• Tidak ada hasil yang ditemukan

S BIO 1203140 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S BIO 1203140 Chapter5"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

77

Annisa Nur Fazrina, 2016

ANALISIS METABOLIT SEKUNDER KALUS Morinda citrifolia L. PADA MEDIUM MURAHSHIGE AND SKOOG (MS) DENGAN PENAMBAHAN ZAT PENGATUR TUMBUH 2.4-D DAN KINETIN

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan, diantaranya sebagai berikut:

1. Eksplan daun M. citrifolia L. dapat merespon pembentukan kalus dengan presentase 100% pada semua perlakuan variasi kombinasi zat pengatur tumbuh 2.4-D dan kinetin yang ditanam pada medium MS (Murashige and Skoog). 2. Perlakuan 2.4-D yang dikombinasikan dengan kinetin optimal untuk

memberikan respon pembelahan dan poliferasi kalus, sehingga dapat memberikan respon pertumbuhan terhadap morfologi kalus karena hal tersebut didasarkan pada fungsi auksin yang dikombinasikan dengan sitokinin dapat mengatur tipe morfogenesis. Dengan adanya penambahan variasi zat pengatur tumbuh 2.4-D dan kinetin mampu memberikan tipe morfologi kalus yang bervariasi, namun pada semua perlakuan variasi kombinasi zat pengatur tumbuh didominasi dengan tesktur kalus kompak kering yang paling baik digunakan dalam produksi metabolit sekunder dan warna yang mendominasi yaitu kuning kecokelatan.

3. Kalus yang berasal dari eksplan daun M. citrifolia L. pada perlakuan variasi kombinasi zat pengatur tumbuh 2.4-D 1.75 mg/l dan kinetin 1.5 mg/l memiliki rerata pertambahan berat basah kalus tertinggi dengan nilai 47.83 mg/hari, maka pada medium MS dengan penambahan kombinasi konsentrasi 2.4-D 1.75 mg/l dan kinetin 1.5 mg/l optimal untuk menginduksi kalus dari eksplan daun M. citrifolia L. dengan menghasilkan rerata pertambahan berat basah kalus

tertinggi.

4. Dilihat berdasarkan respon pertumbuhan kalus, kombinasi zat pengatur tumbuh yang optimal yaitu pada kombinasi 2.4-D 1.75 mg/l dan kinetin 1.5 mg/l. 5. Berdasarkan hasil analisis kualitatif melalui uji fitokimia terdeteksi adanya

kandungan senyawa fenolik dan antrakuinon pada sampel kalus sebagai pengaruh dari penambahan kombinasi zat pengatur tumbuh 2.4-D dan kinetin

(2)

78

Annisa Nur Fazrina, 2016

ANALISIS METABOLIT SEKUNDER KALUS Morinda citrifolia L. PADA MEDIUM MURAHSHIGE AND SKOOG (MS) DENGAN PENAMBAHAN ZAT PENGATUR TUMBUH 2.4-D DAN KINETIN

Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta pada daun segar M. citrifolia L. juga terdeteksi adanya kandungan senyawa fenolik dan antrakuinon.

B. Implikasi

Dari hasil analisis kualitatif pada kalus M. citirifolia L. terbukti mengandung senyawa fenolik dan antrakuinon. Oleh karena itu, dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder, misalnya dengan menggunakan metode elisitasi untuk meningkatkan kandungan senyawa metabolit sekunder dalam kalus M. citrifolia L., selain itu dapat digunakan untuk penelitian yang lain seperti untuk inisiasi tunas dan inisiasi akar atau bisa juga untuk induksi kalus lainnya.

C. Rekomendasi

1. Pada tahap sterilisasi eksplan daun M. citrifolia L. harus tetap diperhatikan terhadap terjadinya kontaminasi jamur dan bakteri.

2. Pada konsentrasi antara variasi kombinasi zat pengatur tumbuh 2.4-D dan kinetin perlu ditingkatkan lagi terhadap pembentukan kalus supaya proses poliferasi dan diferensiasi sel lebih optimal.

3. Perlu dilakukan penelitian terhadap analisis kandungan senyawa metabolit sekunder secara kuantitatif pada akumulasi senyawa metabolit sekunder kalus M. citrifolia L. dengan menggunakan instrumen alat HPLC atau GCMS.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik dan turunannya pada kalus M. citrifolia L. secara spesifik baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Referensi

Dokumen terkait

Pada konsentrasi perimbangan zat pengatur tumbuh Kinetin dan NAA yang menunjukkan hasil rerata tertinggi terlihat pada perlakuan L3 (Kinetin 1,0 ppm dan NAA 1,0 ppm) dengan rerata

Hasil pengamatan kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 3 mg/L kinetin dan 0,2 mg/L NAA merupakan perlakuan

ANALISIS KANDUNGAN METABOLIT PADA KALUS Chrysanthemum cinerariefoliumYANG DITANAM PADA MEDIUM MURASHIGE DAN SKOOGDENGAN PENAMBAHAN 2,4-DIKLOROGENOKSIASETAT DAN

Ekstrak kalus Blumea balsamifera (L.) DC berumur 35 hari dengan zat pengatur tumbuh NAA 1,5 mg/L dan BA 0,05 mg/L memberikan daya hambat lebih besar dari daun Blumea balsamifera

menunjukkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan konsentrasi 3 mg/L kinetin dan 0,2 mg/L NAA merupakan perlakuan yang lebih baik dibanding perlakuan yang lain

Latisifer yang diinduksi medium zenk dengan penambahan kombinasi zat pengatur tumbuh kinetin + NAA untuk pertamakali dapat dijumpai pada sayatan anatomi kalus yang berumur

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh interaksi antara konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan kinetin terhadap induksi kalus dari eksplan daun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh 2,4-Diklorofenoksiasetat dan kinetin terhadap induksi dan pertumbuhan kalus eksplan daun sirih merah