• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INDEPENDENSI PENGALAMAN KERJA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH INDEPENDENSI PENGALAMAN KERJA D"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN KERJA, DAN DUE

PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS HASIL AUDIT

(Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat di Bali)

1

Putu Indra Mahardika,

1

Edy Sujana,

2

I Gusti Ayu Purnamawati

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {indramahardika948@gmail.com, edysudjana_bali@yahoo.com

ayupurnama07@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi, pengalaman kerja, dan due professional care terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam pengumpulan data penelitian menggunakan instrumen kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Inspektorat kabupaten Buleleng, Inspektorat Kota Denpasar dan Inspektorat Provinsi Bali. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling, dengan sampel 37 responden. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan survey melalui pembagian kuesioner kepada responden. Analisis data penelitian menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan program SPSS versi 20.00.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Independensi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, (2) Pengalaman kerja secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, (3) Due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit, dan (4) Independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Kata kunci: independensi, pengalaman kerja, due professional care, dan kualitas hasil audit

Abstract

The study was conducted for the purpose of obtaining empirical evidences of the effect of independency, working experiences, and due professional care on the quality of the auditing output. It utilized a quantitative design involving the population of all auditors working under the inspectorate office in Buleleng, Denpasar and those in Bali; 37 respondents were selected as the samples based on purposive sampling technique. The data were obtained by survey by distributing questionnaires to the respondents. The analysis was conducted by using multiple regression supported by SPSS for Windows version 20.00

The results indicated that (1) independency had a positive and significant effect on the quality of the auditing output, (2) working experiences had a positive and significant effect on the quality of the auditing output, and (3) due professional care had a positive and significant effect on the quality of the auditing output, and (4) independency, working experiences, and due professional care had a positive and significant effect on the quality of the auditing output.

Key words: independency, working experiences, and due professional care, quality of the

(2)

PENDAHULUAN

Guna Mewujudkan Good Government yang baik, pelaksanaan akuntabilitas sektor publik semakin dituntut untuk tetap dilakukan agar terwujudnya good governance. Ini dikarenakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001).

Untuk pengembangan pemerintah yang baik ( good governance) terdapat tiga aspek yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap

pemerintah daerah adalah inspektorat daerah, dimana inspektorat memiliki tugas yang sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005 : 193). Sehingga Inspektorat memegang peranan penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan.

Hasil pemeriksaan inspektorat di masing-masing kota di Bali tidak menemukan hasil yang baik. Masih terdapat tindakan tindakan penyelewengan yang dilakukan. Berikut beberapa tindakan penyelewengan yang terjadi di Bali:

Tabel 1.1 Kasus penyelewengan yang terjadi

NO KASUS KERUGIAN

NEGARA TEMPAT

1 Kasus korupsi dana promosi pariwisata di Dinas

Pariwisata Rp 97 juta.

Provinisi Bali

2 Korupsi Pengadaan Mesin Uji Emisi oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dishub Bali

Rp 1,203 miliar.

Provinsi Bali

3 Penyelewengan dana APBD Bali Rp 184,970 miliar

Provinsi Bali

4

Kasus dugaan korupsi Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pengadaan sound system, lighting, dan CCTV di UPT Taman Budaya atau Art Center.

Rp 6 miliar lebih.

Provinsi Bali

5

Kasus korupsi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Denpasar Selatan, Kota Denpasar

Rp 236 juta.

Kota Denpasar

6 Kasus dugaan korupsi pajak reklame Dinas Pertamanan dan Kebersihan (DKP)

Rp 1,2 miliar

Kota Denpasar

7 Kasus korupsi upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan Kehutanan Perkebunan dan Pertambangan

Rp 1.6 miliar

Kab. Buleleng

8 Kasus Korupsi Pembelian alat berat di Dinas Bina Marga, Pengairan dan Pertambangan (kini Dinas PU)

Rp 500 juta.

Kab. Buleleng (Sumber : Data diolah, 2016)

Melihat penyimpangan - penyimpangan yang terjadi pada kabupaten/kota tersebut, ada indikasi bahwa kantor Inspektorat tidak lagi berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Munculnya temuan hasil pemeriksaan operasional Inspektorat tidak terlepas dari peran serta tim pemeriksa yang bertugas dalam mendeteksi kerugian daerah. Oleh karena itu peran auditor sangat dituntut untuk memberikan hasil pemeriksaan yang berkualitas sehingga mampu mengamankan dan menyelamatkan

kekayaan negara dari kemungkinan penyimpangan.

(3)

dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya. Semakin memburuknya independensi auditor akhir-akhir ini menjadi penyebab utama terjadinya kebangkrutan dan skandal korupsi di berbagai perusahaan ataupun di pemerintahan.

Sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik menyatakan bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens, 2004). Pengalaman memberikan dampak pada setiap pengambilan keputusan dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan suatu keputusan yang tepat bagi semua pihak. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dimiliki auditor akan mempengaruhi kualitas auditnya, mereka menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

Due Professional Care juga penting diterapkan oleh auditor di dalam pelaksanaan tugas-tugas auditnya. Due professional care mengacu pada kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai. Skeptisme profesional adalah sebuah sikap yang harus dimiliki oleh auditor profesional. Sikap yang dimaksud yaitu menyeimbangkan antara sikap curiga dan sikap percaya.

Menurut Mansur (2007 : 42), audit kinerja yang sesuai dengan GAGAS (Generally Accepted Government Auditing Standards) harus memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor. Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor

dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan dalam melaksanakan pekerjaan audit agar tujuan dapat tercapai.

Penelitian ini penting karena masih sangat banyak ditemukan adanya kasus kasus penyelengan yang menyebabkan kerugian daerah hampir di seluruh Indonesia khususnya di Bali. Kualitas dari laporan keuangan dan hasil audit masih dipertanyakan. Disinilah peranan auditor internal khususnya Inspektorat dengan pengetahuan yang dimiliki mampu mendeteksi kerugian daerah yang terjadi sehingga jumlah uang kas dan aset daerah akan terlindungi.

Terkait dengan banyak topik yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati, dkk (2016) yang berjudul pengaruh tingkat pendidikan formal, integritas, kompetensi serta konservatisme terhadap kualitas audit (studi empiris pada 3 kantor inspektorat di Bali). Perbedaannya dalam penelitian ini yaitu adanya variabel baru dan tempat penelitian yang berbeda. Variabel baru yang dimaksud adalah Independensi, Pengalaman Kerja, dan Due Profesional Care.

Ada beberapa permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut yaitu (1). Apakah independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit ? (2). Apakah pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit ? (3). Apakah due profesional care berpengaruhpositif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit ? (4). Apakah independensi, pengalaman kerja ,due profesional care secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit ?

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh independensi, pengalaman kerja, dan due professional care terhadap kualitas hasil audit.

(4)

dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Dalam hal ini auditor harus mempunyai sikap yang independen, yaitu sikap tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain atau dalam mempertimbangkan fakta dan dan dalam pengambilan keputusan. Sehingga dapat meminimalkan kesalahan atau kecurangan dan dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Jadi semakin tinggi independensinya seorang auditor maka kualitas audit yang diberikan akan semakin baik, tetapi jika semakin rendah independensi maka akan semakin tidak baik kualitas hasil pemeriksaan audit.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1: Independensi secara signifikan berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit

Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis. Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk, 2007). Biantong (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Biantong (2016) juga menyatakan Jika tingkat

pengalaman kerja auditor tinggi, maka auditor akan dengan mudah melakukan tugas-tugas auditnya sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H2 : Pengalaman Kerja secara signifikan berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit.

Due Professional Care adalah sikap mutlak yang lain yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme profesional dan keyakinan yang memadai. Penggunaan due professional care dengan seksama dan cermat akan memberikan keyakinan yang memadai pada auditor untuk memberikan opini bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecuranga ataupun kekeliruan. Dalam pelaksanaan praktik profesi akuntan publik, memiliki sikap yang cermat dan seksama serta berpikir kritas sangat penting. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dea Arisanti (2013) yang menyatakan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Biantong (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dimana, jika auditor menerapkan sikap due professional care selama pelaksanaan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, jika auditortidak memiliki sikap due professional care dalam melaksanakan audit, auditor akan percaya begitu saja terhadap setiap pernyataan auditee serta kurang teliti sehingga kualitas auditnya akan rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H3 :Due Professional Care secara signifikan berpengaruh positif terhadap Kualitas Hasil Audit.

(5)

sikap tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain atau dalam mempertimbangkan fakta dan dan dalam pengambilan keputusan. Sehingga dapat meminimalkan kesalahan atau kecurangan dan dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Dengan demikian juga auditor akan memiliki pengalaman kerja yang cukup. Pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara psikis. Semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk, 2007). Dengan pengalaman kerja yang bertambah maka akan membuat auditor memiliki sikap due professional care lebih baik lagi. Penggunaan due professional care dengan seksama dan cermat akan memberikan keyakinan yang memadai pada auditor untuk memberikan opini bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecuranga ataupun kekeliruan. Kinerja auditor harus ditingkatkan karena dari kegiatan inilah kita bisa mengetahui kemungkinan adanya indikasi yang terjadi dalam suatu entitas. Perbuatan merugikan daerah digolongkan sebagai perbuatan korupsi sebagai akibat penyalahgunaan kewenangan, jabatan, kedudukan, kesempatan dan sarana yang ada dalam rangka memperkaya diri sendiri atau korporasi. Biantong (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa pengalaman kerja, independensi, dan due professional care berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit. Biantong (2016) juga menjelaskan bahwa jika auditor memiliki pengalaman kerja yang cukup serta menerapkan sikap independen dan due professional care selama pelaksanaan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, maka kualitas audit yang dihasilkan akan rendah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H4 : Independensi, Pengalaman Kerja, dan Due Professional Care secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas Hasil Audit

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan akan dianalisis menggunakan bantuan program SPSS. Berdasarkan sumbernya, penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer yang bersumber dari jawaban responden yang dikumpulkan oleh peneliti serta data sekunder berupa data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian mengenai gambaran umum lokasi penelitian, jumlah dan nama sekolah.

Populasi dalam penelitian ini seluruh auditor yang berada di Kantor Inspektorat di Bali. Teknik pengambilan sampel dalam Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, kriteria yang telah ditetapkan yaitu (1) Memiliki pendidikan minimal sarjana (2) Mempunyai pengalaman kerja minimal satu tahun, karena telah memiliki waktu dan pengalaman untuk beradaptasi serta menilai kinerja dan kondisi lingkungan kerjanya.. Sehingga sampel yang digunakan sebanyak 37 responden.

Data didapat dari hasil pengisian kuisioner dianalisis secara statistik. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Setiap pertanyaan pada kuisioner akan disediakan lima alternatif jawaban yaitu (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) kurang setuju, (2) tidak setuju dan (1) sangat tidak setuju. Butir pernyataan kuesioner untuk Variabel independensi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Artadharma (2016). Pengukuran variabel pengalaman kerja menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009). Pengukuran variabel due professional care menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Biantong (2016). Variabel kualitas hasil audit di ukur dengan instrumen yang di kembangkan oleh Sukriah, dkk (2009).

(6)

berganda, terlebih dahulu data akan diuji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas,dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Responden penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada kantor inspektorat provinsi bali, kota denpasar dan kabupaten buleleng. Jumlah kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah sebanyak 37 buah yang merupakan sampel pada penelitian ini,kuesioner yang kembali adalah sebanyak 37 kuesioner sehingga disini seluruh kuesioner kembali. Syarat minimum suatu kuesioner dikatan valid adalah jika korelasi antara butir dengan skor totalnya positif dan lebih besar dari Rtabel (Rhitung >0,3246). Hasil dari uji instrumen validitas diperoleh bahwa nilai Pearson Correlation untuk setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,3246 sehingga dapat dinyatakan valid. Hasil dariuji instrumen realibilitas yang diperolehuntuk variabel Independensi adalah 0,802 untuk Pengalaman Kerja 0,792 untuk variabel Due Professional Care 0,914 serta 0,723 untuk variable Kualitas Hasil Audit. Karena seluruh variabel mempunyai nilai Cronbach’s Alpha> 0,70 maka data dinyatakan reliabel.

Hasil pengujian normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig 0,095 lebih besar dari tingkat alpha atau tingkat kesalahan yang telah ditetapkan yaitu 0,05 artinya data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Hasil uji multikolonearitas menunjukkan nilai tolerance dan VIF untuk variable independensi adalah 0,627dan 1,594, variabel pengalaman kerja, memiliki nilai tolerance dan VIF yaitu 0,593 dan 1,687. Untuk variabel due professional care mempunyai nilai tolerance dan VIF masing-masing 0,776dan 1,288. Semua variabel memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

Hasil uji heteroskedastisitas diperoleh nilai signifikansi untuk variabel independensi sebesar 0,684 variabel pengalaman kerja 0,112 untuk variabel due professional care memiliki nilai signifikansi 0,816 Nilai signifikansi untuk masing-masing variabel lebih besar dari alpha 5% (α > 0,05) sehingga dapat dinyatakan model regresi terbebas dari masalah heterokedastisitas.

Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda yang dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 20.00, yang disajikan pada tabel 2 berikut ini

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear berganda

Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.400 3.290 2.553 .015

X1 .253 .092 .294 2.737 .010

X2 .281 .106 .294 2.655 .012

X3 .494 .097 .492 5.089 .000

a. Dependent Variable: Y (Sumber: Data diolah, 2017)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui seberapa besar pengaruh independensi, pengalaman kerja, dan due professional care terhadap kualitas hasil audit . persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = 8,400 + 0,253X1 +0,281X2+ 0,494X3 +ei

Dimana:

Y = Kualitas Hasil Audit X1 = Independensi X2 = Pengalaman Kerja X3 = Due Professional Care e =Standard error

(7)

menyatakan bahwa apabila terjadi variabel independen independensi (X1), pengalaman kerja(X2), due professional care (X3) sama dengan nol, maka variabel dependen kualitas hasil audit (Y) adalah sebesar 8,400.

2. Nilai koefisien β1 = 0,253X1

menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel independensi (X1) terhadap kualitas hasil audit (Y) sebesar 0,253. Hal ini berarti apabila variabel independen independensi (X1) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel kualitas hasil audit (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,253 satuan.

3. Nilai koefisien β2 =

0,281X2menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel pengalaman kerja (X2) terhadap kualitas hasil audit (Y) sebesar 0,281. Hal ini berarti apabila variabel independen pengalaman kerja (X2) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel kualitas hasil audit (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,281satuan.

4. Nilai koefisien β3 = 0,494X3 menunjukkan bahwa bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel due professional care (X3) terhadap kualitas hasil audit (Y) sebesar 0,494 Hal ini berarti apabila variabel independen due professional care (X3) naik sebesar 1 satuan dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan, maka variabel kualitas hasil audit (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,494 satuan.

Berdasarkan hasil uji t terhadap Independensi (X1) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 2,737 >0,3246 dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,010< 0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,253. Angka tersebut menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau H1 diterima, yang artinya independensi secara signifikan berpengaruh positif

terhadap kualitas hasil audit. Pengalaman Kerja (X2) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 2,655>0,3246 dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,012< 0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,281. Angka tersebut menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau H2 diterima, yang artinya pengalaman kerja secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.Berdasarkan hasil uji t terhadap Due Profesional Care (X3) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 2,747 >1,697 dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,007< 0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,494. Angka tersebut menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau H2 diterima, yang artinya due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Berdasarkan hasil uji F, nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel atau 34,917 >2,88 dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,000 < 0,05, maka H04 ditolak atau Ha4 diterima. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care terhadap kualitas hasil audit.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) = 0,739. Hal ini mengandung pengertian bahwa 73,9% variabel kualitas hasil audit dapat dijelaskan oleh variabel independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care, sedangkan sisanya sebesar 26,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk ke dalam model penelitian.

PEMBAHASAN

Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Hasil Audit

(8)

terhadap kualitas hasil audit. Hal tersebut berarti membuktikan bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Dalam hal ini auditor harus mempunyai sikap yang independen, yaitu sikap tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain atau dalam mempertimbangkan fakta dan dan dalam pengambilan keputusan. Sehingga dapat meminimalkan kesalahan atau kecurangan dan dapat menghasilkan kualitas audit yang baik. Jadi semakin tinggi independensinya seorang auditor maka kualitas audit yang diberikan akan semakin baik, tetapi jika semakin rendah independensi maka akan semakin tidak baik kualitas hasil pemeriksaan audit.

Secara umum kedua indikator yang digunakan untuk mengukur variabel independensi sudah tercapai, dimana yang artinya auditor yang bekerja pada Kantor Inspektorat sudah menjalankan aspek aspek independensi dalam melakukan kegiatan pemeriksaan. Indikator bebas dari segala kepentingan lebih mendominasi dibandingkan dengan indikator lainnya karena dalam kegiatan pemeriksaan auditor harus bebas dari segala kepentingan terhadap perusahaan dan laporan yang dibuatnya. Kebebasan itu mencakup bebas secara nyata (independen infact), yaitu ia benar-benar tidak mempunyai kepentingan ekonomis dalam perusahaan yang dilihat dari keadaan yang sebenarnya, bebas secara penampilan (independen in appearance), yaitu kebebasan yang dituntut bukan secara fakta, tetapi juga harus bebas dari kepentingan yang kelihatannya cenderung dimilikinya dalam perusahaan tersebut. Harahap (1991).

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Purnamawati, dkk (2016) dengan judul Pengaruh Pengetahuan Audit, Objektivitas dan Independensi Terhadap Pendeteksian Temuan Kerugian Daerah (Studi Empiris Pada 3 Kantor Inspektorat Provinsi Bali). Hasil dari penelitian tersebut salah satunya menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian temuan kerugian daerah. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Untuk meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar

independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit

Berdasarkan hasil uji t terhadap Pengalaman Kerja (X2) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 2,655>0,3246 dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,012< 0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,281. Angka tersebut menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau H2 diterima, yang artinya pengalaman kerja secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya akan semakin kaya dan luas dan memungkinkan peningkatan kinerja. Jadi, dapat dikatakan bahwa jika seseorang melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus, maka akan menjadi cepat dan lebih baik dalam menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah benar-benar memahami teknik atau cara menyelesaikannya, serta telah banyak mengalami berbagai hambatan atau kesalahan dalam pekerjaan tersebut, sehingga dapat lebih cermat menyelesaikannya.

(9)

2005). Jika auditor tersebut memiliki pengalaman kerja sebelumnya, maka akan memberikan nilai tambah terhadap dirinya. Indikator yang diukur dalam variabel pengalaman adalah dari lama auditor bekerja pada bidang audit. Pengalaman diukur dari tahun sejak auditor bekerja dibidang audit menjadi auditor.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Biantong (2016) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Jika tingkat pengalaman kerja auditor tinggi, maka auditor akan dengan mudah melakukan tugas-tugas auditnya sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan baik. Sebaliknya, jika pengalaman kerja yang dimiliki auditor rendah, maka dalam melaksanakan tugasnya auditor akan mendapatkan kesulitan-kesulitan sehigga kualitas audit yang dihasilkan akan rendah pula.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Purnamawati, dkk (2015) dengan judul Pengaruh Pengalaman, Otonomi, dan Etika profesi Terhadap Kinerja auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali). Hasil dari penelitian tersebut salah satunya menunjukkan bahwa pengalaman kerja auditor berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Provinsi Bali. Jika auditor telah memiliki kinerja yang baik selama pelaksanaan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, jika auditor tidak memiliki memiliki kinerja yang baik selama pelaksanaan audit, maka kualitas audit yang dihasilkan akan kurang baik.

Pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Hasil Audit

Berdasarkan hasil uji t terhadap Due Profesional Care (X3) menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel atau 2,747 >1,697 dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,007< 0,05 dan memiliki koefisien positif sebesar 0,494. Angka tersebut menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian H0 ditolak atau H3 diterima, yang artinya due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Hal tersebut berarti membuktikan bahwa due professional care berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Dalam pelaksanaan praktik profesi akuntan publik, memiliki sikap yang cermat dan seksama serta berpikir kritis sangat penting agar selama pelaksanaan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, jika auditor tidak memiliki sikap due professional care dalam melaksanakan audit, auditor akan percaya begitu saja terhadap setiap pernyataan auditee serta kurang teliti sehingga kualitas auditnya akan rendah.

Secara umum kedua indikator yang digunakan untuk mengukur variabel due professional care sudah tercapai, dimana yang artinya auditor yang bekerja pada Kantor Inspektorat sudah menjalankan aspek aspek due professional care dalam melakukan kegiatan pemeriksaan. Indikator lainnya karena rendahnya sikap skeptisme professional yang dimiliki akan mengurangi kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan sehingga auditor tidak mampu memenuhi tuntutan untuk menghasilkan laporan yang berkualitas. Padahal jika auditor mampu mendeteksi adanya temuan dan keadaan yang sesungguhnya dalam laporan keuangan klien maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Biantong (2012) yang menyatakan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Biantong (2012) juga berpendapat bahwa jika auditor menerapkan sikap due professional care selama pelaksanaan audit maka kualitas audit yang dihasilkan akan lebih baik. Begitu pula sebaliknya, jika auditor tidak memiliki sikap due professional care dalam melaksanakan audit, auditorakan percaya begitu saja terhadap setiap pernyataan auditee serta kurang teliti sehingga kualitas auditnya akan rendah.

Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, dan Due Profesional Care Terhadap Kualitas Hasil Audit.

(10)

audit. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 dengan p value 0,000 atau 0,000 < 0,05. Hasil ini didukung oleh hasil perhitungan nilai f hitung 34,917 > f tabel 2,88. Hal ini menunjukkan bahwa independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Selain itu ditunjukkan hasil Adjusted R square sebesar 0,739 yang menunjukkan bahwa 73,9 persen variabel pendeteksian temuan kerugian daerah dapat dijelaskan oleh variabel bahwa independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care, sedangkan sisanya sebesar 26,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk ke dalam model penelitian. Hal tersebut berarti apabila bahwa independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care ditingkatkan, kualitas hasil audit akan semakin meningkat.

Penelitian ini sejalan dengan teori atribusi dimana Atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Menurut Myers (1996), kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Perilaku itu disebabkan olek faktor disposisional (faktor internal/dalam), misalnya sifat, karakter, sikap, dan lain sebagainya, atau disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu (Luthans, 2005). Dengan mengetahui sikap pada diri sesorang maka akan dapat diduga respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap masalah atau keadaan yang akan dihadapi. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Karakteristik personal dapat mempengaruhi auditor untuk bertindak, jujur, adil, tegas tanpa dipengaruhi tekanan maupun permintaan dari pihak tertentu atau kepentingan pribadi. Yang nantinya akan mempengaruhi auditor

dalam mengambil judgment yang berkualitas.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Biantong (2012) yaitu variabel pengalaman kerja, independensi, dan due professional care secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Ada tiga poin standar umum pada standar auditing. Standar umum pertama mengharuskan auditor memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai.Standar umum kedua mengharuskan auditor untuk senantiasa menjaga sikap mental independen dalam melaksanakan audit dan melaporkan temuan-temuannya.Sementara itu, Standar umum ketiga mengharuskan auditor untuk menerapkan sikap due professional care dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan audit.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai pengaruh independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care terhadap kualitas hasil audit pada kantor inspektorat di Bali maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa independensi secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

2. Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa pengalaman kerja secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

3. Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

4. Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa independensi, pengalaman kerja, dan due profesional care secara signifikan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Saran

Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian serta untukkesempurnaan penelitian selanjutnya yaitu :

1) Bagi Auditor

(11)

berani untuk selalu memberikan pendapat terhadap temuan temuan atau fakta fakta dalam melakukan pemeriksaan.

2. Auditor bekerja pada inspektorat daerah harus lebih membekali diri dengan pengalaman dimana semakin banyak tugas yang didapat maka akan menambah pengalaman seorang auditor. Sehingga dengan demikian kualitas audit yang dihasilkan akan lebih akurat.

3. Auditor bekerja pada inspektorat daerah disarankan untuk memiliki keyakinan yang memadai dalam mengevaluasi bukti audit agar laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

2) Bagi Peneliti

a. Penelitian selanjutnya hendaknya memilih variabel yang lebih baru dan belum pernah digunakan dalam penelitian lainya, misalnya, kompleksitas audit, motivasi, atau tekanan anggaran waktu. b. Penelitian selanjutnya

sebaiknya melibatkan responden dari auditor independent tidak hanya auditor pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. Alvian, Randal J. E. & Mark SB. 2005. Auditing and Assurance Services And Integrated Approach. Edisi Keduabelas. Jakarta: Erlangga.

Arianti, Pariardi Komang. 2014. Pengaruh Integritas, Obyektivitas, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit di Pemerintah Daerah (Studi Pada Inspektorat Kabupaten Buleleng). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha.

Artadharma I B Angge, Anantawikrama Tungga Atmadja, I Gusti Ayu Purnamawati. 2016. Pengaruh Pengetahuan Audit, Objektivitas dan Independensi Terhadap Pendeteksian Temuan Kerugian Daerah (Studi Empiris Pada 3 Kantor Inspektorat Provinsi Bali). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha.

Biantong, Erniyanti. 2016. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan Due Professional Care Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.Makassar.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, Abdul. 2003. Auditing 1 (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Ikatan Akuntan Publik Indonesia.2011. SPAP SA 200.Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Juliani, Putu Yuni,I Gusti Ayu Purnamawati, Anantawikrama Tungga Atmadja. 2016.Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal, Integritas, Kompetensi Serta Konservatisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada 3 Kantor Inspektorat Di Bali). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

(12)

Pengalaman, Otonomi, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta: Salemba Empat.

Pancawati, Rachmawati. 2009. Pengaruh Due Professional Care, Etika, dan Tenur Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. FE Unisbank Semarang.

Sari, Eka Novia. 2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Due Professional CareTerhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Dki Jakarta Dan Tangerang. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sawyer, B, Lawrence.Et.Al (2006).Internal Auditing.Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.2006.

Singgih, Elisha M dan Bawono, Icuk R. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big

Four” di Indonesia). Makalah

disampaikan dalam simposium Nasional Akuntansi. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. 13-15 Oktober 2010

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut terjadi dikarenakan dengan semakin besar nilai variance threshold yang digunakan maka pada saat justifikasi dengan fuzzy IR dilakukan toleransi yang

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS AKSELERASI 1 SMP NEGERI 1 PURWOKERTO DITINJAU DARI CREATIVITY QUOTIENT (CQ)

karena berkat Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Modifikasi Perencanaan Apartement Bale Hinggil Surabaya Dengan Menggunakan Sistem Struktur

Maka menurut pendapat yang telah disebutkan diatas, gadai (rahn) berarti menahan berupa barang/benda yang menjadi milik si peminjam (rahin) sebagai jaminan/pinjaman atas

Dari sini juga terjadi pernyimpangan terhadap kesakralan lembaga pernikahan yang mengatur bahwa hubungan suami istri (seks) hanya boleh dilakukan setelah menikah akan

Untuk mendapatkan desain akhir berupa Pusat Perawatan Kecantikan Herbal di Tawangmangu, metode yang digunakan mengacu pada konsep Ekologi Arsitektur yang diaplikasikan

In a note addressed to the Secretary-General, the Permanent Mission of the Republic of China stated that the allegations contained in the above-mentioned communications are

kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) Pangan Organik No 6729- 2010 yang memiliki ketentuan sebagai berikut, benih atau bibit yang digunakan harus sesuai dengan