• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKECAMBAHAN BENIH AREN DALAM KONDISI TERANG DAN GELAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI GA3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKECAMBAHAN BENIH AREN DALAM KONDISI TERANG DAN GELAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI GA3"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 

PERKECAMBAHAN BENIH AREN DALAM KONDISI TERANG

DAN GELAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI GA3

Palm sugar seed germination in light and dark conditions

of various GA

3

concentration

Muhammad Salim Saleh1 dan Wardah2

1Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNTAD

2 Program studi Kehutanan Fakultas Kehutanan UNTAD

Kampus Bumi Tadulako Tondo-Palu, 94118, Telp. 0451-429738

Diterima: 16 September 2010 Disetujui: 21 November 2010

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mendapatkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha menyediakan kecambah aren dalam waktu cepat dan jumlah banyak. Percobaan dirancang dengan meng-gunakan metode Rancangan Petak Terbagi (Split plot), sementara rancangan lingkungan digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Benih aren dikecambahkan pada kondisi terang, dan gelap sebagai faktor utama, dan konsentasi GA3 sebagai anak petak yaitu: 0 ppm 200 ppm, 400 ppm, dan 600 ppm. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian, kondisi gelap memiliki potensi tumbuh maksimum tertinggi (90%) membutuhkan waktu 60 hari, sedangkan daya berkecambah benih aren sebanyak 58,33% membutuhkan waktu berkecambah 66,98 hari. Benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap menghasilkan kecambah yang lebih vigor dibandingkan pada kondisi terang. Perlakuan kondisi gelap dan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan bobot kering kecambah terberat (2,90 g).

Kata kunci : aren, benih, perkecambahan, cahaya, dan GA3

ABSTRACT

The objective of the research was to obtain an effective and efficient technique to provide palm sugar seedlings in short time and large in quantity. Experiments designed using split plot design methods, while the environmental design used randomized block design (RBD) in factorial pattern. Palm sugar seeds were germinated in light and dark conditions as a main factor and GA3 concentration as sub plot, that is: 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, and 600 ppm. The treatment was repeated three times respectively. The results showed that dark conditions has the highest maximum growth potential (90%) took 60 days, while the germination capacity of palm seeds were 58.33%, germination takes 66.98 days. Seeds germinated in dark conditions produce more vigor seedlings than in light conditions. Treatment of dark condition and the concentration of 200 ppm GA3 produced the heaviest weight of sprouts (2.90 g).

Keywords: palm sugar, seeds, germination, light, and GA3

PENDAHULUAN

Tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr) memiliki peranan yang cukup penting bagi Indonesia, khususnya masyarakat pedesaan. Kini aren lebih

diarahkan menjadi solusi untuk mengatasi kemiskinan, pelestarian lingkungan hidup, energi terbarukan (biofuel), ketahanan pangan, dan lapangan kerja petani. Bila dilihat dari segi ekonomi dan keterlibatan

(2)

tenaga kerja tanaman aren tidak kalah dengan tanaman yang telah dibudidayakan (Saleh,2008). Hasil utama tanaman aren yang mempunyai nilai ekonomi tinggi ada-lah nira, pati, ijuk dan buah/biji (Rumokoi, 1990). Nira dapat disadap pada umur 6-10 tahun, selama 3–4 tahun (Soeseno, 1993), nira diolah menjadi gula merah, gula semut, gula cair, dan cuka aren (Saleh dkk., 1998). Kini aren lebih berpotensi untuk menghasilkan bioetanol (bahan bakar na-bati) sebagai energi alternatif (Sinar Tani, 2008). Batang aren menghasilkan pati se-banyak 60 kg (Miller, 1964). Pati aren diolah menjadi tepung yang memiliki sifat fisiko-kimia khas (Sinar Tani, 2009). Menghasil-kan ijuk 200-300 kg pohon-1 (Nasution,

1996). Ijuk digunakan untuk membuat alat rumah tangga, konstruksi atap rumah dan landasan pesawat terbang. Ijuk dikenal pula sebagai alat untuk menjernihkan air (Burkill, 1935). Mayang betina sekitar 4–7 tandan, dan tiap tandan terdapat 5.000– 7.000 buah atau 50-70 kg kolang-kaling (Saleh, 2004).

Populasi aren di alam semakin berkurang karena pohon-pohon aren yang ada, umumnya sudah tua dan tidak pro-duktif lagi. Selain itu eksploitasi untuk pengambilan pati dan pembukaan lahan oleh masyarakat untuk lahan pertanian atau peruntukan lain makin meluas. Salah satu upaya untuk mempercepat regenerasi tanaman aren diperlukan teknik budidaya terutama dalam mengatasi sulitnya per-kecambahan benih aren yang bersifat dorman. Selain itu benih aren sangat lambat berkecambah dan jumlah benih yang berkecambah dalam waktu tertentu sangat sedikit. Kondisi tersebut mengha-ruskan dilakukan penelitian yang bertahap dan berkesinambungan untuk menemukan cara yang tepat meningkatkan jumlah

ke-cambah dan mempercepat perkeke-cambahan aren. Penelitian ini bertujuan untuk men-dapatkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha menyediakan kecambah aren dalam waktu cepat dan jumlah banyak.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di Labora-torium Ilmu dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Tadulako di Palu, mulai bulan April hingga bulan Juli 2010.

Materi yang digunakan terdiri atas bahan dan alat. Bahan tanam yang diguna-kan adalah benih aren yang berasal dari pohon induk terpilih, GA3 (giberillin acid), pasir steril, aquadest, kertas amplas, fura-dan, dithene-45, karung goni dan kertas label. Alat yang digunakan adalah hand-sprayer, sekop, gembor, ember, pisau, gelas ukur, timbangan analitik, dan alat tulis menulis.

Percobaan ini dirancang dengan menggunakan metode Rancangan Petak Terbagi (Split plot), sedangkan rancangan lingkungan yang digunakan adalah Ran-cangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial yang terdiri atas dua faktor dengan tiga ulangan. Perlakuan yang di-coba adalah benih aren dikecambahkan pada kondisi cahaya, dan kondisi gelap sebagai faktor utama, yaitu: kondisi cahaya terang (C1), kondisi cahaya gelap (C2). Konsentasi GA3 sebagai anak petak yaitu: aquades (Go), 200 ppm (G1), 400 ppm (G2), dan 600 ppm (G3). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 24 kombinasi perlakuan.

Pengamatan (a) potensi tumbuh maksimum, (b) daya berkecambah (c) waktu berkecambah (menggunakan rumus dari Hartman dan Kester, 1983), (d) ke-cepatan tumbuh (menggunakan rumus dari Sadjad, 1993), (e) bobot kering kecambah.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Tumbuh Maksimum

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa potensi tumbuh maksimum 30 HST tidak teruji nyata, baik pengaruh cahaya, konsentrasi GA3 maupun interaksi kedua-nya. Potensi tumbuh maksimum 60 HST, hanya pengaruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan kon-sentrasi GA3 tidak teruji nyata. Potensi tumbuh maksimum benih aren lebih besar apabila dikecambahkan pada kondisi gelap, berapapun konsentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 1). Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat diindikasikan oleh fenomena pertumbuhan benih ataupun gejala metabolismenya (Sadjad et al., 1999). Salah satu parameter yang digunakan untuk mengindikasikan viabilitas benih adalah viabilitas total dengan tolok ukur potensi tumbuh maksimal (PTM). Potensi tumbuh maksimal merupakan total benih yang menunjukkan gejala pertumbuhan, berarti PTM benih merupakan gambaran dari kapasitas potensial benih untuk ber-kecambah atau kemampuan benih untuk tumbuh. Pada benih aren gejala

pertum-buhan benih ditunjukkan dengan muncul-nya axis embrio dari kulit benih (eksokarp). Perlakuan kondisi gelap pada benih aren memberi harapan dapat meningkatkan potensi tumbuh maksimal dan daya ber-kecambah serta mempercepat berkecam-bahnya benih aren, mengingat benih aren membutuhkan waktu relatif lebih lama yaitu 4-6 bulan untuk berkecambah (Hadipoetyanti dan Luntungan, 1988), walaupun benih yang digunakan telah masak fisiologi atau stadium M-5 (Saleh, 2009). Potensi tumbuh maksimal yang diamati 60 hari setelah tanam (HST) yang ditumbuhkan pada kondisi gelap mencapai 90,00%, sedangkan dalam kondisi terang hanya 66,67%. Hasil penelitian sebelumnya, benih direndam KNO3 selama 36 jam + suhu 40oC selama 5 menit menghasilkan PTM lebih rendah yaitu 60-80% dalam waktu > 90 hari (Saleh dan Nuraeni, 2006). Hal ini ditegaskan oleh Ramli (1991) bahwa perkecambahan benih aren harus dalam kondisi gelap. Penelitian ini membuktikan benih aren yang dikecambahkan pada kondisi gelap lebih cepat mengeluarkan axis embrio dari kulit benih dibandingkan dengan benih yang dikecambahkan pada kondisi terang.

Tabel 1. Potensi tumbuh maksimum (%) 30 dan 60 HST berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3

Kondisi Cahaya Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata BNJ 0,05 0 200 400 600 30 HST Gelap 60,00 73,33 63,33 83,33 69,99 - Terang 60,00 80,00 66,67 60,00 66,67 Rata-rata 60,00 76,67 65,00 71,67 - 60 HST Gelap 83,33 86,67 93,33 96,67 90,00b 19,99 Terang 60,00 80,00 66,67 60,00 66,67a Rata-rata 71,67 83,33 80,00 78,33 -

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05

(4)

Kepekaan terhadap kondisi gelap juga ditemukan pada benih pinang (Areca

catechu L.), pada penelitian ini diketahui

bahwa benih pinang dapat berkecambah lebih banyak dan lebih cepat pada kondisi gelap. Benih pinang dan aren termasuk kelompok tanaman palma, selain itu kelapa (Cocos nucifera L.), kelapa sawit (Elaeis

guineensis Jack.), dan lontar (Borasus sundaicus) juga termasuk kelompok

tanam-an palma.

Daya Berkecambah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa daya berkecambah 90 HST tidak teruji nyata, baik pengaruh cahaya, kon-sentrasi GA3 maupun interaksi keduanya. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa daya berkecambah 60 HST, hanya penga-ruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. Daya berkecambah benih aren lebih besar apabila dikecambah-kan pada kondisi gelap, berapapun kon-sentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 2). Per-kecambahan benih aren ada suatu pertum-buhan morfologi yang spesifik, yang di awali dengan pertumbuhan axis embrio yang memanjang (Mujahidin dkk., 2003). Axis embrio tumbuh ke arah ke dalam media kecambah secara vertikal pada pan-jang tertentu terjadi pembengkakan pada bagian ujung axis embrio sebagai tempat tumbuhnya plumula dan radikula (Masano, 1989). Radikulanya tumbuh se-cara vertikal ke arah media kecambah, sementara plumula tumbuh pada posisi yang saling berlawanan melalui celah lidah daun (Mogea, 1991). Selanjutnya kecam-bah ini diikuti oleh tumbuhnya akar-akar lateral secara horizontal. Oleh karena itu kecambah normal aren ditandai munculnya

plumula dan radikula yang diikuti tum-buhnya akar-akar lateral. Kecambah normal digunakan dalam perhitungan daya berkecambah benih (Mugnisjah dkk., 1994).

Daya berkecambah dihitung dari kecambah normal yang merupakan fase-5 dari perkecambahan benih aren yang di-tandai tumbuhnya akar lateral dan plumula secara sempurna (Saleh, 2005; Saleh, 2008). Tabel 2 menunjukkan bahwa daya kecambah 60 HST pada kondisi gelap ber-beda nyata dengan kondisi terang, walau-pun daya berkecambah 90 HST tidak ber-pengaruh nyata, namun benih yang di-ke-cambahkan pada kondisi gelap lebih banyak (58,33%) dan kondisi terang hanya 44,17%. Bila Tabel 2 dikaitkan dengan Tabel 1, tampak bahwa tidak semua benih yang berkecambah pada fase-1 (potensi tumbuh maksimum) dapat berkecambah normal (fase-5). Dari pengamatan diketahui bahwa benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap lebih cepat membentuk axis embrio yang cukup panjang memungkinkan bagi kecambah membentuk plumula.

Waktu Berkecambah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa waktu berkecambah hanya penga-ruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. waktu berkecambah benih aren lebih cepat apabila dikecambah-kan pada kondisi gelap, berapapun kon-sentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 3).

Waktu berkecambah adalah rata-rata

hari yang diperlukan untuk berkecambah-nya benih. Tampak pada Tabel 3 bahwa benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap 7 hari lebih cepat berkecambah dari benih yang dikecambahkan pada kondisi terang masing-masing 66,98 hari dan 73,96

(5)

hari. Diketahui bahwa kondisi gelap dapat memacu tumbuhnya axis embrio lebih panjang yang memungkinkan tumbuhnya akar dan plumula lebih sempurna dan lebih cepat daripada benih yang dikecambahkan dalam kondisi terang.

Kecepatan Tumbuh

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh hanya pengaruh cahaya yang teruji nyata, sedangkan pengaruh perlakuan konsentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 tidak teruji nyata. Kecepatan tumbuh

benih aren lebih cepat apabila dikecambah-kan pada kondisi gelap, berapapun kon-sentrasi GA3 yang diberikan (Tabel 4). Benih yang vigor tentu menjadi cepat proses reaktivitasi apabila kondisi lingkungan tumbuh optimum dan proses metabolisme tidak terhambat dan hal ini dapat ditunjukkan kecepatan tumbuh yang lebih cepat. Benih vigor menunjukkan nilai kecepatan tumbuh yang tinggi, karena benih dapat berkecambah cepat lebih pada waktu yang relatif singkat (Sadjad dkk., 1999). Benih yang mempunyai kece-

Tabel 2. Daya berkecambah (%) 60 dan 90 HST pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3

Kondisi Cahaya Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata BNJ 0,05 0 200 400 600 60 HST Gelap 35,97 38,02 54,01 56,87 46,22b 21,53 Terang 6,96 28,55 15,72 6,96 14,55a Rata-rata 21,47 33,29 34,87 31,91 - 90HST Gelap 46,67 56,67 56,67 73,33 58,33 - Terang 30,00 40,00 30,00 20,00 44,17 Rata-rata 38,34 48,34 433,34 46,67 -

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05

Tabel 3 Waktu berkecambah (hari) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Kondisi Cahaya Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata BNJ 0,05 0 200 400 600 Gelap 65,00 70,17 62,00 66,98 66,98a 6,95 Terang 81,00 67,50 70,67 76,67 73,96b Rata-rata 73,00 68,84 66,34 71,83 -

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05

(6)

Tabel 4 Kecepatan tumbuh (%/etmal) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Kondisi Cahaya Konsentrasi GA3 (ppm) Rata-rata BNJ 0,05 0 200 400 600 Gelap 0,71 0,85 0,94 1,14 0,91b 0,40 Terang 0,41 0,63 0,43 0,30 0,44a Rata-rata 0,56 0,74 0,69 0,72 -

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05

Tabel 5 Bobot kering kecambah (g) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA3 Kondisi Cahaya Konsentrasi GA3 (ppm) BNJ 0,05

0 200 400 600

Gelap p0,17b q2,90c q0,50b q0,77b 0,32

Terang p0,21b p0,39b p0,13ab p0,10a

BNJ 0,05 0,27 -

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf pada kolom (a,b,c) atau kolom (p,q) yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNJ α 0,05

patan tumbuh lebih besar dari 30% per etmal memiliki kecepatan tumbuh kuat, 25-30% per etmal memiliki kecepatan tumbuh kurang kuat, dan lebih kecil dari 25% per etmal memiliki kecepatan tumbuh lemah (Sadjad, 1993). Benih yang dikecambahkan kondisi gelap memiliki kecepatan tumbuh 0,91 atau 27,30 per etmal, sedangkan kon-disi terang memiliki kecepatan tumbuh 13,20 per etmal. Dengan demikian, benih yang dikecambahkan kondisi gelap lebih vigor dibandingkan benih yang dikecam-bahkan kondisi terang.

Bobot Kering Kecambah

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa bobot kering kecambah teruji nyata, baik pengaruh cahaya, dan perlakuan kon-sentrasi GA3 dan interaksi antara cahaya dan konsentrasi GA3 (Tabel 5). Pertumbuh-an merupakPertumbuh-an salah satu aspek perkem-bangan tanaman. Perkemperkem-bangan adalah perubahan secara keseluruhan baik

kuanti-tatif maupun kualikuanti-tatif selama siklus hidup tanaman (Tohari, 2002). Selanjutnya dijelas-kan bahwa pertumbuhan tanaman dapat dicirikan oleh penambahan jumlah sel yang disertai dengan pembesaran sel atau per-tumbuhan adalah pertambahan bobt kering yang tidak dapat balik. Dengan demikian, bobot kering kecambah normal meng-gambarkan secara keseluruhan pertum-buhan kecambah dari yang dikecam-bahkan. Benih yang dikecambahkan dalam kondisi gelap dan diberi perlakuan kon-sentrasi GA3 200 ppm menghasilkan bobot kering ke-cambah terberat (2,90 g), dan berbeda nyata dengan perlakuan kon-sentrasi GA3 lainnya baik yang dikecam-bahkan pada kondisi gelap maupun terang.

KESIMPULAN

Kondisi gelap memiliki potensi tumbuh maksimum tertinggi (90%) membutuhkan waktu 60 hari, sedangkan daya berkecam-bah benih aren sebanyak 58,33%

(7)

mem-butuhkan waktu berkecambah 66,98 hari. Benih yang dikecambahkan pada kondisi gelap menghasilkan kecambah yang lebih vigor dibandingkan pada kondisi terang. GA3 tidak dapat meningkatkan perke-cambahan benih aren dan tidak dapat menggantikan fungsi cahaya dalam per-kecambahan benih aren

Perlakuan kondisi gelap dan konsentrasi GA3 200 ppm menghasilkan bobot kering kecambah terberat (2,90 g).

UCAPAN TERIMA KASIH

Disampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur DP2M DIKTI Kementerian Pen-didikan Nasional RI, dan Ketua Lembaga Penelitian UNTAD yang memberi ke-percayaan dalam melaksanakan kegiatan penelitian Skim HIBAH KOMPETENSI (2010), serta kepada Yuldanto Larekeng (mahasiswa S1 UNTIKA), Marnince (mahasiswa S1 UNTIKA), dan Ibnu Taimiyah (mahasiswa S1 UNTAD) yang ikut penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Burkill, J. H. 1935. A dictionary of the economic product of the malay paninsula. Vol. 1 (A-H). The Crown Agent’s for The Colonies 4, Mill bank. London.

Hadipoetyanti, E dan H.Luntungan. 1988. Pengaruh beberapa perlakuan ter-hadap perkembangan biji aren. J. Penelitian Kelapa 2(2): 20 – 25.

Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C.Santiwa. 1994. Panduan praktikum dan penelitian bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Masano. 1989. Perkecambahan benih aren. Duta Rimba No. 105– 106/XV/ 1989:

106–106. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.

Mogea, J. P. 1991. Revisi marga Arenga (Palmae). (Disertasi). Fakultas Pasca- sarjana UI. Jakarta.

Miller,R. H. 1964. The Versatile Sugar Palm Principles. The Palm Society (8): 113-144.

Mujahidin, Sutrisno, D.Latifah, Tri Handa-yani dan I.A.Fijridianto. 2003. Aren budidaya dan prospeknya. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Bogor.

Nasution,M.Y. 1996. Aren tanaman serba guna bagi kehidupan manusia. Ma-jalah Pendidikan Science. 09: 76-81. Rofik, A., E.Murniati. 2008. Pengaruh

perlakuan deoperkulasi benih dan media perkecambahan untuk me-ningkatkan viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Bul. Agronomi 36(1): 33-40.

Romokoi, M.,M.M. 1990. Manfaat tanaman aren. Buletin Balitka 10: 21-28.

Sadjad, S. 1993. Dari benih kepada benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. ---, E.Murniati, S.Ilyas, 1999.

Para-meter pengujian vigor benih. Gra-sindo bekerjasama dengan PT Sang Hyang Seri. Jakarta.

Saleh, M. S. 2004. Karakteristik pohon induk aren di Kecamatan Biromaru Kabupaten Donggala. Dalam: Hamzun (ed.). p. 174–178. Pros. Sem. Pemanfaat-an Sumberdaya Hayati Berkelanjutan. Palu, 28 September 2004. Kerjasama UNTAD dan LIPI. Palu.

Saleh, M.S. 2005. Perkecambahan benih aren yang berasal dari tingkat ke-masakan dan umur pohon induk

(8)

berbeda. J. Agroscientiae 3(3): 173-179.

Saleh, M.S. 2008. Teknologi benih dan peranannya dalam membangun industri benih guna mendukung budidaya aren di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakul-tas Pertanian UNTAD, 25 November 2008 di Palu.

Saleh, M.S. 2009. Perubahan anatomi, biokimia dan fisiologi pada berbagai tingkat kemasakan benih aren. J.Agrivigor 8 (3): 207-212.

Saleh, M.S., Umrah, dan H.Anam, 1998. Diversifikasi produk nira aren pada KUIK Bunga Aren Desa Omu Ke-camatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala. Laporan Program VUCER DIKTI dan UNTAD. Palu.

Saleh, M.S., dan Nuraeni. 2006. Pening-katan perkecambahan benih aren pada berbagai cara ekstraksi buah dan pematahan dormansi. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian UNTAD Palu.

Tohari. 2002. Pertumbuhan dan perkem-bangan tanaman. Program Pasca-sarjana UGM. Jogyakarta.

Gambar

Tabel 1.  Potensi tumbuh maksimum (%) 30 dan 60 HST berbagai kondisi cahaya dan  konsentrasi GA 3
Tabel 3  Waktu berkecambah (hari) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA 3
Tabel 4 Kecepatan tumbuh (%/etmal) pada berbagai kondisi cahaya dan konsentrasi GA 3 Kondisi  Cahaya  Konsentrasi GA 3  (ppm)  Rata-rata BNJ  0,05  0 200 400 600  Gelap 0,71  0,85  0,94  1,14  0,91 b    0,40    Terang 0,41 0,63 0,43 0,30  0,44a Rata-rata 0

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan selama lima kali pengamatan setiap dua minggu sekali dapat diperoleh bahwa tanaman sengon dari berbagai provenan dengan kondisi pohon

Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative integrated reading and composition (CIRC) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam

Tujuan penelitian untuk menganalisis lokasi desa pantai di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo yang sesuai untuk budidaya tambak udang windu dan vannamei

(2004) juga menunjukkan bahwa nilai kemiripan (identity values) dari sekuen nifH dan nifD pada Methylocapsa acidiphila B2 dan Beijerinckia lebih tinggi (98.5 % dan 96.6

Rendahnya nilai indeks dominasi pada stasiun 1 bulan September yaitu dengan rata-rata 0,343 dan pada stasiun 2 bulan November yaitu dengan rata- rata 0,302

Berdasarkan data survei Pusat Informasi dan Konseling yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang tahun 2017 bekerja sama dengan BKKBN Provinsi Nusa Tenggara

Pengaruh Kecepatan Angin, Kelembaban dan Suhu Udara Terhadap Konsentrasi Gas Pencemar Sulfur Dioksida (SO 2 ) Dalam Udara Ambien di

Teknik pencucian yang dilakukan oleh responden dengan tidak memenuhi syarat sebanyak 11,8 % berpengaruh terhadap jumlah kuman, teknik pengeringan yang dilakukan