• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1. Profitabilitas

Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.

Keberhasilan perusahaan dipengaruhi besarnya tingkat profitabilitas. Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan menilai keberhasilan efektifitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai keputusan yang telah dijalankan dalam periode berjalan. Ketika perusahaan mengalami keberhasilan, akan memacu percepatannya publikasi laporan keuangan ke publik, sehingga menimbulkan image positif perusahaan dimata publik.

(2)

tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauhmana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana perusahaan.

Profitabilitas sebuah perusahaan akan menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya dan meraih laba dari kegiatan operasional perusahaan tersebut. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 2007: 35).

Menurut Sawir (2005: 31) tujuan dari rasio Profitabilitas, yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih sesudah pajak) ditinjau dari sudut equity capital. Semakin tinggi rasio ini semakin baik hasilnya, dan rasio ini merupakan ukuran dalam mengukur tingkat hasil investasi dari para pemegang saham. Syamsuddin (2006: 64) menyatakan “Return on Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka invetasikan dalam perusahaan”.

(3)

Return on Equity dapat dihitung dengan rumus :

�� � � =Laba bersih setelah pajakEkuitas

Return On Equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri (Halim dan Hanafi, 2005: 179). ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (persentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis (Widiyanto, 1992:53). Dengan demikian kegunaan ROE adalah untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal asing.

2.2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga memungkinkan dilakukannya manajemen laba. Perusahaan besar juga menghadapi public demand atas informasi yang tinggi sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi.

(4)

dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang terkandung didalamnya.

Ukuran perusahaan dapat dihitung berdasarkan beberapa kriteria yaitu: 1. Ukuran perusahaan dari segi total saham

Dilihat dari kapitalisasi market yang berasal dari total saham yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Karena perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Menurut Ang (1997) dalam Haryanto dan Ira Yunita (2008) Pengelompokkan pasar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Kapitalisasi besar

Saham berkapitalisasi besar merupakan saham-saham yang dinilai kapitalisasi pasarnya lebih besar atau sampai dengan Rp 5 triliyun. Saham berkapitalisasi besar ini disebut saham lapis pertama

b. Kapitalisasi sedang

Saham berkapitalisasi sedang merupakan saham-saham yang nilai kapitalisasi pasarnya berkisar antara Rp 1 triliyun sampai dengan Rp 5 triliun. Saham berkapitalisasi besar ini disebut saham lapis kedua. c. Kapitalisasi Kecil

Saham berkapitalisasi kecil merupakan saham-saham yang nilai kapitalisasi pasarnya kurang dari Rp 1 triliyun. Saham berkapitalisasi kecil ini disebut juga saham lapis tiga.

2. Jumlah Pemegang Saham

Kepemilikan saham merujuk pada kekuasaan untuk melakukan kontrol dalam suatu perusahaan yang berimplikasi adanya kapasitas untuk menentukan kebijakan dan tindakan pada perusahaan dan menurut Berle dan Means (2009:112), ada empat (4) tipe untuk mengukur kontrol dengan prosentase kepemilikan saham dari individu atau kelompok pemegang saham, yaitu :

(5)

Persentase kepemilikan saham adalah persentase jumlah lembar saham yang dimiliki oleh seorang investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang beredar. Persentase kepemilikan saham terbagi menjadi tiga, yaitu (Baridwan, 2007):

1. Persentase pemilikan kurang dari 20%

Investasi saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20% maka dipandang investor tersebut tidak dapat mempengaruhi perusahaan yang sahamnya dimiliki.

2. Persentase pemilikan 20%-50%

Pemegang saham yang kepemilikannya sebesar 20% sampai 50% dari seluruh saham yang beredar pada saat menerima deviden maka deviden yang diterima dikurangi saldo rekening investasi saham.

3. Persentase pemilikan lebih dari 50%

Jika pemilikan saham investor lebih dari 50% dari seluruh saham beredar, maka perusahaan investor disebut induk perusahaan

3. Ukuran Perusahaan Dari Segi Total Aktiva

(6)

kepada pihak eksternal, sehingga perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.

Elton dan Gruber dalam Jogiyanto (2007:254), menyatakan bahwa perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, mereka juga merumuskan perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil, karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat meningkatkan profitabilitas.

(7)

mengelola investasi yang diberikan para stockholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka.

2.3. Debt to Equity Ratio

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 2005) dalam Yuliyanti (2011). Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio debt to equity ratio (DER) yang membandingkan jumlah aktiva (total ekuitas) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang).

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2010).

(8)

shaareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Riyanto (2007:67) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang dan total ekuitas perusahaan serta merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan sutau perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio yang tinggi biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam solvabilitas.

Rasio ini mengukur seberapa besar jumlah modal sendiri yang tersedia untuk menutupi semua hutangnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar, maka rasio terbaiknya adalah jika jumlah modal lebih besar daripada jumlah utang atau paling tidak sama. Tetapi lain halnya bagi manajemen akan lebih baik baginya bila rasio ini besar (Riyanto, 2007; 68).

(9)

berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Menurut Brigham (2005:13) dalam mengembangkan target capital structure perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau utang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang): sedangkan sumber dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak dibagi (retained earning).

Rasio antara sumber dana dari pihak eksternal (hutang) terhadap sumber dana pihak internal (ekuitas) lazim disebut sebagai Debt to equity Ratio. Menurut Harahap ( 2007:303) “Semakin kecil rasio ini maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih basar dari jumlah hutang atau minimal sama”.

Debt To Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang), dan modal yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Rumus dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut :

� � � � � � =�Modal Sendiri � �

2.4. Pertumbuhan Laba

(10)

diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan kinerja perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna ektemal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya.( Ali, 2002).

Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”.

Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.

Menurut Harahap (2008: 263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

(11)

sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000).

Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t-1 Pertumbuhan Laba =

Laba bersih tahun t-1

Menurut Angkoso (2006) pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Besarnya perusahaan.

Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2. Umur perusahaan

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3. Tingkat leverage.

Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.

4. Tingkat penjualan.

Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.

5. Perubahan laba masa lalu.

Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

2.5. Penelitian Terdahulu

Berikut ini review dari beberapa penelitian terdahulu :

NO. Nama Peneliti dan Judul Penelitian

Variabel yang Digunakan

Hasil Penelitian 1 Uliva Dewi Ardiatmi (2014)

(12)

2 Hantono (2013)

Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadapa Profitabilitas pada perusahaan

3 Marbeya dan Suaryana (2006) Pengaruh Pemoderasi Yang Terdaftar Di PT. Bursa Efek Jakarta 4 Vironika dan Budiasih

(13)

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu

2.6. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya serta kuat lemahnya hubungan antara variabel dependen berupa Profitabilitas dan Pertumbuhan Laba sebagai variabel pemoderasi dengan variabel independen berupa Ukuran Perusahaan dan DER. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap Profitabilitas dan Pertumbuhan Laba sebagai pemoderasi variabel.

Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka kerangka konseptual ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 7 Wardana

(2010)

(14)

2.6.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas

Ukuran perusahaan diproksikan dari ukuran aktiva yang dimiliki. Ukuran aktiva diukur dengan logaritma natural dari total aktiva, yang memiliki hubungan negatif dengan risiko. Hartono (2010: 392) menyatakan bahwa perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil karena mempunyai akses lebih ke pasar modal. Penelitian Ismiyanti dan Armansyah (2010) mengemukakan bahwa total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan merupakan bahan pertimbangan bagi para investor sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas (Ammar, 2003). Semakin besar firm size akan mengakibatkan biaya yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi profitabilitas. Perusahaan besar cenderung memiliki skala dan keleluasan ekonomis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan (Priharyanto, 2009).

Hasil penelitian Marbeya dan Suaryana (2006), Setiati dan Kusuma (2004), Hiskia (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas

2.6.2.Pengaruh DER terhadap Profitabilitas

(15)

untuk menguji kekuatan keuangan perusahaan dan bagaimana perusahaan dapat mengelola hutangnya dengan baik untuk dialokasikan pada bagian yang tepat. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik (ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang) (Walsh, 2004: 118). Penelitian yang dilakukan oleh Shubiri (2012) menyatakan bahwa peningkatan total rasio hutang memiliki dampak yang dapat menyebabkan investasi yang rendah.

(16)

Menurut penelitian Setiati dan Kusuma (2004), Marbeya dan Suaryana (2006), dan Wardana (2010) menyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas.

2.6.3.Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas yang Dimoderasi Pertumbuhan Laba

Laba merupakan hasil dari operasional perusahaan dalam satu periode akuntansi. Perusahaan dengan laba yang bertumbuh menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki keuangan yang fleksibel dan kemampuan operasional yang baik. Kemampuan operasional yang dimaksud baik adalah kemampuan perusahaan dalam menjaga aktivitas perusahaan berdasarkan tingkat kegiatan tertentu, misalnya menjaga jumlah penjualan yang dihasilkan, atau menjaga kapasitas yang digunakan (Hanafi dan Halim, 2005: 55). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009), mekanisme pertumbuhan penjualan dipergunakan oleh perusahaan dalam melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, untuk menghindari earnings decreases atau penurunan laba.

(17)

kepada para pemegang saham. Besarnya ROE dalam suatu perusahaan memproksikan tingkat pertumbuhan laba setiap tahunnya, yang didukung pula dengan modal dari para pemegang saham salah satu kekuatan perusahaan.

Perusahaan dengan laba tidak bertumbuh, dapat semakin memperkuat hubungan antara ukuran perusahaan yang berpengaruh negatif dengan profitabilitas. Dimana Hartono (2000), menyatakan ukuran perusahaan sebagai logaritma dari total aktiva diprediksi mempunyai hubungan negatif dengan risiko, dia juga menghipotesiskan bahwa perusahaan yang besar cenderung berinvestasi ke proyek yang mempunyai varian rendah dan risiko yang rendah, untuk menghindari laba yang berlebihan. Na’im dan Hartono

(18)

Hasil penelitian Hamid (2001), Setiati dan Kusuma (2004), penelitian Hiskia (2005) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang dimoderasi pertumbuhan laba berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan menurut Manuella dan Kristanti (2011) menyatakan tidak berpengaruh. Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H3: Pertumbuhan laba memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap

profitabilitas.

2.6.4.Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas yang Dimoderasi Pertumbuhan Laba

Keadaan hutang yang semakin memburuk dan struktur modal mempengaruhi pengambilan keputusan proses. Jika perusahaan menggantungkan labanya untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, kemudian dalam jangka pendek pertumbuhan yang diharapkan tidak menjadi yang utama, diperlukan waktu lama untuk meningkatkan modal yang diperlukan, untuk menginvestasikannya dan untuk memperoleh laba. Jika perusahaan dapat meningkatkan modal melalui penerbitan saham baru untuk pemegang saham baru, maka persentase dari hak kekayaan saham yang dimiliki pemegang saham lama akan berkurang, dan kemungkinan kehilangan kuasa dan kontrol dalam perusahaan akan meningkat (Lazarides dan Pitoska, 2012).

(19)
(20)

laba bagi perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka akan semakin besar kewajibannya. Dimana pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada profitabilitas. Sedangkan Kallapur dan Trombely dalam Setiati dan Kusuma (2004), menyatakan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan bertumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh, karena kesempatan investasi pada periode berikutnya semakin besar.

Hasil penelitian Hamid (2001), Marbeya dan Suaryana (2006) dan Manuella dan Rasmini (2011) menyatakan bahwa DER yang dimoderasi pertumbuhan laba berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan menurut Setiati dan Kusuma (2004) menyatakan tidka berpengaruh. Hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

H4: Pertumbuhan laba memoderasi pengaruh debt to equity ratio terhadap

profitabilitas.

Hipotesis

(21)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan pesat teknologi komunikasi informasi saat ini, khususnya dalam bidang sistem komunikasi, masyarakat sangat membutuhkan segala bentuk informasi yang selalu berkembang

[r]

[r]

Website ini dibuat dengan menggunakan teknologi PHP dan XML yang menggunakan konsep server-side scripting dimana script ini tidak tergantung pada browser sebab script ini dijalankan

Untuk itulah penulisan ilmiah ini dibuat untuk mencoba membantu dalam memberikan pelayanan yang lebih cepat yaitu dengan menggunakan komputerisasi. Dengan adanya

Dalam hal ini penulis memberikan alternatif lain untuk mengajarkan fisika dasar 3 dengan menggunakan modul interaktif, yang didalamnya terdapat teori fisika dasar 3 tentang

Semoga dengan adanya protokol yang telah diterbitkan ini akan dapat digunakan sebagai panduan dalam pengawalan, pencegahan dan pembasmian IBD.. Akhir sekali, saya

[r]