan menjelaskan bahwa yang menyatakan tidak nyaman sebanyak 43,4%, sedangkan responden yang menyatakan nyaman sebanyak 56,6%. Mayoritas responden menyatakan bahwa responden merasa nyaman terhadap pelayanan keperawatan.

Analisis bivariat

Hasil analisis bivariat menjelaskan bahwa responden pasien yang merasa nyaman terhadap pelayanan keperawatan sebanyak 68% terhadap perawat dengan pengetahuan rendah, sedangkan responden responden pasien yang merasa tidak nyaman sebanyak 32% terhadap perawat dengan pengetahuan rendah. Responden pasien yang menyatakan nyaman sebesar 46,4% terhadap perawat dengan tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan responden pasien yang merasa tidak nyaman sebanyak 53,6% terhadap perawat dengan tingkat pengetahuan tinggi. Nilai p=0,19 (>α 0,05) yang menjelaskan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan kualitas keperawatan: kenyamanan.

Pembahasan

Karakteristik Responden

Responden penelitian ini melibatkan 53 orang perawat dan 53 orang pasien. Responden

pasien rata-rata berusia 46,92 tahun. Perry dan Potter (2006) menjelaskan bahwa tahap usia ini merupakan tahap usia dewasa akhir atau tahap lansia awal. Pendidikan responden dalam penelitian ini sangat bervariasi mulai dari sekolah dasar hingga kepada level sarjana. Pendidikan merupakan modal penting bagi kehidupan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin lebih mudah untuk menerima suatu informasi dan menganalisanya. Lama dirawat responden paling paling banyak > 2 minggu sebanyak 56,6%. Hal ini karena pasien onkologi merupakan pengobatan yang sulit disembuhkan, memerlukan pengawasan, dan pengobatan yang berkelanjutan.

Klien dengan kanker merupakan klien yang rentan mengalami kondisi kegawatdaruratan. Kanker dapat bermetastase kedalam jaringan lain keseluruh tubuh (Krau, 2004). Program pengobatan yang dijalankan oleh responden pasien paling banyak adalah kemoterapy sebesar 54,7%. Responden perawat dalam penelitian ini rata-rata berusia 30,6 tahun yang merupaka usia dwasa awal. Pada tahap ini seseorang sudah mampu berpikir secara kritis, dalam hal ini perawat sudah mampu

mengambil suatu keputusan dan

merencanakan intervensi secara prioritas. Pendidikan keperawatan responden rata-rata masih pada level D3 keperawatan (88,7%), hal ini karena perawat di Indonesia masih didominasi oleh perawat dengan latar belakang D3 keperawatan, namu di rumah sakit tempat penelitian ada beberapa perawat

(5)

yang sedang menempuh atau melanjutkan studinya ke jenjang S1 dan S2 keperawatan. Pengalaman kerja mayoritas 5-10 tahun (52,8%) dan semua responden pernah mengikuti pelatihan keperawatan onkologi dasar.

Tingkat Pengetahuan dan Kualitas Pelayanan Keperawatan: Kenyamanan

Berdasarkan hasil bivariat menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan perawat sebagian besar sudah tingi (52,8%) tentang keperawatan onkologi. Hal ini karena dari data karakteristik perawat menjelaskan bahwa responden telah mengikuti pelatihan keperawatan onkologi secara keseluruhan. Responden perawat juga telah bekerja dengan rata-rata 5-10 tahun. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) yang menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang didapat dari hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan akan bertambah seiring dengan semakin banyaknya pengalaman hidup

Hasil analisis data univariat menjelaskan bahwa kualitas pelayanan keperawatan: kenyamanan mayoritas baik (56,6%). Kualitas pelayanan kesehatan merupakan suatu kemampuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh klienya termasuk profesi keperawatan (Anwar,196). Kenyamanan dalam konteks mutu layanan keperawatan diartikan sebagai kepuasan klien

terhadap tindakan yang dilakukan didasarkan kepada persepsi klien terhadap tindakan yang dilakukan. Persepsi tersebut mengacu pada kenyamanan saat mendapatkan terapi yang bebas rasa sakit, ketenangan di ruang perawatan, maupun komunikasi yang baik yang diberikan perawat kepada klien (Hasanudin, 2010).

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan salah satu pelayanan utama yang memberikan daya ungkit terbesar terhadap mutu pelayanan dan citra rumah sakit. Perawat yang paling banyak kontak dengan pasien merupakan elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan menjadi pengalaman berharga bagi pasien (Kirby & Slevin, 1992).

Hubungan  Tingkat  Pengetahuan  dengan  Kualitas   Pelayanan  Keperawatan:  Kenyamanan  

Hasil analisis data menjelaskan bahwa responden pasien yang menyatakan kualitas keperawatan onkologi: kenyamanan baik sebesar 68% terhadap perawat dengan tingkat pengetahuan rendah, sedangkan responden yang menyatakan kualitas keperawatan: kenyamanan sebesar 46,4% terhadap responden perawat yang berpengetahuan tinggi. Nilai p=0,19 (> α 0,05) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat tentang kegawatan onkologi terhadap kualitas keperawatan: kenyamanan. Dari hasil penelitian ini dapat dijelaskan meskipun pengetahuan perawat rendah namun dapat membuat responden merasakan kenyamanan

(6)

yang lebih tinggi dibanding responden perawat dengan berpengetahuan tinggi tentang kegawatan onkologi. Hal ini peneliti simpulkan bahwa selain faktor pengetahuan banyak hal lain yang membuat kualitas keperawatan itu baik seperti perilaku caring dalam hal ini sentuhan, komunikasi yang baik, rasa peduli kepada responden pasien, termasuk pengetahuan tentang transcultural nursing. Seorang perawat tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan dan penyakit, namun perawat dituntut memiliki kemampuan yang holistik. Penelitian Muhidin, Sahar, dan Wiarsih (2010) tentang persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan studi fenomologi menjelaskan bahwa pelayanan keperawatan belum maksimal memenuhi harapan pasien dan penerapan prinsip caring belum maksimal. Hal ini membuktikan bahwa banyak faktor yang berperan untuk membuat pasien rumah sakit merasa nyaman khususnya kualitas pelayanan keperawatan: kenyamanan.

Kesimpulan

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan teknik cross sectional. Penelitian ini melibatkan 53 responden perawat dan 53 responden pasien dengan teknik random sampling. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit Dharmais Jakarta pada bulan Juni 2013. Karakteristik responden penelitian ini yaitu pasien dengan rata-rata usia 46,9 tahun dengan tingkat pendidikan mayoritas SD-SMA (52,8%),

responden dengan lama dirawat > 2 minggu (56,6%), dengan program pengobatan mayoritas kemoterapi (54,7%). Karakteristik responden perawat dalam penelitian ini adalah responden dengan usia rata-rata 30,68 tahun, pendidikan responden mayoritas D3 keperawatan sebesar 88,7% dengan pengalaman kerja mayoritas 5-10 tahun (52,8%). Responden perawat secara keseluruhan sudah pernah mengikuti pelatihan keperawatan onkologi baik itu berupa workshop atau seminar. Dari hasil analisis univariat ditemukan bahwa responden dengan pengetahuan rendah sebanyak (47,2%), sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi tentang keperawatan onkologi sebanyak (52,8%). Responden pasien yang menyatakan kualitas pelayanan keperawatan: kenyamanan baik sebanyak

56,6% sedangkan responden yang

mengatakan kualitas keperawatan:

kenyamanan tidak baik sebanyak (43,4%). Hasil analisis bivariat menjelaskan bahwa responden nilai p=0,19 (>α 0,05) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kualitas keperawatan onkologi: kenyamanan.

Referensi

Azwar,S. (2005). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Efendi & Makhfudli, (2009). Kesehatan komunitas; Teori dan pratik dalam

(7)

keperawatan. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=LK pz4vwQyT8C&printsec=frontcover#v= onepage&q&f=false

Kirby, C. & Slevin, O. (1992). A new curriculum for care, in Slevin, O., & Buckenaham, M., Project (2000). The teachers speak. Eidenburgh: Campion Press

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Fundamental of nursing. Sixth Edition. Philadelpia: Lippincott.

Shelton, P, J (2000). Measuring and improving patient satisfaction. Maryland. AN Aspen Publication.

Wiarsih., Sahar., dan Muhidin (2010). Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan: Studi Fenomologi. Jurnal Keperawatan Indonesia. 13, (2), 74-78

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi pendidikan akhlak peserta didik di SMP Islam Terpadu. Daarut Tahfidz Karangasem

(2) Faktor yang mendukung karakter peduli sosial dan religius siswa di MAN 4 Kediri yaitu guru, sarana, program madrasah dan kesadaran dari siswa.. Sedangkan faktor yang

Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula kemampuan bank dalam meminimalisir resiko kredit yang terjadi, artinya bank tersebut mampu menutupi resiko kredit yang terjadi

PENJABARAN LAPORAN REALI SASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016. PEMERI NTAH

Chapter 2 - 11 Cooperation Cooperation Strong Leadership Strong Leadership Team Members Team Members Collaborative Collaborative Writing Writing Prompt Action Prompt Action

Pada tanggal 30 Juni 2014 dan 31 Desember 2013 aset tetap kecuali tanah dan kendaraan telah diasuransikan kepada PT Asuransi Tri Prakarta dengan jumlah pertanggungan sebesar

Akuntabilitas kinerja adalah pertanggungjawaban atas kinerja yang telah selesai dilaksanakan, apakah sudah sesuai atau belum dengan program maupun kebijakan yang telah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja