• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI BUKIT ACE KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI PADANG ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI BUKIT ACE KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI PADANG ARTIKEL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI BUKIT

ACE KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN

KURANJI PADANG

ARTIKEL

ZULMAINI

NIM: 09010240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

JENIS-JENIS TUMBUHAN PAKU YANG DITEMUKAN DI BUKIT ACE

KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN

KURANJI PADANG

Zulmaini, Nursyahra, Abizar

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang. Email: Zulmaini_mazaya@yahoo.co.id

ABSTRACT

Fern is which devision its citizen have clear that is having kormus, it means the body in full view of can be differentiated in three punch line, roots, leaf and bar. Bukit Ace located at Subdistrict Gunung Sarik District of Kuranji field having some problem of that is have happened forest fire, as place look for wood and grow crops so that affect by decreasing fern types. This research of purpose to know plant types of fern bukit Ace Subdistrict of Gunung Sarik at District Kuranji Padang. Type research of descriptive survey with method of explore in field to obtain get the data and intake of sampel. after identify sampel conducted by study program at botany laboratory education of biology STKIP PGRI West Sumatra. Result of the research is which have got 20 types of plant fern that is 17 plant fern teresterial and 3 plant fern epifit, consist of 2 class, 6 nations ,12 tribes and 17 genera, which at most found that is tribe of Thelypteridaceae and result measurement of factor of environment in the form of dampness between 54 - 70%, air temperature between 30C - 35C, and ground pH 6,8-7

Keyword : Fern, Bukit Ace, Descriptive PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah hutan. Hutan merupakan ekosistem alamiah yang kompleks dengan berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh rapat, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar, di dalamnya terdapat semak, herba, paku-pakuan dan pohon dengan kehidupan yang saling menunjang, terutama hutan kompleks (Anwar dkk., 1984).

Paku merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan di hutan. Tumbuhan paku dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Namun demikian paku belum menghasilkan biji, tetapi berkembang biak dengan menggunakan spora (Tjitrosoepomo, 2009).

Menurut Loveless (1989) tumbuhan paku tersebar luas di seluruh dunia, tetapi terbanyak didaerah tropik lembab. Penyebaran tumbuhan paku sangat khas mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Pola penyebaran merupakan salah salah satu ciri khas dari setiap organisme di suatu habitat. Pola penyebaran tergantung pada faktor lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri (Indriyanto, 2010).

Penelitian tentang tumbuhan paku yang sudah dilakukan antara lain Fridawati (2012) mengenai jenis-jenis tumbuhan paku teresterial dan epifit di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan diperoleh 13 jenis tumbuhan paku teresterial dan 10 tumbuhan paku epifit, Surianti (2013) mengenai jenis-jenis tumbuhan paku yang terdapat di Kelurahan Baringin Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang diperoleh 14 jenis tumbuhan paku teresterial dan 3 tumbuhan paku epifit, Sari (2013) mengenai jenis-jenis tumbuhan paku di Hutan Sakendar Kecil Desa Lubuk Pinang Kecamatan Lubuk Pinang Kabupaten Mukomuko Bengkulu diperoleh 13 jenis tumbuhan paku teresterial dan 2 jenis tumbuha paku epifit, Yuni (2014) mengenai jenis tumbuhan paku di Kawasan Wisata Bayang Sani Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan diperoleh 14 jenis tumbuhan paku teresterial dan 7 jenis tumbuhan paku epifit.

Bukit Ace terletak di kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Kota Padang. Pada tanggal 2 Agustus 2011 terjadi kebakaran di hutan ini menyebabkan kerusakan. Selain itu juga sebagai tempat mencari kayu dan berladang oleh masyarakat sehingga memperparah keadaan

(4)

ekosistem di bukit ini, Dengan adanya perubahan-perubahan ekosistem tumbuhan akibat aktivitas manusia dapat menghambat vegetasi tumbuhan disekitar. Salah satu dampak dengan berkurangnya jenis tumbuhan paku.

Dari latar belakang tersebut, maka telah dilakukan penelitian tentang “Jenis-Jenis Tumbuhan Paku yang Ditemukan Di Bukit Ace di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakuna pada bulan mei-Agustustus di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang. Kemudian dilanjutkan identifikasi sampel di Laboratorium Botani Pendidikan Bologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Alat-alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera digital, gunting tanaman,

parang, pisau cutter, jarum jahit, spidol permanen, label gantung, karung plastik, lakban, tali raffia, kertas koran, benang jagung, label herbarium, triplek, kertas mounting, thermohygrometer dan soil tester. Bahan yang digunakan untuk pembuatan spesimen herbarium adalah tumbuhan paku dan alkohol 70%.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey deskriptif dan pengkoleksian langsung. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang didapatkan 20 jenis tumbuhan paku yaitu 17 tumbuhan paku teresterial dan 3 tumbuhan paku epifit, yang terdiri dari 2 kelas, 6 Bangsa, 12 suku dan 17 marga dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan di bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang .

Kelas Suku Marga Jenis H

Polypodiopsida Adiantaceae Adiantum 1. Adiantum humile Kunze. T

Taenitis 2. Taenitis blechnoides (Willd.) Sw. T

Aspleniaceae Asplenium 3. Asplenium nidus Linn. E

4. Asplenium salicifolium Linn. T

Blechnaceae Blechnum 5. Blechnum orientale Linn. T

Cyatheaceae Cyathea 6. Cyathea contaminans (Hook.) Copel. T

Davalliaceae Davallia 7. Davallia denticulata (Burm.) Mett. E

Nephrolepidaceae Nephrolepis 8. Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott. T

Polypodiaceae Phymatodes 9. Phymatodes longissima (Bl.) J. Sm. T

Drymoglossum 10. Drymoglossum piloselloides (Linn.) Pr E

Pityrogramma 11. Pityrogramma calomelanos (L.) Link . T

Pteridaceae Pteris 12. Pteris biaurita Linn. T

Thelypteridaceae Pronephrium 13. Pronephrium triphyllum (Sw.) Hollt . T Thelypteris 14. Thelypteris opulenta (Kaulf.) Fosberg. T 15. Thelypteris abrubta (Desv.) Proctor. Sm. T Cyclosorus 16. Cyclosorus repandus (Fee) B.K.Nayar &

S.Kaur.

T

Gleicheniaceae Gleichenia 17. Gleichenia linearis (Burm.) Clarke. T

Schizaeaceae Lygodium 18. Lygodium circinatum Sw. T

19. Lygodium flexuosum (L.) Sw. T

Lycopsida Selaginellaceae Selaginella 20. Selaginella plana Hieron. T

Ket: H=Habitat T=Teresterial

E=Epifit

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa jenis tumbuhan paku yang paling banyak ditemukan adalah suku Thelypteridaceae ditemukan 4 jenis yaitu Pronephrium triphyllum (Sw.) Hollt.,

Thelypteris opulenta (Kaulf.) Fosberg., Thelypteris abrubta (Desv.) Proctor. Sm., Cyclosorus repandus (Fee) B.K.Nayar & S.Kaur. Banyaknya suku Thelypteridaceae yang ditemukan dilokasi penelitian ini

(5)

karena suku Thelypteridaceae memiliki jumlah jenis yang banyak. Selain dari suku Thelypteridaceae juga ditemukan suku Polypodiaceae. Suku tersebut juga merupakan tumbuhan paku yang memiliki jumlah jenis yang sangat banyak dan tergolong paku modern sehingga jenis yang tercakup kedalam kelompok ini memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi dan menyebabkan terdistribusi sangat luas. Kalkam, C and H.P Noteboom (1998) juga menyebutkan bahwa suku Polypodiaceae tersebar luas di seluruh dunia dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi terutama di Asia dan tumbuh baik epifit maupun teresterial dan tumbuh di daerah yang lembab dan ternaungi. Banyaknya jenis dari tumbuhan paku yang termasuk kedalam suku Polypodiaceae juga sesuai dengan penelitian yang telah dilaporkan oleh Arini dan Kinho (2012) di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara menemukan 19 suku termasuk di dalamnya suku Polypodiaceae yang terdiri dari 8 jenis dari 6 marga.

Tumbuhan paku lain yang ditemukan yaitu dari suku Schizaeaceae, Aspleniaceae, dan Adiantaceae masing-masing suku ditemukan dua jenis. Pada suku Schizaeaceae ditemukan dua jenis dalam satu marga yaitu Lygodium circinatum Sw. dan Lygodium flexuosum (L.) Sw. Tumbuhan ini memiliki akar rimpang yang menjalar di tanah, daunnya membelit tumbuhan lain yang ada disekitarnya. Pada suku Aspeniaceae ditemukan dua jenis yaitu Asplenium nidus Linn. dan Asplenium salicifolium Linn. yang memiliki habitat yang berbeda yaitu epifit dan teresterial. Banyaknya jenis Asplenium yang ditemukan pada lokasi penelitian karena bangsa ini memiliki jumlah yang cukup banyak. Sesuai dengan pendapat Loveless (1989) menyatakan bahwa berbagai jenis tumbuhan paku dapat tumbuh dengan baik pada habitat-habitat yang berbeda baik epifit maupun teresterial, hal ini tergantung pada saat perkembangan seksual dan penyebarannya. Jika suatu jenis ingin berhasil tumbuh maka harus ada korelasi antara habitat yang memenuhi persyaratan bagi protalus dan bagi tumbuhan paku yang akan hidup kemudian. Suku Adiantaceae ditemukan dua jenis yaitu Adiantum humile Kunze dan Taenitis blechnoides (Willd.) Sw.

Menurut Arini dan Kinho (2012) jenis paku ini adalah paku teresterial yang memiliki bentuk daun tunggal dan bergerombol dimana daunnya terdapat lapisan bulu-bulu kasar dan kaku.

Suku Cyatheaceae, Gleicheniaceae, Blechhnaceae, Pteridaceae, Davalliaceae dan Nephrolepidaceae masing-masing ditemukan didapat satu jenis, hal itu dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang sesuai dengan kondisi lingkungannya, sehingga susah untuk betahan hidup. jenis yang ditemukan yaitu Cyathea contaminans (Hook.) Copel. yang merupakan salah satu tumbuhan paku yang berbeda dari jenis tumbuhan paku yang ditemukan yaitu mempunyai perawakan seperti pohon. Kemudian Gleichenia linearis (Burm.) Clarke., Blechnum orientale Linn., Pteris biaurita Linn., Davallia denticulata (Burm.) Mett., Nephrolepis biserrata (Sw.) Schott.

Keadaan lingkungan bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang dengan kelembaban antara 54-70%, suhu antara 30-350C dan pH tanah 6,8-7. Seperti tumbuhan lainnya, tumbuhan paku juga membutuhkan lingkungan hidup untuk berlangsung. Sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1989) bahwa pada dasarnya tumbuhan paku dapat tumbuh dengan baik didaerah yang beriklim subtropik dan tropik. Tumbuhan paku lebih menyukai kondisi tanah yang mempunyai derajat keasaman 7,0-8,0 sebagai tempat tumbuhnya. Menurut LIPI dalam Lubis (2009) tumbuhan paku dihutan umumnya menyukai naungan, paku dihutan umumnya terlindung dari panas dan angin kencang, dihutan tertutup ditandai dengan intensitas berkurang dan kelembaban yang tinggi. Kelembaban udara mengalami kenaikan dan penurunan seiring dengan semakin bertambahnya ketinggian lokasi penelitian. Kelembaban lokasi penelitian 54% sampai 70%. Kelembaban ini sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Karena suhu udara menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anwar dalam Lubis (2009) bahwa kelembaban udara akan bertambah dengan menurunya suhu. Dengan kisaran kelembaban ini menyebabkan penyebaran tumbuhan paku dikawasan ini banyak jenis, karena kisaran kelembaban tersebut merupakan kelembaban yang baik untuk pertumbuhan paku.

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang maka diperoleh kesimpulan didapatkan 20 jenis tumbuhan paku yaitu 17 tumbuhan paku teresterial dan 3 tumbuhan paku epifit, yang terdiri dari 2 kelas, 6 Bangsa, 12 suku dan 17 marga. Bangsa yang paling banyak ditemukan yaitu bangsa Thelypteridaceae dan hasil pengukuran faktor fisik berupa kelembaban antara 54% – 70%, suhu udara antara 300C- 350C, dan pH tanah 6,8-7.

Disarankan agar penelitian selanjutnya yaitu tentang jenis-jenis tumbuhan paku hygrofit di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, J.S.J, Damanik, N. Hisyam, A. J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Arini, D.I.D., Kinho, J. 2012. Keanekaragam an Jenis Tumbuhan Paku di Cagar Alam Gunung Ambang Sulawesi Utara. Jurnal Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Kalkam, C. And H.P. Noteboom. 1988. Flora Malesiana Series II Vol. 3. Foundation Flora Maleisiana. Loveless, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi

Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia.

Lubis, S,R. 2009. Keanekaragan dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan Alam Taman Enden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Indriyanto. 2010. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. Polunin, N. 1990. Pengantar Geografi

Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Gajah Mada Press: Yogyakarta.

Simanjuntak, H.R. 1989. Budi Daya Tanaman Hias Suplir. Baharata Niaga Media. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2009. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta,Thalophyta

, Bryophyta, Pterydophyta. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan paku yang ditemukan di bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik  Kecamatan Kuranji Padang

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di kota Riga dengan jumlah sampel yang lebih besar, juga didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, dari 149 remaja usia 12

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu: (1) IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari, sehingga siswa malas untuk belajar

masuk antrian pengajuan sertifikasi produk Produk di sertifikasi produk dengan sertifikat kadaluarsa rate pengajuan sertifikasi rate produk tersertifikasi rate sertifikat

Dua kunci dalam public relations krisis dan public relations bencana adalah bagaimana memiliki perencanaan terkini dalam menghadapi krisis yang dapat dilaksanakan dan

Hal ini terbukti melalui melalui penelitian dengan hasil penelitian nilai F hitung sebesar 16,520 yang lebih besar dari F tabel sebesar 2,698 yang menunjukkan bahwa

Faktor yang mempengaruhi masyarakat sehingga masih melakukan tradisi pelantikan bapa raja menggunakan batu pamali dikarenakan hal tersebut merupakan sebuah eksistensi