• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik dan syarat wirausaha (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik dan syarat wirausaha (2)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik dan syarat wirausaha

 Pengertian wirausaha

Wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menangkap peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan keberhasilan.

 Syarat wirausaha

1. Memiliki sikap mental yang positif

2. Mampu berpikir kreatif

3. Rajin mencoba hal – hal yang baru ( inovatif )

(2)

5. Mampu berkomunikasi

 Karakteristik wirausaha

M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 ) mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi :

1. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.

(3)

3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil

4. Selalu menghendaki umpan balik yang segera

5. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan 6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya

demi masa depan yang lebih baik .

(4)

8. Selalu menilai prestasi dengan uang.

Karakteristik Wirausahawan Andal :

1. Punya rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi.

2. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh.

3. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang.

4. Mau dan mampu bekerja keras dan menekuni bidang usahanya tanpa kenal menyerah.

5. Mau dan mampu berkomunikasi baik dengan pihak internal maupun eksternal

6. Mau dan mampu bernegosiasi dengan win-win solution.

7. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.

8. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan mengelola dan memotivasi orang lain

(leadership/managerialship).

9. Mau dan mampu melakukan perluasan dan pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.

10. Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang kemitraan.

Beberapa karakteristik wirausaha yang dikenal dengan istilah 10D dari Bygrave 1994:

1. Dream artinya seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginan terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya. Dia harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan keinginan tersebut.

2. Decisiveness artinya seorang wirausaha adalah orang yang bekerja cepat. Mereka membuat keputusan dengan cepat dan penuh perhitungan. Kecepatan dan ketepatan dalam mengambil keputusan adalah kunci keberhasilan bisnisnya. 3. Doers artinya begitu seorang wirausaha mengambil keputusan maka ia langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatan yang ia sanggupi secepat mungkin, tidak menyia-nyiakan kesempatan.

4. Determination artinya seorang wirausaha melaksanakan kegiatan dengan penuh perhatian. Dia memiliki rasa tanggung jawab tinggi dan tidak mau menyerah walaupun dia dihadapkan pada rintangan yang tidak mungkin diatasi.

(5)

kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, bekerja tidak mengenal lelah, dan semua perhatian dan kegiatan dipusatkan untuk kegiatan bisnisnya.

6. Devotion artinya seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya lebih dari yang lain sehingga ia berhasil dengan efektif.

7. Details artinya seorang wirausaha harus memperhatikan factor-faktor kritis secara detail dan tidak mengabaikan sekecil apapun factor yang menghambat usahanya.

8. Destine artinya seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapai. Dia merupakan yang mandiri, tidak tergantung pada orang lain.

9. Dollars artinya seorang wirausaha tidak mengutamakan kekayaan atau uang tetapi uang merupakan ukuran kesuksesan bisnisnya.

10. Distribute artinya seorang wirausaha bersaedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.

Syarat:

Arti Sikap (Mental) Anda Bagi Perusahaan Penulis: Gunawan Winata & Wahyu Pujiati

Managers' Scope

Artikel ini di-upload pada tanggal: 2005-11-16 10:57:25

“Tidak ada manfaatnya melakukan SESUATU DENGAN BAIK, apabila TIDAK seharusnya kita lakukan!” (Zig Ziglar)

Para pembaca Managers’ Scope yang terhormat, apa kabar? Semoga Anda kami temui dalam keadaan baik, sehat dan tidak kurang suatu apapun. Kali ini kami ingin mengajak Anda untuk melihat bagaimana “sikap mental” mempengaruhi seseorang, termasuk Anda sebagai para Pemimpin dan didalam

keseharian Anda me-lead dan me-manage Perusahaan serta bekerja.

Sebelumnya, tidak ada salahnya, Anda perlu untuk mengetahui pendapat dari beberapa pakar tentang SIKAP itu sendiri! GW Allport mengatakan:

adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis dan terarah terhadap respons individu kepada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya! Pendapat lain yang dikemukakan oleh ‘(tokoh) Fishbein & Azjen’ dalam buku

“Psikologi Sosial” karya David O’Sear, Sikap akan menentukan perilaku dari seseorang untuk (didalam) bertindak!

Seberapa penting Sikap Mental mempengaruhi seorang Pemimpin didalam bekerja? Berdasarkan fenomena dan fakta kejadian yang akhir-akhir ini banyak terjadi di negara kita Indonesia, maka peran Sikap Mental bagi seorang Pemimpin menjadi sesuatu yang sangat penting, mendesak dan bersifat

to implement!

Sikap Mental merupakan ‘kata kunci pertama’ bagi kualitas seseorang, karena kualitas Sikap Mental merupakan dasar yang terpenting, bersama dengan 3 (tiga) kualitas pokok manusia yang lain: Kualitas Spiritual, Fisik dan Teknik. Seseorang yang berpendidikan biasa-biasa saja, tetapi (karena) memiliki Sikap Mental Positif maka akan dapat mencapai hasil kerja serta kepemimpinan yang baik, akan tetapi berbeda dengan seorang yang berpendidikan tinggi dengan Sikap Mental Negatif maka pencapaian hasil kerja dan gaya kepemimpinannya-pun menjadi tidak baik. (Untuk contoh diatas, kami menyebut nama

Royanto Jonathan, salah seorang Director di PT. Selamat Sempurna, Tbk – sebagai satu pribadi Pemimpin yang berpendidikan ‘pas-pas-an’

mempunyai Sikap Mental Positif dan gaya Kepemimpinan yang wise!)

(6)

tekanan didalam pekerjaannya. Mungkin Anda masih ingat, ketika mengikuti “assessment test” atau “fit and proper test” untuk “dalam rangka pergantian Direksi Perusahaan”, maka Anda diminta untuk menyelesaikan beberapa “persoalan”. Perintah untuk mengerjakannya cukup mudah, dimana Anda diminta

“menjawab dengan ‘sejujurnya’ beberapa pertanyaan”. Didalam waktu 10 menit pertama, mungkin Anda masih santai dan fokus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada tersebut, tetapi 20 menit kemudian, berbagai pikiran dan perasaan mulai memenuhi benak Anda! Stamina Anda

mulai menurun dan Anda merasa “stress”! Grafik kepemimpinan (‘leadership graphic’) Anda juga mulai menurun, kemampuan Anda untuk mengontrol dan mengendalikan diri juga tampak mulai “bermasalah”. Disini, terlihat apakah kemampuan dan “Sikap Mental” Anda untuk mengatasi tekanan dalam

pekerjaan, apakah cukup handal atau malahan sebaliknya!

Untuk Sikap Mental, kita harus mau belajar dari bangsa Jepang! Pada tahun 1975, Jepang mampu membuat 1 (satu) unit mobil dalam waktu 3 (tiga) hari kerja yang dikerjakan oleh 1 orang. Sedangkan, Inggris hanya mampu membuat 1 mobil dengan the same quality dalam waktu 40 hari! Hal ini bisa terjadi

karena bangsa Jepang mempunyai Sikap Mental dalam hal etos kerja yang luar biasa positif!

Modal sebuah Perusahaan yang berkualitas adalah “intangible asset” berupa karakter orang-orang yang kuat, dan disertai gaya kepemimpinan yang kuat pula! Karakter membentuk Sikap, karena setiap orang memiliki Sikap “positive” dan atau “negative”. Sikap Mental para Karyawan yang negatif, salah

satunya “disebabkan oleh ketidaknyamanan dalam bekerja” Hal tersebut dikarenakan:

Sikap dan Perilaku Pemimpin yang Emosional, yang selalu (“mampu dan bisa”, akhirnya menjadi kebiasaan) melihat sisi negatif para Staff/Bawahannya.

Saling iri hati terhadap kedudukan dan fasilitas Staff/Karyawan lain! (Pimpinan memberlakukan “bawang merah dan bawang putih system

maksud yang tidak baik!).

Saling ‘memanas-manasi’ diantara Staff/Karyawan! (Pimpinan tidak bersikap mature, tetapi malahan menjadi “latah seperti para Bawahan”)

Sikap membesar-besarkan masalah (Pimpinan bukannya menjadi sosok panutan, tetapi malahan bersikap mental “pecundang/opportunis”

Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan yang Kurang Harmonis (Pimpinan bersikap mental: “kesalahan selalu ada di pihak Bawahan”

Keadaan Perusahaan yang sedang dalam “kesulitan” (Keuangan), sebagai contoh, tetapi Pimpinan tidak melakukan Sikap “open management”

………”Loyalitas serta profesionalitas terhadap Perusahaan memudar, dan Pimpinan tidak ber-Sikap Mental yang positif serta pro-aktif

Isu-isu tidak jelas merebak di dalam Perusahaan; Pencapaian prestasi didapat dengan “mendepak” rekan sekerja melalui cara yang tidak sehat (bahkan “kotor dan kriminal”); Iri hati; Mudah tersulut ‘issue’ yang tidak brtanggung-jawab; serta Akal sehat ditanggalkan diganti dengan emosi yang

membabi-buta! Akhirnya para Pimpinan yang “pintar” bicara menjadi Provokator dan bukannya menjadi Motivator! Negative thinker bertebaran, menanggapi Perubahan dengan apriori dan atau skeptis, serta “memaksakan kekendak” (Keadaan inilah yang membuat banyak Pimpinan Bank Swasta berani melakukan “perbuatan yang merugikan Negara, Perusahaan dan orang lain”, seperti yang terjadi pada 42 (empat puluh dua) Bank penerima BLBI

dengan menyelewengkan dana sebesar Rp. 62,6 triliun - Kompas, 28 Juni 2005).

Ada beberapa “contoh kasus” sederhana yang sehari-hari dan nyata, bagaimana pengaruh Sikap Mental (Negatif) terhadap kelangsungan hidup Perusahaan. Pertama, A adalah seorang Pimpinan yang baru bekerja di PT. Regetindo dan mempunyai Sikap Mental Negatif, yaitu selalu membuang sampah secara sembarangan di toilet kamar mandi. Tindakan ini kemudian menjadi kebiasaan. A sama sekali tidak menyadari kerugian yang dapat ditimbulkannya. Suatu ketika, B, sang “Bawahan” A melihat kebiasaan A tersebut dan B langsung meniru tindakan yang dilakukan A. Kebiasaan buruk ini akhirnya “menular”

seluruh orang di Perusahaan. Tanpa disadari, akhirnya semua orang di PT. Regetindo, mulai dari Pimpinannya “memiliki kebiasaan selalu membuang sampah secara sembarangan di toilet kamar mandi”.

Contoh lain, C yang Managing Director PT. Telattroos, mempunyai Sikap Mental Negatif yang selalu datang terlambat (bahkan untuk Rapat dan atau yang penting) Tindakan ini diteruskan sehingga menjadi satu kebiasaan, tanpa mengetahui arti dari kata terlambat itu sendiri. Kebiasaan ini dilakukan secara terus-menerus sampai mendarah daging sehingga menjadi sebuah kebiasaan datang terlambat dan berubah lebih menakutkan lagi menjadi

(7)

Kedua contoh diatas menunjukkan, bahwa Sikap Mental Negatif yang dimiliki Pimpinan Perusahaan, apabila tidak segera diatasi maka akan menjadi

“kebiasaan” dan lama kelamaan akan menjadi “company culture”. Sangat dibutuhkan strong-leadership dan living-example untuk hal tersebut dari para Pimpinan Perusahaan, seperti Anda, untuk “membawa Perusahan menjadi benar dan lebih baik lagi” (Sesuatu yang sudah menjadi ‘budaya’

akan sulit untuk dihilangkan dan dibenahi untuk menjadi lebih baik. Karena dengan mengubah ‘budaya’, maka peraturan yang ada juga mengalami Perubahan. Sehingga dapat dikatakan, Sikap Mental merupakan dasar dari terbentuknya Budaya Perusahaan! Budaya negatif atau positif dapat tercipta

tergantung pada Sikap Mental “manusia-manusia’ yang ada di Perusahaan, sekaligus juga “cerminan kepemimpinan” Anda dan siapa diri Anda sebagai Pemimpin).

Rudianto Pravinata, Vice President PT. Yuan Sejati mengatakan hal yang “sama dengan” diatas, based on his more than 30 years working experiences

berbagai industri di Perusahaan Swasta skala nasional: Memimpin dengan Sikap Mental yang selalu memberi contoh yang baik dan benar serta positif, Memimpin dengan Sikap Mental selalu menghormati dan men-apresiasi para Karyawannya sebagai Manusia (yang mempunyai rasa dan karsa), serta Memimpin dengan Sikap Mental bahwa keberhasilan dalam pekerjaan adalah Kesuksesan Bersama! (Hal ini juga sudah dengan luar biasa ditunjukkan oleh

Howard Schulz – CEO Starbucks Coffee, dimana kesuksesan bisnis mereka menjadi cerita yang sangat inspirasional).

“Sikap Mental melahirkan Tindakan, Tindakan yang dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah Kebiasaan, Kebiasaan yang dilakukan sampai mendarah daging dan menjadi Tabiat dan Tabiat yang dimiliki para Pemimpin dan sebagian besar Karyawannya akan menjadi Budaya bagi Perusahaan

Untuk membentuk Sikap Mental Positif para Staff/Karyawan (dan Perusahaan), sangat dibutuhkan peran aktif-dinamis seorang Pemimpin. Karena dengan Sikap seorang Pemimpin yang bijaksana, tegas, berwibawa, serta memahami “kebutuhan” Karyawannya dengan baik akan membuat mereka (yang juga

mempunyai Sikap Mental Positif) akan merasa nyaman dalam bekerja, terus berprestasi dan hasil yang dicapai akan maksimal serta “kesalahan kerja”

yang terjadi akan menjadi minimal.

Anda, sebagai seorang Pemimpin, tentunya ada sebuah Tujuan yang harus dicapai oleh Anda bersama dengan tim. Tips kami: Pimpinlah Karyawan Anda dengan hati, bukan dengan kekuasaan! (Managing and leading with heart, not with power!). Karena salah satu tugas (utama) seorang Pemimpin adalah

“mengubah kualitas kerja para bawahannya” (Seperti kalimat bijak: “Sebenarnya tidak ada Bawahan yang tolol! Yang sebenarnya ada adalah Atasan yang bodoh!”) Beberapa tips untuk Anda, para Pemimpin, untuk mengubah kualitas dan menjadikan Sikap Mental Kerja Positif, menjadi “satu agama”

para Bawahan Anda:

 Memberikan contoh nyata (leading by example).

 Memberikan informasi berkualitas (giving the right and proper information).

 Memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (giving chances to exploring employee’s capability).  Memberikan tugas yang menantang (providing exciting challenges).

 Merangsang setiap Bawahan agar senang belajar (keeping the ‘learning attitude’).

Dengan melakukan beberapa hal diatas, maka seorang Pemimpin akan mendapatkan para Staff/Karyawannya dengan Sikap Mental Positif

memberikan nilai tambah dan keuntungan bisnis jangka panjang kepada Perusahaan. Untuk membentuk sebuah Sikap Mental Positif bagi setiap orang di Perusahaan, maka yang terutama adalah dengan mencintai pekerjaan! Dengan mencintai pekerjaan, walaupun pekerjaan itu berat maka tidak akan menimbulkan rasa jenuh dan putus asa bila diperhadapkan dengan tantangan dan tekanan dalam pekerjaan. Dengan selalu berpikir seperti diatas maka

dengan sendirinya seseorang akan mencintai pekerjaannya dan tanpa sadar akan membentuk satu Sikap Mental positif!

(8)

“Pemimpin menentukan dan mencerminkan budaya suatu Organisasi. Moral selalu mengalir dari atas!”

(John C. Maxwell)

Situs ini telah dikunjungi sebanyak 18208 kali

Berpikir merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk membedakan manusia dengan makhluk lain. Solso menjelaskan tentang definisi berpikir sebagai berikut: “ Thinking is a process by which a new mental representation is formed through the transformation of information by complex interaction of the mental attributes of judging, abstracting, reasoning, imagining and problem solving”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa berpikir merupakan proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abtraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Bigol juga mengatakan bahwa berpikir adalah meletakkan hubungan-hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir

merupakan proses yang kompleks, terorganisir, terintegrasi, dan melibatkan pengetahuan sebelumnya.

Terdapat bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis. Namun pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir kreatif. Kreativitas memang perlu dikembangkan, namun kadang-kadang kita

memandang istilah kreativitas itu sebagai sesuatu yang berbeda satu sama lain, yang dapat menyebabkan kaburnya makna essensial dari istilah tersebut. Pandangan atau pemahaman tentang kreativitas itu menurut Dedi Supriadi disebabkan karena dua hal. Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis” kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multi dimensional, yang mengandung banyak penafsiran. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan penekanan pada sisi yang berbeda-beda, tergantung dasar teoritis yang menjadi acuan pembuat definisi.

Perbedaan pemahaman dalam mengartikan istilah kreativitas tidak berarti bahwa kita lantas mengambil salah satu istilah dengan menafikan yang lain, tetapi hendaknya semua dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi sehingga dengan melihat berbagai pandangan tersebut, kita akan melihat kreativitas sebagai sesuatu yang utuh menyeluruh. Adapun beberapa definisi kreativitas, antara lain:

1. Torrance mengemukakan: “Creativity is a process of becoming sensitive to problems, deficiencies, knowledge, missing elements, disharmonies, etc; identifying the difficulties; searching for solution, making guesses, or formating hypotheses and possibly modifying them and retesting them: finally communicating the results”. 2. Baron berpendapat bahwa kreativitas adalah: “The ability to bring something new into existence”.

(9)

4. Mednick mengemukakan kreativitas sebagai salah satu ragam berpikir: “creative thinking consist in forming need combination of associative elements, especially mutually remote elements”.

5. Guilford mengatakan bahwa: “ ....creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”.

Jika kita telaah, akan tampak bahwa kreativitas dapat dilihat dari berbagai segi, bisa dari segi proses, produk atau dari segi orangnya. Bahkan Rhodes menyatakan bahwa

kreativitas dapat dipandang dari empat sisi komponen kreativitas, yaitu: “Person, Process, Products and Press” atau yang terkenal dengan sebutan “ The four P’s creativity.”

Solso menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan aktivitas kognitif yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam menghadapi masalah5. Sedangkan Evans menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga kemampuan menemukan hubungan-hubungan baru dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru6. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa produk dari berpikir kreatif adalah sesuatu yang baru dan kompleks. Baru yang dimaksud bukan hanya dari yang tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada. Dewasa ini, berpikir kreatif sangatlah diperlukan oleh setiap manusia, adapun alasan mengapa diperlukannya berpikir kreatif adalah sebagai berikut: Pertama, era globalisasi yang ditandai dengan cepatnya perubahan diberbagai bidang kehidupan memerlukan manusia yang cepat mampu beradaptasi atau mereorientasikan hidupnya sejalan dengan perubahan yang terjadi. Kedua, pembangunan yang sedang dilaksanakan di tanah air kita dalam berbagai bidang memerlukan manusia yang tangguh dan kreatif, karena selain kita harus menghadapi berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain, kita pun tentu berkeinginan untuk menjadi pioner dalam berbagai kemajuan yang mungkin diraih manusia dikemudian hari. Ketiga, program “pengentasan kemiskinan” bukan dipecahkan dengan hanya sekedar memberi pekerjaan atau tunjangan sosial melainkan bagaimana “ Sumber Daya Manusia” yang ada berusaha dibina untuk secara mandiri memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Keempat, dalam kaitan dengan sains dan

teknologi yang demikian cepat, tanpa kreativitas yang memadai maka sains dan teknologi yang berkembang itu hanya menjadi pertunjukan yang akan terus berlalu satu demi satu tanpa bisa turut mewarnai pesatnya perkembangan IPTEK itu.

Utami Munandar mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada diri siswa perlu dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya (Self Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan formal masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Dalam GBHN (Tap II/MPR/1993) menggarisbawahi pentingnya pengembangan

kreativitas, sehingga merekomendasikan kepada dunia pendidikan agar mengembangkan pengajaran yang memberikan atau menyediakan iklim untuk berkembangnya kreativitas itu.

(10)

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198837-pengertian-berpikir-kreatif/#ixzz1WyOZzmVm

Berfikir merupakan kemampuan khusus yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki mahluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, berfikir seakan merupakan sebuah proses yang alami tanpa direncanakan. Namun sesungguhnya proses berfikir yang kita lakukan sehari-hari merupakan sebuah proses yang rumit dan melibatkan banyak komponen, demikian jika kita melihatnya dalam perpektif kreatifitas. Sehingga untuk menentukan kreatifitas berfikir seseorang diperlukan beberapa komponen variabel. Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensiproses, orang atau pribadi, dan produk kreatif (Amabile, 1983). Dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif.

Keberatan yang diajukan terhadap teori ini ialah, sesuatu yang dihasilkan dari proses berpikir kreatif tidak selalu dengan sendirinya dapat disebut sebagai produk kreatif. Kriteria ini jarang dipakai dalam penelitian (Supriadi, 1994: 13).

Dimensi orang atau pribadi sebagai kriteria kreativitas seringkali kurang jelas

rumusannya. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian orang atau pribadi sebagai kriteria kreativitas identik dengan yang dikemukakan Guilford (1950) disebut

kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif (yaitu bakat) dan non-kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas inborn). Menurut teori ini, orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya adalah orang kreatif (Supriadi, 1994: 13).

Kriteria ketiga adalah produk kreatif, yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam dalam bentuk barang, atau gagasan. Kriteria ini dipandang sebagai yang barrier eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai ”kriteria puncak” bagi kreativitas (Amabile, 1983). Dalam operasi

penilaiannya,proses identifikasi kreativitas dilakukan melalui analisis obyektif terhadap produk, pertimbangan subyektif oleh peneliti, atau peneliti ahli, dan melalui tes (Supriadi, 1994: 14).

Dalam kehidupan sehari-hari hasil/produk dari berfikir kreatif seringkali menarik perhatian khalayak karena dianggap sebagai sesuatu yang baru, solutif dan terkadang konyol. Namun demikian, hal ini mencerminkan dari serangkaianproses rumit yang pada akhirnya menghasilkan sebuah produk dari berfikir kreatif. Produk ini pada umumnya merupakan sebuah jawaban atas sebuah permasalahan, ungkapan/ekspresi seseorang. Berikut beberapa contoh produk yang dihasilkan dari berfikir kreatif. Penjelasan berikut hanya bersifat universal.

(11)

dunia. Penggunaan komputer membutuhkan energi listrik dan tentunya juga membutuhkan biaya untuk dapat mengoperasikannya. Untuk menghemat energi penggunaankomputer, ditemukan sebuah temuan kreatif yaitu perangkat hardware dan software untuk menghemat listrik. Berikut gambar dan penjelasannya :

plug pin ini dan bed іn software nya, dengan menekan tombol tertentu dalam curriculum tersebut, secara otomatis komputer akan masuk ke Energy Saver Manner yang diyakini akan menurunkan biaya listrik hingga 1500 US$ pertahun kalo digunakan oleh 50 komputer saja. bayangkan kalo digunakan 500 juta pengguna komputer seluruh dunia, berapa pengiritan listrik yang akan didapat. Alat ini menurut saya merupakan hasil dari berfikir kreatif.

2. Manusia merupakan mahluk sosial dan mempunyai naluri-naluri kebersamaan dan perasaan membutuhkan relasi dalam menjalani kehidupannya. Ketika seseorang tidak mampu menghadirkan kebutuhannya dalam kenyataan, terkadang seseorang

mengalihkannya dalam fantasi dan alam idenya. Kebutuhan relasional tersebut termasuk ketika tidur, meskipun sekedar dipeluk oleh orang disayangi. Berikut temuan kreatif yang mungkin menurut sebagian orang adalah temuan yang konyol, akan tetapi merupakan sebuah hasil kreatifitas dalam mengatasi masalah kesepian relasi ketika tidur maupun sekedar istirahat. yaitu bantal peluk bagi perempuan:

(12)

payung. Berikut gambarnya : 4. Lem Mentega

Bila merasa repot ketika mengoleskan mentega ke roti dengan sendok atau pisau, ini dia alat pengoles mentega yang lebih praktis. Berikut gambarnya:

1.Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu.

Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta

memasarkannya.

Sedangkan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan di Indonesia tahun 1978, mendefinisikan “Wirausahawan adalah pejuang kemajuan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan dan bertekad dengan kemampuan sendiri membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat dan memperluas lapangan kerja”.

(13)

a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.

b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih

besar.

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan[1] . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.

Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinionleadership , yakni ide yang menjadi penting di antara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.[2]

Daftar isi

[sembunyikan]  1 Elemen

 2 Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi  3 Lima tahap proses adopsi

(14)

 5 Catatan kaki

 6 Pranala luar

[

sunting

] Elemen

Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial.

[

sunting

] Tahapan peristiwa yang menciptakan proses

difusi

1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.

2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat

ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga

dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya. [3]

(15)

cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

[

sunting

] Lima tahap proses adopsi

1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat 2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran

calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.

3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.

4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.

5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

[

sunting

] Kategori pengadopsi

Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :

1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.

2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan

(16)

3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak

digunakan atau cukup bermanfaat.

4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan

mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.

5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

Definisi, Pengertian

&

Takrifan Motivasi

Oleh Taidin Suhaimin

Perkataan MOTIVASI sejak akhir kurun kedua puluh sudah menjadi sesuatu yang lumrah. Namun kini, masih ramai yang kurang faham tentang apa yang dimaksudkan dengan perkataan MOTIVASI.

Artikel ini menjelaskan pengertian, definisi dan takrifan motivasi dengan cara yang lebih mudah difahami.

1. Motivasi Sebagai Pengarah Tuju dan Penggerak Tindakan Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris - "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu

pembunuhan itu dilakukan.

Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang

(17)

Oleh itu, kita boleh definisikan bahawa:

"Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahtuju seseorang dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif."

CLICK HERE for More Info / to Purchase this SUPERB BOOK - How To Get The Best Grades - NOW!

2. Motivasi Sebagai Pendorong

Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.

Lebih penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi, masyarakat atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan. Jadi, dengan matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah pula dorongan atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai matlamatnya.

Oleh itu, bolehlah kita buat kesimpulan di sini bahawa:

"Motivasi adalah suatu bentuk dorongan minda dan hati yang menjadi penggerak utama seseorang, sesebuah keluarga atau organisasi untuk mencapai apa juga yang diinginkan."

(Definisi kedua saya di atas ada kesamaan sedikit dengan definisi pertama).

3. Motivasi Sebagai Darjah Kesungguhan

Tahap kepentingan sesuatu yang seseorang ingin capai, memberi kesan terhadap tahap kesungguhannya berusaha. Sungguhpun masa untuk mencapainya agak lama, tetapi jika apa yang dihasratkan itu amat penting, ia akan terus tetap mempunyai keinginan atau kesungguhan untuk berusaha sehinggalah matlamatnya tercapai.

Oleh itu, bolehlah juga kita buat kesimpulan di sini bahawa:

"Motivasi adalah darjah atau tahap kesungguhan dan tempoh keterusan seseorang, berusaha untuk mencapai tujuan atau matlamat."

4. Motivasi Sebagai Stimulator

Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin ambil kisah berikut:

Seseorang lelaki dan wanita yang sedang saling amat cinta mencintai sehingga telah berjanji untuk hidup bersama, akan berusaha dengan penuh kesungguhan untuk menjadi suami isteri walaupun menghadapi pelbagai halangan berbuat demikian.

(18)

Di sini dapatlah kita simpulkan bahawa:

"Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan atau keghairahan terhadap sesuatu yang benar-benar diingini."

5. Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian

Apabila kita betul-betul dan benar-benar inginkan sesuatu, ketakutan atau kemalasan menjadi perkara kedua - mencapai matlamat akan menjadi perkara utama;

keberanian, kerajinan dan ketekunan akan timbul.

Oleh itu, bolehlah kita simpulkan atau definisikan di sini bahawa:

"Motivasi adalah suatu mangkin yang menimbul dan menyeramakkan keinginan, keberanian dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu matlamat mencabar yang benar-benar diingini serta diyakini boleh dicapai /

perolehi."

(Definisi kelima ini pula ada kesamaan sedikit dengan definisi keempat).

Kritikan Terhadap Pendapat Tentang Motivasi

Ramai ahli psikologi yang menyatakan bahawa, apabila sesuatu matlamat sudah tercapai, ianya tidaklah berfungsi lagi sebagai pemotivasi. Ini kerana, bila yang diinginkan sudah tercapai, ia akan berpuas hati dan tidak lagi menjadi perangsang kepadanya; ianya tidak lagi menjadi sesuatu yang mendorong atau memotivasikan dirinya untuk terus berusaha mendapatkannya.

Saya agak kurang bersetuju dengan pendapat atau konotasi ini. Sesuatu yang dahulunya menjadi pemotivasi - sebelum kita miliki, sebenarnya masih berperanan sebagai pemotivasi. Misalnya, seorang yang sangat kepingin memiliki suatu kereta (mobil) idaman; cita-cita tercapai; walaupun membelinya secara ansuran, apakah apabila dengan sudah memiliki kereta idaman, kereta idaman itu tidak lagi menjadi salah satu pemotivasinya? Pada hemat saya, ia masih tetap sebagai pemotivasi tetapi dalam bentuk lain yakni; misalnya, motivasi untuk memastikan kereta idamannya itu tetap bersamanya atau terus dimilikinya dengan membuat bayaran ansuran bulanannya secara konsisten.

Jadi, pendapat yang mengatakan "a satisfied need doesn't motivate", boleh dipertikaikan. A satisfied need, in actuality still has its motivational

functions. Themotivational functions shall be: to nurture and sustain what is or are being possessed or hold so long as they are needed.

Semoga definisi-definisi motivasi yang dipaparkan di atas itu dapat sedikit sebanyak membantu anda dalam usaha anda memahami dengan lebih mudah makna atau erti perkataan motivasi.

DEFINISI MOTIVASI KERJA

Posted on January 25, 2010 by teorionline

(19)

mengemukaan definisi motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.

Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses

mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.

Chung dan Megginson mendefinisikan motivasi sebagai perilaku yang dirumuskan sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, motivasi juga berkaitan dengan kepuasan pekerja dan performansi pekerjaan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.

Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory)

Dalam penelitian ini yang dibahas hanya teori Kepuasan, dimana teori ini diikuti antara lain oleh A.H. Maslow, Frederick Herzberg, dan David McClelland.

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai

kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.

Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.

Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005:63-64) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :

(20)

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidp

3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai 4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh

orang lain

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan

mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu

Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting..kenapa? karena dalam dua dasawarsa belakangan perkembangan teknologi begitu hebatnya sehingga telah memberikan dampak yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia.

Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi. Karena itu, tidak aneh kalau akhir-akhir ini banyak orang yang tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi.

Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Dengan mampu berkomunikasi yang baik kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang,

mengembangkan karir. Sebaliknya, dengan kemampuan berkomunikasi yang buruk, kita juga dapat memupuk perpecahan, menanamkan kebencian, dan menghambat kemajuan.

Kualitas hidup kita, hubungan kita dengan orang lain, bahkan peluang usaha dan karir kita, dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki cara-cara dan kemampuan berkomunikasi kita. ebook ini telah disusun secara sistematis dari tahap ke tahap

menurut kajian ilmu kemampuan berkomunikasi, khususnya komunikasi antar manusia. Pembahasannya tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga bersifat praktis. Harapannya tiada lain agar ebook ini mudah dipahami dan mudah dipraktekan, terutama oleh para pembaca yang berminat untuk mempelajarinya.

Karakteristik:

MEMAHAMI TANGGUNG

JAWAB…

(21)

Anda tentunya seringkali mendengar istilah TANGGUNG JAWAB, bukan? Makna dari istilah “tanggung jawab” adalah “siap menerima kewajiban atau

tugas”. Arti tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang. Tetapi jika kita diminta untuk melakukannya sesuai dengan definisi tanggung jawab tadi, maka seringkali masih merasa sulit, merasa keberatan, bahkan ada orang yang merasa tidak sanggup jika diberikan

kepadanya suatu tanggung jawab. Kebanyakan orang mengelak bertanggung jawab, karena jauh lebih mudah untuk “menghindari” tanggung jawab, daripada “menerima” tanggung jawab.

Banyak orang mengelak bertanggung jawab, karena memang lebih mudah menggeser tanggung jawabnya, daripada berdiri dengan berani dan menyatakan dengan tegas bahwa,“Ini tanggung jawab saya!” Banyak orang yang sangat senang dengan melempar tanggung jawabnya ke pundak orang lain.

Oleh karena itulah muncul satu peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan”. Sebuah peribahasa yang mengartikan seseorang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, sehingga dia membiarkan orang lain

menanggung beban tanggung jawabnya. Bisa juga diartikan sebagai seseorang yang lepas tanggung jawab, dan suka mencari “kambing hitam” untuk

menyelamatkan dirinya sendiri dari perbuatannya yang merugikan orang lain.

Sebagian orang, karena tidak bisa memahami arti dari sebuah tanggung jawab; seringkali dalam kehidupannya sangat menyukai pembelaan diri dengan kata-kata,“Itu bukan salahku!” Sudah terlalu banyak orang yang dengan sia-sia, menghabiskan waktunya untuk menghindari tanggung jawab dengan jalan menyalahkan orang lain, daripada mau menerima tanggung jawab, dan dengan gagah berani menghadapi tantangan apapun di depannya.

Banyak kejadian di negara kita ini, yang disebabkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, malah sering dimenangkan atau diberikan bantuan berlebihan oleh lingkungannya dengan sangat tidak masuk akal. Sungguh sangat menyedihkan.Di masa kini, kita memiliki banyak orang yang mengelak bertanggung jawab; karena mereka ini mendapatkan keuntungan dari sikapnya itu.

(22)

bahkan didukung oleh istri atau suaminya. Anda bisa lihat, misalnya, korupsi, dan manipulasi. Sebagian besar orang-orang di lingkungan dekatnya pasti

mendukungnya, karena mereka semua pasti ikut merasakan hasil-hasil dari korupsi atau manipulasi itu. Apakah dunia kita ini sudah dekat dengan kiamat?

Rabu, 16 Maret 2011

Manusia dan Arti Tanggung Jawab

A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Contoh Orang Bertanggung Jawab :

bonar ialah seorang pegawai yang tekun dalam melaksanakan tugasnya. Ia datang sebelum waktu kerja dimulai. Tanpa banyak bicara dikerjakan tugasnya. Setelah selesai tugas yang dikerjakan, ia memberikan hasil pekerjaannya kepada atasannya sebagai pertanggungjawabannya. Ia pun tidak banyak hilir mudik dikantornya untuk persoalan kepentingannya sendiri, seperti buang air, mencari inakanan atau minuman. Ia pun pulang pada waktu jam kantornya usai. Bila ada pertanyaan dari atasannya tentang pekerjaan yang dilakukan, ia pun memberikan jawaban secara baik dan pasti. Ia dapat memberikan pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya, sehingga konduitenya baik, naik pangkat pada waktunya, dan memperoleh penghargaan khusus waktu tertentu.

B. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia manghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menuadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Tuhan.

(a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggug jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

(b) Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,

pendidikan, dan kehidupan.

(23)

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan

kedudukannya sebagai mahluk sosial.

(d) Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara

Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.Contoh : Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, Gum Isa yang tekenal sebagai guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya., Perbuatan guru ini bisa pula dipertanggungjawabkan kepada KEPSEK kalau perbuataan itu diketahui ia dapat berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

(e) Tanggung jawab terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsang terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

C. PENGABDIAN DAN PENGORBANAN

Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.

(a). Pengabdian

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, honnat, atau satu ikatan dan semua itu

dilakukan dengan ikhlas.

(b). Pengorbanan

Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehinggaa pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jclas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

Contoh Pengabdian :

(24)

transmigrasi, adalah pengabdian yang juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar di situ tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. la hanya menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat setempat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga, pikiran, waktu untuk kepentingan anak didiknya.

wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko

Written by arif sigit 613090060 Sunday, 01 May 2011 21:22

Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko.

Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya.

PENGERTIAN Resiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang kita umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan.

Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain :

1. Resiko adalah ketidaktentuan (uncertainy) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss) (A. Abas Salim)

2. Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)

3. Resiko merupakan penyebaran / penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan (Herman Darmawi)

4. Resiko adalah probalitas sesuatu hasil / outcome yang berbeda dengan yang diharapkan (Herman Darmawi)

(25)

dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang wirausaha yang berani

menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik” . Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai

kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.

Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada :

1.daya tarik setiap alternatif 2. kesediaan untuk rugi

3. kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal

Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk mengambil risiko antara lain :

1. keyakinan pada diri sendiri

2. kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan memperoleh keuntungan.

3. kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realistis.

Pengambilan risiko berkaitan dengan berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Artinya, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang

(26)

Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan kedalam :

a. Resiko Murni (risiko yang tidak disengaja), adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disegaja.

Contoh : risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian, dsb.

b. Resiko Spekulatif (risiko disengaja), adalah resiko yang sengaja ditimbullkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan keuntungan kepadanya. Contoh : resiko produksi, resiko moneter (kurs valuta asing).

c. Resiko Fundamental, adalah risko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang.

Contoh : risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, resiko perang, polusi udara.dsb. d. Resiko Khusus, adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil dan sebagainya.

e. Resiko Dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti risiko keusangan, risiko penerbangan luar angkasa. Kebalikannya disebut,

f. Resiko Statis, seperti risiko hari tua, risiko kematian dan sebagainya.

Menurut sumber / penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan kedalam :

g. Resiko Intern, yaitu risiko yang berasal dari dalam, : kebakaran yang berasal dari rumah si tertanggung sendiri.

h. Resiko ekstern, yaitu risiko yang berasal dari luar , seperti risiko kebakaran dari rembetan rumah yang bersebelahan, bencana alam, pencurian, perampokan dan sebagainya.

Arti Percaya Diri

Kebanyakan orang menganggap bahwa criteria orang yang percaya diri diri adalah sesosok figure yang sempurna dan mampu melakukan apa saja, atau memiliki penampilan fisik tanpa cacat sedikitpun. Mungkin di antara mereka ada beberapa orang yang minder karena memiliki kekurangan misalnya hidung pesek, tubuh mungil, rambut krebo,dll.

(27)

orang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain".

Dari makna yang ditulis beberapa psikolog di atas, mungkin bagi kebanyakan orang memang masih terlalu mentah untuk benar-benar memahami hal tersebut. Jadi, agar hal tersebut dapat lebih nyaman di baca perlu adanya suatu rangkuman khusus untuk mudah

di cerna dalam hati para pembaca.

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa orang percaya diri memiliki sikap atau perasaan yang yakin pada kemampuan sendiri. Keyakinan itu dapat muncul setelah seseorang tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya. Semua orang tahu bahwa untuk mencapai kemakmuran haruslah kita untuk bekerja keras, serta harus bijak dalam mengatur keuangan. Rasa yakin akan muncul setelah seseorang tahu apa yang diharapkan dalam hidup, sehingga mereka mampu melihat kenyataan yang ada.

Jadi, dalam dalam hidup ini kita tidak perlu lagi membanding-bandingkan kemampuan kita dengan orang lain dan jangan mudah terpengaruh oleh orang lain. Berusahalah agar tidak berharap dengan dukungan orang lain, karena kita harus mengerti apa yang kita butuh dan harapkan dalam hidup ini.

Mempertegas Orientasi Masa Depan

Oleh: Mr. p-m-d

Hal terpenting untuk masa depan Anda (sebagai Pelajar dan Pemuda) adalah membuat pilihan (mengambil keputusan) untuk profesi dan peran masa depan Anda. Secara sederhana , ada dua opsi yang dapat anda pilih hari ini: pertama, menjadi professional, atau kedua menjadi entrepreneur.

Menjadi professional.

Ini berarti anda menjadi pekerja terampil yang menguasai teknologi, prosedur, atau system yang dapat membawa manfaat bagi tempat anda bekerja. Profesionalisme anda akan dibayar mahal oleh perusahaan, agen, lembaga, atau organisasi tempat anda bekerja. Anda dapat memperoleh keterampilan dan pengetahuan tersebut melalui lembaga

pendidikan seperti sekolah, kursus, akademi dan Universitas.

(28)

Menjadi Pengusaha

Ini berarti anda menciptakan pekerjaan (lapangan kerja), membayar para pekerja, dan menggaji diri anda sendiri. Menjadi entrepreneur, berarti anda merintis usaha mandiri, baik berbentuk Perusahaan, Usaha Kecil, LSM/NGO. Anda tidak perlu capek-capek membuat dan mengajukan surat lamaran kerja. Anda hanya perlu membuat rencana, dan strategi aksi untuk menjalankan usaha Anda.

Menjadi pengusaha bahkan tidak membutuhkan gelar dan ijazah. Anda hanya perlu IDE atau gagasan yang dapat memberi manfaat kepada masyarakat luas, dan lalu menjualnya. Ujian menjadi pengusaha ada di masyarakat atau di kehidupan nyata. Kesuksesan

ditentukan oleh kemampuan merealisasi gagasan atau ide dan mempertahankan jalannya usaha dan pengembangan usaha dan gagasan anda.

Menurut Nitisemito ( 1982 ), semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Pendapat serupa dikemukakan oleh Anaroga (1993), bahwa semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan cepat selesai dan lebih baik serta ongkos perunit dapat diperkecil. Menurut Siswato ( 2001 ), semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja dan

kelompok-kelompok yang dapat menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekwen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja yang dapat menimbulkan kenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan

konsekwen sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja

Nyonya Jos Masdani ( Anoraga, 1992 ), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja ada dua yaitu :

a. Faktor kepribadian dan kehidupan emosional karyawan yang bersangkutan.

b. Faktor luar, yang terdapat dari lingkungan rumah dan kehidupan keluarganya serta faktor lingkungan kerja

(29)

c. Kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana lingkungan kerja yang harmonis, tidak tegang merupakan syarat bagi timbulnya semangat kerja. Ketegangan dalam lingkungan kerja mudah memberi rasa segan bagi karyawan untuk datang ke tempat kerja.

Sebaliknya lingkungan kerja yang menyenangkan memberi rasa segan bagi karyawan untuk membolos.

d. Kepemimpinan yang baik. Pimpinan yang baik tidak menimbulkan rasa takut pada karyawan, tetapi akan menimbulkan rasa hormat dan menghargai.

e. Kompensasi, gaji, imbalan. Faktor ini sangat mempengaruhi semangat kerja karyawan. Bagi seorang karyawan yang baru akan memasuki suatu perusahaan, maka imbalan yang baru akan diterima diperbandingkan dengan imbalan yang mungkin diterima pada

perusahaan lain. Bagi karyawan yang sudah lama bekerja pada suatu perusahaan, imbalan yang telah diterimanya diperbandingkan dengan karyawan yang lain. Perbedaan imbalan yang menyolok baik antar karyawan maupun antar perusahaan dapat menggoyahkan semangat kerja karyawan.

Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Sugiyono ( Utomo, 2002 ), aspek-aspek semangat kerja karyawan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :

a. Disiplin yang tinggi. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan bekerja giat dan dengan kesadaran mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam perusahaan b. Kualitas untuk bertahan. Menurut Alport orang yang mempunyai semangat kerja tinggi, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dalam pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa orang tersebut mempunyai energi dan kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik. Hal ini dapat meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.

c. Kekuatan untuk melawan frustasi. Seseorang yang mempunyai semangat kerja tinggi tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. d. Semangat berkelompok. Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir sebagai “ kami “ daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.

Menurut Kossen ( 1993 ), menyebutkan beberapa hal yang terjadi tanda-tanda peringatan semangat kerja yang rendah,yaitu :

a. Kemangkiran. Apabila pekerja menyenangi pekerjaan mereka, maka mereka akan melakukan usaha yang diperluakan untuk berbuat apa saja yang diharapkan perusahaan dari mereka. Tetapi, para pekerja sendiri telah berubah sifat kerjanya. Akibatnya, pada beberapa perusahaan timbul problem-problem yang dibuktikan dengan tingginya angka kemangkiran.

b. Kelambatan. Keterlambatan yang berlebihan merupakan tanda bahaya semangat kerja yang rendah. Karyawan seringkali datang ke tempat kerja tidak tepat waktu, hal ini karena mereka merasa tidak memperoleh kepuasan dan keuntungan dari pekerjaan mereka.

(30)

ketidakpuasan dalam angkatan kerja.

e. Ketiadaan kebanggaan dalam kerja. Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaan dan perusahaan tempat dia bekerja sering kali menimbulkan sikap ketidakpedulian terhadap pekerjaannya. Hal ini menimbulkan kegagalan karyawan kerasakan kebanggaan dalam pekerjaan. Sikap ketidakpedulian karyawan terhadap pekerjaannya menunjukkan semangat kerja yang rendah.

Arti kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya. Tetapi kerja keras jangan di salah artikan untuk tujuan yang negatif, berusaha dengan jujur adil untuk tujuan positif.

bekerja keras lah sesuai kemampuan yang dimiliki dan jangan memaksakan diri nantinya dapat menghasilkan hasil yang kurang maksimal, kerja keras juga mempunyai batasan - batasan limit.

kerja keras merupakan salah satu cara yang dapat digunakan bila mana sesuatu hal ingin di capai, kerja keras untuk ini itu, dan yang penting kerja keras dalam konteks yang positif tidak serta merta bekerja keras untuk tujuan yang negatif ( malakukan perbuatan melanggar hukum, merugikan hak asasi orang lain dan merugikan lingkungan di sekitarnya).

Semua makhluk hidup didunia butuh kerja keras walapun kerja keras tidak tiap harinya dilakukan makhluk hidup.

marilah kita bekerja keras dengan maksimal dengan tujuan yang positif sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai saat ini

Arti Definisi / Pengertian Makna Lugas

Makna lugas adalah makna yang sesungguhnya dan mirip dengan makna denotatif.

Contoh :

- Olahragawan itu senang memelihara codot hitam - Pak Kimung minum teh sisri di pematang sawah

Pengertian Negosiasi Bisnis

Dalam setiap proses negosiasi, selalu ada dua belah pihak yang berlawanan atau berbda sudut pandangnya. Agar dapat menemukan titik temu atau kesepakatan diantara kedua belah pihak, maka kedua belah pihak perlu bernegosiasi.

(31)

Menurut Hartman menegaskan bahwa negosiasi merupakan suatu proses komunikasi antara dua pihak, yang masing-masing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama.

Menurut Oliver, negosiasi adalah sebuah transaksi dimana kedua belah pihak mempunyai hak atas hasil akhir. Hal ini memerlukan persetujuan kedua belah pihak sehingga terjadi proses yang saling member dan menerima sesuatu untuk mencapai suatu kesepakatan bersama.

Sementara itu menurut Casse, negosiasi adalah proses dimana paling sedikit ada dua pihak dengan persepsi, kebutuhan dan motivasi yang berbeda mencoba untuk bersepakat tentang suatu hal demi kepentingan bersama.

Berdasarkan ketiga pengertian diatas, negosiasi selalu melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi, mencari kesepakatan diantara kedua belah pihak dan mecapai tujuan yang dikehendaki bersama kedua belah pihak yang terlibat dalam negosiasi.

Apa tujuan dari bernegosiasi

Salah satu tujuan dari bernegosiasi adalah menemukan kesepakatan diantara kedua belah pihak secara adil dan dapat memenuhi harapan dan keinginan kedua belah pihak.

Sehingga tidak boleh ada pihak yang merasa dirugikan atau diuntungkan dari kesepakatan kedua belah pihak. Kedua belah pihak harus merasa diuntungkan dari kesepakatan negosiasi diantara mereka.

Juga tujuan diantaranya adalah memecahkan problem yang menimpa mereka atau mendapatkan keuntungan.

Untuk mendapatkan suatu kesepakatan kedua belah pihak, beberapa hal perlu diperhatikan antara lain :

a. Persiapan yang cermat

b. Presentasi dan evaluasi yang jelas mengenai posisi kedua belah pihak. c. Keterampilan, pengalaman, motivasi, pikiran yang terbuka

d. Pendekatan yang logis untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling menguntungkan serta saling menghormati.

e. Kemauan untuk membuat konsesi untuk mencapai kesepakatan melalui kompromi bila terjadi kemacetan.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/2153946-pengertian-dan-tujuan-negosiasi-dalam/#ixzz1Wyc5kiCy

Rate This

(32)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja,pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya, perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Sedangkan menurut Dr. Muhammad Jafar Hafsah, kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka

keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dua pendapat tersebut apabila dipadukan akan

menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa kemitraan merupakan jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar, dan saling menguntungkan.

Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan pelbagai macam bentuk kerja sama dalam menghadapi dan memperkuat sattu sama lainnya. Julius Bobo menyatakan bahwa tujuan utama kemitraan adalah untuk

mengembangkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan dengan landasan dan struktur perekonomian yang kukuh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya. Sedangkan kemitraaan usaha adalah sebuah jalinan kerjasama usaha yang salin menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar (perusahaan mitra) yang disertai dengan pembinaandan

pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan, dan memperkuat usahanya.

Usaha kecil yang dimaksudkan adalah kegiatan ekonnomi rakyat berskala kecil yang mempunyai kriteria sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah. (3) milik Warga Negara Indonesia. (4) usaha itu berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. (5) brbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan cabai merah sebagai komoditas sayuran yang mudah rusak, dicirikan oleh produksinya yang fluktuatif, sementara konsumsinya relatif stabil. Kondisi ini menyebabkan

Oleh karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Kampus hijau yang sudah terbentuk akan menjadi pusat kegiatan dan pemberdayaan pemangku kepentingan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Tempo,

Pengabdian kepada masyarakat di SD Ar Raudah telah menghasilkan aplikasi tabungan untuk siswa yang dapat memudahkan petugas dalam mengelola tabungan siswa

Hasil jumlah iterasi dalam satu kali konvergen terhadap jumlah varian data training pada metode improved semi supervised k-means dengan k-means Pada pengujian ketiga

Mengetahui apakah senyawa golongan antrakuinon yang terdapat pada ekstrak etanol daun pacar air yang terdeteksi pada uji KLT yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap

Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi