• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PENINGKATAN PRODUK PANGAN HEWANI*) Oleh. Tien R.Muchtadi** I. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PENINGKATAN PRODUK PANGAN HEWANI*) Oleh. Tien R.Muchtadi** I. PENDAHULUAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL PENINGKATAN PRODUK PANGAN HEWANI*)

Oleh

Tien R.Muchtadi**

I. PENDAHULUAN

Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) merupakan salah satu dari lima program insentif Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT). Program insentif KNRT lainnya adalah Riset Dasar, Riset Terapan, Difusi dan Pemanfaatan Iptek , dan Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi yang bersifat bottom up.

RUSNAS bertujuan untuk a) mengorientasikan kemampuan yang terakumulasi di lembaga penelitian dan perguruan tinggi, untuk mendorong penguasaan technology roadmap yg diperlukan dalam mendukung perkembangan sektor produksi yg strategis, b) membangun jaringan kerja sama antara sejumlah industri, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi agar dapat secara bersama-sama membentuk kemampuan mengembangkan teknologi produk dan proses produksi yg diperlukan, serta menumbuhkan kapasitas inovasi sejalan dgn kemajuan teknologi (state of the art of technologies), dan c) memfasilitasi perkembangan cluster industri, termasuk penguatan partisipasi aktif dunia usaha, dengan mengikutsertakan usaha kecil dan menengah berbasis teknologi.

Untuk menjamin kestrategisannya, program RUSNAS bersifat top-down sehingga permasalahan yang akan diatasi ditentukan oleh Kementerian Ristek. Aspek yang sangat penting bagi program RUSNAS adalah pembangunan jaringan yang mengaitkan kemampuan penelitian di lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai penyedia iptek dan solusi teknologi (know-how & technology solution provider) dengan rantai pertambahan nilai di sektor produksi.

Program RUSNAS bersifat jangka panjang dan harus dilaksanakan sebagai upaya sistematis untuk meningkatkan komplementaritas antara kegiatan litbang dan kegiatan produksi, membangun saluran transaksi untuk memfasilitasi terjadinya alih teknologi dari tahap penelitian ke tahap komersial, serta menumbuhkan kemampuan inovasi pada kegiatan bisnis.

*) Disampaikan pada Seminar Hari Pangan Sedunia, Bogor, 21 Nopember 2007

(2)

Sejak diluncurkan tahun 2000 hingga saat ini, terdapat 8 topik RUSNAS yang sedang berjalan dan didanai oleh KNRT, yaitu Teknologi Informasi dan Mikroelektronika (TIMe), Buah-buahan tropis, Kelautan (Kerapu), Industri Kelapa Sawit, Diversifikasi Pangan Pokok, Engine Aluminum Paduan , Energi Baru dan Terbarukan serta Industri Sapi.

Makalah ini akan membahas 2 Riset Unggulan Strategis Nasional yang berkaitan dengan peningkatan produk pangan hewani, yaitu RUSNAS Kelautan (Kerapu) (2000-2007) dan RUSNAS Industri Sapi (2006-(2000-2007), program penelitian dan pengembangannya dan capaiannya hingga saat ini.

II. RUSNAS KELAUTAN (KERAPU) (2000-2007) a. Latar Belakang

Kerapu merupakan ikan-ikan yang hidup di terumbu karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama groupers atau coral reef fishes. Ikan-ikan ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Ikan kerapu diperdagangkan dalam keadaan hidup, dengan harga jual yang relatif tinggi. Harga ikan kerapu tikus di tingkat nelayan dapat mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya. Ikan tersebut diekspor terutama ke Hongkong dengan harga jual yang berlipat kali. Pada tahun 2000, Hongkong mengimpor 9.827 ton ikan kerapu hidup, dengan pemasok utama China, Thailand, Philipina, Indonesia, Australia dan Malaysia. Pangsa Indonesia hanya sekitar 9,39% dari semua pemasok ikan kerapu ke Hongkong.

Tingginya harga jual telah mendorong kegiatan eksploitasi sumberdaya kerapu secara tidak terkendali dan lebih jauh lagi membahayakan ekosistem perairan khususnya terumbu karang. Banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak atau racun sianida untuk menangkap kerapu, sehingga menghancurkan terumbu karang dan berakibat menurunnya jumlah populasi ikan kerapu yang pada akhirnya dapat menyebabkan kepunahan secara permanen. WWF melaporkan bahwa kondisi terumbu karang Indonesia hanya 6% yang masih dalam kondisi baik, 24% dalam kondisi normal, 28% dalam kondisi rusak dan 42% kondisi rusak parah. Meskipun di beberapa daerah kegiatan eksploitasi seperti di atas telah berkurang/dapat dicegah, akan tetapi dampak dari kerusakan terumbu karang yang ditimbulkan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkannya.

Untuk menghindarkan terjadinya kepunahan terhadap populasi ikan kerapu di alam dan mempertahankan terumbu karang serta tetap dapat mengisi permintaan pasar yang

(3)

terus meningkat, maka upaya mengalihkan usaha penangkapan ke usaha budidaya merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan. Kegiatan budidaya kerapu di Indonesia belum banyak berkembang. Dewasa ini di Indonesia baru terdapat 4 pembenihan kerapu milik pemerintah (Lampung, Situbondo, Takalar dan Gondol), dan satu pembenihan milik swasta di Lampung. Kalaupun ada maka lebih bersifat penangkaran atau penggemukan ikan hasil tangkapan alam yang masih berukuran kecil hingga ukuran konsumsi. Hingga saat ini, usaha pembenihan masih menghadapi sejumlah masalah, terutama rendahnya tingkat hidup (survival rate) sehingga diperlukan dukungan iptek. Oleh karena itu KNRT pada tahun 2000 meluncurkan program RUSNAS Kelautan (Kerapu).

b. Tujuan RUSNAS Kelautan (Kerapu)

Meningkatkan produksi kerapu hasil budidaya melalui pengembangan teknologi pemuliaan untuk menghasilkan induk kerapu unggul, teknologi pakan, produksi vaksin dan obat, serta teknologi budidaya dan pascapanen.

c. Pengelolaan RUSNAS Kelautan (Kerapu)

RUSNAS Kelautan (Kerapu) dikelola oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, BPPT. Lembaga penelitian yang terlibat dalam RUSNAS Kelautan (Kerapu) antara lain adalah IPB, UGM, UNIBRAW , dan Departemen Kelautan dan Perikanan.

d. Roadmap Teknologi Kelautan (Kerapu)

Technology roadmap adalah suatu diagram yang menggambarkan keterkaitan antara perkembangan aplikasi produk (produk, proses produksi dan jasa) di suatu sektor produksi dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan dan produksi aplikasi tersebut. Roadmap teknologi kerapu terdiri dari beberapa roadmap sesuai dengan klaster teknologi dan produk yang perlu dikembangkan dalam mendukung pengembangan industri kerapu secara keseluruhan. Gambar 1 memberikan gambaran menyeluruh tentang klaster-klaster teknologi dan produk yang perlu dikembangkan dalam mendukung pembangunan industri kerapu nasional. Klaster teknologi tersebut adalah (1) teknologi produksi induk unggul, (2) produksi pakan (3) produksi vaksin dan obat-obatan, dan (4) alat mesin hatchery, budidaya dan

(4)

Roadmap teknologi untuk produksi induk unggul digambarkan pada Gambar 2. Pada diagram ini dapat dilihat bahwa produk akhir yang ingin dihasilkan adalah Induk-induk unggul yang mampu menghasilkan benih yang tahan terhadap penyakit, pertumbuhan pesat dan keunggulan lainnya. Kegiatan riset yang dilakukan adalah karakterisasi terhadap induk-induk dan ikan yang terdapat di 3 lokasi pembenihan milik pemerintah, yaitu di Lampung, Situbondo dan Takalar. Melalui karakterisasi ini maka akan dapat dilakukan peningkatan mutu melalui proses breeding secara selektif, atau melakukan pengkayaan genetika melalui cross breeding. Dari hasil breeding tersebut akan diperoleh populasi dasar (base population). Dari populasi dasar ini akan dapat dihasilkan keturunan kedua yang merupakan populasi yang lebih baik (advance) mutunya.

Roadmap teknologi untuk produksi pakan digambarkan pada Gambar 3. Dalam diagram tersebut digambarkan roadmap tentang pengembangan industri pakan untuk kerapu. Produk pakan untuk kerapu hingga saat ini belum ditemukan di pasaran, sehingga diperlukan penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah pengembangan diawali dengan proses analisa terhadap formula pakan ikan yang ada di pasaran. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan nutrisi ikan kerapu dan pengembangan ingredients sesuai dengan kebutuhan ikan kerapu. Pengembangan formula pakan yang cocok dilakukan melalui ujicoba pemberian pakan. Pengembangan pakan ini diarahkan pada produk pakan larva, pakan induk dan pakan pembesaran.

e. Program RUSNAS Kelautan (Kerapu) (2000-2007)

Program RUSNAS Kelautan (Kerapu) meliputi riset dasar, riset terapan dan difusi. Riset tersebut dilakukan pada tiga aspek yaitu Genetik, Pakan dan Vaksin.

Riset Dasar : GENETIK

• Karakterisasi morfologi, biologi dan genetika kerapu tikus

• Karakterisasi sequence gen GH kerapu tikus sbg transgen dlm proses produksi kerapu super- G

• Karakterisasi promotor ß-actin ikan kerapu sebagai promoto pada proses produksi ikan kerapu Super- G

(5)

PAKAN

• Riset bahan baku untuk formula pakan ikan kerapu macan VAKSIN

• Karakterisasi dan identifikasi bakteri Vibrio sp dan virus VNN (Viral Nervous Necrosis)

Riset Terapan GENETIK

• Penerapan tehnik selective breeding pada ikan kerapu tikus • Penerapan teknologi produksi ikan kerapu Super-G PAKAN

• Formulasi pakan ikan kerapu stadia deder sampai dengan pembesaran

• Uji lapang pakan buatan untuk ikan kerapu untuk stadium pendederan s/d pembesaran

• Pengkayaan pakan alami untuk larva ikan kerapu • Formulasi pakan induk ikan

VAKSIN

• Formulasi dan aplikasi vaksin vibrio pada ikan kerapu • Formulasi vaksin VNN

Difusi : GENETIK

ƒ Penerapan teknologi selective breeding untuk mendapatkan calon induk kerapu tikus bekerjasama dengan BBPBL Lampung, BBAP Situbondo dan PT SOLAR SAHARA USAHA MINA, Bali.

PAKAN

ƒ Penerapan formula pakan RUSNAS untuk induk kerapu, kerjasama dengan BBPBL Lampung-DKP

(6)

ƒ Penerapan pakan alami (rotifer) untuk larva ikan kerapu, kerjasama dengan BBPBL Lampung-DKP

ƒ Penerapan formulasi pakan ikan kerapu stadia pembesaran kerjasama dgn PT Matahari Sakti dan pembudidaya ikan kerapu di Lampung

VAKSIN

ƒ Pengembangan Vaksin Vibrio untuk Ikan Kerapu

ƒ Produksi Vaksin Vibrio, kerjasama dengan CV Pesona Scientifica (tahap pendaftaran di DKP)

ƒ Penerapan vaksin vibrio pada ikan kerapu dalam rangka uji coba skala lapang, kerjasama dengan Balai-balai di lingkungan DKP : BBAP Situbondo, Loka BL Lombok, BBPBL Lampung, BBL Batam dan Pembudidaya

ƒ Optimasi kinerja Hatchery di Batam

ƒ Perbaikan sarana dan prasarana hatchery

Optimasi penerapan teknologi pembenihan ikan kerapu

f. Hasil dan Capaian RUSNAS Kelautan (Kerapu) (2000-2007)

Selama kurun waktu 7 tahun, RUSNAS Kelautan (Kerapu) telah menghasilkan produk dan teknologi untuk mendukung budidaya kerapu. Hasil dan capaian RUSNAS Kelautan (Kerapu) adalah sebagai berikut :

1. Satu unit hatchery

2. Induk ikan : kerapu tikus (20 ekor) dan macan 28 ekor) dari alam

3. Calon induk F1 ( 187 ekor, 2 cohort ) dan F2 ( 300 ekor, 1 cohort ) ikan kerapu tikus (selective breeding)

4. Sekuen gen penyandi hormon pertumbuhan pada ikan kerapu tikus (ktGH) 5. Sekuen promotor –actin ikan kerapu tikus (pktBp)

6. Konstruksi gen “All Grouper” yang dibuat dengan komponen gen target GH ikan kerapu tikus (ktGH) dan

7. promotor b-actin ikan kerapu tikus (pktBp)

8. 3 SOP : kultur murni zooplankton dan phytoplankton (pakan alami), seleksi induk F1 dan induk F2

9. Formula pakan ikan kerapu (pendederan s/d pembesaran)

10. Formula pakan induk kerapu untuk mempercepat pematangan gonad 11. Pakan alami yang diperkaya untuk pakan larva ikan kerapu

12. Vaksin untuk ikan kerapu – penyakit vibriosis : vaksinas 13. Protein rekombinan sebagai kandidat vaksin VNN

(7)

14. 3 Aplikasi paten (dalam proses) : sekuen cDNA hormon pertumbuhan ikan kerapu tikus , sekuen promotor

15. β-actin, polivalen vaksin

(8)

MARKET

TREND

PRODUCT &

PRODUCTION

PROCESS

TECHNOLOGY

PATH

R & D PROJECT

(SCIENCE)

Kerapu Hidup

Hasil Budidaya

Transportasi Ikan Hidup

Kerapu Ukuran

Konsumsi

Pembesaran Kerapu

Benih

Pembenihan

Induk

Penangkapa

n Kerapu

Pakan buatan

Pakan alami

Vaksin/obat-

Alsin Budidaya

Alsin Pascapanen

Alsin Hatchery

Rekayasa Genetika

Outbreeding

Breeding

Formulasi pakan

Teknologi proses

Kultur pakan alami

Immunostimulant

Sistem Deteksi Dini

Imotilasi elektrik

Imotilasi anastetik

Kontrol Otomatis

Karakterisasi stok alam &

hatchery

Pengemb. Genetic Marker

Survey potensi induk dan

benih kerapu

Sex Reversal

Isolasi Gen Spesifik

Teknik Transfer Gen

Manajemen Induk

Kajian kebutuhan nutrisi

ikan;

Kajian sumber dan

kelayakan bahan baku

pakan

Identifikasi, isolasi dan

kultur murni pakan alami

Manajemen pakan

Kajian jenis dan

karakteristik penyakit

Formula

immunostimulant

Manajemen Kualitas

Air

Kajian metoda

imotilasi

Rancang bangun alat

angkut ikan hidup

Rancang bangun kapal

angkut ikan hidup

Rancangbangun alat

kontrol otomat

h t h

GENERAL ROADMAP: KERAPU

INDUK PAKAN

PENYAKIT

ALAT & MESIN

Kerapu Hidup Hasil

Tangkapan

(9)

MARKET

PRODUCT &

PRODUCTION

PROCESS

TECHNOLOGY

PATHS

0

2 4 6 8

YEAR

BREEDING ROADMAP FOR HUMPBACK GROUPER

10

R & D

PROJECT

(SCIENCE)

NATURAL STOCKS COLLECTION AND MAINTENANCE : 3 LOCATIONS

CHARACTERIZATION

GENETIC

INHERITANCE

G - E INTERACTION

DNA MARKER ANALYSIS

CROSSING

SELECTIVE

BREEDING

BASE POPULATION

ADVANCE IMPROVED

POPULATION

SELECTIVE BREEDING

F1 SELECTED

BROODSTOCK

BROODSTOCK

F2 SELECTED

BROODSTOCK

F3SELECTED

LOCAL DAN GLOBAL MARKET

(10)

ROADMAP TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN

M a rk e t

M a rk e t

T re n d

T re n d

P ro d u c t &

P ro d u c t &

P ro d u c tio n

P ro d u c tio n

P ro c e s s

P ro c e s s

T e c h n o lo g y

T e c h n o lo g y

P a th s

P a th s

R & D

R & D

P ro je c t

P ro je c t

A r t if ic ia l D ie t

E n v ir o n m e n ta lly

F r ie n d ly D ie t

D ie t f o r

B r o o d s to c k

F orm u la of O th er M a rin e fish es M icro D iet E x tru sion D ie t f o r L a r v a e N u trie n t R e q u ire m e nt O f G ro u p e r In g re d ie n ts D e ve lo p m e n t Y e a r Y e a r

Fe e d in g M a n a g e m e n t

D ie t f o r

G r o w in g

L e s s P o llu ta n t D i e t

M ix in g

0 0 11 22 33 44 55 Lo w p h o s p h o ru s o r A s h In g re d ie n ts ; Fis h m e a l & F is h o il A lte rn a tive s

1st D iet F orm u la of G rou p er

C om p ressed

2 n d F o rm u la o f G ro u p e r

P ellet

M ix in g

M ix in g

P ellet

M ix in g

P ellet

(11)

III. RUSNAS PENGEMBANGAN INDUSTRI SAPI (2006-2007)

a. Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan modal dasar dan utama pembangunan nasional.

Berdasarkan data UNDP (2006) kualitas SDM Indonesia masih rendah, berada diperingkat

112 dari 147 negara. Salah satu upaya untuk peningkatan kualitas SDM adalah dengan

melakukan perbaikan gizi melalui peningkatan konsumsi daging dan susu. Konsumsi protein

hewani terutama susu dan daging masyarakat Indonesia masih relatif rendah yaitu 3,7 dan 9,1

kg/kapita/tahun, dibandingkan dengan negara maju seperti AS (119 dan 122 kg/kapita/tahun

dan Jepang (42,8 dan 42,1 kg/kapita/tahun) dan negara tetangga Malaysia (24,4 kg dan 52,3

kg/kapita/tahun).

Di sisi lain, produksi susu dan daging dalam negeri hingga saat ini masih belum dapat

memenuhi kebutuhan domestik sehingga masih harus impor. Ada kecenderungan impor

meningkat dari tahun ke tahun yang menghabiskan devisa negara dan berpotensi mengganggu

ketahanan pangan nasional. Peningkatan produksi daging dan susu merupakan langkah

strategis untuk mengatasi kekurangan pasokan pangan asal ternak dan pada gilirannya akan

meningkatkan konsumsi daging dan susu yang penting bagi peningkatan kualitas SDM.

Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut diatas, Kementerian Negara Riset dan

Teknologi meluncurkan program RUSNAS industri Sapi pada tahun 2006. Program RUSNAS

pengembangan industri sapi berbasis sumber daya lokal merupakan kegiatan penelitian dan

pengembangan jangka panjang, terintegrasi dan berkesinambungan. RUSNAS sapi dirancang

sebagai upaya penguatan mata rantai dukungan teknologi bidang agribisnis industri sapi guna

meningkatkan produksi dan kualitas produk akhir yaitu daging dan susu.

b.Tujuan RUSNAS Sapi

Meningkatkan produksi sapi bibit dan daging untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan

industri pangan nasonal melalui pengembangan teknologi pembibitan, reproduksi ternak,

pengendalian penyakit ternak (kesehatan hewan), teknologi pakan dan nutrisi ternak berbasis

sumberdaya lokal serta teknologi pascapanen.

(12)

c. Pengelolaan RUSNAS Industri Sapi

RUSNAS Industri Sapi dikelola oleh Universitas Brawijaya Malang untuk

pengembangan Sapi potong dan Institut Pertania Bogor untuk pengembangan sapi perah.

Dalam pelaksanaan Litbangnya, semua stakeholders terlibat baik dari Perguruan Tinggi,

lembaga litbang departemen, LPND dan swasta.

d. Roadmap Teknologi RUSNAS Industri Sapi

Roadmap teknologi RUSNAS sapi terdiri dari dua roadmap umum yaitu Roadmap

Teknologi Sapi perah (Gambar 4) dan Roadmap teknologi Sapi potong (Gambar 5).

e. Program RUSNAS Industri Sapi (2006-2007)

Program RUSNAS Industri Sapi meliputi penelitian dan pengembangan teknologi di

bidang pemuliaan, pengendalian penyakit dan teknologi pakan dengan rincian sebagai berikut :

Pemuliaan:

1.

Identifikasi Gen Pengontrol Produksi dan Kualitas Susu pada Sapi Perah di Indonesia

2.

Penggunaan Sifat Bobot dan Morfometrik Tubuh untuk menseleksi Sapi Betina Bibit

Pengendalian Penyakit:

1.

Pengembangan Kit Uji Untuk Deteksi Mastitis Sub Klinis

2.

Penelitian Pemberantasan Brucellosis pada Sapi Perah

3.

Evaluasi Prevelensi Brucellosis pada Sapi Perah di Kawasan Peternakan Bandung

4.

Identifikasi Gen Bovine Leucocyte Adhesion Defficiency (BLAD) Pada Calon Pejantan

Friesian-Honstein di BIB Lembang

Teknologi Pakan:

1.

Pengembangan Penyediaan Pakan Sapi Perah Khusus Musim Kering

2.

Pabrikasi Silase Ransum Komplit, Bakteri Asam Laktat dan Asam Organik dalam Satu

Alur Produksi untukMewujudkan Ketahanan Pakan Sapi Perah

3.

Produksi Cr-Organik dari Kapang dan Jamur dalam Upaya Perbaikan Kualitas Pakan dan

(13)

4.

Suplemen Protein berbasis daun Singkong sebagai Bahan Pakan Sumber Protein

Berkualitas

f. Hasil dan Capaian RUSNAS Industri Sapi (2006-2007)

Hasil dan capaian RUSNAS Industri sapi tahun 2006-2007 adalah sebagai berikut :

1. 1 paket Kit diagnostik Mastitis

2. 1 paket Kit diagnostik Brucellosis

3. 1 alat perah higienis lokal

4. 1 paket software untuk recording dan aplikasi breeding (perangkat lunak untuk seleksi

bibit sapi potong)

5. 1 paket marka gen kandidat untuk pertumbuhan dan kualitas daging

IV. PENUTUP

RUSNAS Kerapu sejak diluncurkan tahun 2001 telah menghasilkan beberapa

produk atau teknologi yang dapat dimanfaatkan industri kerapu antara lain teknologi selective

breeding, beberapa formula pakan, dan vaksin vibrio. KNRT akan mendorong hasil RUSNAS

kerapu dapat segera didifusikan secara luas ke masyarakat sehingga dapat meningkatkan

produksi kerapu hasil budidaya yang pada gilirannya akan meningkatkan perolehan devisa dari

ekspor dan meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan konsumsi ikan.

RUSNAS Sapi yang belum lama diluncurkan (tahun 2006) diharapkan dalam waktu

3-5 tahun dapat menghasilkan produk atau teknologi yang dapat meningkatkan produksi

daging dan susu yang penting bagi peningkatan kualitas SDM, pengurangan impor,

pertumbuhan industri pangan dan pembukaan peluang ekspor.

KNRT terus berupaya mendorong tumbuh kembangnya inovasi dan riset sejalan

dengan kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

global melalui berbagai program insentif (riset dasar, riset terapan, RUSNAS, riset difusi dan

pemanfaatan iptek dan riset peningkatan kapasitas iptek sistem produksi). Diharapkan luaran

Riset dapat memperkuat daya dukung teknologi (technology supply chain) bagi peningkatan

daya saing industri dan ekonomi nasional.

(14)
(15)
(16)

PUSTAKA

Fakultas Peternakan UNIBRAW . 2006. Rencana Induk RUSNAS Pengembangan Industri

Sapi. Malang.

Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian, BPPT. 2002. Rencana Induk

RUSNAS Pengembangan Teknologi Kelautan (RUSNAS Kerapu). Jakarta.

Gambar

Gambar 4. Roadmap Teknologi Industri Sapi perah
Gambar 5. Roadmap Teknologi Sapi Potong

Referensi

Dokumen terkait

RKA - SKPD 2.2.1 Rincian Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. RKA - SKPD 3.1 Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

Saib Suwilo, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Matematika FMIPA Universitas Sumatera Utara, yang juga sebagai pembimbing utama, dan banyak memberikan arahan

Penelitian yang berkaitan dengan Resistensi umat Konghucu sudah. dilakukan oleh peneliti-peneliti

Setelah mengetahui konsep kriptografi, algoritma kriptografi serta jenis- jenisnya, berikut ini dibahas mengenai bilangan bulat dan hasil yang dapat diperoleh dari bilangan

Perhitungan dilakukan terhadap tekanan statik dan dinamik, kecepatan fluida, energi kinetik turbulen dan pola aliran fluida yang terjadi di dalam saluran

Sebaliknya, jika kita berbicara tentang biaya perbaikan marjinal untuk keseluruhan industri – produksi energi listrik di Amerika Tengah misalnya – pilihan penghentian

Selain itu hal ini juga dapat terjadi ketika dalam proses pembuatan film plastik yang mana pemanasan campuran pati, serat dan gliserol mengalami pemanasa,

• jika tidak memenuhi aspek-aspek CDOB dan peraturan perundang-undangan terkait yang menyebabkan kerusakan mutu obat dan/atau bahan obat atau diversi distribusi dari/ke.