• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Asap Cair Sebagai Bahan Koagulan Pada Pengolahan Karet Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Asap Cair Sebagai Bahan Koagulan Pada Pengolahan Karet Alam"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karet Alam

Karet alam dikenal bermula ketika Christoper Colombus menemukannya pada tahun 1493. Kegunaanya mulai dikenal manusia ketika Goodyear dan Hancock menemukan proses vulkanisasi dalam tahun 1840. Terdapat lebih dari 2000 species tumbuhan yang menghasilkan lateks yang mengandung poliisoprena, tetapi hanya Hevea Brasiliensis saja yang bernilai komersil. Hevea Brasiliensis berasal dari Lembah Amazon di Amerika Selatan, lalu diperkenalkan ke Asia Tenggara dalam tahun 1877. Kebutuhan karet meningkat sejak tahun 1900-an karena penggunaan ban pneumatic pada kenderaan bermotor.

(2)

kambium serta kayu. Pembuluh lateks terletak diantara lapisan kulit lunak dan kambium, berbentuk tabung dengan dinding kenyal.

Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan bola untuk permaianan. Setelah de la condamine mengirim bahan elastis yang aneh atau “caoutchuc” dari Peru ke Prancis pada tahun 1736, maka saat itu orang Eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet perhatian terhadap karet meningkat setelah Priestly, seorang ahli fisika/kimia pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang inggris menjuluki karet sebagai rubber. Percobaan penggunaan karet dikembangkan terus menerus. Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya cara vulkanisasi ( vulcanization process ) oleh seorang ahli kimia Amerika, Charles Goodyear pada tahun 1839. Pada proses vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu, sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan bahan karet murni.

( Setyamidjaja.1993)

2.2 Komposisi Karet

(3)

Tabel 2.1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering

Komponen Komponen dalam

lateks segar ( % )

Komponen dalam lateks

kering ( %)

Karet hidrokarbon 36 92-94

Protein 1,4 2,5-3,5

Karbohidrat 1,6

Lipida 1,6 2,5-3,2

Persenyawaan Organik Lain

0,4

Persenyawaan anorganik 0,5 0,1-0,5

Air 58,5 0,3-1,0

Sumber : Morton, M.Rubber technologi. New York : Van Norstrand Reinhold,1987

Lateks yang diperoleh dari penyadapan bagian antara kambium dan kulit pohon Hevea brasiliensis adalah suatu cairan yang berwarna putih atau putih kekuning-kuningan. Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (nonrubber) yang terdispersi di dalam air. Menurut Nobel (1963) lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang mengandung berbagai macam zat.

(4)

mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata yang disebut serum. Bahan-bahan bukan karet yang terlarut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan, terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein. Bahan bukan karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting dalam mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya. Fraksi pada lateks dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2. Fraksi Pada Lateks

(5)

Lateks merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air . Partikel karet di dalam lateks terletak tidak saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing partikel memiliki muatan listrik. Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak brown. Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik (Zuhra, 2006).

2.3 Pengenalan Klon Karet

Ciri-ciri suatu tanaman (klon) kadang-kadang berubah. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh, seperti jeins tanah, kesuburan tanah, tinggi tempat, iklim, kekurangan unsur hara tertentu, lindungan dan lain sebagainya.

Berikut ini akan diuraikan secara ringkas cara mengenal klon-klon karet baik untuk tanaman muda maupun untuk tanaman produktif.

a. Pengenalan klon karet tanaman muda

(6)

1) Tangkai Daun

Untuk mengidentifikasi tangkai daun yang diperhatikan ialah tangkai – tangkai daun yang terletak dalam payung termuda yang pertumbuhannya telah sempurna. Ciri – ciri yang diperhatikan pada tangkai daun ialah :

• Posisi tangkai daun yerhadap batang :

- Terjungkit ( membentuk sudut runcing ) - Terkulai ( membentuk sudut tumpul )

- Mendatar/horizontal ( membentuk sudut 90o )

• Bentuk tangkai daun , yaitu bnetuk tangkai secara memanjang :

- Lurus - Cembung - Cekung

- Berbentuk huruf S

• Ukuran tangkai daun :

- Untuk ukuran panjang ada yang : panjang, sedangkan, pendek

- Untuk ukuran besar ada yang ; gemuk , kurus, agak gemuk, agak kurus.

• Ukuran pangkal tangkai ( kaki tangkai) daun bentuk bagian di atasnya :

- Untuk pangkal tangkai daun bentuknya ada yang : besar, kecil atau sedang - Untuk bagian atas dari pangkal tangkai daun ada yang berlekuk, rata atau

cembung 2) Anak tangkai daun

Dalam mengidentifikasi anak tangkai daun yang perlu diperhatikan adalah :

• Posisi anak tangkai daun terhadap tangkai daun :

(7)

• Ukuran anak tangkai daun

- Ukuran panjang ada yang : panjang, pendek, sedang - Ukuran besar ada yang : gemuk, kurus, sedang

• Bentuk anak tangkai daun :

- Lurus atau melengkung

• Besarnya sudut yang dibentuk oleh anak tangaki daun yang ditengah dengan

anak tangkai daun yang di pinggir dengan besarnya sudut : - Besar : bila sudutnya lebih dari 60o

- Kecil : bila sudutnya lebih kecil dari 60o - Sedang : bila sudutnya ± 60o

3) Helai daun

Dalam mengidentifikasi helai daun yang perlu diperhatikan adalah :

• Warna, kilau dan kekakuan daun :

- Warna : hiaju muda, hijau, hijau tua dan hijau kekuningan - Kilau : berkilau atau kusam

• Bentuk dan ukuran helai daun, yaitu daun yang terletak di tengah :

- Elip : Bila bagian daun yang terlebar terletak di tengah-tengah. Antara pangkal dan ujung daun dengan pinggir daun membentuk garis lengkung ke arah pangkal dan ujung daun.

- Oval (bulat telur) : bila bagian daun yang terlebar terletak antara tengah dan ujung daun atau antara tengah dan pangkal daun (oval terbalik),

(8)

• Pinggir helai daun dan ekor daun :

- Pinggir helai daun : rata, agak bergelombang atau bergelombang, - Ekor daun : pendek atau panjang.

• Penampang daun panjan dan melintang :

- Bentuk penampang daun memanjang (mulai dari pangkal daun sampai ekor daun di lihat dari samping) : lurus atau cembung,

- Bentuk penampang daun dan melintang : (dilihat dari arah ekor daun atau pangkal daun): datar, cembung, cekung atau bentuk huruf V .

• Letak daun terhadap permikaan payung :

- Terkulai : daun di atasnya menyentuh daun yang di bawahnya dan payung menjadi tidak tembus pandang. Keadaan demikian disebut “payung tertutup”

- Tegak mendatar dan tembus pandang, disebut “payung terbuk”,

- Antara keadaan terkulaidan mendatar, disebut “payung agak tertutup” dan “payung agak terbuka”

• Letak helai daun dan posisi letak daun tengah :

- Letak helai daun dipengaruhi oleh ukuran panjang anak tangkai daun, besarnya sudut yang dibentuk oleh anak tangkai daun dan oleh besarnya bagian terlebar dari helai daun.

- Letak helai daun ada yang : terpisah, bersinggungan atau saling tumpah tindih.

• Simetris helaian daun pinggir :

(9)

- Pada helaian daun pinggir yang tidak simetris, bagian helaian daun sebelah kiri tulang daun utama tidak sama besarnya dengan bagian sebelah kanan tulang daun utama.

4) Warna lateks

Klon karet mempunyai lateks yang berwarna putih, putih kekuning-kuningan atau kunig. Ini dapat diketahui dengan jalan menusuk batang yang telah berwarna cokelat sehingga lateksnya keluar. Warna lateks tersebut dapat digunakan untuk membedakan klon yang satu dengan klon yang lainnya. Warna lateks inilah yang digunakan untuk membedakan ciri-ciri klon karet tertentu.

5) Ciri – ciri khusus :

Kadang – kadang pada klon tertentu terdapat ciri khusus seperti : lelehan lateks, helaian daun tengah yang terpuntir, lateks yang berubah warna menjadi ungu, dan lain-lain.

Mengenai ciri –ciri morfologi tanaman muda okulasi yang telah disebutkan di atas, hampir semuanya dapat diketahui oleh keadaan lingkungan seperti : jenis tanah, tinggi tempat, kesuburan tanah, pemupukan , iklim, dan lain – lain. Pengaruh lingkungan ini terhadap beberapa jenis karet tertentu pengaruhnya besar, tetapi terhadap beberapa jenis karet lainnya pengaruhnya kecil.

• Ciri – ciri yang agak di pengaruhi oleh keadaan lingkungan antara lain adalah :

- Pertumbuhan daun, baik panjang maupun besarnya, - Warna daun,

(10)

• Ciri – ciri yang hampir tidak di pengaruh oleh keadaan lingkungan antara lain

adalah :

- Bentuk payung,

- Letak daun terhadap permukaan payung, - Letak daun dan bentuk tangkai daun, - Perbandingan panjang dan lebar daun,

- Letak dari bagian daun yang terlebar pada helai daun b. Pengenalan klon pada tanaman remaja dan tanaman produktif

Ciri – ciri morfologi dapat membedakan pada tanaman muda maupun klon pada tanaman remaja dan bahkan tanaman produktif.

• Ciri – ciri morfologi pada tanman remaja dan tanaman dewasa yang perlu di

perhatikan adalah :

1) Batang (pertumbuhan, arah, bentuk), 2) Bentuk tajuk / habitus,

3) Bentuk percabangan,

4) Keadaan daun dan ranting di bawah permukaan tajuk.

(11)

Pengenalan klon tanaman remaja dan dewasa , disamping menggunakan ciri-ciri morfologi tanaman, juga dapat dibantu dengan ciri – ciri yang terdapat paad bijinya. Ciri – ciri biji karet yang perlu diperhatikan adalah :

1. Bentu biji : bentuk menanjang dilihat dari atas, samping dan bawah ; bentuk melintang dilihat dari depan dan belakang

2. Ukuran biji : besar, kecil dan sedang. Untuk ukuran biji yang kita pakai sebagai patokan ialah biji GT1 adalah “kecil”, dan biji LCB1320 adalah “besar”

3. Warna biji : putih, putih kecokelatan, cokelat muda, dan sebagainya

4. Warna dan bentuk mozaik dari biji : cokelat, cokelat tua, cokelat kehitaman, dan sebagainya. Mozaiknya ada yang sambung menyambung dan juga terputus – putus.

Ciri – ciri pada biji karet ini sangat sukar ditentukan. Oleh Karena itu pengenalan biji dari klon karet lebih banyak dilakukan dengan cara mengingat-ingat apa yang dilihat. Dengan cara ini lebih mudah membedakan, klon yang satu dengan lainnya, yaitu dengan melihat biji dari pohon yang akan di teliti.(Setyamidjaja,1993)

2.4Ribbed Smoked Sheet

Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah adalah produk yang berasal dari lateks

tanaman karet Hevea brasiliensis yang diolah secara mekanis dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya memenuhi standard The Green Book dan konsisten (Tim Standardisasi Pengolahan Karet, 1997). Prinsip

(12)

lembaran-lembaran sit melalui proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan serta pengasapan. Pemanfaatan karet RSS umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan ban radial serta beberapa komponen peralatan mesin industri.

Tahap awal dalam pengolahan RSS adalah penerimaan lateks kebun. Lateks yang berasal dari mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air. Air yang digunakan harus air yang bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air maks 6o, serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03%. Tujuan pengenceran ini adalah untuk menyeragamkan KKK sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap serta memudahkan penyaringan kotoran (Suwarti,1989). Pengenceran dapat dilakukan hingga KKK mencapai kadar 12-15%.

(13)

terjadinya busa. Bila timbul ke permukaan akibat pengadukan maka harus dibuang sampai bersih untuk menghindari gelembung udara pada koagulum. Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan merubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh hasil bekuan/koagulum dengan kekuatan yang dikehendaki.

Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam. Langkah berikutnya adalah penggilingan yang dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif. Di bagian atas mesin gilingan dilengkapi dengan saluran air bersih yang disemprotkan untuk pencucian lembaran sit selama penggilingan. Di bawah gilingan terakhir terdapat bak air pencuci lembaran untuk membersihkan sisa asam. Air dalam bak ini diusahakan mengalir karena lembaran gilingan masih banyak mengandung serum dan asam yang harus dicuci. Setelah melewati gilingan terakhir, lembaran 11 kemudian digantung dalam lori untuk ditiriskan selama 1-2 jam. Penirisan dilakukan pada tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari. Setelah ditiriskan, lembaran sit diangkut ke dalam kamar asap. Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit, memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan.

(14)

sisi lain lembaran sit bisa terkena asap sehingga pengasapan merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat kematangan yang tepat. Sit yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987 The Green book. Hasil sit yang telah disortasi dan digolongkan ke dalam beberapa

kelas mutu, kemudian ditimbang seberat 113 kg. Sit dilipat dan ditata ke dalam peti berukuran 48 × 48 × 48 cm untuk memudahkan proses pengepresan membentuk ukuran persegi yang disebut juga dengan bandela atau bal. Bandela kemudian dibungkus dengan lembaran sit lalu di labor menggunakan talk. Pelaburan dilakukan untuk mencegah serangan jamur atau kapang serta menghindari pelekatan pada masing-masing bandela yang bersentuhan. Perhitungan untuk penjualan produk dikenal dengan istilah lot, dengan jumlah 1 lot setara dengan 18 bandela.

2.5 Asap Cair

(15)

Kualitas asap cair ditentukan oleh kondisi proses pembakaran, yaitu tekanan, suhu pembakaran dan lamanya waktu pembakaran, serta banyaknya kandungan asam, ter, dan fenol di dalamnya. Kualitas asap cair juga ditentukan oleh kemurnian dari senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Asap cair mengandung kelompok senyawa asam dan turunannya, alkohol, aldehid, hidrokarbon, keton, fenol dan piridin (Zeitsez,1969). Senyawa-senyawa ini tidak sepenuhnya sesuai dengan penggunaan asap cair sebagai antimikroba, antioksidan, bioinsektisida dan penggunaan lainnya. Oleh kerana itu, proses pemurniannya perlu dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa tersebut sehungga didapatkan asap cair yang diinginkan.

Asap cair adalah kondensat dari asap yang telah mengalami penyimpanan dan penyaringan untuk memisahkan tar dan bahan-bahan partikulat. Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu. Selama pembakaran, komponen utama kayu yang berupa selulosa, hemiselulosa dan lignin akan mengalami pirolisis. Selama pirolisis akan terbentuk berbagai macam senyawa. Senyawa-senyawa yang terdapat di dalam asap dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu, fenol, karbonil ( terutama keton dan aldehid ), asam furan, alkohol dan ester, lakton, hidrokarbon alifatik, dan hidrokarbon poliiklis aromatis. Asap memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil ( Pranata, 2008 ).

(16)

Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan, karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan cokelat dan fenol yang merupakan pembentukan utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan.

2.5.1Jenis Asap Cair

Jenis asap cair dibedakan atas penggunaanya. Ada 3 jenis grade asap cair, yaitu sebagai berikut :

1. Asap cair grade 1

Grade 1 adalah pemrosesan dengan destilasi berulang-ulang sehingga menghilangkan kadar karbon dalam asap yang telah terkondensasi. Hasilnya lebih jernih berwarna kuning. Fungsinya sebagai pengaweta makanan seperti : bakso dan mie.

2. Asap cair grade 2

Grade 2 adalah pemrosesan dengan destilasi berulang-ulang sehingga menghilangkan kadar karbon jenuh dalam asap yang telah terkondensasi. Hasilnya berwarna merah. Fungsinya sebagai pengganti formalin dengan bahan alami atau herbal.

3. Asap cair grade 3

(17)

2.5.2Komposisi Asap Cair

Komposisi kimia dari asap cair dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3. Komposisi kimia asap cair

Kompisisi Kimia Kandungan (%)

Air 11-92

Fenol 0,2-2,9

Asam 2,8-4,5

Karbonil 2,6-4,6

Ter 1-17

Zeitsev (1969) mengemukakan bahawa asap cair mengandung beberapa zat antimikroba, antara lain :

a. Asam dan turunannya : format, asetat, butirat, propionate, metal ester b. Alkohol : metal, etil, propil, alkil, dan isobutul alcohol

c. Aldehid : formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metal furfural d. Hidrokarbon : silene, kumene, dan simene

e. Keton : aseton, metal etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton f. Fenol

g. Piridin dan metal piridin

Diketahui bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang peling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolis 600 o

(18)

Menurut Girard (1992), senyawa-senyawa penyusun asap cair meliputi : 1. Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa yang berperan sebagai

antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg. beberapa jenis fenol yang biasasnya terdapat dalam produk asapan adalah guaikol dan siringol.

2. Senyawa-senyawa karbonil merupakan senyawa yang berperan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanillin dan siringaldehida.

3. Senyawa-senyawa asam merupakan senyawa yang berperan sebagai antibakteri dan membentuk cita rasa produk asapan. Senyawa asam inj antara lain adalah asam asetat, propionay, butirat dan valerat.

4. Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis merupakan senyawa yang dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatic seperti benzo [a]pyrene merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen.

(19)

Menurut Djatmiko et al. (1985) keberadaan senyawa-senyawa kimia dalam asap cair dipengaruhi oleh kandungan kimia dari bahan baku yang digunakan dan suhunyang dicapai pada proses pirolisis. Komposisi utama yang terdapat dalam tempurung kelapa adalah hemisellulosa, selulosa dan lignin. Hemiselulosa adalah jenis polisakarida dengan berat molekul kecil berantai pendek dibandingkan dengan sellulosa dan banyak dijumpai pada kayu lunak. Hemisellulosa disusun oleh pentosan (C5H8O4) dan heksosan (C6H10O5). Pentosan banyak terdapat pada kayu keras, sedangkan heksosan terdapat pada kayu lunak (Maga, 1987). Pentosan yang mengalami pirolisis menghasilkan furfural, furan, dan turanannya serta asam karboksilat. Heksosan terdiri dari dari mannan dan galakton dengan unit dasar mannose dan galaktosa, apabila mengalami pirolisis menghasilkan asam asetat dan homolognya (Girard, 1992). Hemisellulosa tempurung kelapa juga mengandung sellulosa dan lignin.

(20)

dikarenakan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras akan menghasilkan aroma yang lebih unggul, lebih kaya kandungan aromatik dan lebih banyak mengandung senyawa asam dibandingkan kayu lunak. Komposisi kimia asap cair tempurung kelapa adalah fenol 5,13%, karbonil 13,28%, asam 11,39%.

Asap cair mengandung senyawa fenol 2,10-5,13% dan dikatakan juga bahwa asap cair tempurung kelapa memiliki 7 macam senyawa dominan yaitu fenol, 3-metil-1,2-siklopentadion, 2-metoksifenol, 2-metoksi-4metilfenol, 2,6-dimetoksifenol, 4-etil-2-metoksifenol dan 2,5-dimetoksi-benzil alcohol. Fraksi netral dari asap kayu juga mengandung fenol yang juga dapat berperan sebagai antioksidan seperti guaikol (2-metoksi fenol) dan siringol (1,6-dimetoksi fenol)

2.5.3Manfaat asap cair

Peran masing-masing komponen dalam asap cair berbeda-beda. Senyawa fenol disamping memiliki peranan dalam aroma asap juga menunjukkan aktivitas anti oksidan. Senyawa aldehid dan keton mempunyai pengaruh utama dalam warna (reaksi maillard) sedangkan efeknya dalam cita rasa sangat kurang menonjol. Asam-asam pengaruhnya kurang spesifik namun mempunyai efek umum pada mutu organoleptic secara keseluruhan, sedangkan senyawa hidrokarbon aromatik polisiklis seperti 3,4 benzopiren memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogenik (Girard,1992).

(21)

Asap cair banyak digunakan pada industri berfungsi untuk mengawetkan serta memberi aroma dan cita rasa yang khas. Asap cair memiliki sifat fungsional sebagai anti oksidan, anti bakteri dan pembentuk warna serta cita rasa yang khas. Sifat-sifat fungsional tersebut berkaitan dengan komponen-komponen yang terdapat didalam asap cair tersebut. Asap cair tersebut memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, derivate fenol, dan karbonil. Komponen asap yang berperan dan termasuk dalam kelompok fenol adalah guaicol dan 1,3-dimetil phyragallol, yang berfungsi sebagai anti oksidan, cita rasa produk asap. Asap cair pada umumnya dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena memiliki derajat keasaman dengan nilai 2,8-3,1, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. Asap cair terbukti menekan tumbuhnya bakteri pembusuk dan pathogen.

Asap cair memiliki banyak manfaat dan telah digunakan pada berbagai industri, antara lain:

1. Industri pangan

(22)

2. Industri perkebunan

Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional aspa cair seperti antijamur, antibakteri dan antioksidan tersebut dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan.

3. Industri kayu

Kayu yang diolesi dengahn asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap dari pada kayu yang tanpa diolesi asap cair (Darmadji,1999).

2.6 Proses pirolisis

Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis berarti penguraian atau gedradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa karena panas pada suhu lebih dari 105oC. dalam pirolisis terdapat dua tingkatan proses, yaitu proses primer dan proses sekunder.

(23)

Biomassa = Uap + Gas + Arang + Air

(100 g) (50-70 %) (4-10 g) (10-20 g) (13-25 g)

Pirolisis sekunder yaitu pirolisis yang terjadi atas partikel gas/uap hasil pirolisis primer dan berlangsung diatas suhu 600oC. hasil pirolisis pada suhu ini adalah karbon monoksida ( CO ), hidrogen (H2) dan hidrokarbon, sedangkan tar (secondary pyrolysis tar = SPT ) sekitar 1-6 % (kamaruddin et al,1999).

Menurut Widjaya dalam Pranata (2008), pirolisis adalah proses pemanasan suhu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjado penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain Dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa apabila tempurung dipanaskan tanpa berhubungan dengan udara dan diberi suhu yang cukup tinggi, maka akan terjadi penguraian Dari senyawa-senyawa kompleks yang menyusun kayu keras dan menghasilkan zat dalam tiga bentuk yaitu padatan, cairan dan gas.

(24)

Pirolisis asap cair diproduksi dengan cara pembakaran tidak sempurna yang melibatkan reaksi dekomposisi konstituen polimer menjadi senyawa organic dengan berat molekul rendah karena pengaruh panas yang meliputi reaksi oksidasi, polimerisasi, dan kondensasi. Media pendingin yang digunakan pada kondensor adalah air yang dialirkan meliputi pipa inlet yang keluar dari hasil pembakaran tidak sempurna kemudian dialirkan melewati kondensor dan dikondensasikan menjadi destilat asap (Hanendoyo,2005)

Pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan produk yaitu :

1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudaj tebakar seberti CO, CH4 dan H2 dan hidrokabron tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada tabel 2.4 Tabel 2.4. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses

karbonisasi kayu

Komponen gas Persentase (%)

Karbondioksia 50,77

Karbonmonoksida 27,88

Metana 11,36

Hidrogen 4,21

Etana 3,09

(25)

2. Destilat berupa asap cair dan tar

Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah ,methanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asam butirat, dan lain-lain.

3. Residu (karbon)

Komposisi tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

Gambar

Tabel 2.1. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering
Tabel 2.2. Fraksi Pada Lateks
Tabel 2.3. Komposisi kimia asap cair
Tabel 2.4. Komposisi rata-rata dari total gas yang dihasilkan pada proses

Referensi

Dokumen terkait

sehinggapenulisdapatmenyelesaikanTugasAkhirini yang berjudul Perencanaan Pondasi Tiang Pancang pada pembangunan Hotel

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa dengan perubahan tutupan lahan berupa hutan menjadi lahan pertanian meningkatkan rasio runoff sebesar 0,3%, hal ini berkaitan dengan

3) Mutu beton yang digunakan tidak lebih tinggi daripada 55 Mpa dan tidak kurang dari 21 MPa untuk beton normal dan tidak kurang dari 28 MPa.. 4) Tegangan leleh profil

Bagi perusahaan konstruksi bangunan, maka sumber utama penghasilannya adalah pelaksanaan pekerjaan bangunan yang didapatkan dari kemenangan tender. Adapun cara-cara

M ETODOLOGI PENELI TI AN.. HASI L PENELI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingkat pendidikan dan upah minimum secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi

Analisis (roots) yang dapat ditangkap dari teks berita tersebut yaitu pemerintah mengambil kebujakan yang salah yaitu melakukan barter petugas DKP yang ditahan Polisi

Daftar Sidik Ragam Persentase Pupa S.inferens Menjadi Imago.. SK Db JK KT