• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing G"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

(Guided Discovery Learning)

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Discovery

Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Pembelajaran dengan penemuan (Discovery Learning)

merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia

pendidikan. Ide pembelajaran penernuan (Discovery Learning)

muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak atau siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak para ilmuwan (Nur: 2000).

Menurut Gilstrap dalam Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991:86) metode penemuan didefinisikan sebagai suatu prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan/pengkondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan

dibuat. Discovery atau penemuan dibedakan menjadi 2, yaitu

(2)

disebut open ended discovery dan pembelajaran penemuan

terbimbing (Guided Discovery) (Khulsum: 2005). Menurut

Gorman dan Richard M (Hadiningsih: 2009) bahwa pembelajaran

dengan metode discovery (penemuan) dapat dilakukan dalam

dua bentuk yaitu free discovery (penemuan bebas) dan guided

discovery (penemuan terbimbing).

Metode pembelajaran discovery merupakan suatu

metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:

1) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk

menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;

2) Berpusat pada siswa;

3) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan

pengetahuan yang sudah ada.

Blake et al, membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu:

1) Mengklarifikasi;

2) Menarik kesimpulan secara induksi;

3) Pembuktian kebenaran (verifikasi).

Prosedur Pelaksanaan Model Guided Discovery

Menurut Gilstrap dan Richard Schuman dalam Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991: 89), langkah-langkah pelaksaan metode penemuan sebagai berikut:

(3)

2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;

3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;

4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;

5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;

6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;

7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;

8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;

9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan

yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;

10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa; 11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil

penemuannya.

Menurut Hendro Darmodjo dalam Hadiningsih (2009: 33)

langkah-langkah model guided discovery adalah sebagai berikut:

1) Melontarkan masalah-masalah mengundang siswa untuk memecahkan masalah tersebut,

2) Memberi motivasi belajar,

3) Membantu siswa yang benar-benar memerlukan agar tidak mengalami jalan buntu dan frustasi.

Menurut Sudjana dalam Hadiningsih (2009: 34), langkah-langkah metode penemuan dalam pembelajaran sebagai berikut;

1) Merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa, 2) Menetapkan jawaban sementara,

3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis,

(4)

5) Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.

b. Jenis Metode Discovery

Pembelajaran penernuan dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning)

atau sering disebut open ended discovery.

Dalam hal ini siswa benar-benar dilepas dalam mengidentifikasi masalah, dan menguji hipotesis dengan konsep-konsep, dan prinsip yang sudah ada, dan berusaha menarik pada situasi baru. Struktur peristiwa belajar dalam

free discovery ini, siswa dilepas sepenuhnya untuk menemukan sesuatu melalui proses asimilasi, yaitu memasukkan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif yang ada, dan proses akomodasi yaitu dengan perubahan dalam arti penyesuaian kogitif yang lama, sehingga cocok dengan fenomena yang diamati.

2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery

Learning) (UT 1997).

Dalam hal ini guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang dicarinya dengan cara mengorganisasi masalah, mengumpulkan data, mengkomunikasikan, memecahkan masalah, dan menyusun kembali data-data sehingga membentuk konsep baru. Proses pembelajaran

dengan model guided discovery menitik beratkan pada

(5)

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) lebih banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.

Metode discovery (penemuan) yang mungkin

dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu murni. Oleh sebab itu

metode discovery (penemuan) yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode discovery (penemuan) terbimbing

(guided discovery).

Carin (1993) memberi petunjuk dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) sebagai berikut.

1) Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa;

2) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan penernuan; 3) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa;

4) Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap;

5) Menentukan dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2-5 siswa;

6) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa.

Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993) menyarankan hal-hal di bawah ini:

(6)

2) Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan;

3) Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman; 4) Mengamati setiap siswa selama mereka melakukan

kegiatan;

5) Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan;

6) Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.

c. Keuntungan Metode Discovery

Keuntungan dari motode ini disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya:

Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

(7)

Menurut Bruner beberapa kelebihan dari pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran guided discovery dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu.

2. Dengan pembelajaran guided discovery, pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi. Sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer.

3. Pembelajaran guided discovery menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar. 4. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan

dapat mengembangkan pikirannya dengan berfikir, dengan menggunakan pikiran itu sendiri. Dengan model guided discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkan persoalan.

(8)

Jadi, jika disimpulkan keuntungannya adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat

2. Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang

lebih baik dari pada hasil lainnya.

3. Secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan

penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. 4. Siswa belajar berpikir analisis dan mencoba

memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.

d. Kelemahan Metode Discovery

Kelemahan dari model pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut:

1. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya, jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi..

2. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.

(9)

4. membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima.

RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

(RPP)

(10)

Pokok Bahasan : Elastisitas

Sub Pokok Bahasan : Gaya Pegas (Hukum Hooke)

Alokasi Waktu : 1 x 45 Menit

I.

Standar Kompetensi

1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

II.

Kompetensi Dasar

1.3 Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan.

III. Indikator

A. ASPEK KOGNITIF

1. Produk :

1) Menganalisis karakteristik sifat elastisitas serta sifat plastis bahan.

2) Menentukan besar tegangan, regangan, dan modulus elastisitas kawat dengan perhitungan.

3) Menentukan besar gaya pegas, tetapan gaya pegas dan pertambahan panjang dari berbagai macam benda elastis dengan perhitungan.

4) Menganalisis prinsip susunan pegas secara seri, paralel dan campuran.

5) Memformulasikan konsep energi potensial pegas.

2. Proses

(11)

2) Menentukan besar konstanta pegas berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang melalui percobaan Hooke.

3) Menyimpulkan hasil percobaan yang telah

dilakukan.

B. ASPEK AFEKTIF

1. Karakter

Berpikir kreatif, kritis dan logis, Jujur dalam melakukan percobaan, Bertanggungjawab, peduli, serta berprilaku santun, Menghargai perbedaan pendapat.

2. Keterampilan Sosial

Bekerja sama dalam melakukan percobaan, Mendengarkan dengan aktif materi yang disampaikan, Menyampaikan ide atau pendapat, Menyampaikan pertanyaan, Berada dalam kelompok.

C. ASPEK PSIKOMOTOR

1) Terampil merakit alat dan bahan (rangkaian) percobaan hukum Hooke untuk menentukan konstanta pegas berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang dengan menggunakan pegas spiral.

2) Mengukur perubahan panjang pegas dengan menggunakan mistar.

IV. Tujuan Pembelajaran

A. ASPEK KOGNITIF

1. Produk :

(12)

sifat plastis bahan sesuai dengan Kunci LP Produk butir 1.

2) Diberikan data mengenai besaran-besaran yang terdapat dalam elastisitas zat padat, siswa dapat menentukan besar tegangan, regangan, dan modulus elastisitas kawat dengan perhitungan sesuai dengan Kunci LP Produk butir 2.

3) Diberikan data mengenai basaran-besaran yang terdapat dalam hukum Hooke, siswa dapat menentukan besar gaya pegas, tetapan gaya pegas dan pertambahan panjang dari berbagai macam benda elastis dengan perhitungan sesuai dengan Kunci LP Produk butir 3.

4) Diberikan handout mengenai “Elastisitas”, siswa dapat menganalisis prinsip susunan pegas secara seri, paralel dan campuran sesuai dengan Kunci LP Produk butir 4.

5) Diberikan handout mengenai “Elastisitas”, siswa dapat Memformulasikan konsep energi potensial pegas sesuai dengan Kunci LP Produk butir 5.

2. Proses

1) Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, siswa dapat menganalisis hubungan antara pertambahan gaya (F) dengan pertambahan panjang pegas (∆x) sesuai dengan Kunci LKS “Elastisitas”. 2) Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan,

(13)

3) Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, secara mandiri siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan Kunci LKS “Elastisitas”.

B. AFEKTIF

1. Karakter

Dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada

siswa, siswa dinilai membuat kemajuan dalam

menunjukkan karakter Berpikir kreatif, kritis dan logis, Jujur dalam melakukan percobaan, Bertanggungjawab, peduli, serta berprilaku santun, Menghargai perbedaan pendapat.

2. Keterampilan Sosial

Dalam proses belajar mengajar yang berpusat pada

siswa, siswa dinilai membuat kemajuan dalam

menunjukkan keterampilan sosial Bekerja sama dalam melakukan percobaan, Mendengarkan dengan aktif materi yang disampaikan, Menyampaikan ide atau pendapat, Menyampaikan pertanyaan, Berada dalam kelompok.

C. PSIKOMOTOR

(14)

2) Secara mandiri, siswa dapat mengukur perubahan panjang pegas dengan menggunakan mistar sesuai dengan rincian tugas kinerja dalam LKS “Elastisitas”.

V.

Materi Pembelajaran

A. Sifat Elastisitas Bahan

Elastisitas atau sifat elastis adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.

Berdasarkan sifat elastisnya benda digolongkan menjadi 2, yaitu :

1. Benda elastis, adalah benda-benda yang memiliki sifat elastis. Contoh : Karet dan pegas.

2. Benda plastis, adalah benda-benda yang tak memiliki sifat elastis. Contoh : Plastisin (lilin mainan), lumpur dan tanah liat.

Besaran-besaran yang terdapat dalam elastisitas zat padat antara lain :

1. Tegangan (Stress)

Tegangan (σ) didefinisikan sebagai perbandingan besar gaya F dan luas penampang A, dirumuskan dengan :

σ=F

A dengan:

σ = tegangan (Pa) F = gaya (N)

(15)

Regangan (e) didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang ΔL dan panjang

mula-mula L0, dirumuskan dengan :

e=Δ L

L0

dengan:

e = regangan

ΔL = pertambahan panjang (m) L = panjang mula-mula (m) 3. Modulus Elastisitas

Modulus Elastisitas merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan, dirumuskan dengan :

E=σ

(16)

Percobaan hukum Hooke bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang. 2. Susunan pegas

Dua buah pegas atau lebih dapat disusun seri, paralel, atau gabungan seri dan paralel. Susunan pegas ini dapat diganti dengan sebuah pegas pengganti. Berikut hal-hal yang berkaitan dengan pegas pengganti dari susunan pegas seri dan paralel.

a. Susunan Seri

Besar tetapan pegas pengganti seri merupakan jumlah total dari kebalikan tiap-tiap tetapan gaya, yang dirumuskan dengan :

1 selalu berlawanan dengan gaya penyebabnya, dirumuskan dengan: F = - k . Δx

D. Energi potensial Pegas

Energi potensial pegas merupakan kemampuan pegas untuk kembali ke bentuk semula.

(17)

W=EP=1

Ep = energi potensial pegas (joule)

k = konstanta gaya pegas (N/m) Δx = pertambahan panjang pegas (m)

Contoh pengunaan gaya pegas adalah ketapel. Jika ketapel direnggangkan, kemudian dilepaskan, ketapel dapat melontarkan batu. Dalam hal ini, energi potensial elastis berubah menjadi energi kinetik batu.

EP(ketapel)=Ek(batu) Δx = pertambahan panjang karet (m) m = massa benda (kg)

v = kecepatan benda (m/s)

VI. Model Pembelajaran

Model / Strategi Pembelajaran

(18)

Metode Pembelajaran

Percobaan dan Diskusi

VII.

Perangkat

Pembelajaran

1) Silabus “Elastisitas”.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) “Elastisitas”. 3) Handout “Elastisitas” untuk SMA Kelas XI Semester 1. 4) Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci “Elastisitas”.

5) Lembar Penilaian Produk (LES) dan Kunci Jawaban “Elastisitas”.

6) Lembar Penilaian Afektif. 7) Lembar Penilaian Psikomotor.

VIII. Alat dan Bahan

1) Statif dengan klem. 2) Pegas bentuk spiral. 3) Beban.

4) Penggaris 5) Neraca.

IX. Kegiatan Belajar Mengajar

A. Pendahuluan (5 menit)

Fase 1 : Motivation

(19)

2. Memotivasi siswa dengan meminta seorang siswa untuk maju ke depan kelas dan melakukan hal sebagai berikut :

“Dua orang siswa diminta untuk menggunakan ketapel. Satu orang diminta menarik pegas ketapel dengan tarikan yang besar dan satu orang lagi diminta menarik pegas ketapel dengan tarikan yang kecil. Siswa lain diminta untuk mengamati seberapa jauh remasan kedua kertas tersebut terlempar dari ketapel”.

3. Selanjutnya guru membimbing siswa dengan pertanyaan untuk dapat menemukan mengapa kedua kertas tersebut jarak lemparannya berbeda.

4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu tentang gaya-gaya yang terjadi pada benda elastis

B. KEGIATAN INTI (35 menit)

Fase 2 : Data Collection

1. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok

dimana masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa yang heterogen. Selanjutnya Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok sebagai panduan dalam melakukan percobaan.

2. Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok

untuk mengambil alat dan bahan yang telah disediakan sesuai dengan LKS yang diberikan

3. Guru menjelaskan prosedur kerja sesuai dengan LKS

4. Guru membimbing semua kelompok sesuai dengan

kebutuhan masing-masing kelompok serta

(20)

Fase 3 : Data Processing

5. Guru membimbing siswa untuk menganalisis data percobaan yang mereka dapatkan serta menjawab pertanyaan yang ada dalam LKS

6. Masing –masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok yang lain mengajukan pertanyaan

C. PENUTUP (5menit)

Fase 4 : Closure.

7. Guru membimbing siswa untuk menemukan konsep

materi dari hasil percobaan yang telah dilakukan bersama kelompoknya yakni nilai konstanta pegas dapat diperoleh dari persamaan di bawah ini

 Untuk satu pegas adalah k= F

∆ x

 Hubungan antara gaya dan pertambahan pegas

adalah sebanding

8. Guru memberikan handout kepada siswa

Fase 5 : Appraisal

9. Guru memberikan siswa lembar evaluasi sebagai

pemantapan pengetahuan siswa

10.Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi

secara keseluruhan dan bersama-sama menjawab motivasi di awal, yaitu jika kita ingin melempar benda dengan jarak yang jauh menggunakan ketapel, maka gaya yang diberikan harus besar. Sebab gaya sebanding dengan pertambahan panjang karet.

(21)

X.

Sumber Belajar dan Media

1. Silabus “Elastisitas”.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) “Elastisitas”. 3. Handout “Elastisitas” untuk SMA Kelas XI Semester 1. 4. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci “Elastisitas”.

5. Lembar Penilaian Produk (LES) dan Kunci Jawaban “Elastisitas”.

6. Lembar Penilaian Afektif. 7. Lembar Penilaian Psikomotor. 8. LCD + Laptop

XI. Lembar Penilaian

1. Lembar penilaian Kognitif-Produk (terlampir)

2. Lembar penilaian afektif (terlampir)

3. Lembar penilaian psikomotor (terlampir)

Mengetahui

Kepala Sekolah SMA NEGERI ...

... ...

(22)

DAFTAR PUSTAKA

 Nur, M. 2008. Pengajaran Diskusi. Surabaya: PSMS Unesa.

 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah.

Nama Anggota Kelompok / Kelas :

1. .../... ...

2. .../... ...

(23)

Melakukan percobaan hukum Hooke untuk menentukan konstanta pegas berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang

dengan menggunakan pegas spiral.

I.

Standar Kompetensi

1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

II.

Kompetensi Dasar

1.3 Menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan.

III.

Indikator

A. ASPEK KOGNITIF

1. Proses

1) Menganalisis hubungan antara pertambahan gaya (F) dengan pertambahan panjang pegas (∆x).

2) Menentukan besar konstanta pegas berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang melalui percobaan Hooke.

3) Menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan.

B. ASPEK PSIKOMOTOR

1) Terampil merakit alat dan bahan (rangkaian)

percobaan hukum Hooke untuk menentukan konstanta pegas berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang dengan menggunakan pegas spiral.

2) Mengukur perubahan panjang pegas dengan

(24)

IV.

Tujuan Pembelajaran

A. ASPEK KOGNITIF

1. Proses

1) Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, siswa dapat menganalisis hubungan antara pertambahan gaya (F) dengan pertambahan panjang pegas (∆x) sesuai dengan Kunci LKS “Elastisitas”.

2) Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, siswa dapat menentukan besar konstanta berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang melalui percobaan Hooke sesuai dengan Kunci LKS “Elastisitas”.

3) Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, secara mandiri siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan sesuai dengan Kunci LKS “Elastisitas”.

B. PSIKOMOTOR

1) Dengan diberikan alat dan bahan serta LKS “Elastisitas”, siswa dapat terampil merakit alat dan bahan (rangkaian) percobaan hukum Hooke untuk menentukan konstanta pegas berdasarkan pertambahan gaya dan pertambahan panjang dengan menggunakan pegas spiral sesuai dengan rincian tugas kinerja dalam LKS “Elastisitas”.

(25)

V.

Materi

Elastisitas (Gaya Pegas – Hukum Hooke) Hukum Hooke

Hukum Hooke menyatakan bahwa “ jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka pertambahahn panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”. Secara matematis ditulis F = k ∆x.

VI.

Metode

Percobaan / Demonstrasi

VII.

Tujuan Percobaan

a. Menentukan hubungan antara pertambahan beban (F) dengan pertambahan panjang pegas (∆x).

b. Menghitung Konstanta Pegas

VIII. Rumusan Masalah

a. ... ...

b. ... ...

IX.

Hipotesis

a. ... ...

b. ... ...

(26)

M

A B

1) Statif dengan klem : 1 Buah 2) Pegas bentuk spiral : 1 Buah

3) Beban : Secukupnya

4) Penggaris : 1 Buah

5) Neraca : 1 Buah

XI.

Variabel Percobaan

 Variabel Percobaan

a. Variabel Kontrol : ... b. Variabel Manipulasi : ... c. Variabel Respon : ...

 Definisi Operasional Variabel Kontrol

... ... ... ...

 Definisi Operasional Variabel Manipulasi

... ... ... ...

 Definisi Operasional Variabel Respon

... ... ... ...

XII. Rancangan Percobaan

(27)

XIII.

Langkah Kerja

a. Mengukur panjang awal (X0) pegas dengan penggaris

kemudian menyusun pegas seperti gambar di atas (menggantungkan pegas pada statif)!

b. Mengukur massa beban dengan menggunakan neraca! c. Menggantungkan beban ke ujung bebas pegas, kemudian

mengukur panjang akhir (X) dan menghitung pertambahan panjang (ΔX) pegas setelah mengalami pembebanan!

d. Mengulangi langkah 2 dan 3 dengan menambah massa beban yang berbeda!

e. Mencatat hasil pengamatan pada tabel!

f. Membuat grafik berat beban terhadap pertambahan

panjang pegas!

XIV. Hasil Percobaan

Tabel 1 : Data hasil percobaan

(28)

Gambar

Gambar : Rancangan Percobaan
Tabel 1 : Data hasil percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Cases Used Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table... The minimum expected count

Mineral-mineral batuan mempunyai keragaman dalam ketahanannya terhadap pelapukan, sehingga mineralogi bahan induk akan sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, selain

Dengan makna tarajji, dapat kita artikan bahwa orang yang berpuasa berharap dengan perantaraan puasanya ia dapat menjadi orang yang

Kolektor surya merupakan sebuah alat yang mampu menyerap sinar radiasi matahari, sehingga dapat memanaskan udara yang ada di dalam ruang kolektor tersebut. Panas di

BADAN PENGELOLA 1 SARANA PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI

c. terjadi reaksi disosiasi dalam elektrolit, e. proses difusi pada permukaan elektroda, f. reaksi elektrokimia pada permukaan sensor. Arus reduksi akan terjadi pada

Berbagai capaian kinerja peningkatan produksi pangan strategis merupakan hasil dari terobosan kebijakan/regulasi yang ditempuh, meliputi: (1) merevisi prosedur pengadaan dari

In another study, probiotic yoghurt supple- mented with 3 % inulin had lower flavour and non- oral texture scores than those of the control sample whereas inulin addition did