• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-Buahan Masyarakat (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-Buahan Masyarakat (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Buah-buahan

Buah dalam pengertian botani adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah. Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Buah dalam pengertian holtikultura atau pangan adalah terminologi umum yang digunakan oleh masyarakat luas, yaitu setiap bagian tumbuhan dipermukaan tanah yang tumbuh membesar dan memiliki daging atau juga mengandung air. Buah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu klimakterik dan nonklimakterik. Buah klimakterik adalah bauh yang mengalami pematangan setelah dipetik, sedangkan buah nonklimakterik adalah buah yang tidak dapat melakukan proses pematangan setelah dipetik. Buah merupakan sumber vitamin dan mineral (Budiyanto, 2002).

(2)

Banyak jenis buah-buahan tropis dihasilkan di berbagai wilayah Indonesia. Namun, buah-buahan tersebut kebanyakan membanjiri lokal hanya pada saat panen raya. Baru sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau pasar dunia (internasional). Jenis buah-buahan tropis yang dipasarkan di pasaran internasional pada saat ini adalah pisang, nanas, mangga, alpukat, rambutan, markisa, sirsak, jambu biji, belimbing dan manggis (Sunarjono,2000).

Dengan memperhatikan potensi pasar dan sumberdaya yang tersedia, prioritas pengembangan komoditi buah-buahan menurut Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok I adalah komoditi yang akan dikembangkan untuk mengurangi impor yaitu apel, jeruk dan anggur. Kelompok II adalah komoditi buah-buahan yang akan dikembangkan untuk ekspor yang selama ini sudah dilaksanakan meliputi alpukat, sirsak, durian, mangga dan rambutan. Sedangkan kelompok III adalah komoditi yang akan dikembangkan karena memiliki potensi ekspor yaitu pisang, nenas, markisa dan strawberry.

(3)

merupakan salah satu sumber terkaya akan vitamin larut air. Inilah alasan utama mengapa pedoman diet sehat di Amerika merekomendasikan makan 3-4 porsi buah setiap hari. ini berarti setiap kali makan sebaiknya ada buah.

Disamping kaya akan vitamin larut air, buah juga kaya akan fitokimia yang bermanfaat untuk kesehatan, seperti karotenoid, flavonoid dan asam-asam organic (seperti “ellagic acid”) yang berperan sebagai antioksidan yang kuat. Sebagai

contoh, buah member flavonoid yang disebut antosianin yang member warna merah dan ungu pada buah. Blueberi, strawberry, apel, jeruk, pear semuanya berwarna merah dan ungu yang mengandung antosianin tinggi. Fitokimia atau fitonutrisi ini tidak hanya memberi warna pada buah, tetapi ia juga berperan sebagai antioksidan yang membantu mengurangi efek aktivitas radikal-bebas dan resiko penyakit. Buah juga mengandung enzim khusus yang dapat membantu pencernaan yang tidak dapat ditemukan pada makanan lain. Buah juga kaya akan serat makanan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan pencernaan, mempertahankan kolesterol darah dan manfaat kesehatan lainnya. Dengan kata lain, agar kita lebih sehat maka biasakan makan buah setiap hari dan kita juga akan menikmati kesegaran buah tujuh hari dalam seminggu

2.1.2 Karakteristik Produk Holtikultura (Buah-Buahan)

(4)

1. Dipanen dan dimanfaatkan dalam keadaan hidup atau segar, sehingga bersifat mudah rusak (perishable).

2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air,bukan oleh kandungan bahan kering (dry matter).

3. Bersifat meruah (voluminous atau bulky), sehingga susah dan mahal dalam pengangkutannya.

4. Harga per komoditi ditentukan oleh kualitasnya, bukan oleh kuantitasnya saja. 5. Bukan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam jumlah besar,

namun diperlukan sedikit setiap harinya, bila tidak mengkonsumsinya, tidak segera dirasakan akibatnya.

6. Dari segi gizi, produk holtikultura penting sebagai sumber vitamin dan mineral, bukan diutamakan untuk sumber kalori dan protein.

Selain kandungan vitamin dan mineral, buah-buahan juga memiliki kandungan air yang besar dan sangat membantu dalam menjaga ketersediaan cairan dalam tubuh.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pola Konsumsi Buah-buahan

Menurut Suhardjo (2008), Pola konsumsi merupakan kebiasaan dan susunan konsumsi buah yang dipilah menurut besarnya kontribusi dari masing-masing jenis buah terhadap total konsumsi buah yang dikonsumsi. Pola konsumsi buah-buahan antara tiap-tiap orang berbeda-beda karena beberapa faktor yang menyebabkannya, jadi susunan atau pola terhadap kebutuhan tiap-tiap orang pasti berbeda-beda.

(5)

hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperoleh tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lainnya. Kualitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Susunan hidangan yang memenuhi baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang baik.

Kebiasaan pola konsumsi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan, ketersediaan bahan dan sebagainya. Pola makan merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu (Karyadi, 1996).

Pola konsumsi adalah pengulangan susunan makanan yang dapat dilihat ketika makanan itu dikonsumsi. Terutama bahan makanan dan atau kombinasi makanan yang dikonsumsi oleh individu, masyarakat atau kelompok populasi. Kombinasi ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara menurut banyaknya misalnya berat, kandungan gizi, atau harga makanan pola makan ada kaitannya dengan kebiasaan makan (Almatsier, 2009). Sedangkan menurut ahli antropologi Margaret Mead, pola makan atau food patern adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio budaya yang dialaminya.

(6)

dan minuman dengan jumlah yang cukup secara teratur setiap harinya untuk dapat hidup sehat. Mengkonsumsi buah yang termasuk ke dalam jenis pangan tidak hanya penting untuk kesehatan, tetapi juga untuk kecerdasan dan kemampuan

fisik tubuh

(Hardiansyah, 1997).

Buah-buahan dapat dinikmati sebagai makanan dalam bentuk segar maupun hasil olahannya yang berupa buah kalengan, sari buah (jus), minuman ringan, konsentral, campuran es buah, campuran asinan, manisan dan lain-lain. Sebagai pangan, buah mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bahan

pangan lainnya

(Astawan, 2008).

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi buah adalah sebagai berikut :

1. Minat terhadap buah

Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perilaku dan merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka lakukan ( Umar Husein, 2009).

(7)

dari diri konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu (Yudrik Jahja, 2011).

2. Jenis buah

Jenis buah tidak musiman ( jeruk, mangga, jambu, pisang, nanas) lebih banyak dikonsumsi karena sepanjang tahun buah-buahan itu mudah di dapatkan, sehingga lebih menarik bagi masyarakat untuk mengkonsumsinya. Untuk memenuhi gizi seimbang pada masyarakat salah satunya dengan mengkonsumsi jenis buah yang beranekaragam (Santoso dan Ranti, 2009).

3. Kebiasaan

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, sosial dan budaya. Kebiasaan makan yang terbentuk dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor lingkungan keluarga maupun faktor lingkungan diluar keluarga terutama di lingkungan sekolah (Suhardjo, 1992).

4. Pengetahuan mengenai kandungan buah

(8)

5. Ketersediaan buah di pasar

Ketersediaan pangan merupakan bagian pertama menuju arah konsumsi pangan sebab tidak mungkin kita mengonsumsi suatu makanan yang tidak tersedia. Ketersediaan pangan yang kurang dapat mengurangi konsumsi pangan yang akhirnya dapat menimbulkan masalah gizi. Konsumsi buah di Indonesia lebih banyak pada jenis jeruk dan mangga diperkirakan karena jeruk dan mangga tersedia sepanjang tahun dan angka-angka produksi jeruk dan mangga pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan buah lainnya (Diani, 1990).

6. Lokasi pedagang dan alasan memilihnya

Lokasi adalah suatu ruang dimana berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk yang diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Faktor lokasi juga berpengaruh terhadap keputusan yang diambil konsumen untuk membeli suatu produk. Lokasi yang mudah dijangkau oleh pembeli dan dekat dengan pusat keramaian merupakan lokasi yang tepat untuk suatu usaha. Lokasi yang strategis bagi konsumen akan memperkecil pengorbanan energi dan waktu (Hendri Maruf, 2006).

7. Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna

(9)

Konsumsi buah sangat penting dalam pola makan seimbang. Hal ini disebabkan buah mengandung vitamin dan mineral, serat makanan dan zat-zat phytochemical

yang diperlukan tubuh. Tanpa vitamin dan mineral, proses pemanfaatan zat-zat yang dikonsumsi tidak dapat optimal. Tanpa serat makanan, buang air besar tidak lancar (Rozaline, 2006).

Konsumsi buah di Indonesia yang dianjurkan terdapat dalam tumpeng gizi seimbang. Indonesia menganjurkan masyarakat untuk mengonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari (Farisa, 2012). Didalam tumpeng gizi seimbang, buah berada pada tingkat kedua setelah makanan sumber karbohidrat, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang

8. Intensitas mengkonsumsi dan porsi dalam sekali mengkonsumsinya

(10)

2.2.2 Karakteristik Konsumen

Karakteristik konsumen menurut Sumarwan (2004) meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang memliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang mencari informasi, (information seeker) akan meluangkan waktu untuk mencari informasi lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.

Karakteristik konsumen yang berguna untuk mengetahui segmentasi pasar dapat dibagi dalam empat kategori yaitu demografi, perilaku, profil psikografi dan karakteristik kepribadian.Ukuran demografi konsumen yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendapatan, agama, status perkawinan, pendidikan, etnik dan kebangsaan, memiliki dua manfaat penting dalam proses segmentasi. Pertama, hal itu dapat digunakan baik secara terpisah maupun dikombinasikan untuk mengembangkan berbagai sub budaya dimana para anggotanya saling berbagi nilai, kebutuhan, ritual dan perilaku tertentu. Manfaat kedua, variabel demografi dapat digunakan untuk menggambarkan para konsumen yang diklarifikasikan menjadi segmen melalui sarana lainnya (Sunarto, 2006).

(11)

1. Pendapatan

Menurut Rachman dan Ariani (2008), pendapatan merupakan akses ekonomi yang sangat erat kaitannya dengan akses pangan yang dikonsumsi. Dengan pendapatan maka rumah tangga memiliki kemampuan untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan energi dan gizi. Selain itu, pendapatan juga berpengaruh pada daya beli seseorang. Semakin tinggi pendapatan, daya beli seseorang juga meningkat dalam memilih dan membeli beragam makanan. Rendahnya pendapatan akan menimbulkan daya beli pangan yang rendah pula sehingga berdampak pada rendahnya jumlah dan mutu gizi konsumsi pangan yang dikonsumsi oleh rumah tangga.

Keluarga yang tergolong mampu dalam setiap masyarakat mempunyai persediaan pangan yang mencukupi bahkan berlebih untuk sepanjang tahun, sedangkan pada keluarga kurang mampu pada masa-masa tertentu sering mengalami kurang pangan. Hal ini menyangkut dalam peluang mencari nafkah (Sajogyo, 2008). 2. Usia

Semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Oleh karena itu, pemasar harus memahami distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Seseorang yang berusia relative muda, akan lebih cepat menerima sesuatu yang baru (Sumarwan, 2004).

(12)

tingkat pengetahuan yang relative tinggi, terutama tingkat pengetahuan (umur) ibu rumah tangga yang berperan sangat penting dalam menentukan keputusan konsumsi rumah tangga (Djauhari & Friyanto, 1993).

3. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Menurut Suhardjo (1986), sumber pangan keluarga terutama mereka yang miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar tersebut.

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi pola konsumsi pangan (buah) rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka kebutuhan pangan yang dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah tangga mempunyai selera yang berbeda. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga yang banyak, maka faktor kuantitas lebih diutamakan daripada faktor kualitas, sehingga diharapkan seluruh anggota keluarga dapat terbagi secara merata (Suyastiri, 2008).

4. Tingkat Pendidikan

(13)

Pendidikan yang rendah juga akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli konsumen tersebut (Sumarwan, 2004).

(14)

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Identifikasi Masalah

Metode Analisis Hasil Penelitian di Kota Bekasi yang di Kota Bekasi yang tak bebas dengan sejumlah variabel setiap objek ke dalam dua atau lebih kelompok berdasarkan pada kriteria sejumlah variabel bebas.

Pola dari jenis buah yang Jakarta Selatan

1.Bagaimana

(15)

Masalah Penelitian itu, analisis yang digunakan adalah buah pada siswa SMA N 1

Peneliti Judul Identifikasi Masalah atribut apa saja

Penelitian ini menggunakan

(16)

Patiroi langkah apa saja yang sebaiknya buah segar dan kepuasan

matriks pairwise comparison Sikap dan Pola Konsumsi Buah Peneliti Judul Identifikasi

Masalah dan sayur serta kontribusinya terhadap

kebutuhan serat pada nelayan di PT. Usaha Gizi Mikro dan Serat pada Ibu Hamil di buah dan sayur serta asupan zat gizi mikro dan serat pada ibu hamil di asupan gizi ibu hamil dengan menggunakan nutrisurvey dan nutriclin. Hasil perhitungan dari

(17)
(18)

2.4 Kerangka Pemikiran

Konsumen adalah semua individu atau rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan.

Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan membuang barang atau jasa. Setiap individu memliki perilaku masing-masing dalam mendapatkan atau membeli barang/jasa hingga mengkonsumsi atau memakainya.

Setelah memutuskan untuk memilih jenis buah yang akan dibeli selanjutnya konsumen memutuskan jumlah pembelian. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi jumlah pembelian yakni : usia, pendapatan konsumen, jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan.

Kajian karakteristik sosial ekonomi konsumen buah (pendapatan, umur, jumlah anggota keluarga dan pendidikan), dimana masing-masing karakteristik konsumen buah berpengaruh terhadap jumlah konsumsi. Dilihat dari pendapatannya, semakin besar pendapatan seseorang maka jumlah konsumsi semakin besar. Dari sisi usia, semakin bertambah usia seseorang maka jumlah konsumsi akan bertambah. Dari jumlah anggota keluarga, semakin banyak anggota keluarga maka jumlah bergantung pada pendapatannya. Dan dilihat dari pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka jumlah konsumsi akan meningkat.

(19)

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh nyata variabel umur, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga (jumlah tanggungan), tingkat pendidikan ibu rumah tangga terhadap jumlah konsumsi buah rumah tangga baik secara agregat maupun parsial di kecamatan Medan Denai, Kota Medan.

Pola Konsumsi Buah

Tingkat Pendidikan

Pendapatan Umur Ibu

Rumah Tangga

Gambar

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang
gambaran menggunakan
Gambaran Bagaimana
Gambaran terhadap buah Bagaimana
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- undang nomor 6 Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi kepribadian dan sosial guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri di

Susan Stainback(1988:227) menyatakan dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan partisipas

BPSK harus dari unsur pemerintah, walaupun tidak berpendidikan hukum. Untuk menangani sengketa konsumen dengan cara konsiliasi atau. mediasi, maka yang berwewenang unruk

Penjelasan di atas menyebutkan bahwa pemilihan umum merupakan syarat minimal adanya demokrasi yang bertujuan memilih wakil-wakil rakyat, wakil daerah, presiden untuk

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia , 2006, PT Grasindo, Jakarta.. Sidabalok, Janus, Perlindungan Konsumen di Indonesia , 2010, Citra

Adanya perbedaan pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan metode Learning Cell terhadap hasil belajar aspek kognitif mata pelajaran PPKn siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ampel

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa hijab tidak hanya menjadi kewajiban bagi wanita muslim akan tetapi hijab juga menjadi trend yang digemari oleh para wanita