Rahasia Ridwan Kamil Sukses Gelar
Karnaval KAA
Walikota Bandung, Ridwan Kamil. ANTARA/aacc2015/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO , Bandung: Wali Kota
Bandung Ridwan Kamil
membocorkan rahasia di balik meriahnya Karnaval Asia Afrika pada Sabtu, 25 April 2015. Menurut Ridwan Kamil, karnaval tersebut terasa meriah karena tempat yang menunjang.
“Jalan Asia Afrika itu pengaturan bangunannya keren banget. Karnaval tidak akan seperti kemarin jika digelar di ruas jalan lain,” ujar Ridwan Kamil saat ditemui di Hotel Savoy Homan, Jalan Asia Afrika, Bandung, Senin, 27 April 2015. Selain perhotelan, di sepanjang jalan ini terdapat bangunan tua lainnya yang dipakai untuk kantor bank dan
media massa.Selain banyak terdapat banyak lahan parkir. Lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mendirikan panggung.
Acara ini dinilai sukses setelah membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya terpesona. Pada Sabtu 25 April
lalu, Arief mengatakan Bandung sangat mempesona karena berhasil mempersiapkan rangkaian acara Konferensi Asia Afrika dengan sempurna meski hanya diberi waktu
enam pekan saja.
Karena itu, Kementerian Pariwisata berencana merutinkan acara karnaval Asia Afrika setiap tahunnya. Rencana itu ia jelaskan setelah menyaksikan karnaval Asia Afrika di Bandung. “Karena Bandung adalah ibu kota Asia Afrika. Jadi kami catatkan menjadi event tahunan
internasional dan hanya
diselenggarakan di Bandung,” ujar Arief, saat ditemui di Pendopo Agung Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum, Bandung, Sabtu, 25 April 2015. Even tersebut akan rutin diselenggarakan karena bisa menjadi daya tarik sana. Masing-masing negara membawa 10-15 budayawan mereka.
Selasa, 28 April 2015 | 05:20 WIB
TEMPO.CO
Presiden Jokowi: Kita Tidak Anti-IMF dan
ADB
Presiden Jokowi (ketiga kiri) didampingi Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe (kedua kanan) menutup secara resmi Asian African Summit 2015 di JCC, Jakarta, 23 April 2015. ANTARA/AACC2015/Sinar Goro Belawan
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah
Indonesia tidak antilembaga
keuangan internasional dan
meminta mereka berperan lebih
besar dalam membantu
negara-negara yang sedang "sakit" dan
miskin."Perlu sebuah tatanan
keuangan global yang baik yang
juga memperhatikan
negara-negara miskin dan sakit," kata
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
sebelum keberangkatannya ke
Malaysia untuk menghadiri KTT
ASEAN ke-26 di Bandara Halim
Perdanakusuma, Jakarta, Minggu,
26 April 2015.Menurut dia,
negara-negara yang sakit dan
miskin perlu diberi suntikan agar
dapat sehat. "Tapi jangan yang
memberatkan, yang memberi
rangsangan untuk pertumbuhan
ekonomi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden
Jokowi
juga
menyatakan
Indonesia tidak antilembaga
keuangan internasional, seperti
Dana Moneter Internasional (IMF),
Bank Dunia, dan Bank
Pembangunan Asia (ADB). "Siapa
bilang kita anti, kan kita masih
pinjam ke sana," ujarnya.
Sebelumnya, dalam peringatan
60 tahun KAA, Jokowi
menyampaikan pandangannya
mengenai keberadaan lembaga
keuangan internasional IMF, Bank
Dunia, dan ADB.Negara-negara di
dunia tidak bisa bergantung pada
lembaga keuangan internasional
tersebut.
"Saya berpendirian, pengelolaan
ekonomi dunia tidak bisa
diserahkan pada tiga lembaga
keuangan itu. Kita mendesak
reformasi arsitektur keuangan
global," tutur Jokowi.
ANTARA
TEMPO.CO
KAA, Ini Serunya Iring-iringan Karnaval
di Bandung
Sejumlah peserta parade melintas didepan Gedung Merdeka pada Parade Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, 25 April 2015. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Bandung -Peringatan
Puncak Konferensi Asia Afrika ke-60 telah
usai, namun rentetan acara yang
memeriahkan peringatan itu, hingga saat
ini masih terus berlanjut. Salah satunya
Asia African Carnival 2015.
Sekitar 55 kontingen yang merupakan
perwakilan negara Asia dan Afrika
sebanyak 25 negara, dan 30 kota terbaik
melakukan iring-iringan menampilkan
tarian khas daerahnya masing-masing.
Mereka memulai arak-arakan start dari
mulai Simpang Lima menyusuri sepanjang
jalan Asia Afrika, kota Bandung.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang
membuka langsung acara itu mengatakan,
acara karnaval yang memperkenalkan
budaya dari masing-masing perwakilan
negara juga kota-kota itu sengaja
diperuntukkan bagi warga kota Bandung.
"Acara ini dipersembahkan bagi warga
Bandung," ujarnya ketika membuka acara
itu, Sabtu, 25 April 2015.
Dalam acara karnaval budaya yang
dimulai sekitar pukul 13.00 WIB itu, turut
pula hadir Menteri Pariwisata Arief Yahya
yang ukut meresmikan pembukaan acara
itu. Arief beserta Ridwan yang menaiki
Bandung Tour on the Bus (Bandros).
Dua mobil Bandros memimpin
arak-arakan itu, diikuti oleh 55 kontingen itu.
Diantara kontingen itu, perrwakilan dari
Yordania menampilkan tarian
tradisionalnya. Kemudian secara
beriringan diikuti oleh perwakilan dari
India, Kamboja, Mesir, Filipina, RRT,
Jepang, Korea Selatan, Srilanka, Thailand,
Vietnam, juga Myanmar.
Sedangkan perwakilan dari kota-kota yang
mengikuti carnaval itu, diantaranya dari
Kota Bandung, Denpasar, Kediri,
Pontianak, Sumatra Selatan, Palembang,
Cimahi, Jogjakarta.
Sejumlah tari-tarian tradisional
memeriahkan acara itu. Diantaranya tarian
tradisional khas negara yang mengikuti
arak-arakan itu. Terlihat pula perwakilan
dari kota terpilih membawakan tari
jaipong, tari Merak, tarian perang khas
Pontianak dan yang lainnya.
Antusias warga yang menyaksikan
AMINUDIN
Sabtu, 25 April 2015 | 18:18 WIB
TEMPO.CO
Meliput KAA ke-60, Ini Kesan Jurnalis
Asing
Suasana media centre peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 di JCC, Senayan, Jakarta,
22 April 2015. Tempo/Maria rita
TEMPO.CO , Bandung:Perhelatan peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diikuti puluhan negara memiliki kesan tersendiri bagi jurnalis asing yang meliputnya. Perjalanan jauh dari negara asal mereka dan rumitnya protokoler tak menyurutkan
semangat para jurnalis membawa pesan KAA bagi warganya masing-masing.
Mohamed Hanafy, salah seorang jurnalis asal Mesir mengatakan, ia menempuh perjalanan selama sekitar 14 jam dari Kairo menuju Indonesia. "Transit dulu di Abu Dabi, lalu lanjut perjalanan 10 jam ke Jakarta," kata Hanafy saat ditemui di Media Center KAA, Bandung, Jumat, 24 April 2015.
Ia datang ke Jakarta sejak tanggal 20 April untuk mengikuti rangkaian kegiatan KAA mulai dari level pejabat tinggi, pebisnis, hingga tingkat menteri. Kemudian ia bertolak ke Bandung untuk menghadiri perayaan puncak KAA yang dihadiri para
kepala negara Asia Afrika.
Menurutnya, penyelenggaraan KAA cukup terstruktur meski diakui masih ada beberapa kendala. Pembatasan jumlah jurnalis yang diizinkan
meliput aktivitas kepala negara pagi tadi sangat disayangkan. Namun, secara keseluruhan, ia menilai KAA berjalan baik.
Sayangnya, padatnya jadwal liputan KAA membuat ia tak sempat
berkeliling kota Bandung. Ia dan enam jurnalis lain dari Mesir harus kembali ke kota masing-masing besok sore. "Tapi suasanya di Bandung cukup enak, sepi, meski agak panas," ujarnya.
Pengalaman lain dirasakan oleh Jose Miguel Filipe, direktur dokumentasi dan informasi kantor wakil presiden Angola. Ia sudah berada di Indonesia sejak 19 April lalu dan menginap di Hotel Grand Hyatt, Jakarta.
Perjalanan dari Angola menuju
dinilai ramah dan baik. "Hanya saja orang Indonesia terlalu banyak bicara," ujarnya. Namun ada kesamaan kota Jakarta dengan Luanda, ibu kota Angola. "Kemacetan di Jakarta sama seperti di Luanda. Bikin stress," katanya.
Ia belum sempat mencicipi makanan
khas Jakarta maupun Bandung karena harus segera kembali ke negaranya. Namun, ia berjanji akan menyempatkan mencobanya jika kembali lagi ke Indonesia. Untuk penyelenggaraan KAA, ia menilai sudah berjalan dengan baik.
ROSALINA
Sabtu, 25 April 2015 | 10:20 WIB
TEMPO.COJokowi: Studi Kelayakan Kereta Papua
Diharapkan Tuntas Tahun ini
Kondisi pasar menyiratkan bahwa para investor khawatir apakah Presiden Indonesia Joko Widodo
memiliki ketangguhan untuk melaksanakan reformasi yang diperlukan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA--Presiden Joko Widodo mengungkapkan,
realisasi pembangunan rel kereta api di
Provinsi Papua sedang memasuki tahapan
studi kelayakan dan akan selesai beberapa
bulan ke depan.
"Masih proses FS (Feasibility Study), kita
harapkan nanti Agustus-September sudah
selesai," ujarnya, di Jayapura, Sabtu.
Mengingat pentingnya pembangunan
tersebut, ucap presiden, maka tahapan
selanjutnya harus segera dimulai."Kalau
bisa setelah itu lapangannya di cek,
sehingga tahun ini diharapkan bisa di
mulai," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Badan Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua, Omah
Laduani
Ladamay mengatakan, akhir 2015
pihaknya bersama pemerintah pusat akan
mulai melakukan kajian terhadap rencana
tersebut, dan proses pembangunannya bisa
dilakukan pada 2017.
"Kami berharap peletakan batu pertama
atau ground breaking dapat dilaksanakan
pada 2017, setelah tahun 2015 ini
dilakukan studi kelayakan," katanya.
Pembangunan rel kereta api, ucapnya, bisa
membuka akses daerah-daerah yang
selama ini terisolir atau minim tersentuh
pembangunan.
Sabtu, 09 Mei 2015, 16:23 WIB