• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Studi Pelayanan Publik Museum Kegeologian (BADAN GEOLOGI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Studi Pelayanan Publik Museum Kegeologian (BADAN GEOLOGI)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KEPUASAN PENGUNJUNG

MUSEUM KEGEOLOGIAN DALAM

MENDUKUNG ASPEK PELAYANAN

PUBLIK BADAN GEOLOGI

TAHUN 2013

16/12/2013

Museum Geologi, Karst, dan Batur

Tim Peneliti:

Ketua:

Irlandia Ginanjar, M.Si.

▸ Baca selengkapnya: laporan kunjungan museum lampung

(2)
(3)
(4)

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Masalah ... 1

1.2 Metodologi ... 1

2 PROFIL TINGKAT KUNJUNGAN MUSEUM ... 3

2.1 Museum Geologi Bandung ... 3

2.2 Museum Karst Wonogiri ... 4

2.3 Museum Gunung Api Batur ... 5

3 DEMOGRAFI PENGUNJUNG ... 7

3.1 Usia dengan Asal Pengunjung ... 7

3.2 Menurut Pekerjaan dan Jenis Kelamin ... 9

3.3 Menurut Kewarganegaraan... 10

3.4 Menurut Pendidikan dan Penghasilan ... 11

4 PROSES PERILAKU PENGUNJUNG ... 13

4.1 Relasi yang Datang Bersama Pengunjung ... 13

4.2 Kedatangan Pengunjung Pertahun Berdasarkan Jenis Wisata yang Disukai ... 14

4.3 Kedatangan Pengunjung Pertahun Berdasarkan Motivasi Berkunjung ... 16

4.4 Media yang Digunakan untuk Mengenal Museum ... 17

4.5 Alasan Kedatangan Pengunjung Berdasarkan Kendaraan yang Digunakan ... 18

4.6 Evaluasi Pasca Kunjungan ... 19

4.7 Komentar atau Saran Pengunjung ... 21

4.7.1 Saran Museum Geologi Bandung ... 22

4.7.2 Saran Museum Karst Wonogiri ... 23

4.7.3 Saran Museum Gunung Api Batur Bali ... 24

5 UKURAN KEPUASAN PENGUNJUNG ... 27

5.1 Fasilitas ... 27

5.2 Pengalaman dan Manfaat ... 28

5.3 Pelayanan ... 29

5.4 Kepuasan ... 30

5.5 Model Tingkat Kepuasan Pengunjung Museum ... 31

5.6 Tingkat Kepentingan Dan Performasi ... 32

5.7 Indeks Kepuasan Museum ... 33

(5)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Tabulasi Silang Usia dengan Asal Pengunjung Museum Geologi, Museum Karst, dan Museum Gunung Api Batur (%) ... 8 Tabel 2.2 Demografi Responden menurut Pekerjaan dan Jenis Kelamin pada museumgeologi, museum

karst dan museum batur (%) ... 10 Tabel 2.3 Demografi responden menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Penghasilan pada museum

(6)

Daftar Gambar

Gambar 1.1 Peramalan Tingkat Kunjungan Museum 2013-2014 ... 3

Gambar 1.2 Peramalan Tingkat Kunjungan Museum Karst Wonogiri ... 4

Gambar 1.3 Ramalan Tingkat Kunjungan Museum 2013-2014 ... 5

Gambar 2.1 Demografi responden berdasarkan usia dan daerah asal ... 7

Gambar 2.2 Demografi Responden menurut Pekerjaan dan Jenis Kelamin (%) ... 9

Gambar 2.3 Demografi responden menurut Kewarganegaraan (%) ... 11

Gambar 2.4 Demografi responden menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Penghasilan ... 11

Gambar 3.1 Relasi yang datang bersama ke museum menurut pengunjung ... 13

Gambar 3.2 Rombongan yang datang ke museum menurut pengunjung ... 14

Gambar 3.3 Kedatangan pengunjung pertahun berdasarkan jenis wisata yang disukai ... 14

Gambar 3.4 Kedatangan pengunjung pertahun berdasarkan motivasi berkunjung ... 16

Gambar 3.5 Media yang digunakan untuk mengenal museum ... 18

Gambar 3.6 Alasan kedatangan pengunjung berdasarkan kendaraan yang digunakan ... 18

Gambar 3.7 Kunjungan Kembali ... 20

Gambar 3.8 Saran untuk keseluruhan museum ... 21

Gambar 3.9 Saran Untuk Museum Geologi Bandung ... 22

Gambar 3.10 Saran Untuk Museum Karst Wonogiri ... 23

Gambar 3.11 Saran untuk Museum Gunung Api Batur ... 25

Gambar 4.1 Analisis profil dimensi fasilitas museum ... 27

Gambar 4.2 Analisis profil dimensi pengalaman dan manfaat ... 28

Gambar 4.3 Analisis profil dimensi pelayanan museum ... 29

Gambar 4.4 Analisis profil dimensi kepuasan keseluruhan ... 30

Gambar 4.5 Estimasi koefisien jalur ... 31

Gambar 4.6 Importance Performance Analysis (IPA) ... 32

(7)
(8)
(9)

Executive Summary

Pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Badan Geologi sebagai salah satu garda depan informasi geologi di indonesia dan mempunyai fungsi edukasi, budaya dan sejarah ini, mempunyai peranan yang penting dalam menyampaikan edukasi dan informasi yang efektif kepada masyarakatmelalui Museum Kegeologian.

Hasil peramalan mengindikasikan bahwa jumlah pengunjung dimasa yang akan datang akan bertambah, maka Museum Kegeologian mempunyai prospek yang cerah. Prospek yang cerah akan jenuh jika pihak pengelola museum tidak dapat menjaga kepuasan pengunjung, akibatnya pengelola museum sangat membutuhkan informasi untuk menjaga bahkan menaikan kepuasan pengunjung, sehingga studi kepuasan pengunjung museum kegeologian perlu dilakukan.

Berdasarkan demografi penggunjung teridentifikasi bahwa ada perbedaan segmen dari setiap museum, dimana Segmen Museum Geologi adalah karena asal pengunjung setiap museum tidak berasal dari daerah yang sama maka akan lebih baik jika pengelola Museum Geologi, Karst, dan Batur saling berbagi pengalaman untuk mendapatkan segmen tertentu.

Besarnya pengaruh teman dan keluarga berindikasi bahwa pengelola museum harus dapat meningkatkan kepuasan pengunjung.Cara lain untuk menambah pengunjung adalah, melakukan promosi museum di tempat-tempat wisata sejarah dan alam, selain itu juga dapat dilakukan disekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan di institusi-institusi lainnyayang berkaitan langsung dengan tema museum.Harus dilakukan pengkajian lebih detail untuk mendapatkan informasi apa yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pengenalan museum melalui Media Massa, Media Elektronik, dan Internet.Museum Geologi dan Batur harus memastikan bahwa fasilitas untukAngkutan kota dan Bus Rombonganmemuaskan.

Museum Geologi Bandung mayoritas pengunjung memberikan saran menambah benda koleksi seperti fosil-fosil museum, disusul dengan saran meningkatkan fasilitas seperti penerangan.Museum Karst Wonogiri mayoritas pengunjung museum memberikan saran untuk meningkatkan fasilitas museum seperti penerangan, ventilasi udara dan toilet. Museum Gunung Api Batur mayoritas pengunjung memberikan saran untuk memperluas area parkir dan menambah koleksi benda museum.

(10)

1

PENDAHULUAN

Pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hal itu dapat ditarik benang merah bahwa pelayanan publik mengacu kepada melayani masyarakat dalam dari organisasi publik, hal ini dalam rangka pencapaian organisasi publik dari tugas dan fungsi yang sudah di tugaskan oleh ruang lingkup pemerintah.

Berdasarkan Permen No.18 Tahun 2010 maka Badan Geologi mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 585, Badan Geologi menyelenggarakan fungsipenyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pelayanan di bidang geologi; pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi; pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang geologi; dan pelaksanaan administrasi Badan Geologi. Badan Geologi sebagai salah satu garda depan informasi geologi di indonesia dan mempunyai fungsi edukasi, budaya dan sejarah ini, mempunyai peranan yang penting dalam menyampaikan edukasi dan informasi yang efektif kepada masyarakat. Museum geologi sendiri mempunyai visi dan misi diantaranya mengiformasikan geologi indonesia, sebagai sumber penelitian, edukasi, pariwisata dll. Dalam hal ini museum yang sudah berbentuk Unit Pelayanan Teknis dituntut untuk mengembangkan dan memenuhui kebutuhan informasi pengunjung, maka dari itu museum geologi mempunyai istilah sendiri yaitu pelayanan pengunjung yang di topang oleh beberapa divisi yaitu: divisi edukasi yang mempunyai tugas dan fungsi mengadakan kegiatan pameran, eksursi dan penyuluhan, sementara divisi Peragaan mengembangkan koleksi dan ruang peragaan.

Museum geologi sendiri menerapkan konsep pelayan prima dalam mengefektifkan usaha untuk pencapaian hasil yang maximal.Penerapan pelayanan prima sendiri sudah dicanangkan dan membutuhkan waktu dan proses yang panjang, karena harus didukung oleh semua pihak yang berkepentingan agar semua tujuan dapat di capai. Usaha yang telah dilakukan selama ini adalah perbaikan sarana informasi dan fasilitas, adanya kotak saran, media komunikasi yang terintegrasi,pembekalan untuk pemandu, pelatihan untuk tenaga keamanan, penerapan senyum salam sapa, evaluasi tenaga kebersihan, dan adanya program data base untuk reservasi pengunjung.

1.1

Masalah

Bagaimana prospek dari keberadaan Museum Kegeologian?Apakah kondisi Museum Kegeologiansaat ini sudah memuaskan pengunjung?Berapa persen indeks kepuasan pengunjung saat ini?Apa usaha yang harus dilakukan selajutnya untuk memenuhi kepuasan masyarakat? Berdasarkan berbagai pertanyaan tersebut maka perlu dilakukan Studi Kepuasan Pengunjung Museum Kegeologian.

(11)

Survei dilakukan untuk studi ini.Teknik sampling yang digunakan adalah Propotional Stratified Random Sampling, sehingga sampel untuk Museum Geologisebanyak 175 pengunjung, untuk Museum Karst75 pengunjung, dan untuk Museum Batur50 pengunjung.

(12)

2

PROFIL TINGKAT KUNJUNGAN MUSEUM

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, perhatian pemerintah terhadap pengembangan museum semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beragam bentuk kegiatan dan program museum yang dikembangkan oleh pemerintah. Salahsatunya adalah program Gerakan Nasional Cinta Museum yang diresmikan tahun 2010 lalu, bersamaan dengan program Tahun Kunjungan Museum yang merupakan program prioritas Direktorat Permuseuman pada waktu itu (Mardiana, 2011).Perlahan tapi pasti program tersebut memberikan dampak positif terhadap perkembangan museum di Indonesia, salah satu indikatornya berupa peningkatan jumlah pengunjung museum, khususnya museum yang tersentuh dengan program ini. Pada laporan penelitian ini akan diprediksi jumlah kunjungan museum untuk museum-museum yang pengelolaannya dibawah naungan badan Geologi yang meliputi museum Geologi Bandung, museum Karst Yogyakarta dan museum gunung Api Batur di Bali.

2.1

Museum Geologi Bandung

Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu monumen bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.

Forecasts from HoltWinters

2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014

7

(13)

Untuk keperluan analisis data kunjungan, peneliti menggunakan data dari Januari 2001 s.d Mei tahun 2012. Analisis peramalan data deret waktu dilakukan untuk menduga tingkat kunjungan Museum Geologi pada tahun 2013 s.d 2014. Metode holtwinters digunakankarena data tingkat kunjungan Museum Geologi menunjukkan pola musiman. Hasil peramalan holtwinters (Kalekar, 2004) dengan tingkat kesalahan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 0.18 menunjukkan bahwa tingkat kunjungan pada bulan Mei 2014 diprediksi akan meningkat 10% jika dibandingkan tingkat kunjungan pada bulan Mei 2012 yaitu sebanyak 74998 orang. Data ramalan tingkat kunjungan Museum Geologi dapat dilihat pada dalam Gambar 2.1:

2.2

Museum Karst Wonogiri

Museum Karst ini terletak di desa Gebangharjo, kecamatan Pracimantoro, Wonogiri. Kurang lebih 1 jam perjalanan dari Wonogiri kota. Museum Karst ini dinilai sebagai museum terbesar dan terunik di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri terdapat setidaknya 3 Museum Karst tapi hanya di Wonogiri yang menggambarkan keseluruhan kondisi di Indoneisa. Retribusi untuk masuk museum ini hanya 2 ribu per motor sehingga sangat terjangkau, bahkan untuk ukuran pelajar sekalipun. Museum ini dibangun dengan tujuan menyediakan informasi tentang kawasan karst kepada semua pihak untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, wisata yang bersifat

edukatif, konservasi dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan data kunjungan yang dipergunakan untuk analisis adalah data dari Januari 2012 s.d Desember tahun 2012. Hasil ramalan dengan metode EMA dapat dilihat pada Gambar 2.2:

Jan 2012 Feb 2012 Mar 2012 Apr 2012 May 2012 Jun 2012 Jul 2012 Aug 2012 Sep 2012 Oct 2012 Nov 2012 Dec 2012

4000

GAMBAR 2.2PERAMALANTINGKAT KUNJUNGAN MUSEUM KARST WONOGIRI

Hasil ramalan tingkat kunjungan Museum Karst selama kurun waktu Januari 2012 s.d Desember 2012 dengan metode EMA (Holt, 2004) didapat tingkat kesalahan sebesar 0.14, Hasil ramalan tingkat

Sumber: http://www.solopos.com/2010/06/02/museum-karst-terbesar-dan-terunik-di-indonesia-24037Sumber:

(14)

kenaikan sebesar 11% dari bulan Januari tahun 2012.

2.3

Museum Gunung Api Batur

Museum Gunung Api Batur terletak di Taman Wisata Alam (TWA) Penelokan, Kintamani, Bangli, Bali. Menempati lahan seluas 1,09 hektar, museum yang diresmikan tanggal 10 Mei 2007 oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro ini memiliki panorama yang indah dan berhawa sejuk. Keberadaan museum kini semakin melengkapi obyek wisata di kawasan Kintamani yang memang terkenal memiliki panorama alam yang elok. Sejak dibuka dua tahun lalu, Museum Gunung Api Batur telah dikunjungi wisatawan. Bahkan pada musim liburan anak-anak sekolah kunjungan wisatawan meningkat tajam. Adapun data kunjungan yang dipergunakan untuk analisis adalah data dari Juli 2007 s.d Agustus tahun 2013.

Data ramalan tingkat kunjungan Museum Batur ditampilkan dalam Gambar 2.3 sbb: Forecasts from HoltWinters

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

4

6

8

10

GAMBAR 2.3RAMALAN TINGKAT KUNJUNGAN MUSEUM 2013-2014

Hasil ramalan tingkat kunjungan Museum Gunung Api Batur, selama kurun waktu 2007 s.d 2014 dengan tingkat kesalahan Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 0.10, Tingkat kunjungan pada bulan Juli 2014 diprediksi akan meningkat 73 jika dibandingkan tingkat kunjungan pada bulan Juli 2013 yaitu sebanyak 3129 orang.

Bertambahnya jumlah pengunjung dimasa yang akan datang, mengindikasikan bahwa keberadaan museum kegeologian mempunyai prospek yang cerah. Prospek yang cerah akan jenuh jika pihak pengelola museum tidak dapat menjaga kepuasan pengunjung, akibatnya pengelola museum sangat

(15)
(16)

3

DEMOGRAFI PENGUNJUNG

3.1

Usia dengan Asal Pengunjung

Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai pengunjung Museum Geologi Bandung, Museum Karst Wonogiri dan Museum Gunung Api Batur Bali berdasarkan usia dan asal pengunjung. Dalam hal ini variabel Usia pengunjung terdiri atas 6 kategori yaitu kurang dari 12 tahun, 12 sampai 15 tahun, 15 sampai 18 tahun, 23 sampai 55 tahun dan lebih dari 55 tahun, sedangkan variabel asal pengunjung terdiri atas Kota Museum, Kota lain dalam provinsi, provinsi lain dan luar negeri. Hasilnya disajikan pada Gambar 3.1.

GAMBAR 3.1DEMOGRAFI RESPONDEN BERDASARKAN USIA DAN DAERAH ASAL

(17)

Dari Gambar 3.1 juga terlihat bahwa mayoritas pengunjung berasal dari kota yang sama dengan museum yang berusia 12 sampai 15 tahun disusul oleh pengunjung berasal dari kota yang sama dengan museum yang berusia 15 sampai 18 tahun. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa mayoritas pengunjung adalah siswa sekolah dasar dan siswa sekolah menengah pertama yang berasal dari kota yang sama dengan museum. Demografi responden menurut usia dengan daerah asal untuk masing-masing museum disajikan pada Tabel 3.1.

TABEL 3.1TABULASI SILANG USIA DENGAN ASAL PENGUNJUNG MUSEUM GEOLOGI, MUSEUM KARST, DAN MUSEUM GUNUNG API BATUR (%)

MUSEUM Asal Pengunjung USIA Total

< 12 12 - < 15 15 - < 18 18 - < 23 23 - < 55 > 55

Berdasarkan Tabel 3.1 secara umum terlihat bahwa untuk Museum Geologi Bandung pengunjung museum mayoritas berasal dari kota yang sama dengan museum sebesar 65.1% dan diikuti oleh kota lain dalam provinsi sebesar 33.9%. Sebaliknya untuk Museum Karst Wonogiri dan Museum Gunung Api Batur Bali mayoritas pengunjung justru berasal dari kota lain dalam provinsi yaitu sebesar 44% dan 56.9%. Hal ini disebabkan karena lokasi Museum Karst dan Gunung Api Batur berada jauh dari pusat kota.

(18)

disusul oleh usia 23 sampai 55 tahun sebesar 21.6%.

3.2

Menurut Pekerjaan dan Jenis Kelamin

Demografi mengenai pekerjaan responden diperlukan untuk mengetahui karakteristik jenis pekerjaan pengunjung dari ketiga museum. Jenis pekerjaan ini akan ditabulasikan dengan jenis kelamin. Deskripsi mengenai demografi ini dapat disajikan pada Gambar 3.2 dan Tabel 3.2.

GAMBAR 3.2 DEMOGRAFI RESPONDEN MENURUT PEKERJAAN DAN JENIS KELAMIN (%)

Sebagian besar pengunjung museum adalah pelajar/mahasiswa. Pada Museum Geologi Bandung, dari 175 orang responden Museum Geologi Bandung, 138 orang (78.86 %) diantaranya adalah pelajar/mahasiswa. Pada Museum Wonogiri, 26 dari 75 orang (34.67%) responden berstatus pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa. Sedangkan di Bali, pengunjung Museum terbanyak adalah pelajar/mahasiswa sebesar 39 orang dari 51 responden (76.47%).

(19)

TABEL 3.2DEMOGRAFI RESPONDEN MENURUT PEKERJAAN DAN JENIS KELAMIN PADA MUSEUMGEOLOGI, MUSEUM KARST DAN MUSEUM BATUR (%)

Museum Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah

GEOLOGI Pegawai Negeri 2.29 1.71 4.00 masyarakat sekolah,hanya sebagian kecil yang merupakan mayarakat umum. Informasi lain yang didapatkan adalah bahwa banyaknya responden laki-laki relatif sama dengan responden perempuan, 49.17% dan 50.83%.

3.3

Menurut Kewarganegaraan

(20)

GAMBAR 3.3 DEMOGRAFI RESPONDEN MENURUT KEWARGANEGARAAN (%)

3.4

Menurut Pendidikan dan Penghasilan

Dari deskripsi sebelumnya mengenai demografi responden menurut pekerjaan didapatkan bahwa responden terbesar adalah berstatus sebagai pelajar/mahasiswa. Dari seluruh responden yang disurvei, sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SLTP dan SLTA, 30.23% dan 25.91%. Tingkat penghasilan responden pun berkisar di bawah Rp. 500.000 dan berada pada selang Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 (Gambar 3.4dan Tabel 3.3). hal ini dikarenakan sebagian besar pengunjung adalah masyarakat sekolah yang belum memiliki penghasilan tetap.

(21)

TABEL 3.3DEMOGRAFI RESPONDEN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN PADA MUSEUM GEOLOGI, MUSEUM KARST DANMUSEUM BATUR (%)

(22)

4

PROSES PERILAKU PENGUNJUNG

4.1

Relasi yang Datang Bersama Pengunjung

Relasi yang datang bersama dengan pengunjung dapat dipandang sebagai orang yang dapat mempengaruhi pengunjung untuk mendatangi museum. Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat, di Museum Geologi dan Batur menunjukkan bahwa pengunjung mendatangi museum paling banyak dipengaruhi oleh teman, sedangkan di Museum Karst paling banyak dipengaruhi oleh keluarga. Besarnya pengaruh teman dan keluarga berindikasi bahwa pengelola museum harus dapat meningkatkan kepuasan pengunjung, sehingga pengunjung yang terpuaskan secara otomatis akan menjadi agen promosi yang dapat menarik calon pengunjung untuk berkunjung ke museum.

GAMBAR 4.1 RELASI YANG DATANG BERSAMA KE MUSEUM MENURUT PENGUNJUNG

(23)

GAMBAR 4.2 ROMBONGAN YANG DATANG KE MUSEUM MENURUT PENGUNJUNG

4.2

Kedatangan Pengunjung Pertahun Berdasarkan Jenis Wisata yang

Disukai

Secara keseluruhan (Gambar 4.3) teridentifikasi bahwa para pengunjung museum didominasi oleh pengunjung yang menyukai wisata sejarah, dan kedatangan pengunjung ke museum dominan satu kali dalam setahun. Namun dari hasil uji statistik teridentifikasi bahwa tidak ada hubungan yang erat antara jenis wisata yang disukai dengan dengan banyaknya kedatangan pengunjung dalam setahun, sehingga kita harus melihatnya secara parsial. Berdasarkan informasi tersebut maka pihak museum tidak dapat mengandalkan jenis wisata yang disukai untuk menambah frekwensi kunjungan seseorang dalam setahun, tetapi masih dapat menambah pengunjung lainnya.

(24)

oleh pengunjung yang menyukai wisata sejarah, dan kedatangan pengunjung ke museum dominan satu kali dalam setahun. Hasil uji statistik teridentifikasi bahwa untuk Museum Geologi dan Museum Karst, tidak ada hubungan yang erat antara jenis wisata yang disukai dengan dengan banyaknya kedatangan pengunjung dalam setahun, sehingga Pengelola Museum Geologi dan Museum Karst tidak dapat mengandalkan jenis wisata yang disukai untuk menambah frekwensi kunjungan seseorang dalam setahun, tetapi masih dapat menambah pengunjung lainnya. Di Museum Batur secara statistik teruji adanya hubungan yang erat antara jenis wisata yang disukai dengan dengan banyaknya kedatangan pengunjung dalam setahun, hal itu memberikan indikasi bahwa seorang pengunjung yang menyukai Wisata Sejarah dan Alam jauh lebih sering mengunjungi museum dari pada pengunjung yang menyukai Wisata lainnya. namun tempat wisata sejarah dan alam di Bali tidak hanya museum, sehingga mayoritas kedatangan pengunjung yang menyukai Wisata Sejarah dan Alam ke museum adalah satu kali dalam setahun.

Berdasarkan semua informasi tersebut, maka pihak pengelola museum dapat menambah pengunjung lainnya. Cara menambah pengunjung lainnya yaitu, melakukan promosi museum di tempat-tempat wisata sejarah dan alam, misalkan di museum lain, tempat wisata bangunan bersejarah (candi/bangunan kuno), situs kuno, pantai, pegunungan, dan lainnya.

(25)

4.3

Kedatangan Pengunjung Pertahun Berdasarkan Motivasi Berkunjung

Secara keseluruhan (Gambar 4.4) teridentifikasi bahwa, motivasi para pengunjung ke museum didominasi untuk menambah pengetahuan. Hasil uji statistik, juga teridentifikasi bahwa tidak ada hubungan yang erat antara motivasi pengunjung dengan banyaknya kedatangan pengunjung dalam setahun. Berdasarkan informasi tersebut maka pihak museum tidak dapat mengandalkan motivasi pengunjung untuk menambah frekwensi kunjungan seseorang dalam setahun, tetapi masih dapat menambah pengunjung lainnya.

GAMBAR 4.4KEDATANGAN PENGUNJUNG PERTAHUN BERDASARKAN MOTIVASI BERKUNJUNG Jika dilihat per-museum (Tabel 4.2) juga teridentifikasi bahwa para pengunjung museum didominasi oleh pengunjung yang bermotivasi untuk menambah pengetahuan. Hasil uji statistik teridentifikasi bahwa untuk ke tiga museum tidak ada hubungan yang erat antara motivasi pengunjung dengan dengan banyaknya kedatangan pengunjung dalam setahun, sehingga Pengelola tidak dapat antara motivasi pengunjung untuk menambah frekwensi kunjungan seseorang dalam setahun, tetapi masih dapat menambah pengunjung.

(26)

berkunjung pernah dua kali

Berdasarkan semua informasi tersebut, maka pihak pengelola museum dapat menambah pengunjung lainnya. Cara menambah pengunjung lainnya yaitu, melakukan promosi di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan di institusi-institusi lainnya, misalkan pertambangan, kehutanan, pertanian, pengairan, pencagaran, pariwisata, dinas sosioekonomi dan sosiobudaya, dinas pendidikan dan para ilmuwan dari LIPI, serta LSM. Promosi juga dapat dilakukan ke institusi yang berkaitan langsung dengan tema museum, misalkan Museum Batur mempromosikan ke institusi yang memanfaatkan geothermal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan lainnya, Museum Karst mempromosikan ke institusi yang

memproduksi semen dan batu-batu alam, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan lainnya, sedangakan untuk Museum Geologi dapat mempromosikan ke institusi yang sama dengan target promosi Museum Batur dan Karst.

4.4

Media yang Digunakan untuk Mengenal Museum

(27)

GAMBAR 4.5 MEDIA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGENAL MUSEUM

4.5

Alasan Kedatangan Pengunjung Berdasarkan Kendaraan yang

Digunakan

Secara keseluruhan (Gambar 4.6) teridentifikasi bahwa, alasan kedatangan pengunjung ke museum didominasi oleh Acara sekolah atau kantor, dan kendaraan yang digunakan dominan menggunakan angkutan kota. Hasil uji statistik, teridentifikasi bahwa ada hubungan yang erat antara alasan kedatangan pengunjung dengan kendaraan yang digunakan, hal itu memberikan indikasi bahwa untuk setiap alasan kedatangan pengunjung menggunakan kendaraan yang berbeda. Berdasarkan informasi tersebut, maka pihak pengelola museum harus menjamin fasilitas untuk setiap kendaraan yang digunakan pengunjung memuaskan.

(28)

dan Batur, ada hubungan yang erat antara alasan kedatangan pengunjung dengan kendaraan yang digunakan. Alasan kedatangan pengunjung ke Museum Geologi dan Batur didominasi oleh Acara sekolah atau kantor yang menggunakan Angkutan kota dan Bus Rombongan, sehingga harus memastikan bahwa fasilitas untuk setiap kendaraan yang digunakan pengunjung memuaskan, terutama untuk Angkutan kota dan Bus Rombongan. Hasil uji statistik untuk Museum Karst teridentifikasi bahwa, tidak ada hubungan yang erat antara alasan kedatangan pengunjung dengan kendaraan yang digunakan, maka Pengelola Museum Karst harus memastikan bahwa fasilitas untuk setiap kendaraan yang digunakan pengunjung memuaskan, tetapi tidak harus spesifik.

TABEL 4.3ALASAN KEDATANGAN PENGUNJUNG BERDASARKAN KENDARAAN YANG DIGUNAKAN (%)

Museum Kendaraan yang

4.6

Evaluasi Pasca Kunjungan

(29)

GAMBAR 4.7KUNJUNGAN KEMBALI

(30)

4.7

Komentar atau Saran Pengunjung

Selanjutnya para pengunjung juga ditanyakan mengenai komentar atau saran apa yang diberikan untuk museum yang mereka kunjungi. Pada pertanyaan ini diberikan jawaban terbuka sehingga pengunjung bebas memberikan saran apappun. Setelah dilakukan analisis terhadap saran-saran yang diberikan, kemudian dikelompokkan berdasarkan saran-saran yang mirip. Hasil dari analisis tersebut disajikan padaGambar 4.8.

GAMBAR 4.8 SARAN UNTUK KESELURUHAN MUSEUM

(31)

Secara umum mayoritas pengunjung memberikan saran untuk meningkatkan fasilitas museum seperti: penerangan, ventilasi udara, toilet dan lain-lain. Selain itu mayoritas pengunjung juga memberikan saran untuk menambah koleksi benda museum seperti fosil-fosil, gambar-gambar dan lain-lain.

4.7.1 Saran Museum Geologi Bandung

Dari seluruh pengunjung Museum Geologi Bandung yang dijadikan responden ada sebanyak 147 orang atau 84% yang memberikan saran dan 28 orang atau 16% yang tidak memberikan saran.

GAMBAR 4.9 SARAN UNTUK MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

Berdasarkan Gambar 4.9 saran untuk Museum Geologi Bandung mayoritas pengunjung memberikan saran menambah benda koleksi seperti fosil-fosil museum, disusul dengan saran meningkatkan fasilitas.

(32)

lain yang perlu ditingkatkan oleh museum Geologi adalah peningkatan fasilitas seperti fasilitas penerangan di dalam museum.

4.7.2 Saran Museum Karst Wonogiri

Dari seluruh pengunjung Museum Karst Wonogiri yang dijadikan responden ada sebanyak 57 orang atau 76% yang memberikan saran dan 18 orang atau 24% yang tidak memberikan saran.

GAMBAR 4.10 SARAN UNTUK MUSEUM KARST WONOGIRI

(33)

4.7.3 Saran Museum Gunung Api Batur Bali

(34)

GAMBAR 4.11 SARAN UNTUK MUSEUM GUNUNG API BATUR

Berdasarkan Gambar 4.11, saran untuk Museum Gunung Api Batur mayoritas pengunjung memberikan saran untuk memperluas area parkir dan menambah koleksi benda museum.

(35)
(36)

5

UKURAN KEPUASAN PENGUNJUNG

Pada bagian ini akan diuraikan perbedaan rata-rata jawaban pengunjung terhadap Penilaian tingkat kinerja museum. Pada bagian ini penilaian tingkat kinerja museum oleh pengunjung terdiri dari empat dimensi yaitu fasilitas, pengalaman dan manfaat, pelayanan dan kepuasan. Penilaian tingkat kinerja museum ini terdiri atas 22 item pertanyaan. Semua item pertanyaan mempunyai 5 kategori jawaban yang sama.

5.1

Fasilitas

Secara umum untuk dimensi fasilitas, Museum Geologi Bandung, Museum Kars dan Museum Gunung Api Batur secara signifikan mempunyai nilai rata-rata yang berbeda. Untuk mengetahui rata-rata item mana saja yang berbeda dan dari museum apa saja yang berbeda dapat dilihat pada analisis profil. Dalam analisis ini rata-rata setiap item untuk ketiga museum dibandingkan dengan rata-rata secara keseluruhan.

GAMBAR5.1 ANALISIS PROFIL DIMENSI FASILITAS MUSEUM Keterangan:

(37)

FASILITAS3 Kondisi museum terang dan tidak pengap FASILITAS4 Kebersihan Museum terjaga dengan baik FASILITAS5 Keamanan dalam museum terjamin

FASILITAS6 Museum memberikan brosur yang berkaitan dengan Museum secara gratis FASILITAS7 Museum menyediakan teknologi audio visual

FASILITAS8 Museum sering melaksanakan kegiatan interaktif

Item kepuasan Lokasi museum mudah dijangkau, Kebersihan Museum terjaga dengan baik, Memberikan brosur yang berkaitan dengan Museum secara gratis, dan Sering melaksanakan kegiatan interaktif, untuk Museum Geologi, Museum Karst dan Museum Gunung Api Batur mempunyai nilai rata-rata kepuasan yang sama dengan taraf nyata 5%.Item Lahan parkir, Kondisi dalam Museum, Keamanan dalam Museum, dan ketersediaan teknologi audio visual, untuk Museum Geologi, Museum Karst dan Museum Gunung Api Batur mempunyai nilai rata-rata kepuasan yang berbeda.

5.2

Pengalaman dan Manfaat

Secara umum untuk dimensi Pengalaman dan Manfaat, Museum Geologi Bandung, Museum Kars dan Museum Gunung Api Batur secara signifikan mempunyai nilai rata-rata yang berbeda. Untuk mengetahui rata-rata item mana saja yang berbeda dan dari museum apa saja yang berbeda dapat dilihat pada analisis profil. Dalam analisis ini rata setiap item untuk ketiga museum dibandingkan dengan rata-rata secara keseluruhan.

(38)

PENGALAMAN2 Benda koleksi dalam Museum tertata dengan rapi dan menarik

PENGALAMAN3 Benda koleksi dalam Museum memberikan pesan pendidikan bagi pengunjung

PENGALAMAN4 Benda koleksi dalam Museum memotivasi keingintahuan saya untuk belajar hal-hal baru PENGALAMAN5 Museum dapat menjadi tempat refresing yang menyenangkan

PENGALAMAN6 Museum memberikan pengalaman yang berharga

Item Benda koleksi dalam Museum tertata dengan rapi dan menarik, Benda koleksi dalam Museummemberikan pesan pendidikan bagi pengunjung, Benda koleksi dalam Museum memotivasi keingintahuan saya untuk belajar hal-hal baru, dan Museum memberikan pengalaman yang berharga, untuk Museum Geologi, Museum Karst dan Museum Gunung Api Batur mempunyai nilai rata-rata kepuasan yang sama dengan taraf nyata 5%.Item Benda koleksi dalam Museum unik dan indah, dan Museum dapat menjadi tempat refresing yang menyenangkan, untuk Museum Geologi,Museum Karst dan Museum Gunung Api Batur mempunyai nilai rata-rata kepuasan yang berbeda.

5.3

Pelayanan

Secara umum untuk dimensi Pelayanan, Museum Geologi Bandung, Museum Kars dan Museum Gunung Api Batur secara signifikan mempunyai nilai rata-rata yang berbeda.Untuk mengetahui rata-rata item mana saja yang berbeda dan dari museum apa saja yang berbeda dapat dilihat pada analisis profil. Dalam analisis ini rata-rata setiap item untuk ketiga museum dibandingkan dengan rata-rata secara keseluruhan.

(39)

Keterangan:

PELAYANAN1 Harga tiket masuk yang wajar PELAYANAN2 Museum buka tepat waktu

PELAYANAN3 Pusat informasi pada Museum sudah berfungsi dengan baik PELAYANAN4 Petunjuk fasilitas Museum memadai

PELAYANAN5 Staf Museum memberikan informasi dan menangani keluhan pengunjung dengan baik PELAYANAN6 Staf berpenampilan rapi dan bersikap ramah

ItemMuseum buka tepat waktu, Staf Museum memberikan informasi dan menangani keluhan pengunjung dengan baik, Staf berpenampilan rapi dan bersikap ramah,untuk Museum Geologi, Museum Karst dan Museum Gunung Api Batur mempunyai nilai rata-rata kepuasan yang sama dengan taraf nyata 5%. Item Harga tiket masuk yang wajar, Pusat informasi pada Museum sudah berfungsi dengan baik, Petunjuk fasilitas Museum memadai, untuk Museum Geologi, Museum Karst dan Museum Gunung Api Batur mempunyai nilai rata-rata kepuasan yang berbeda.

5.4

Kepuasan

Secara umum untuk dimensi Kepuasan, Museum Geologi Bandung, Museum Kars dan Museum Gunung Api Batur secara signifikan mempunyai nilai rata-rata yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada hasil Manova berikut ini. Untuk mengetahui rata-rata item mana saja yang berbeda dan dari museum apa saja yang berbeda dapat dilihat pada analisis profil. Dalam analisis ini rata-rata setiap item untuk ketiga museum dibandingkan dengan rata-rata secara keseluruhan.

Mean; Whisker: Mean±0.95 Conf. Interval

GAMBAR5.4 ANALISIS PROFIL DIMENSI KEPUASAN KESELURUHAN Keterangan:

KEPUASAN1 Setelah mengunjungi Museum saya merasa puas

KEPUASAN2 Saya ingin merekomendasikan berkunjung ke Museum kepada teman atau saudara

(40)

5.5

Model Tingkat Kepuasan Pengunjung Museum

Pemodelan persamaan struktural dipergunakan untuk mengukur sejauhmana tingkat kepuasan pengunjung museum secara umum berdasarkan model kepuasan pengunjung museum (Hou, Y.,2009) dengan hasil disajikan diGambar 5.5.

GAMBAR 5.5 ESTIMASI KOEFISIEN JALUR

Pada Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa semua koefisen jalur berpengaruh positif untuk semua variabel latent endogennnya kecuali untuk latent facilities yang negatif akan tetapi hal ini tidak signifikan untuk tingkat kekeliriuan 5%. Berdasarkan Gambar 5.5 juga didapatkan informasi tentang rangkingitem yang harus diperhatikan untuk memperbaiki kepuasan yang disajikan di Tabel 5.1sbb:

TABEL 5.1RANKINGITEM YANG HARUS DIPERHATIKAN

Ranking Item Variabel

Manifest

Variabel Latent

1 Museum dapat menjadi tempat refresing yang menyenangkan Escape

Experience

Museum memberikan pengalaman yang berharga

2

Benda koleksi dalam Museum memberikan pesan pendidikan bagi pengunjung

Edutaint Benda koleksi dalam Museum memotivasi keingintahuan saya untuk

belajar hal-hal baru

3 Benda koleksi dalam Museum unik dan indah Esthetic

Benda koleksi dalam Museum tertata dengan rapi dan menarik

4

Harga tiket masuk yang wajar

Physical Evidence

Service

Museum buka tepat waktu

Pusat informasi pada Museum sudah berfungsi dengan baik Petunjuk fasilitas Museum memadai

5

Staf Museum memberikan informasi dan menangani keluhan pengunjung

dengan baik Human

(41)

5.6

Tingkat Kepentingan Dan Performasi

Jika diukur tingkat kepentingan dan performasi untuk masing-masing variabel latent dengan menggunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA) (Martilla, 1977) dari model pada Gambar 5.5 maka akan didapat Gambar 5.6sbb:

GAMBAR 5.6 IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS (IPA)

Dari Gambar 5.6 dapat disimpulkan bahwa

1. Kuadra satu, Co e trate Here high i porta e & lo satisfa tio

Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai faktor yang sangat penting oleh konsumen namun kondisi pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban pengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk

ditingkatkan dalam hal ini variabel Experience ada dikuadran ini.

2. Kuadra dua, Keep up The Good Work high i porta e & high satisfa tio

Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai dalam hal ini variabel

Service ada di kuadran ini.

3. Kuadra tiga, Lo Priority lo i porta e & lo satisfa tio

(42)

variabel Facilities ada di kuadran ini.

4. Kuadra e pat, Possi le O erkill lo i porta e & high satisfaction)

Faktor-faktor yang terletak dikuadran ini dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber

5.7

Indeks Kepuasan Museum

Sedangkan indeks kepuasan untuk masing-masing museum dan secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 5.2 dan Gambar 5.7 sbb:

TABEL 5.2RATA-RATA TINGKAT KEPUASAN

Kota Mean Std.Err. -95.00% +95.00% N

Keseluruhan 0.794922 0.010474 0.774351 0.815492 301

Bandung 0.798449 0.013737 0.771472 0.825427 175

Wonogiri 0.833903 0.020983 0.792694 0.875112 75

Bali 0.633987 0.025445 0.584014 0.683960 51

GAMBAR 5.7 DIAGRAM RATA-RATA UNTUK TINGKAT KEPUASAN

(43)

6

DAFTAR PUSTAKA

Holt, C.C., 2004, “Forecasting seasonals and trends by exponentially weighted moving averages”,

International Journal of Forecasting, Volume 20, Issue 1, January–March 2004, Pages 5–10. Hou, Y.,2009, “An Investigation Into Visitors’ Satisfaction With Port Elizabeth’s Heritage

Museums”,Magister Technologiae, Faculty of Business and Economic Sciences, Nelson Mandela Metropolitan University, South African

Johnson, R.A. dan Wichern, D.W., 2007, Applied Multivariate Statistical Analysis, 6th edition, Pearson Education, Inc., New Jersey.

Kalekar, P.S., 2004, “Time series Forecasting using Holt-Winters Exponential Smoothing”, Kanwal Rekhi School of Information Technology, India

Mardiana, Intan. Kebijakan Direktorat Museum. 2011.ttb

Martilla, J.A. and James,J.C., 1977, “Importance-Performance Analysis”, Journal of Marketing, Vol. 41, No. 1 (Jan., 1977), pp. 77-79

Palingindonesia.com., 2013, KOLEKSI TERBARU MUSEUM GEOLOGI: MANUSIA HOBBIT

Gambar

GAMBAR 2.2PERAMALANTINGKAT KUNJUNGAN MUSEUM KARST WONOGIRI
GAMBAR 2.3RAMALAN TINGKAT KUNJUNGAN MUSEUM 2013-2014
Gambar 3.1.
TABEL 3.1TABULASI SILANG USIA DENGAN ASAL PENGUNJUNG MUSEUM GEOLOGI, MUSEUM KARST, DAN MUSEUM GUNUNG API BATUR (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya.. •

Menu PAGE LAYOUT ini terdiri dari beberapa kelompok sub tema antara lain (Gambar 8):..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan verbal punishment terhadap perkembangan psikologi anak dalam mata pelajaran PPKn di SMP Azzahro’

Penerapan Buku KIA perlu di monitor dan evaluasi serta ditindak lanjuti, hal ini penting untuk kesinambungan dan mengembangan Buku KIA. Monitoring evaluasi Buku KIA

Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan pengelompokkan penderita berdasarkan pada beratnya cidera yang di prioritaskan ada tidaknya gangguan Airway (A), Breathing

Timbal dengan ketebalan 0,3 mm sampai 2 mm Dalam pengujian koefisien serapan bahan pada besi, tembaga, stainless steel dan timbal : Pesawat diatur pada tegangan, arus dan

Tujuan dari penulisan ini adalah menunjukkan bahwa konvergen pada barisan bilangan riil dapat diperumum ke ruang bernorma dan ruang hasil kali dalam,

Pelayanan yang dilakukan juga harus pada batas-batas yang dibolehkan oleh syariah, yaitu tidak menjurus pada khalwat (bercampurnya antara pria dan wanita yang