BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah perwujudan dari perubahan konsep perubahan
pendidikan kesehatan yang secara organisasi struktural dimana tahun 1984 organisasi WHO dalam salah satu divisinya, yaitu Division Healdh Education diubah menjadi Division on Healdh Promotin and Education. Dan konsep ini baru oleh Departemen
kesehatan RI tahun 2000 mulai menyesuaikan dengan merubah pusat penyuluhan kesehatan masyarakat menjadi direktorat promosi kesehatan dan sekarang menjadi
pusat promosi kesehatan (Mubarak, 2007).
Menurut Charter (1986), Piagam Ottawa menerangkan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kata lain promosi kesehatan ini mencakup (2) dua dimensi yaitu kemauan dan kemampuan.
2.1.1. Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Menurut Mubarak (2007), visi ini diperlukan agar promosi kesehatan yang diharapkan mempunyai arah yang jelas, dalam hal ini adalah apa yang menjadi
harapan dari promosi kesehatan sebagai penunjang dalam program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan status kesehatannya, baik fisik, mental, sosial dan
spritual diharapkan pula mampu produktif secara ekonomi maupun lainnya. Sebagai
mana dituangkan dalam undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992. Untuk
mencapai visi tersebut di atas perlu upaya-upaya yang dilakukan dan biasanya dituangkan dalam misi. Misi promosi kesehatan secara garis besar dirumuskann sebagai berikut:
1. Advokat, adalah melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan diberbagai program atau sektor yang terkait dengan kesehatan.
2. Menjembatani, adalah menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkit dengan kesehatan.
3. Memampukan, adalah memberikan keterampilan atau kemampuan pada
masyarakat agar mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatannya. 2.1.2. Metode Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2005), metode promosi kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil promosi kesehatan secara optimal.
2.1.3. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu cara menerangkan atau menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit
Dalam Depkes (2008), ceramah digunakan apabila ingin memberikan suatu
informasi kepada peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun kelebihan metode ini adalah 1) Mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan sederhana, 2) Waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan
banyak informasi, 3) Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, 4) Dapat dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu, 5)
Dapat memengaruhi suasana emosi peserta.
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang baik untuk kelompok besar. Kelompok besar yang dimaksud disini adalah apabila peserta itu lebih 15
orang.Metode ini cocok untuk sasaran pendidikan tinggi dan rendah. Metode ini menguntungkan bila dipergunakan untuk memperkenalkan suatu subjek dengan
memberikan gambaran, sehingga menuntun orang untuk mengambil suatu tindakan, bersifat informatif dan dapat menghemat waktu karena sebagia peserta dapat diberi pemahaman pada suatu waktu serta dapat diulang kembali jika ada peserta yang
kurang memahami (Trianto, 2013).
2.1.4. Alat Bantu Promosi Kesehatan
Media atau alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh petugas dalam menyampaikan bahan materi atau pesan kesehatan. Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
memperagakan sesuatu di dalam proses penyuluhan kesehatan. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia
untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pengertian atau
pengetahuan yang diperoleh. Seseorang atau masyarakat di dalam memperoleh pesan atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu atau media. Tetapi masing-masing alat mempunyai intentitas yang berbeda-bedaa di dalam membatu
pemahaman pesan.
Manfaat alat bantu secara teperinci adalah sebagai berikut:
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan. b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi masalah banyak hambatan dalam pemahaman.
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan. f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran atau masyarakat.
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan
akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Di dalam menerima sesuatu
yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima.
2.1.5. Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu seperti yang telah diuraikan di atas. Di sebut media promosi kesehatan karena alat-alat tersebut
alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan
bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan.
2.1.6. Media Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video. Rekaman gambar hidup atau program tayangan gambar bergerak yang disertai
dengan suara. Merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak. Dengan alat ini diperjelas baik dengan cara memperlambat ataupun mempercepat gerakan yang ditampilkan. Keuntungan
menggunakan video untuk menyampaikan pesan mempunyai beberapa keuntungan antara lain, pesan yang disampaikan lebih realistik, memiliki beberapa features yang
sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses penyampaian pesan. Salah satu feature tersebut adalah slow motion dimana gerakan obyek atau peristiwa tertentu
yang berlangsung sangat cepat dapat diperlambat agar mudah dipelajari. Slow motion,
adalah kemampuan teknis untuk memperlambat proses atau peristiwa yang berlangsung cepat.
2.1.7. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan dapat dipahami melalui pengertian dan perilaku terlebih dahulu. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan
lingkungannya dengan kata lain. Perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa
Skinner dalam bukunya Notoatmodjo, 2003. Seorang ahli Psikologi
merumuskan bahwa perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi dengan adanya melalui proses Teori ini disebut teori S-O-R atau
Stimulus-Organisme-Respon.
Ada dua respon yang dikenal yaitu :
a. Respondent respon atau reflexise respons, yaitu respons yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Misalnya : Cahaya menyilaukan menyebabkan mata menutup, menarik jari bila jari kena api atau mau digigit binatang, dan sebagainya. Stimulus
seperti ini disebut elicting Stimulation, tidak lain karena stimulus ini merangsang timbulnya respons-respons yang tetap, respondent ini juga termasuk perilaku
emosional, misalnya mendengar berita gembira (anak lahir, dapat hadiah, lulus ujian, dsb). Menjadi bersemangat, mendengar berita musibah (kecelakaan, tidak lulus ujian, anak sakit, dsb) menjadi sedih.
b. Operant respons atau Instrumental respons, yaitu timbulnya respon diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforching stimulation atau reinforcer, reinforcer artinya penguat, hal ini dikarenakan perangsang itu
memperkuat respons. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik (dari respons tugas yang telah diberikan sebelumnya). Maka sebagai imbalannya
Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh 3 faktor utama,
yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap dari sesesorang.
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang meliputi sarana, prasarana dan fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku.
3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.
2.1.8. Bentuk Perilaku
Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang
terhadap rangsangan dari luar subject tersebut. Bentuk respons perilaku ada 2 yaitu: a. Bentuk pasif (respons internal): terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat orang lain.
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata (over behaviour).
Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, atau perilaku yang dipelajari. Cara membentuk perilaku agar sesuai dengan yang diharapkan
adalah:
c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
2.1.9. Teori Perilaku
Beberapa teori perilaku yang dikenal adalah:
1. Teori Insting, yang dikemukakan Mc. Dougall. Menurutnya, perilaku itu
disebabkan oleh Insting, yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan akan berubah karena pengalaman.
2. Teori Insentif (incentive theory), yang menyatakan bahwa dengan insentif akan mendorong organisme untuk berbuat atau berperilaku.
3. Teori Atribusi yaitu menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah
karena disposisi internal, (misalnya motif, sikap dan sebagainya), atau keadaan external (Walgito, 2003).
2.1.10. Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan adalah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi, seperti halnya
proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan-masukan yang telah diolah dengan tehnik-tehnik tertentu akan menghasilkan keluaran
yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Tidak dapat disangkal, pendidikan bukan satu-satunya cara merubah perilaku, tetapi pendidikan juga mempunyai peranan yang cukup penting dalam perubahan pengetahuan,sikap dan
2.1.11.Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007a).
Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi 6 tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Dan untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pernyataan.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintepretasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (application)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki, dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formula baru dari formula-formula yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri norma-norma yang berlaku di
masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo,, 2007):
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap
respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki seseorang.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang belum tinggi kedewasaannya.
d) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut, informasi tentang sesuatu hal dapat diperoleh.
Sumber pengetahuan sendiri dapat diperoleh melalui fakta dengan melihat dan mendengar sendiri serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya dengan membaca
pengukurannya dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut (Notoatmodjo,2007).
2.1.12.Sikap (Attitude)
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus social.
Sikap dapat digambarkan atau dijelaskan melalui berikut :
1. Reaksi Tingkah Laku (Terbuka) 2. Proses Stimulus
3. Stimulus Rangsangan
4. Sikap (Tertutup)
Komponen sikap dijelaskan oleh Allport (1945) dalam Notoatmodjo (2007),
bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok yaitu : a) Kepercayaan (keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
2.1.13. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari 4 (empat) tingkat, yaitu : a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek)
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah. d) Bertanggungjawab (Responible)
2.1.14. Tindakan
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain
fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2007). Adapun tingkatan dari tindakan adalah :
1. Persepsi (Perception)
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan maka ia sudah mencapai tingkat ketiga.
4. Adaptasi (Adaptation)
Tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2007).
2.1.15. Kehamilan
Kehamilan adalah periode dimana seorang wanita menyimpan embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu. Dimulai
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil ialah gravid. Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida (gravida 1) kali dan pada wanita yang belum pernah hamil
disebut gravid 0 (Jahja dalam Janiwarty dan Pieter, 2013).
Kategori ibu hamil Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), kategori ibu hamil
dibagi menjadi empat kelompok,diantaranya :
1) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (Viable).
3) Multigravida atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang viable (yang dapat hidup) untuk beberapakali.
4) Grande multigravida adalah wanita yang telah hamil lebih dari 5 kali.
2.1.16. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri) yang telah cukup bulan (setelah 37 minggu) atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain, dengan bantuan atu tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2004). Pertolongan persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Persalinan bersih dan aman dan meningkatan pelayanan obstetric esensial dan
darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong Persalinan mempunyai ketrampilan dan alat
untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih (Syafrudin, 2009).
Persalinan dan kelahiran merupakan sebuah kejadian fisiologis serta peristiwa alamiah yang sangat dinantikan oleh ibu dan keluarga selama Sembilan bulan. Ketika
proses persalinan di mulai, peran ibu adalah melahirkan bayinya dan peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
serta bersama keluarga memberikan dukungan dan bantuan ibu bersalin (Saifuddin, 2002).
Ketika mulai menolong persalinan, perlu dilihat kembali catatan pelayanan
antenatal untuk mempelajari kembali keadaan ibu dan janin selama kehamilan. Selain menggunakan Kartu Ibu untuk mencatat pertolongan persalinan, diperlukan pula
Beberapa faktor yang memengaruhi permintaan pertolongan persalinan oleh
ibu hamil adalah: 1. Tingkat pendidikan
Penelitian Umami dan Puspitasari (2007) membuktikan adanya hubungan
bermakna antara pendidikan suami dengan peran suami selama proses kehamilan samapai saat nifas istri. Peran suami tersebut salah satunya mengambil keputusan
yang tepat terhadap pemilihan penolong persalinan dengan melibat kondisi istrinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan sehingga akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.
2. Sosial ekonomi
Aspek sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan kondisi
sosial dan perekonomian keluarga. Beberapa indikator indikator sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggunann dalam keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat. Faktor sosial ekonomi cenderung berpengaruh
terhadap keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan memilih pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya
pendapatan keluarga, dimana masyarakat tidak punya uang yang cukup untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas.
Menurut Sunaryo (2003) kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan
menyebabkan perempuan tidak tahu hak-hak reproduksinya serta tidak mempunyai hak untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian Suprapto (2002)
bahwa target persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan utamanya di daerah
pedesaan lebih rendah dari target nasional yang berkisar antara 40-80% 3. Kebiasaan keluarga
Berdasarkan pendapat Yultera yang dikutip Harnani (2004), lebih dari
60-80% peristiwa persalinan ditangani oleh dukun di Provinsi Sumatera selatan dan Jawa Timur. Hal ini disebabkan adanya fektor budaya yang berhubungan dengan kebiasaan
dan masyarakat, faktor sosial meliputi jarak rumah yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan dan keterbatasan sarana transportasi sehingga lebih mudah menghubungi dukun serta faktor ekonomi yang menyatakan bahwa biaya jasa dukun lebih murah
dibanding dengan tenaga kesehatan kainnya.
4. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan persalinan
Mengetahui perilaku perawatan kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu sendiri. Berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih ditemukan ibu-ibu yang menganggap kehamilan
sebagai hal yang biasa, alamiah, kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
5. Keterjangkuan pelayanan kesehatan
Depkes RI dan UNFP (2002) menyatakan akses yang rendah ke fasilitas kesehatan reproduksi yang meliputi jarak yang jauh, biaya yang tidak terjangkau,
tidak tahu adanya atau kemampuan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (akses informasi) dan tradisi yang menghambat
6. Pengambil keputusan dalam keluarga
Pembuat keputusan menurut Terry (1999) yang dikutip Juliwanto (2009) selalu dihubungkan dengan suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik
Keluarga memberikan kontribusi dalam menentukan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti memberikan informasi mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan
atau mengembangkan sistem perawatan dalam keluarga (Smith, 2003). Keluarga juga merupakan sumber pemberi dukungan yang Memengaruhi individu dalam memperoleh atau menggunakan pelayanan kesehatan. Keluarga disini meliputi orang
tua, pasangan, ataupun saudara. Menurut Yanti (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan :
- Faktor Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna. - Faktor Passager
Faktor Passager merupakan faktor dari janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian bawah dan posisi janin.
- Faktor Passage (jalan lahir)
- Faktor Pisikologi Ibu
Nyeri saat persalinan sendiri sebenarnya adalah nyeri akibat kontraksi miometrium disertai mekanisme perubahan fisiologis dan biokimiawi. Selain itu, faktor fisik, faktor psikologi, emosi dan motivasi juga mempengaruhi timbulnya
nyeri. Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual, serta pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat dan dukungan dari orang terdekat .
- Faktor Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
2.1.17. Persalinan Aman
Persalinan aman adalah memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan , keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi (Peraturan
Bupati Aceh Singkil nomor 58, 2012).
Faktor-faktor yang mendukung persalinan yang aman yaitu tempat
persalinan, pemeriksaan pasien, tingkat sosial ekonomi yang cukup, pendidikan yang tinggi, jarak usia anak > 2 tahun, kehamilan antara umur 20-30 tahun, melaksanakan Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dimana didalamnya
Persalinan yang aman dan perawatan pasca persalinan yang aman dapat
terwujud melalui perilaku pemilihan tenaga kesehatan secara tepat. Anderson (dalam Muzaham, 2007 dan Notoatmodjo, 2012) menyatakan perilaku memanfaatkan dan memillih pelayanan kesehatan dipenngaruhi oleh berbagai variabel yang
dikategorikan dalam tiga faktor (1) Faktor Predisposisi. Faktor predisposisi utamanya bersumber dari variabel demografik, struktur sosial, dan sosial psikologis. Karakter
dari faktor predisposisi adalah tidak berhubungan langsung dengan pemilihan pelayanan kesehatan namun sebagai faktor pendorong untuk memunculkan niat untuk melakukan suatu perilaku. Berkaitan dengan penelitian ini, faktor predisposisi yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, paritas, status tinggal, wilayah tempat tinggal, pengaruh keluarga, pengaruh teman
sebaya, dan akses media. (2) Faktor Pemungkin. Faktor pemungkin berkaitan dengan ketersediaan sumber daya internal maupun eksternal yang memungkinan individu memanfaatkan pelayananan kesehatan. Sumber daya internal berasal dari keluarga
berupa tingkat ekonomi keluarga, penghasilan, serta asuransi yang diikuti atau jaminan yang dimiliki, sedangkan sumber daya eksternal berasal dari ketersediaan tenaga atau fasilitas kesehatan. (3) Faktor Kebutuhan. Kedua faktor sebelumnya tidak
mungkin terwujud dalam perilaku jika individu tidak merasakan perilaku menggunakan layanan kesehatan sebagai suatu kebutuhan. Pertimbangan untuk
menentukan tingkat kepentingan perilaku tersebut meliputi kerentanan yang dirasakan, keseriusan yang dirasakan, serta manfaat dan rintangan yang dirasakan
Kebijakan pelayanan asuhan persalinan :
1. Semua persalinan harus dihindari dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. 2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam.
3. Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
Membuat rencana persalinan idealnya setiap ibu hamil dan suami harus mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Hal-hal di bawah ini haruslah digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut :
1) Menentukan tempat persalinan , ibu hamil dan suami dapat menentukan tempat bersalin yang diinginkan, untuk menentukan tempat bersalin maka suami harus
mengetahui tempat-tempat bersalin yang aman seperti: di rumah ibu hamil/ di rumah orang tua dengan persyaratan lingkungan bersih dan aman, di polindes, di Puskesmas rawat inap, bidan praktik swasta, di rumah bersalin dan di rumah sakit
terdekat yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. a) Memilih kelahiran di rumah
Wanita yang memilih untuk melahirkan dirumah mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu didalam hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan
mengganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut menjalani banyak
tindakan medis jika melahirkan disana. b) Memilih Rumah Sakit/ Rumah Bersalin
Para wanita yang memilih melahirkan di rumah sakit merasa tenang karena
banyak dokter dan bidan yang bekerja disana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi lebih aman, sebagian lebih tertarik
fasilitas khusus yang ditawarkan. c) Memilih layanan
1) Memilih tenaga kesehatan terlatih. Ibu hamil dan suami dapat menentukan
siapakah yang akan menolong persalinan. Macam-macam tenaga kesehatan untuk menolong persalinan yang terlatih adalah: bidan desa, bidan praktek
swasta, dokter umum dan dokter ahli kebidanan.
2) Bagaimana transportasi ke tempat tenaga kesehatan dan ke tempat bersalin tersebut. Bila ibu memilih tempat bersalin bukan dirumah sendiri maka ibu
dan suami perlu mengetahui berapa jarak yang ditempuh ke tempat bersalin, apakah ada kendaraan umum, kalau tidak bagaimana cara ibu menuju ke
tempat bersalin, meminjam kendaraan keluarga/tetangga, apakah ada ambulance desa.
3) Pendamping persalinan Keberadaan pendamping akan membawa dampak
2.1.18. Dukungan yang Perlu Diberikan kepada Ibu Hamil tentang Persalinan Aman
a) Memberikan dukungan psikologi terhadap perubahan fisik dan emosional pada ibu
hamil.
b) Mempersiapkan keuangan keluarga untuk kelahiran anak dengan mulai menabung
sejak usia dini kehamilan.
c) Mengingatkan dan menemani ibu memeriksakan kehamilan.
d) Membantu pekerjaan rumah tangga dan mengingatkan ibu hamil agar beristirahat.
e) Menghentikan kebiasaan merokok terutama didalam rumah. f) Menghentikaan kekerasan pada ibu hamil.
g) Merencanakan dimana akan bersalin, siapa penolong persalinan serta tempat rujukan apabila ditemui kegawat daruratan.
h) SIAGA (Siap Antar Jaga)
(1) Siap jika melihat tanda-tanda bahaya kehamilan.
(2) Antar ketempat pelayanan bila akan melahirkan dan siap menjadi donor darah bila diperlukan.
(3) Jaga ibu selama hamil, melahirkan, dan nifas.
(4) Mencegah kekerasan pada ibu hamil, baik secara psikis, ekonomi
dan fisik.
j) Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya
tersebut. Apakah ibu mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, asuransi kesehatan, Jamsostek, dana sehat dan tabulin. Ibu dan suami sudah mengetahui berapa jumlah biaya persalinan yang dibutuhkan.
k) Siapa yang akan menjaga keluarganya jika ibu tidak ada. Apakah ibu dan suami sudah menghubungi orang yang menjaga rumah dan keluarga bila ibu bersalin.
l) Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini tambahan darah bisa lagsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan darahnya. (Pusdiknakes, 2003).
m) Beberapa Perlengkapan ibu dan bayi
n) Penting bagi bidan dan suami untuk mendiskusikan :
1) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga? Ibu hamil dan suami sebaiknya menentukan pembuat keputusan utama, apakah suami, orang tua, mertua atau orang yang dituakan dalam keluarga.
2) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan? Setelah ibu dan suami memutuskan pembuatan keputusan utama, ibu dan suami juga telah menentukan pembuat keputusan pengganti bila pembuat keputusan utama tidak ada.
3) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi kegawat daruratan.
kesehatan yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk masalah mereka. Setiap keluarga harus mempunyai suatu rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami komplikasi dan segera dirujuk ke tingkat asuhan yang lebih tinggi. Rencana ini perlu dipersiapkan lebih dini dalam kehamilan. 5) Dimana ibu akan bersalin bila terjadi komplikasi. Di Puskesmas yang ada di
desa, atau rumah sakit di kota.
6) Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi kegawatdaruratan dan sudah merencanakan transportasi yang akan digunakan. Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus dirujuk. Seperti Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar yang dikenal dengan PONED atau PONEK (Komprehensif).
7) Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawat daruratan. Apakah sudah dipersiapkan dana, meminjam dari keluarga lain, apakah ada dana masyarakat yang sudah disiapkan secara bersama di desa tempat ibu tinggal. 8) Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial.
9) Apakah di desa tempat ibu tinggal sudah mempunyai daftar golongan darah masyarakat, apakah ada keluarga yangmempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Apakah di tempat ibu tinggal sudah ada kerjasama antara pelayanan kesehatan dengan Palang Merah Indonesia.
11) Seorang suami dapat memberikan segala sesuatunya untuk persalinan. Seperti pembalut wanita atau kain, baju ibu yang memudahkan untuk menyusui bayinya, sabun, seprei,perlengkapan bayi dan menyimpannya untuk persiapan persalinan.
12) Keluarga harus dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan jika terjadi kegawatdaruratan (Dinkes RI,2008).
2.1.19. Kebutuhan Rasa Aman pada Ibu Selama Persalinan - Memberikan pilihan tempat dan penolong persalinan
- Memberikan informasi tentang persalinan atau tindakan yang akan dilakukan - memberikan pilihan dalam posisi persalinan
- Menentukan pendamping dalam persalinan - Memantau persalinan
- Melakukan tindakan sesuai kebutuhan 2.1.20. Dukungan Persalinan
- Perawatan tubuh atau fisik,
- Adanya individu yang senantiasa hadir, bebas dari nyeri, menerima sikap dan perilaku, informasi.
- Pemastian hasil akhir yang aman bagi dirinya dan bayinya (Asuhan persalinan PT. Yapindo Jaya Abadi,2011).
2.1.21.Cara Pelaksanaan Ibu Masa Persalinan untuk Mengurangi Rasa Sakit - Posisi tidur terlentang.
- posisi tidur miring, posisi duduk, posisi jongkok, dan lain sebagainya.
- Latihan relaksasi, latihan nafas, mandi berendam, usapan atau pijatan kompres dan obat – obatan (Asuhan persalinan PT. Yapindo Jaya Abadi, 2011).
2.1.22. Posisi Ibu pada Saat Persalinan
- Duduk setengah duduk: posisi ini membuat penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
- Merangkak : posisi ini sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung untuk mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
- Jongkok atau berdiri : Posisi ini memudahkan penurunan kepala janin, memperluas panggul dan memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini berisiko terjadinya laserasi jalan lahir.
- Berbaring miring ke kiri : Posisi berbaring miring ke kiri dapat mengurangi penekanan pada vena kava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia karena suplai oksigen tidak terganggu dan dapat mencegah terjadinya laserasi atau robekan jalan lahir.
mengakibatkan kerusakan syaraf kaki dan punggung (Asuhan persalinan PT. Yapindo Jaya Abadi, 2011).
2.1.23. Pemenuhan Kebutuhan Fisik, Psikologi Ibu dan Keluarga
- Nutrisi : energi sangat dibutuhkan bagi ibu saat proses persalinan. Makanan yang menghasilkan energy adalah makanan yang mengandung karbohidrat. Makanan rendah lemak seperti roti, jus buah, teh, biscuit, dianjurkan untuk dikonsumsi ibu bersalin.
- Mobilisasi dan posisi : ibu dianjurkan untuk memilih posisi yang paling nyaman menurut ibu.
- Kontak fisik : kontak fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pendamping persalinan sangat dibutuhkan oleh ibu pada saat persalinan.
- Perawatan kandung kemih : seorang tenaga kesehatan harus memperhatikan dengan cermat kandung kemih ibu, karena kandung kemih yang penuh akan menghambat turunnya bagian terendah janin dn kontraksi uterus.
- Kebutuhan psikologi dalam proses persalinan terutama kala 1 ibu bersalin mengalami ketidaknyamanan akibat adanya his sehingga seorang bersalin membutuhkan tenaga kesehatan dan pendamping persalinan. (Asuhan persalinan PT. Yapindo Jaya Abadi, 2011).
2.1.24. Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan - Dukungan fisik dan psikologis
- Kebutuhan cairan dan nutrisi - Kebutuhan eliminasi
- Pengurangan rasa nyeri
- Informasi dan kepastian tentang persalinan aman ( Pusdiknakes, 2003)
2.1.25. Asuhan Sayang Ibu pada Proses Persalinan
- Memanggil sesuai namanya, dan memperlakukan ibu dengan baik.
- Menjelaskan tindakan yang dilakukan dengan menjelaskan proses persalinan. - Menganjurkan ibu untuk selalu didampingi baik yaitu oleh suaminya maupun
oleh keluarganya dalam menjalani proses persalinan. - Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan
- Memberikan ketentraman pada ibu dalam menghadapi persalinan
- Menghargai privasi ibu dan memperbolehkan praktik – praktik tradisional yang tidak membahayakan kesehatan ibu.
- Membantu ibu memilih posisi yang nyaman saat bersalin
- Menganjurkan ibu untuk makan dan minum sepanjang tidak ada his
- Secara konsisten melakukan praktik pencegahan infeksi yang baik dan menghindari tindakan yang mungkin mengganggu kenyamanan ibu seperti episiotomy dan klisma
- Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera mungkin dan membantu memulai pemberian asi dalam satu jam pertama setelah lahir
2.1.26. Faktor Pendukung Persalinan
Persalinan membutuhkan usaha total ibu secara fisik dan emosional. Karena itu dukungan moril dan upaya untuk menimbulkan rasa nyaman bagi ibu bersalin sangatlah penting. Ibu mungkin beradadalam tempat persalinan dan kondisi yang berbeda-beda satu sama lain. Perawatan yang diberikan perlu di sesuaikan dengan kebutuhan masingmasing ibu (Depkes RI:2000).
a. Dukungan moril
Kelahiran seorang bayi berpengaruh terhadap seluruh anggota keluarga. Karena itu bila suami atau anggota keluarga lainnya ingin menemani ibu saat bersalin hendaknya diizinkan. Biarkan mereka memberikan dukungan moril, memperhatikan dan mendengarkan permintaan ibu, serta menolong ibu bila mungkin. Perhatian dan penghargaan terhadap kebutuhan ibu dan keluarganya akan menumbuhkan rasa percaya kepada penolong persalinan. Ibu mungkin merasa tidak nyaman dan nyeri bila ibu cemas akan persalinannya atau bila mempunyai gangguan sebelumnya. Penolong persalinan perlu bersikap tenang dan mampu meyakinkan ibu dan kelurganya, terutama bila mereka gelisah dan khawatir.
b. Kenyamanan
dianjurkan berbaring datar pada punggungnya, karena akan mengganggu peredaran darah ke tubuhnya dan janin yang dikandungnya.
c. Cairan
Anjurkan ibu minum air selama persalinan untuk mencegah dehidrasi dan memberikan tenaga. Untuk selanjutnya, dehidrasi dapat mengakibatkan kelelahan, memperlambat atau menyebabkan his tidak teratur.
d. Kebersihan
Infeksi yang terjadi pada saat persalinan dapa mengakibatkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayi. Ibu hendaknya dimandikan dan mengenakan pakaian bersih pada waktu bersalin, sedangkan penolong persalinan harus sering mencuci tangan dan menggunakan alat yang telah didensifeksi atau disterilkan.
1) Buang air besar
Sebelum melahirkan, ibu sedapat mungkin buang air besar terlebih dahulu. Rektum yang penuh akan memberikan rasa tidak nyaman selama persalinan. Bila ibu kesulitan dalam mengosongkan rektum, maka ibu dapat dibantu dengan melakukan edema. Untuk selanjutnya hindari enema/klimaks pada ibu yang berada dalam tahap lanjut persalinan, ibu yang ketubannya telah pecah, ibu yang mengalami perdarahan atau ibu yang menderita hipertensi.
2) Buang air kecil
tercukupi dan bergizi, melaksanakan perancanaan persalinan dan pencegahan komplikasi yang mana terdiri dari tafsiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi ibu hamil kalau mungkin ibu hamil tersebut jauh dari sarana kesehatan, calon pendonor darah yang sewaktu-waktu ibu hamil mengalami perdarahan hebat sehingga sudah siap pendonor darah, biodata lengkap dari ibu hamil sehingga dapat mengetahui riwayat ibu hamil tersebut (Depkes RI:2008).
3. Faktor Penyulit persalinan
Faktor-faktor penyulit persalinan yang aman adalah rendahnya pendidikan ibu, sosial ekonomi yang rendah, jarak usia anak kurang dari dua tahun, anak lebih dari lima, primigravida kurang dari 145 cm, primitua lebih dari 35 tahun, Hb kurang dari 11 gram persen, tensi sistole dan diastole 140 per 90 mmhg (DepKes RI jakarta:1996).
2.2.Landasan Teori
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: StimulusOrganismeRespons, sehingga teori skiner ini disebut teori
TEORI S-O-R
Gambar 2.1. Teori S-O-R
Teori Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu :
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli. Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan
berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan tinjaun pustaka, peneliti merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan Penelitian, pengetahuan dan sikap dan tindakan ibu hamil tentang persalinan aman di wilayah kerja puskesmas Batunadua Padangsidempuan.
2.3. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang diteliti adalah perilaku ibu hamil yang meliputi pengetahuan, sikap, tindakan. Untuk
Stimulus Organisme
Respons Tertutup Pengetehuan,
Sikap
mengetahui ada tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) maka sebelum dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan promosi kesehatan (promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan media video) dilakukan post-test.
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pemberian promosi kesehatan tentang persalinan aman akan mempengaruhi pengetahuan ibu hamil, sikap ibu hamil dan Tindakan dalam upaya persalinan aman, Tiap konsep, masing-masing mempunyai variable-variabel sebagai indikasi pengukuran masing-masing konsep tersebut. Misalnya untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pre-test
Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Hamil Tentang Persalinan
Aman .
Post-test Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Hamil Tentang Persalinan Aman. Intervensi