• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Pertanian Berdikari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Pertanian Berdikari"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Kata Pengantar...1

Pendahuluan...3

PHT Dulu Baru Organik...7

Mengapa Harus Pertanian Organik ?...11

Pertanian Organik di Sumbar...17

Institut Pertanian Organik-IPO...21

Teknis Pertanian Organik...27

Kemandirian Petani - Ketika Pingsan di Kebun...37

- Lawan jadi Kawan...41

- Kewalahan Memenuhi Permintaan Pasar...45

- Dari Santiago ke Italia...47

- Gagal, Keberhasilan Tertunda...53

- Sejak Bertani, Bumi Tak Goyang Lagi...61

- Produk Orientasi Pasar...67

- Dari Petani untuk Petani...73

- Swasembada Benih...79

Apa Kata Pakar? - Menjadikan Petani Kreatif dan Inovatif...83

- Pengendalian Hama Kunci Sukses...87

Lampiran...95

(2)

Berdaulat dalam bidang politik, Berdikari dalam bidang Ekonomi dan Berkepribadian dalam bidang kebudayaan. Tri Sakti yang selalu didengu-ngkan Presiden RI, Ir Joko Widodo merupakan satu kesatuan cita-cita luhur yang dicetuskan oleh founding father, Indonesia Ir Soekarno.

Indonesia adalah negara agraris, rakyatnya dominan bermata pencaharian di pertanian, bagaimana nasib petani dewasa ini? Secara nasional sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar dari angka kemiskinan Artinya apa? Hidup petani Indonesia masih dicekik oleh lilitan kemiskinan.

Banyak faktor yang menyebabkannya mulai dari nilai tukar hasil pertanian yang rendah, harga yang fluktuatif hingga ketergantungan petani kepada sarana produksi yang harganya relatif tinggi dan cendrung naik. Persoalan ini dinilai sebagai salah satu penyebab utama kemiskinan dan lebih ironisnya telah berlangsung bertahun-tahun.

Sebagai solusi, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Petanian menawarkan sistem pertanian organik. Sistem yang mampu menimalkan biaya produksi. Logikanya, biaya saprodi ditekan serendah mungkin, karena dibuat sendiri oleh petani. Jika biaya produksi mampu ditekan dengan sendirinya, pendapatan bagi petani dapat ditingkatkan.

Adapun hakikat sistem pertanian organik mendidik para petani untuk berdikari, dan tidak bergantung kepada pihak lain. Dari kesemuanya itu, tujuan mulia untuk “memerdekakan” petani dari biaya tinggi sebagai hulu dari kemiskinan .

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat

Ir. Djoni

NIP. 195508151982031012

(3)

Alam Takambang Jadikan Guru, pituah usang yang tak akan dimakan zaman itu, telah mengajarkan dari generasi ke generasi khususnya di ranah Minang tentang keselarasan hidup yang berpedoman kepada keseimbangan alam. Semua yang diciptakan Tuhan ada manfaatnya, apabila salah satu timpang maka manusia harus bersiap-siap menerima akibatnya. Sebab, alam diciptakan dalam bentuk kesatuan, yang terdiri dari beragam organisme yang saling melengkapi. Ibarat tubuh, yang terdiri dari beragam organ yang saling mempengaruhi. Apabila salah satu organ tersebut sakit maka akan berpenguruh pada organ lain. Demikian diantara roh dasar dari pertanian organik.

Secara sederhana, sistem pertanian organik dapat dipahami sebagai proses budidaya pertanian yang mengutamakan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman komoditas yang ditanam, serta memanfaatkan bahan alami yang terdapat di lingkungan sekitar dan yang lebih penting tidak mengunakan sarana produksi yang mengandung bahan kimia seperti pupuk dan pestisida. Sementara untuk benih tidak mengunakan hasil rekayasa genetik. Sementara kalau dipandang dari sudut pandang pertanian organik, maka sistem pertanian yang mengunakan bahan kimia disebut dengan pertanian konvensional.

Perjalanan waktu telah membuktikan bahwa, egoisme manusia dalam meningkatkan produksi kebutuhan hidupnya terutama pangan menyebabkan kerusakan lingkungan. Pengunaan pupuk dan pembasmi hama sintetis yang mengandalkan bahan kimia serta bibit yang direkayasa oleh pabrik lambat laun telah merusak ekosistem. Harus diakui, pada tahap awal pengunaan sarana produksi itu mampu melipatgandakan hasil panen, namun jangka panjang dampak yang dihasilkan sangat merugikan petani itu sendiri.

Dewasa ini, persoalan itu mulai memperlihatkan akibatnya. Alih-alih meningkatkan produksi, malah daya dukung lahan makin menurun yang

(4)

berakibat pada penurunan hasil panen. Semua itu karena keseimbangan alam terganggu seperti mikroorganisme yang berguna bagi kesuburan tanah nyaris punah. Sementara, hama dan penyakit yang diharapkan musnah malah mengalami kekebalan terhadap pestisida sintetis itu. Akibatnya dibutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi utnuk membasminya. Sehingga lingkaran setan akan muncul dengan sendirinya. Dampak itu semua, petani dan konsumen bakal menghadapi keracunan yang lambat-laun bakal menjadi bom waktu yang suatu saat bakal meledak.

Walau agak terlambat, dewasa dunia mulai gencar dengan gerakan back to nature, yang berdampak pada keseriusan untuk memproduksi segala kebutuhan hidup manusia yang berorentasi alam. Jangankan bidang pertanian yang langsung bersentuhan dengan alam, sektor industri saja sudah berorentasi go green dalam proses produksinya. Dan semua itu nantinya akan berdampak pada diterima atau ditolaknya produk tersebut di pasar dunia

(5)

prinsip perlindungan, pertanian organik harus dikelola secara hati -hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Secara filosofis pertanian organik mempunyai tujuan agar petani berdikari. Berdikari dari semuanya, mulai bibit, benih, pupuk, irigasi dan sebagainya. Dalam pertanian organik petani harus melepaskan ketergantungan dari perusahaan pupuk dan obat-obatan. Petani harus bekerja keras untuk membuat pupuk dan obat-obatan sendiri. Pertanian organik dilakukan tanpa ada ketergantungan dari perusahaan. Meskipun perusahaan tersebut menciptakan pupuk dan obat-obatan organik. Sebagaimana diketahui, faktor luar tadi diantara penyebab petani masih berada pada lingkaran kemiskinan hal ini dilatarbelakangi oleh biaya pembelian yang semakin tinggi dalam berusaha tani. Sehingga menggerus pendapatan yang diperoleh petani.

Sehingga dalam sistem pertanian organik ini tidak hanya segi kesehatan, dan lingkungan saja yang terselamatkan namun terlebih lagi dari segi ekonomi dan pun ikut terjaga. Oleh kerena itu banyak sisi yang dapat diperbaiki dengan sistem yang mulai berkembang sejak tahun 1980 an tersebut.

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pola pertanian organik harus diterapkan demi kehidupan yang lebih baik. Bagaimana perkembangannya di Sumatera Barat?

(6)

Teriknya matahari yang membakar kulit dan guyuran hujan ketika membajak, menanam dan menyiagi padi di sawah sepertinya tak dihiraukan petani demi mendapatkan hasil panen yang berlimpah. Perjuangan tanpa lelah itu dilakoni setiap saat, agar tanaman dapat tumbuh subur dan mampu mencukupi kebutuhan hidup. Angan dan asa ditompangkan pada setiap tunas dan helaian daun yang baru muncul hingga munculnya bulir yang bakal menjadi padi. Mungkin dapat dibayangkan, apabila asa tersebut terenggut oleh serangan hama atau penyakit. Petani sebagai pengelola tentu tak akan rela cucuran keringatnya bakal sia-sia akibat ulah hama dan penyakit tersebut.

Segala daya dan upaya tentu mereka kerahkan agar serangan hama dan penyakit dapat diantisipasi sedini mungkin. Berbagai macam pestisida sintetis sebagai pembasmi hama dan penyakit bakal mereka beli agar tanaman yang diusahakannya selamat. Manusiawi memang, namun beranjak dari pengalaman selama ini, pengunaan pestisida pabrikan tersebut belum tentu memenuhi harapan untuk jangka panjang, sebab besar kemungkinan hama dan penyakit dalam waktu tertentu bakal kebal terhadap jenis dan dosis pestisida yang biasa mereka pakai. Akibatnya, butuh dosis dan jenis yang makin tinggi untuk membasminya, sehingga biaya dengan sendirinya makin besar dan tanpa disadari lingkungan akan rusak. Sebab racun berbahan kimia itu tidak dapat membedakan antara hama atau makhluk hidup lain yang tidak mengaggu. Padahal, alam tercipta dengan keseimbangan, apabila salah satu komponennya terganggu maka dampak lain bakal mengancam.

Seiring dengan adanya kesadaran tentang pentingnya kelestarian lingkungan serta bercermin dari pengalaman yang ada, maka di Sumbar telah mulai menerapkan pola bertani yang ramah lingkungan sejak 1985

(7)

lalu dalam bentuk kegiatan Pengendalian Hama Terpadu (THP) dan sebagai daerah percontohan dilaksanakan di Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung, Kabupaten Padangpariaman. Sementara dalam skala nasional baru dilaksanakan pada 1999 lalu.

Kegiatan yang tercakup dalam program PHT tersebut meliputi peningkatan SDM petugas dan petani, bagi petugas dilaksanakan D1 PHT sementara bagi petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), dengan demikian kesamaan persepsi dan pandangan antara petugas dan petani akan memudahkan pencapaian dari tujuan PHT itu sendiri, yakni pola pendekatan yang terpadu tentang pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi serta efesiensi dari sisi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan, sehingga secara keseluruhan diperoleh hasil yang terbaik yaitu produksi dapat ditingkatkan, kelestarian lingkungan terjamin, pendapatan dan kesejahteraan petani akan meningkat.

Adapun ciri dan sifat dasar PHT yang membedakan dengan pengendalian secara konvensional diantaranya adalah tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan hama, tetapi dikendalikan agar populasi tetap berada di bawah ambang batas yang berakibat kerugian secara ekonomi. Sebab dalam keadaan tertentu ada kemungkinan individu serangga atau binatang dapat berguna bagi manusia. Disamping itu dalam melaksanakan suatu pengendalian tidak mengenal satu cara tertentu, seperti penggunaan pestisida saja tetapi semua teknik pengendalian dikombinasikan secara terpadu.

(8)
(9)

Sebelum membahas tentang pertanian organik, maka sebaiknya kita terlebih dahulu mengenal sejarah dari

pertanian itu sendiri. Istilah yang umum tentang pertanian adalah kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang nantinya menghasilkan suatu yang dapat

dipanen, dan kegiatan pertanian merupakan campur tangan manusia terhadap tetumbuhan asli dan daur hidupnya. Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa

dalam produksinya, dibutuhkan campur tangan dari manusia sebagai pengelolanya.

D

alam perjalanan waktu, pertanian itu dapat juga dipisahkan dalam beberapa periode yang dimulai dari pertanian tradisional, konvensional dan sistem organik. Adapun maksud dari periode pertanian tradisional ini adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan tidak memaksimalkan input atau sarana produksi untuk memacu hasil panennya. Sebagai contoh dari sistem ini adalah ladang berpindah, pada periode ini memang tuntutan ekonomi para pengelolanya yaitu petani belum begitu banyak dan orentasinya masih pada pemenuhan kebutuhan pangan dari yang bersangkutan yakni mempertahankan hidup keluarganya. Dalam pelaksanaaanya, pertanian tradisional merupakan pola pertanian yang akrab lingkungan karena tidak memakai input yang bersifat kimiawi. Namun seiring makin bertambahnya kebutuhan hidup, penduduk serta diiringi makin sempitnya lahan, maka dirasa perlu untuk memaksimalkan hasil panen dari lahan yang diusahakan. Beranjak dari pemikiran tersebut

Mengapa Harus Pertanian Organik?

11maka timbul gagasan

(10)

maka timbul gagasan untuk melipatgandakan hasil dengan luas lahan yang ada.

Adapun langkah yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut diantaranya dengan program intensifikasi pertanian yakni memakai perlakuan-perlakuan untuk merangsang tanaman agar berproduksi lebih banyak dan malahan mampu dalam waktu yang relatif singkat bisa panen. Berdasarkan tuntutan tersebut, maka mulailah sistem pertanian bergerak ke pertanian modern yang berorentasi produksi dan ditandai dengan mengedepankan inovasi teknologi mulai dari pengolahan tanah, pemilihan bibit, pemupukan, pengairan hingga panen. Pada pengolahan tanah telah diterapkan mekanisasi pertanian berupa mesin-mesin pertanian, sementara pada bibit berupa pengunaan hasil rekayasa genetika. Di sisi lain dalam hal menyuburkan tanah mulai diperkenalkan pupuk sintetis berbahan kimia, yang dibuat pada abad ke 18, berupa superfosfat. Lalu pupuk berbahan dasar amonia. Begitu juga dengan pemberantasan hama dan penyakit tanaman juga diperkenalkan pestisida sintetis berbahan kimia pada tahun 1940an. Sedangkan soal pengairan telah mengenal irigasi teknis dan non teknis.

Sistem pertanian ini telah melanda berbagai belahan bumi dan tak terkecuali di Indonesia, khusus di Indonesia sesuai dengan program pemerintah pusat ketika itu yakni swasembada pangan, maka penerapan sistem ini begitu gencar dilakukan. Malahan hasil yang didapat

(11)

dari aspek ekonomi bakal memberatkan petani karena membutuhkan modal usaha yang cukup besar karena pembelian sarana produksi seperti diantaranya pembelian benih yang berkualitas, pemberian pupuk dan pestisida yang juga relatif mahal apalagi ditambah dengan mekanisasi berupa mesin pertanian yang tentu juga mahal.

Sementara itu dari sisi ekologi sistem ini memiliki sejumlah kelemahan seperti, penurunan kesuburan tanah, kenyataan ini terjadi karena seringnya penggunaan pupuk kimia ataupun bahan-bahan kimia lain, seperti pestisida yang lama-kelamaan akan merusak kesuburan tanah akibat matinya organisme alami penyubur tanah karena keracunan bahan kimia. Maka dengan sendirinya keanekaragaman hayati yang biasanya berdiam di lahan tersebut bakal menyusut atau malahan hilang sama sekali atau bahasa lainnya kawasan itu akan kehilangan organik tanah.

Dari sejumlah dampak negatif itu masih ada dampak lainnya seperti ancaman erosi peningkatan pencemaran air tanah akibat residu bahan kimia dari pupuk atau pestisida dan yang lebih berisiko adalah residu yang terbawa ketika panen yang lahannya masih terkontaminasi bahan kimia. Pada kondisi ini bakal mengancam konsumen karena dikhawatirkan termakan oleh masyarakat banyak.

Kalau kita cermati sistem pertanian konvensional dari sisi sosial, maka sejumlah dampak negatif bakal kita rasakan seperti halnya, mulai berkurangnya atau malah hilangnya kearifan lokal yang membudaya di daerah tersebut, seperti sifat gotongroyong sebab orentasi pertanian konvensional adalah keuntungan mengingat biaya produksi yang telah dikeluarkan sangat banyak. Sehingga kepedulian sesama petani mulai berkurang disamping itu yang lebih berbahaya adalah ketergantungan petani terhadap ketersediaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida buatan. Kecendrungan ini secara sosial sangat riskan dan bakal mudah “dipermainkan” oleh pihak penyedia baik dari produsen atau penyalur saprodi tersebut. Kalau hal ini terus berlanjut, rasa percaya diri petani bakal terganggu akibat ketersediaan saprodi tersebut, sehingga tanpa pupuk dan pestisida mereka bakal takut untuk memulai musim tanam.

(12)

petani dari segi pendapatan. Sebab, dengan modal usaha yang relatif tinggi, tentu akan menggerus penjualan hasil panen yang ujung-ujungnya tak akan meningkatkan pendapatan petani. Malahan petani yang masih bertahan dengan pola itu bakal terjerat dalam “lingkaran setan” yang berkelanjutan. Betapa tidak, tiap beberapa periode musim tanam, tanah bakal membutuhkan penambahan dosis pupuk. Hal yang sama juga terjadi pada dosis pestisida yang dibutuhkan untuk memberantas hama penyakit juga makin meningkat, sebab hama penyakit semakin kebal dengan pengulangan dosis yang sama. Sementara itu biologi tanah dan kimia tanah dari tahun ke tahun semakin rusak.

Namun, seiring dengan adanya kesadaran global tentang pentingnya menjaga ekosistem yang keberlanjutan terhadap lingkungan, melahirkan pemikiran untuk mewariskan alam ini kepada anak cucu dalam kondisi lestari. Khusus dalam hal pertanian maka lahirlah istilah pertanian yang berkelanjutan atau sustainable agriculture. Adapun maksud dari gerakan ini diantaranya, pertanian yang masih terjaga saat ini, masa yang akan datang hingga selamanya. Artinya pertanian tetap lestari yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan serta terhindar dari bencana terutama bagi manusia dan alam .

Maka dalam pelaksanaanya, pendekatan terhadap gerakan ini dijawab oleh sistem pertanian organik. Karena dalam sistem pertanian ini input yang digunakan merupakan sumber daya yang ramah lingkungan yakni mengunakan pupuk dan pestisida atau saprodi yang berasal dari alam dan tidak menggangu ekosistem alam itu sendiri.

(13)

konvensional. Terlebih lagi dari fakta di lapangan harga produk organik di pasaran cendrung lebih tinggi ketimbang pola konvensional. Maka dari kalkulasi demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan dua keuntungan itu maka hasil yang diperoleh petani organik pada setiap musim tanam bakal lebih besar.

Sementara itu, kalau ditelusuri dari sisi ekologi tentu lebih bermanfaat sistem organik ketimbang konvensional sebab, kedua pola itu saling bertolak belakang dalam memperlakukan input yang digunakan untuk proses bertani. Secara umum dampak positif pertanian organik bagi lingkungan diantaranya memulihkan kondisi tanah yang terlanjur rusak akibat pemakaian pupuk atau pestisida buatan dengan demikian biologi dan kimia tanah yang selama ini rusak bakal diperbaiki. Maka dengan memakai sistem organik secara tak langsung akan menjaga kelestarian sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebab dengan pola ini pengolahan tanah mendorong peningkatan kandungan bahan organik tanah serta meminimalisir terjadinya erosi yang berdampak pada sifat fisik tanah.

Sisi positif lain dari ekologi dari pertanian organik adalah, menjaga serta melestarikan keanekaragaman hayati, Sebab sistem ini tak hanya menghindari pengunaan pestisida sintetis namun juga mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Diantara tatacara pertanian organik adalah rotasi jenis tanaman, tumpangsari dengan cara ini bakal menciptakan keanekaragaman yang banyak bagi berbagai spesies mulai dari jamur mikroskopis hingga binatang yang relatif lebih besar. Disamping itu pertanian organik juga tidak mengunakan organisme hasil rekayasa genetika dengan alasan keamanan, kesehatan dan sosial. Adapun pengaruh positif lain yang bakal diperoleh dengan sistem organik adalah, meminimalisir bentuk polusi akibat aktivitas pertanian, seperti polusi udara akibat pengunaan pestisida, pencemaran air akibat residu bahan kimia, karena dari pengalaman, residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri penyebab penyakit seringkali ditemukan di sistem perairan.

(14)

limbah menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan bahan organik bagi pertanian organik.

(15)

Salah seorang perintis sistem pertanian organik di Sumbar, Ir Indra Yully menguraikan sejarah panjang itu, malahan sosok yang masih enerjik walau telah memasuki masa pensiun ini secara lugas menceritakan cikal bakal dan perkembangan pertanian organik yang telah mulai memasyarakat di Sumbar. Dia mengungkapkan ketika itu awal tahun 90an, hingga tahun 1997 dia ditugaskan khusus oleh Djoni melakukan sejumlah eksplorasi dan mengindentifikasi guna menggali potensi berupa musuh-musuh alami dari hama dan penyakit bagi komoditas pertanian yang diusahakan petani di Sumbar.

Perburuan itu meliputi patogen dari kelompok cendawan, bakteri dan virus. Hasil yang didapat dari eksplorasi itu terdiri dari 27 jenis agen hayati dan 18 jenis bakteri serta sejumlah cendawan yang merupakan musuh alami dari hama pengganggu.

Indra Yully masih ingat, ketika itu Ir Djoni masih menjabat sebagai Kepala Balai Perlindungan Tanaman Sumbar dan beliau membawa hasil identifikasi itu ke Departemen Pertanian RI di Jakarta untuk dipresentasikan

Pertanian Organik di Sumbar

Perjalanan panjang pertanian organik di Sumbar tak bisa dilepaskan dari gasasan serta kegigihan seorang Ir

Djoni, yang kala itu masih staf lapangan di Balai Perlindungan Tanaman Sumbar. Perjuangan itu makin

berlanjut hingga memperlihatkan hasil ketika Djoni menjadi Kepala Dinas Pertanian Sumbar. Memang, suatu

(16)

di depan para pejabat pusat di kementrian tersebut. Namun tidak hanya dari para pejabat saja, malah dalam presentasi itu juga dinilai oleh tiga orang profesor dari Institut Pertanian Bogor dan juga dari Universitas Gajah Mada, Djogyakarta.

Pada momen yang menentukan dan bersejarah tersebut, Ir Djoni mampu menyakinkan para pengambil kebijakan di Departemen Pertanian untuk menyetujui dan mengelontorkan dana bagi pengembangan sistem pertanian organik di Sumbar, kenyataan ini dibuktikan pada tahun 1998

telah dialokasikan dana khusus. Maka sejak itu, penerapan sistem pertanian organik mulai gencar-gencarnya dilakukan dengan langkah awal pendirian Pos Informasi dan Pelayanan Agen Hayati atau biasa disebut Pos Ipah.

(17)

mengusir, dan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh dari hama yang menganggu tersebut. Sehingga dalam pola pengendalian ini tetap memperhatikan aspek kestabilan ekologi lingkungan.

Langkah yang telah ditempuh Dinas Petanian Sumbar, khususnya Balai Perlindungan Tanaman Sumbar ini memiliki kontribusi yang besar bagi Indonesia. Betapa tidak, pada tahun 1999 Indonesia ikut serta dalam kesepakatan internasional tentang pertanian organik, padahal sistem ini belum merata diterapkan di sejumlah provinsi di Indonesia. Pada saat itu hanya 12 provinsi yang dinyatakan siap dan Sumbar diantaranya.

Namun dalam perjalanan selajutnya menurut Indra Yully, kebijakan ini belum sepenuhnya ada gerakan dari Pemrov Sumbar pada waktu itu, namun hal ini bukanlah halangan yang berarti bagi jajaran Balai Perlindungan Tanaman di bawah kepemimpinan Djoni sebagai kepala balai.

Pada saat itu dengan daya dan upaya yang ada,dan malah cendrung swadaya Djoni mengumpulkan sejumlah petugas lapangan PHT yang kemudian mengadakan rapat-rapat di rumah beliau. Dan langkah awal ini belum didanai oleh pemerintah, malahan Djoni mengandeng lembaga swadaya masyarakat yakni Mapeni, merupakan singkatan dari Masyarakat Peduli Petani yang dimotori oleh Apris Hamid.

Langkah berani dan cendrung nekad ini bermula dari menyewa sebidang lahan di dekat kediaman orang tua Djoni di daerah Agam tepatnya di Nagari Aia Tabik, Agam dengan luas sekitar satu hektar dan memiliki 30 jenis sayuran ekonomis tinggi. Maka dari lokasi inilah yang kemudian dijadikan labor alam dan tempat melatih petani untuk dapat mempelajari pertanian organik dengan benar.

Proses belajar dan berlatih yang lebih banyak bersifat otodidak serta berpedoman kepada kearifan lokal ini mampu memberi pencerahan dan pengalaman baru bagi para petani yang melakukan magang di tempat ini. Pada proses awal, sebanyak 50 petani dari berbagai daerah di Sumbar dilatih dan didik ditempat tersebut. Itupun setelah mendapat bantuan pendanaan dari salah seorang tokoh Sumbar yakni Profesor Fasli Jalal.

(18)

diwisuda. Maka, setelah proses pelatihan dan pendidikan tersebut, para wisudawan itu kembali ke daerahnya masing-masing dan menjadi agen pembaharuan dari sistem pertanian konvensional menjadi sistem pertanian organik yang telah berjalan selama ini. Dalam perkembangan selanjutnya, 50 orang petani binaan awal tersebut mampu memberi warna baru bagi lingkungan di mana mereka bermukim. Sebab, kecendrungan yang ada, para petani yang bakal diajak untuk mengubah sistem pertaniannya tidak mudah untuk beralih kalau tidak nampak atau terbukti hasil dari yang baru tersebut.

Proses berlatih dan belajar di Nagari Aia Tabik ini berlangsung sekitar 2 tahun dan telah melahirkan sejumlah petani-petani organik terampil . Akhirnya setelah mendapatkan anggaran dari pusat dan provinsi , maka proses belajar tersebut dipindahkan ke Nagari Aia Angek, Kabupaten Tanah Datar yang kemudian lebih dikenal dengan Institut Pertanian Organik (IPO) dan hingga saat ini masih menjadi tempat lahirnya para agen perubahan dari pertanian konvensional ke pertanian organik khususnya di Sumbar dan beberapa provinsi tetangga.

Maka boleh dikatakan bahwa cikal bakal atau tempat lahirnya proses edukasi pertanian organik di Sumbar berasal dari lahan yang disewa dan dibantu oleh lembaga swadaya masyarakat, dan itu berlangsung secara swadaya. Kenyataan ini membuktikan bahwa tanpa dukungan dana dari Pemprov atau bahkan dari pemerintah pusat, proses pembelajaran pertanian organik tetap berlangsung dan mulai memperlihatkan hasilnya pada saat ini.

(19)

G

ambaran tersebut sedikit banyak tercermin dari lokasi dan suasana Institut Pertanian Organik (IPO) yang berada di lereng Gunung Marapi,

Institut Pertanian Organik - IPO

Bagi anda pengemar film kungfu China, tentu tidak asing lagi dengan suasana kuil shaolin. Pada sejumlah episode, tempat mengembleng para pendekar tersebut selalu digambarkan berada di kaki gunung dan berada di

lokasi terpencil atau jauh dari hiruk pikuk keramaian. Sehingga para pendekar mampu berlatih dan belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun tanpa terpengaruh oleh hal-hal lain yang mengganggu. Sehingga dari tempat

itulah lahir para pendekar-pendekar shaolin yang melegenda.

(20)

tepatnya di Kanagarian Aia Angek, Kabupaten Tanah Datar. Berada pada ketinggian lebih dari 1.000 dpl. Lokasi ini memang sangat mendukung untuk dijadikan sebagai pusat pelatihan dan praktek pertanian organik untuk Provinsi Sumatera Barat. Berada di lahan seluas satu hektar itu, IPO bagai “Kawah Chandradimuka” bagai para calon petani organik atau bagi siapa saja yang ingin mendalami ilmu tentang pertanian organik.

Dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung walau masih terbilang sederhana, IPO Aia Angek yang berdiri sejak 22 Meret 2005 lalu itu telah didesain dari awal sebagai tempat yang ideal bagi tempat berlatih dan belajar. Lahan yang terletak di lereng Gunung Marapi dengan kontur miring itu disiasati dengan membuat terasering sebagai upaya untuk menghindari atau antisipasi terjadinya longsor atau erosi.

Malahan masing-masing petakan lahan yang telah dibagi sesuai komoditas yang ditanam, telah terhubung oleh jalan lingkar yang relatif memadai untuk membawa saprodi . Masing-masing petakan tersebut sengaja ditanam komoditas yang berbeda sehingga hamparan yang tercipta melahirkan keanekaragaman warna. Sehingga ada kesan, lingkungan IPO tersebut bagai taman yang berada di pinggang Gunung Marapi. Betapa tidak, hijaunya kol yang diselingi wortel dan caisin serta buncis hingga brokoli membuat sejuk mata memandang.

Ir Syaiful MP, Kepala Satuan Tugas Pertanian Organik Sumbar, mengungkapkan proses panjang dari keberhasilan sistem organik di lapangan bermula dari pelatihan dan praktek yang dilakukan di IPO. Kenyataan itu sesuai dengan tujuan didirikan tempat tersebut diantaranya, sebagai lembaga yang mampu menyediakan sarana dan prasarana pusat pendidikan, pelatihan, dan pembinaan bagi petani dan masyarakat disamping itu bertujuan untuk meningkatkan SDM petani dan masyarakat yang produktif dan mandiri disamping itu juga meningkatkan motivasi berusaha tani yang ramah lingkungan, efektif dan efisien dengan memanfaatkan sumberdaya lokal.

(21)

lapangan diharapkan ilmu yang diperoleh makin cepat diserap. Dari segi pencapaian yang diperoleh, berawal satu hektar wilayah IPO telah menjelma lebih dari 750 Ha pertanian organik di Sumbar.

Disamping pencapaian tersebut, Syaiful juga mengungkapkan dari lokasi berhawa sejuk dan memiliki pemandangan khas alam pegunungan itu , sepertinya IPO telah menjadi pusat pengembelengan petani dan petugas pertanian bidang organik yang bersifat regional. Hal itu juga sesuai dengan misi yang diemban IPO yakni: berupaya melakukan transfer teknologi pertanian terutama teknologi pertanian organik melalui pola magang disamping itu juga berupaya agar petani mampu meningkatkan produksi yang dilaksanakan dengan efisien dan menguntungkan serta berwawasan lingkungan, serta melakukan studi dan pengembangan

Sejumlah siswa dari SMK Pertanian Rengat, Riau sedang melakukan praktek lapangan tentang pertanian organik di IPO Aie angek

teknologi pertanian organik.

(22)

Kalau dirunut sejak didirikan, IPO Aie Angek telah menampakkan kemajuan yang sangat pesat terutama dari segi fungsi kelembagaannya yang telah menasional, tak kurang dari 2000 kunjungan berupa studi banding hingga magang telah dilaksanakan di tempat tersebut. Malahan pada tahun 2007 lalu juga mendapat kunjungan dari Menteri Pertanian Republik Indonesia.

Bekas kebun tebu yang tidak lagi dikelola oleh masyarakat setempat, bisa dikatakan sebagai asset agrowisata untuk daerah Aia Angek, sehingga kampus alam itu ke depannya mampu memberi nilai tambah disamping sebagai tempat belajar juga bisa berfungsi untuk wisata pertanian atau lebih dikenal dengan sebutan agrowisata. Pemandangan yang disuguhkan pada lokasi itu sangat menakjubkan, malah kalau langit sedang cerah atau tak berawan maka Danau Singkarak bakal terlihat dari lokasi tersebut dan tentu saja pemandangan di dareah sekitar bakal memanjakan mata saat memandang.

Dikelilingi oleh petakan kebun kol dan lobak khas sayuran dataran tinggi yang dibudidayakan oleh para petani setempat, lahan IPO tersebut tidaklah sulit untuk dijangkau. Malah dengan jalan beton, kendaraan roda empat pun mampu mencapai lokasi tersebut. Sehingga bagi mereka yang tak ingin berpeluh atau yang tidak memiliki hobi tracking maka lokasi ini sangat mudah untuk dicapai.

(23)

Malah kalau boleh berandai-andai, suatu saat kelak ketika produk organik telah membudaya maka kawasan IPO tersebut bisa berubah wujud menjadi sentra organik Sumbar atau bahkan Sumatera, yang juga menawarkan pusat agrowisata untuk wilayah ini. Seiring dengan kebijakan pemerintah pusat yang menjadikan Sumbar sebagai salah satu destinasi wisata nasional, maka tak tertutup kemungkinan kawasan inipu ikut menjadi varian dari berbagai paket wisata yang bakal meramaikan pilihan bagi para pelancong. Terlebih lagi dengan trend dunia terhadap produk go green dan produk petanian secara organik, kawasan ini akan mena-warkan nilai plus tersendiri dibandingkan kawasan wisata lain di Sumbar. Kembali kepada pola magang atau pelatihan yang dilaksanakan di lembaga tersebut, secara teknis, semua teori dan praktek organik dilaksanakan di IPO. Mulai dari proses penyiapan lahan, sistem pengairan, penyiapan benih, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penanganan pasca panen hingga pada proses sertifikasi pertanian organik. Artinya semua seluk beluk tentang pertanian organik diajarkan serta dilatih di sini.

(24)

M

alahan lahan yang pernah digunakan untuk pertanian konvensional harus melalui proses konversi lahan dari pertanian konvensional ke pertanian organik membutuhkan waktu sekitar 2 tahun.

Teknis Pertanian Organik

Sekilas tentang dasar-dasar pertanian organik menurut Kepala Satuan Tugas Petanian organik Sumbar,

Ir Syaiful MP dimulai dari proses penyiapan lahan. Ini merupakan langkah awal untuk proses selanjutnya. Adapun lahan yang digunakan untuk pertanian organik

harus terbebas dari residu pupuk dan pestisida yang mengandung bahan kimia.

Evaluasi terhadap para petani peserta magang di IPO Aie Angek

(25)

Sedemikian ketatnya aturan sistem organik, selama masa transisi, produk pertanian yang dihasilkan belum bisa dikatakan organik karena masa transisi tersebut dikhawatirkan masih mengandung residu-residu bahan kimia. Disamping itu yang harus juga diperhatikan adalah lingkungan di sekitar

lahan. Pencemaran zat kimia dari lahan yang ber-sebelahan bisa merusak sistem pertanian organik yang telah kita bangun.

Secara detail menurut Syaiful, dalam pemilihan lahanpun ada kategorinya, terbaik adalah yang

ter-letak di hulu atau paling dekat dengan sumber air yang bakal dijadikan pengairan untuk lahan tersebut. Logikanya, pemilihan lahan itu erat hu-bungannya dengan sterilisasi residu bahan kimia hasil proses pertanian lain terutama yang ditularkan lewat air. Disamping hal itu, alasan pemilihan bahagian hulu erat kaitannya dengan pengembangan dikemudian hari. Sehinga kepastian tak tertular dari lahan di hulunya semakin kecil.

(26)

Bisa juga

ta-hindari serangan hama kutu kebul, bemisia tabaci sebagai vector penyakit virus kuning.

Disamping menanam tanaman barrier, langkah lain yang memungkinkan untuk dilakukan adalah membuat parit di sekitar lahan yang bakal kita jadikan pertanian organik.Tujuan dari pembuatan parit ini diantaranya menghindari kontaminasi bahan kimia dari lahan sebelah yang memungkinkan untuk merusak lahan organik yang kita kelola. Langkah ini efektif jika kedalaman parit yang dibuat tidak memungkinkan air rembesan dari lahan konvensional

sekitar. ran yang belum me-menuhi standar per-tanian organik be-rpotensi untuk me-rusak tatanan yang telah kita buat.

(27)

berpindah ke lahan organik karena dibawa oleh air yang terkontaminasi. Akibatnya lahan yang telah kita siapakan untuk pertanian organik bakal tercemar sehingga produk pertanian pun tidak steril dari bahan-bahan kimia. Idealnya, sistem pengairan yang digunakan harus berada di dekat sumber air atau minimal dari saluran air yang berasal dari lahan organik juga. Artinya, hindari sumber air yang berasal dari lahan konvensional. Apabila kondisi ini tak terpenuhi maka langkah-langlah lain harus ditempuh seperti membuat kolam penampungan atau disebut juga kolam filtrasi. Dalam kolam inipun harus ditanami dengan enceng gondok yang mampu menyerap atau menetralisir residu kimia, setelah langkah tersebut maka proses selanjunya dengan mengalirkannya ke kolam ikan. Setelah melalui beberapa proses tadi, maka dinilai air telah memiliki standar yang aman untuk digunakan sebagai pengairan organik..

Setelah pemilihan lahan dan sumber air yang sesuai dengan standar, maka langkah berikutnya dalam tatakelola pertanian organik, dengan menyiapkan benih atau bibit yang berasal dari benih organik juga atau sesuai dengan standar budidaya organik . Hal ini sangat menentukan karena menghindari terjadinya kontaminasi dari induk terdahulu yang masih berasal dari pertanian konvensional, bagaimanapun gen bawaan dari induk terdahulu dikhawatirkan ikut mempengaruhi. Antisipasinya, para petani organik juga diharapkan mampu memperbanyak benih atau bibit sendiri yang prosesnya dapat dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah pertanian organik.

Secara teknis aturan, benih atau bibit yang dipakai haruslah memenuhi kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) Pangan Organik No 6729-2013 yang memiliki ketentuan sebagai berikut, benih atau bibit yang digunakan harus sesuai dengan agro-ekosistem yang ada, tahan terhadap hama dan penyakit, dan berasal dari produk pertanian organik, selanjutnya benih atau bibit yang digunakan untuk produksi pertanian organik tidak boleh berasal dari produk rekayasa genetika (genetically modified organisms = GMO). Benih atau bibit yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus berasal dari produk pertanian organik juga.

(28)

kriteria Standar Nasional Indonesia (SNI) Pangan Organik No 6729-2010 yang memiliki ketentuan sebagai berikut, benih atau bibit yang digunakan harus sesuai dengan agro-ekosistem yang ada, tahan terhadap hama dan penyakit, dan berasal dari produk pertanian organik, selanjutnya benih atau bibit yang digunakan untuk produksi pertanian organik tidak boleh berasal dari produk rekayasa genetika (genetically modified organisms = GMO). Benih/ bibit yang digunakan untuk produksi pertanian organik harus berasal dari produk pertanian organik juga.

Bagaimana kalau bibit yang berasal dari galur organik tidak ada? Tentu masih ada jalan lain yang dapat ditempuh walau membutuhkan tambahan waktu. Dalam aturan SNI tersebut juga diatur bahwa tahap awal yang harus dilakukan terhadap bibit tersebut yakni tidak ada perlakuan dengan bahan-bahan yang dilarang digunakan untuk produksi pertanian organik, atau kalau lebih ekstrim lagi masih bisa digunakan asal diberi perlakuan terhadap benih atau bibit itu dengan bahan-bahan yang direkomendasikan penggunaannya untuk produksi pertanian organik...

Apabila bibit atau benih telah sesuai dengan ketentuan organik maka langkah selanjutnya pengunaan pupuk yang juga standar pertanian organik. Adapun ketentuan untuk pupuk itu adalah harus bebas dari unsur kimia, jenis pupuk organik yang diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos, serta pupuk hayati.

Alasan pengunaan pupuk jenis ini diantaranya, ramah terhadap lingkungan karena bahan-bahannya berasal dari alam seperti limbah pertanian, kotoran ternak serta bahan lain yang bersifat hayati. Berlatar belakang hal itu, di lokasi IPO Aia Angek juga dipelihara ternak kambing yang berfungsi sebagai “pabrik pupuk” disamping kotorannya, urine kambing juga mampu menjadi pelarut pupuk dan bahan untuk pestisida alami.

(29)

tanaman yang sehat pula, namun dari tanaman yang sehat, belum tentu menyehatkan tanah.

Sebab, tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik serta memiliki kemampuan mengikat air yang lebih besar daripada tanah yang kandungan bahan organiknya rendah. Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan/sintetik. Pada umumnya pupuk organik mengandung hara makro N,P,K rendah,tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah yang cukup yang sangat diperlukan oleh pertumbuhan tanaman. Sebagai bahan pembedah tanah, pupuk organik mencegah terjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah (crusting), retakan tanah, dan mempertahankan kelengasan tanah.

Berbeda dengan konvensional, pada sistem pertanian organik, ada beberapa langkah dalam menghindari kelangkaan pupuk diantaranya menanam tumbuhan penghasil pupuk seperti bunga pahit, tithonia diversifolia. Atau bagi petani yang memiliki sedikit modal yang berlebih dapat memelihara ternak. Kandang ternak dalam sistem ini dianggap sebagai pabrik pupuk. Dapat dibayangkan, sepanjang ternak masih menghasilkan kotoran kelangkaan pupuk bakal tidak akan menghantui petani, disamping itu ancaman terhadap kenaikan harga pupuk juga dijamin tak memusingkan para petani.

Bagaimana dengan sistem pertanian konvensional? Tentu Anda yang bergerak di bidang pertanian sudah tau jawabannya. Jika terjadi kelangkaan pupuk, sudah pasti menjadi isu nasional dan apalagi jika harga pupuk dinaikan tentu lebih hebat lagi dampaknya.

(30)

dengan pengelolaan tumbuhan non budidaya serta dengan menanam aneka tanaman yang menghasilkan bunga.

Tumbuhan non budidaya dan tanaman bunga merupakan sumber energi yang melimpah bagi agens hayati atau musuh alami karena tumbuhan ini menghasilkan nektar, tepungsari dan embun madu. Seperti diketahui predator dan parasitoid sangat membutuhkan nektar, tepungsari dan madu untuk kesempurnaan hidupannya. Apabila banyak tumbuhan penghasil nektar, tepungsari dan madu di sekeliling lahan budidaya organik, maka akan mengundang kedatangan agens hayati (predator dan parasitoit) yang sangat berguna dalam mengendalikan serangga hama.

Langkah lain yang juga membantu pengendalian hama dan penyakit tersebut dengan menanam tumbuhan pestisida nabati. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu bahan yang berasal dari tumbuhan yang digunakan untuk pengendalian Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Pestisida nabati relatif mudah untuk dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida nabati ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, relatif aman bagi manusia dan hewan ternak serta residunya mudah hilang.

Pestisida nabati bersifat pukul dan lari (hit and run) yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama penyakit pada waktu itu dan setelah hama penyakit terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian tanaman sayuran organik akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.

(31)

Adapun fungsi dari pestisida nabati diantarannya, sebagai zat pengusir yakni menolak kehadiran serangga, terutama karena bau yang menyengat karena mengandung senyawa dengan aroma tidak disukai oleh serangga, mengacaukan mekanisme penemuan inang serangga. Sebagai contoh dari pestisida hayati tersebut diantaranya serai harum andropogon citratus mengandung minyak atsiri, alkoloid flavonoid dan polivenol.

Selain sebagai zat pengusir, pestisida nabati juga berfungsi sebagai antifedan atau mencegah serangga memakan tanaman. Caranya dengan menyemprotkan ke tanaman budidaya, karena rasanya yang pahit maka serangga tak akan menganggu sebagai contoh dari pestisida ini adalah daun sirih yang mengandung senyawa saponin. Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur serta mengacaukan sistem hormon dalam tubuh serangga merupakan diantara fungsi dari pestisida alami tersebut.

Usai proses produksi dilaksanakan maka pada saat panen pun penangannya harus juga memenuhi standar pertanian organik seperti pengunaan alat yang tidak terkontaminasi zat kimia, dan membersihkanya juga mengikuti kaidah organik dengan menghindari air yang telah tercemar. Ketika melakukan pengangkutan dan penyimpanan juga harus hati-hati agar jangan sampai tercampur atau terkontaminasi dengan produk pertanian konvensional. Sehingga tingkat kemurnian dan sterilisasi dari pengaruh zat kimia sedapat mungkin diminimalisir.

Adapun langkah puncak yang harus dilakukan para penggiat pertanian organik ini adalah proses sertifikasi. Proses ini bertujuan diantaranya agar kepercayaan konsumen serta kedisiplinan dari pelaku pertanian organik ini tetap terjaga dan berkesinambungan.

(32)

memahami dan mendalami secara seksama, akhirnya Syaiful yang berdiri paling depan untuk memasyarakatkan pertanian organik di Sumbar. Dalam perjalannya, sistem ini awalnya memang banyak ditentang oleh para petani. Namun kenyataan tersebut dapat dimaklumi, bagaimana tidak, selama puluhan tahun sistem konvensional yang berorentasi produksi dalam jangka waktu relatif singkat, telah mendarah daging bagi sebahagian besar petani . Kenyataan ini sangat terasa selama rezim orde baru dengan program swasembada pangannya. Pada masa itu, seluruh aspek pertanian memang dipacu demi produksi yang melimpah, namun tanpa memperhatikan aspek lingkungan atau ekosistem dalam jangka panjangnya. Akibat memacu produksi itu, sebahagian besar dari areal pertanian seperti lahan sawah banyak terkontaminasi bahan-bahan kimia terutama pupuk buatan secara massal, dan berujung pada penurunan yang ekstrim terhadap kesuburannya. Sementara itu akibat pengunaan pestisida yang tidak terkendali berakibat fatal terhadap keseimbangan ekosistem lahan. Dampaknya terlihat jelas pada banyaknya predator alami dari hama yang ikut musnah ketika membasmi hama penganggu. Sementara hama yang ingin dibasmi malah semakin kebal dengan pestisida yang digunakan berulang kali, sehingga para petani terpicu untuk meningkatkan dosis. Akibat pemakaian makin tak terkendali, kerusakan ekosistem sawah bertambah rusak dari waktu ke waktu.

Mengubah prilaku atau kebiasaan petani dalam bercocok tanam dari sistem konvensional menjadi sistem organik tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun bagi Syaiful kenyataan tersebut menjadi tantangan tersendiri. Seiring dengan perjalanan waktu, para petani pelopor yang telah mendapatkan pemahaman sistem organik mulai memperlihatkan hasil di lapangan. Kenyataan ini memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pertanian organik Sumbar dimasa mendatang, sebab kalangan petani tidak akan mau mengubah pola pertanian lama mereka tanpa melihat hasil nyata dari pola yang baru diperkenalkan.

(33)

pertanian organik itu malah dari kalangan petani sendiri. Sehingga yang mendapatkan keuntungan langsung dari sistem ini adalah petani yang bersangkutan. Hal ini seiring dengan roh dari pergerakan pemberdayaan petani. Sebab, harus diakui kantong-kantong kemiskinan, mulai dari tingkat lokal hingga nasional lebih banyak berasal dari kalangan petani.

Sementara itu, menurut Djoni diantara tujuan utama dari gerakan petanian organik ini adalah memerdekakan petani dari belenggu kemiskinan. Sebab, dengan prinsip budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami serta memanfaatkan potensi lokal disekitar lahan. Mengharuskan petani membuat sarana produksi pertanian sendiri seperti pupuk, pestisida dari alam yang ada di sekitar mereka. Maka dengan sendirinya, biaya produksi dalam satu kali masa tanam dapat ditekan sehingga meningkatkan margin pendapatan dari petani yang bersangkutan. Apalagi dewasa ini sarana produksi berupa pupuk dan pestisida sangat membebani petani akibat harga yang terus melonjak ditambah lagi dengan kelangkaan pupuk yang sering terjadi. Ibarat jatuh tertimpa tangga, para petani makin sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

Apabila sistem ini dapat membudaya di tengah petani, maka segala masalah ekonomi yang selama ini mendera bakal berkurang dan belenggu kemiskinan secara perlahan dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan.

(34)

J

afrinal seorang petani cabe di Agam memiliki pengalaman yang dramatis terkait pengunaan pestisida berbahan kimia. Pernah suatu hari ketika mengendalikan hama di ladang cabenya, Jaf biasa pria itu di sapa sempat pingsan.

Ketika itu dia berpikir, untuk manusia saja sampai sebegitu akibatnya, apalagi untuk makhluk hidup lain yang lebih kecil tentu pada mati semua. Pestisida tak akan mampu memilih mana hama penganggu dan yang tidak. Kalau dikaji secara agama, Jaf memiliki kesimpulan kalau pola ini diteruskan tentu saja dia akan menjadi pembunuh makhluk hidup lain yang tak menganggu.

“Pengalaman itu benar-benar membekas di hati , dan sejak saat itu saya bertekad tidak akan mengunakan pestisida lagi. “ ujar

Ketika Pingsan di Kebun

Jafrinal

Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian pepatah bijak

mengatakan.

(35)

Jafrinal mengenang. Memang diakui oleh Jaf, ketika itu dia begitu getol Betapa tidak, dalam waktu relatif singkat hama

penganggu dapat dikendalikan. Namun upaya itu hanya bersifat sementara. Kalau dikalkulasikan dalam jangka waktu panjang maka lebih banyak kerugian yang bakal ditangung oleh petani. Kesimpulan itu didapatkannya dari pengalaman sekian tahun sebagai petani dan pengamatan langsung dari berbagai pola tanaman yang diterapkannya selama ini.

Secara ekonomi , menurut Jaf sangat banyak dampak yang harus ditanggung oleh petani, secara logika, dia menguraikan berapa biaya yang harus ditanggung petani setiap musim tanam? Lebih dari itu, kecendrungan yang ada selama ini, setiap musim tanam kalau kita telah terbiasa mengunakan pestisida maka kasus yang terjadi kalau satu jenis pestisida de-ngan dosis tertentu tidak mempan lagi maka harus diganti dengan dosis yang lebih tinggi, sebab hama Penyemprotan Pestisida Sintetis dapat merusak kesehatan petani & konsumen

(36)

tersebut telah memiliki kekebalan terhadap pestisida yang lama. Konsekwensi yang harus ditanggung adalah menambah biaya produksi pada setiap musim tanam.

Berdasarkan logika tersebut, dia memiliki sejumlah argumen yang memperkuat bagaimana pola pertanian organik memang harus diterapkan, disamping memberi keuntungan yang signifikan secara ekonomi dan kelestarian lingkungan. Namun yang lebih ditekankan oleh Jafrinal dalam pengelolaan usaha tani dengan pola organik tersebut menurutnya adalah sistem pertanian yang Islami. Dia memiliki pendapat bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai kalifah di muka bumi yang harus menyelamatkan alam bukan malah merusaknya dengan mengunakan sejumlah bahan-bahan kimia yang nyata-nyata memberi dampak negatif terhadap lingkungan.

Memang harus diakui, mengusahakan pola pertanian dengan sistem organik harus memiliki komitmen yang tinggi untuk bekerja keras. Kenapa?, Semua bahan yang mendukung produksi pertanian ini harus dibuat sendiri mulai pra tanam hingga pasca panen seperti pupuk, pengendali hama hingga zat perangsang tumbuh tanaman.

Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan pertanian konvensional atau lebih dikenal dengan pola pertanian yang mengunakan bahan kimia. Semua unsur pendukung tersebut telah tersedia di kios-kios pertanian dan telah tersebar hingga pelosok daerah. Semuanya secara instan dapat dipergunakan tanpa repot-repot membuatnya. Walau dengan konsekwensi harus membeli dan memiliki kecendrungan harga yang terus menaik dari waktu ke waktu, dan disertai dengan kelangkaan pada saat-saat tertentu.

(37)

Kesungguhan Jafrinal pada pertanian organik dibuktikannya dengan mengikuti pola pelatiahan dan pendidikan di Institut Pertaniajn Organik (IPO) Aie Angek pada angkatan ke II pada tahun 2007 lalu. Selama beberapa hari dia magang dan ditempa tentang prosedur-prosedur dasar dari pertanian organik itu sendiri. Pada pelatihan itu, diakui Jaf dia mendapat ilmu yang mendalam mulai dari perencanaan awal tanam hingga panen yang keseluruhannya memiliki standar organik.

Malahan, usai magang dan menerapkan ilmu di lapangan, Jafrinal memiliki konsep yang teguh tentang pertanian organik,seperti kerja ikhlas, jujur, ulet, kebersamaan yang kesemuanya sesuai dengan ajaran Islam yang dianutnya.

Perubahan pola tani dari konvensional menjadi petanian organik bukan mudah dilakukan oleh Jafrinal, mulai dari perubahan pola pikir, kebiasaan yang telah lama dilakukan dan yang lebih berat adalah pandangan yang negatif atau cemoahan dari lingkungan sekitar. Tak sedikit yang menilai perubahan pola pertanian ini dengan pandangan yang sebelah mata. Namun tekad yang bulat, tidak menggoyahkan prinsip dari Jafrinal untuk tetap mengunakan pola pertanian organik hingga saat ini.

(38)

Kemandirian Petani

Lawan Jadi Kawan

Menhendri

Menhendri

Menhendri

Menhendri

Menhendri

S

elama ini para petani dipusingkan oleh keberadaan keong mas yang begitu mengganggu. Namun, dalam filosofi petanian organik semua mahkluk hidup ciptaan tuhan semua ada manfaatnya, Maka keberadaan ke-ong mas ini bisa dijadikan sebagai nutrisi keong yakni berupa zat perasang tumbuh yang alami. Memang harus diakui, para petani dituntut untuk kreatif dan mau be-kerja keras Sebab, komponen produksi per-tanian seperti mol keong ini tidak ada dijual di pasar dan harus dibuat sendiri. Walau demikian semua jerih payah tersebut bakal dinikmati dalam bentuk hasil produksi yang berlimpah dan minim biaya.

Mengubah lawan menjadi kawan merupakan pekerjaan sulit, namun dalam pertanian organik hal itu bisa

saja terjadi, setidaknya demikianlah yang dilakukan Menhendri salah

(39)

Keoang yang selama ini menjadi hama, dengan sistem

pertanian organik berubah fungsi sebagai penyubur

tanah.

Keong yang selama ini menjadi hama, dengan sistem

pertanian organik berubah fungsi sebagai penyubur

tanaman.

Artinya, dengan luasan lahan pertanian yang sama, namun dengan perlakuan yang berbeda serta dengan biaya produksi yang relatif rendah mendapatkan hasil panen yang jauh lebih tinggi.

Diakui Mehendri, dari pengalaman yang telah dialaminya biaya produksi yang dapat ditekan pada awal bertani secara organik berkisar diangka 60 persen. Penekanan biaya produksi tersebut memiliki arti yang sangat penting bagi kalangan petani. Sebab, selama ini yang menyebabkan para petani masih terbelenggu oleh kemiskinan diantarannya masih bergantung pada biaya produksi yang makin lama makin membengkak seiring dengan makin mahalnya saprodi seperti pupuk dan pestisida sintetis.

Terlebih lagi tambah peraih Kalpataru 2009

ti-ngkat Agam ini, makin lama

ke-butuhan terhadap samprodi sintetis

itu semakin me- ningkat karena

l i n g k u n g a n atau areal

pertanian se- makin

mem-butuhan pe- nambahan

dosis. Ka- rena ada

ke-cendrungan dosis yang

biasa dipakai bakal tidak

optimal teru- t a m a

pestisida yang harus

menye-suaikan dengan imunitas hama

dan penyakit. Di- samping itu

juga-terhadap kebutuhan pupuk yang juga

cendrung makin mening- kat hal ini disebabkan

ja-sad organik yang ada dalam tanah ikut musnah sehinga kesuburan tanah hanya tergantung pada pupuk sintetis. Dan lebih parahnya lagi, tanah lama kelaman makin tandus yang jangka panjang sangat merusak lingkungan.

(40)

produksinya sendiri tanpa mengeluarkan modal sepeserpun. Walau bagi sebagian besar petani hal ini tidak mungkin, namun bagi Menhendri telah dapat mewujudkannya.

Dia mengakui, pada awalnya untuk mengembangkan sistem ini banyak mendapat cemoohan dari kalangan sejawatnya. Padahal kalau sistem ini telah diterapkan petani secara benar, maka manfaat yang sangat besar bakal dirasakan oleh para petani itu sendiri. Baik dari segi kesehatan apalagi dari sisi ekonominya. Betapa tidak, para petani bakal terbebas dari residu bahan kimia akibat pengunaan pestisida sintetis maupun pupuk sintesis. Sebab merekalah korban pertama akibat menghirup udara yang tercemar itu. Sementara dari sisi ekonomi, jelas dengan menekan biaya produksi tentu margin keuntungan bakal makin besar yang diperoleh petani yang bersangkutan.

(41)

Kemandirian Petani

B

erlatar belakang sebagai sarjana pe tanian dan pernah bekerja di perusahaan perkebunan sawit, tak membuat Hendri Soni atau lebih akrab disapa Boy berpuas diri.Walau telah berkelana dari berbagai provinsi namun keinginan untuk membangun kampung sepertinya lebih kuat. Berbekal ilmu yang diperoleh di jenjang perguruan tinggi dan ditambah dengan ap-likasi lapangan, membuat Boy makin “berisi” sehingga dari dinas pertanian provinsi di-angkat menjadi salahseorang petani pakar yang mendapingi sejumlah petani organik lainnya di Sumbar. Tak jauh beda dengan pengalaman petani pakar lain, dari awal bergerak di bidang pertanian organik sering menuai cibiran dan cemohoan para petani lain di sekitar areal pertaniannya.

Namun berkat keuletan dan kegigihannya,

Hendri Soni

Hendri Soni

Hendri Soni

Hendri Soni

Hendri Soni

(42)

lambat laun petani yang mencibir berbalik arah dan mengikuti jejak langkah yang diambilnya. Malahan dalam perjalanan waktu, Hendri Sony sempat mengurus kelompok tani yang berkembang tak hanya mengusahakan budidaya tanaman saja namun juga mengembangkan sayap ke bidang peternakan.

Saat ini disamping melakukan pendampingan terhadap sejumlah kelompok tani organik di Kabupaten Agam, Boy juga membuka pasar bagi produk yang dihasilkan. Sehingga dengan sendirinya, para petani tak lagi dikhawatirkan tentang peluang pasar. Hal ini penting mengingat, berapapun besar hasil panen yang mereka hasilkan kalau tidak ada pasar yang pasti, maka petani akan enggan untuk melakukan budidaya dengan pola tersebut.Adapun pasar yang dia buka tak hanya di wilayah Sumbar semata namun juga luar provinsi.

Berkat semakin kenalnya masyarakat terhadap produk dari pertanian organik ini, menurut pengakuan Boy saat ini malah agak kewalahan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin membludak. Kenyataan ini tak terlepas dari promosi yang gencar dari Dinas Pertanian Sumbar untuk meng-edukasi masyarakat tentang perlunya mengkonsumsi makanan sehat terutama yang berasal dari produk organik.

(43)

Dari Santiago ke Italia

Kemandirian Petani

D

i mana ada kemauan di situ ada jalan. Orang bijak membukakan wawasan kita tentang sebegitu dahsyatnya kekuatan dari tekad dan kemauan. Seorang Hesri Yeldi, pemuda Nagari Sariak Alahan Tigo, Kecamatan Hiliran Gumanti Solok mungkin tak menyangka bakal menginjakkan kaki di benua biru atau Eropa hanya berbekal sebagai petani beras organik.

Hesri Yeldi. ketua PPO Santiago yang membawa nama Sariak Alahan Tigo, Solok ke dunia in-ternasional

Kunjungan tersebut dalam rangka memperkenalkan beras organik merah, hitam dan putih yang dihasilkan PPO Santiago dalam ajang pameran di Torino Italia yang diselenggaran Slow Food sebuah lembaga yang beranggotakan 160 negara. PPO Santiago mengandeng Javara, sebagai eksportir produk makanan dari Indonesia.

Suatu pencapaian yang patut diapresiasi. Betapa tidak, dari ratusan bahkan ribuan jenis produk Indonesia yang potensial diekspor, pihak Javara hanya mengandeng PPO Santiago dan Martin, produsen selai pala dari Halmahera menjadi mitra yang potensial.

(44)

“Perjalanan jauh” tersebut dimulainya sejak 2008 silam, tepatnya ketika terbentuk Perkumpulan Petani Organik (PPO) di nagari yang berada di balik hijaunya Bukit Barisan itu.

Pemikiran untuk mengangkat potensi nagari dan memberdayakan masyarakatnya merupakan titik awal untuk bergerak. Ketika itu, enam orang pemuda Santiago, satu diantaranya Hesri Yeldi bersepakat dengan walinagari ketika itu, Rahmol mengangkat bidang pertanian yang berwawasan lingkungan sebagai titik sentral untuk mengapai asa. Alasannya? Penduduk Santiago notabene adalah petani dan nagari mereka dilingkup perbukitan yang harus dijaga kelestariannya agar tidak menuai bencana.

Suatu pemikiran yang sederhana memang, namun untuk mewujudkannya butuh perjuangan berat. Betapa tidak, dalam mengenalkan pertanian berwawasan lingkungan atau lebih dikenal saat ini sebagai pertanian organik banyak tantangan yang dihadapi, seperti mengubah prilaku petani yang terbiasa mengunakan sarana produksi hasil pabrikan disamping itu juga memperkenalkan pola baru yang belum tentu bisa diterima langsung oleh masyarakat petani.

(45)

Secara sederhana para pemuda itu mulai mensosialisasikan gagasan besar tersebut kepada para petani dengan istilah kembali ke pertanian saisuak (cara lama). Pola pendekatan yang menyesuaikan dengan kondisi masyarakat mulai memperlihatkan hasilnya. Sejumlah masyarakat nagari mulai menerima pembaharuan yang mereka tawarkan. Bak gayung bersambut, gerakan yang mereka lakukan seiring sejalan dengan program pertanian organik yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh Dinas Pertanian, Pemrov Sumbar.

Berkat tekad yang kuat dan tak kendur oleh tantangan, selang tiga tahun semenjak berdirinya PPO, tepatnya 2011 jerih payah mereka diakui oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumbar dengan

dikeluarkannya sertifikat organik bagi PPO Santiago.

Dengan keluarnya sertifikat tersebut, artinya, PPO Santiago memiliki hak dalam menghasilkan produk pertanian yang diakui berstandar organik dan juga berhak mencantumkan label organik pada tiap kemasan produknya. Adapun pro-duk yang mereka ha-silkan beragam ko-moditas ,diantaranya be-ras merah, bebe-ras hitam, beras putih, serta hasil perkebunan seperti kayu manis, jahe, lengkuas se-muanya dikelola secara organik.

Sebagai bentuk Hesri Yeldi ketika mendampingi mitra kerja dari Javara saat pame-ran yang diselenggarakan slow food.

(46)

konsitensi dan kemurnian dalam menjaga mutu organiknya, PPO Santiago tak sembarangan dalam menerima anggota. Sesuai dengan standar organik yang diakui, maka setiap produk yang mereka terima dari anggota harus melalui tahapan pemeriksaan yang berlapis. Mulai dari kemurnian lahan, proses bu-didaya yang disyaratkan hingga pa-da proses pasca panen berstanpa-dar organik. Dan pemeriksaan itu ber-langsung terus menerus dalam se-tiap masa tanam.

Perjuangan Hesri Yeldi bersama teman-temannya patut menjadi contoh bagi kalangan petani lain di Sumbar.Walau nagari berada di balik bukit dalam deretan Bukit

Barisan dan akses komunikasi terbatas, tak menyurutkan semangatnya untuk memajukan Nagari Sariak Alahan Tigo.

Bermarkas di pondok kayu sederhana berlantai dua di balik rimbunnya pepohonan, disanalah para pengiat organik Santiago mengerakkan roda organisasi dan bahkan menggema

hinga dunia internasional. Berkat kegigihan dan

tekad yang kuat, nagari pada tahun 80-an itu hanya bisa ditempuh dengan kuda beban ini menarik perhatian eko-nom nasional, Faisal Basri untuk mengunju-nginya dan melihat dari Proses pengepakan beras organik di PPO Santiago

(47)

dekat tentang pergulatan panjang ekonomi kerakyatan yang berbasis ekonomi pertanian. Dalam kesempatan tahun 2009 itu para kaum muda yang tergabung dalam OPP Santiago memiliki kesempatan langka untuk dapat berdiskusi langsung dengan Faisal Basri tentang pemberdayaan ekonomi kerakyatan secara keseluruhan.

Kenangan lain juga ditorehkan masyarakat Sariak Alahan Tigo, berkat prestasi yang dicapainya dan tentu saja semangat pantang menyerah dari para penggeraknya, pada tahun 2012 Menteri Petanian RI, berkesempatan untuk mengunjungi Nagari Sariak Alahan Tigo. Peristiwa besar ini tentu menjadi angin segar bagi warga nagari tersebut.

Hesri Yeldi mengenang, para pejabat kabupaten atau provinsi saja tak ada yang mengunjungi nagari tersebut sebelumnya. Malah para orang tua di sana menyebut sambil berseloroh Sajak angok ditampuah hiduang (selama hidup) belum ada pejabat yang mengunjungi. Namun berkat keberhasilan pertanian organik yang digagas oleh kaum muda setempat maka pengaruhnya sangat besar bagi Nagari Sariak Alahan Tigo. Dampak sampingan yang dirasakan oleh para penduduknya, menjelang kedatangan menteri sejumlah infra struktur seperti jalan makin diperbaiki.

Seiring perjalanan waktu, dari data akhir tahun 2013 petani yang tergabung dalam pertanian organik di nagari tersebut telah mencapai 86 orang dengan luasan lahan yang bersistem organik sekitar 480 ha dengan selembar sertifikasi organik. Secara ekonomis, kondisi ini telah membuat petani di Sariak Alahan Tigo mampu mencukupi kebutuhan pangannya sendiri. Maka PPO Santiago hanya membeli 25 persen dari total produksi petani yang diolah menjadi beras organik yang dijual ke luar daerah. Adapun beras organik yang mereka hasilkan terdiri dari dua jenis yakni beras merah, beras hitam dan sisanya beras putih. Dengan harga produk yang bervariasi, beras merah mereka jual Rp20.000 per kemasan dengan berat 1 kg sementara dalam kemasan yang sama beras hitam Rp25.000. memang suatu harga yang pantas untuk produk yang memiliki standar yang diakui dunia.

(48)

inovasi telah ditempuh seperti penjualan melalui online dan membuat jigle atau lagu yang mengambarkan tentang produk yang mereka jual dengan ilustrasi potensi Nagari Sariak Nan Tigo, suatu nagari yang sangat mereka banggakan.

Apalagi inovasi yang bakal muncul setelah Hesri Yeldi kembali dari Italia? Suatu pertanyaan yang menantang. “Banyak pelajaran yang didapat di negeri orang, dan masih banyak lagi yang harus kita benahi di negeri sendiri”, demikian kira-kira tekad yang sedang bergumul di benak Hesri Yeldi seketika baru kembali dari Italia, awal November 20014.

Selama perhelatan antara 21 hingga 28 Oktober 2014, banyak pelajaran yang dia serap. Malahan dia memiliki pemikiran, di negara maju seperti Eropa suatu hal yang sederhana namun dengan perlakuan yang luarbiasa mampu memberi nilai tambah yang sangat berlipat ganda. Lebih ironisnya, bahan baku yang mereka olah malah berasal dari negeri kita namun dengan sentuhan kreativitas dan tentu saja dengan teknologi yang memungkinkan, mereka memiliki nilai tambah yang jauh lebih besar dari apa yang kita dapat.

Tentu ini menjadi tantangan tersendiri. Hesri memberi contoh, ketika di Torino dia melihat bagaimana kacang makademia yang mereka olah dan kemudian menjelma menjadi kue bolu yang sangat menarik. Sepertinya, perlakuan yang masih bisa kita buat seperti mereka. Di sisi lain, hanya sentuhan terhadap kemasan mampu memberi daya tarik dan berpeluang menjadikan komoditas tersebut dicari pelanggan.Mungkin hal ini sederhana untuk dipikirkan namun butuh daya kreativitas yang tingi untuk membuatnya.

(49)

Ketika masih anak-anak sangat membenci dunia pertanian, namun saat dewasa malah sangat menyintainya

malah tak ada niat untuk meninggalkannya. Begitu sekelumit penggalan hidup Dewi Karlina, seorang lulusan

perguruan tinggi dan pernah pula bekerja di perusahaan asing menjelma menjadi petani berhasil dan juga sebagai

petani pelopor untuk sistem organik di Kabupaten Limapuluh Kota.

P

erjalanan menjadi seorang petani yang berhasil bukanlah sesuatu yang gampang dilalui Dewi , malah keberhasilan menjadi pemasok beras organik terbesar di Limapuluh Kota ini berawal dari kegagalan. Tahun

Kemandirian Petani

Gagal, Keberhasilan Tertunda

(50)

2008 merupakan tonggak awal Dewi bersama 20 orang anggota Kelompok Tani “Sehati” Batu Payuang merintis pertanian organik di daerahnya. Ketika itu Sumbar sedang dilanda kelanggkaan pupuk, faktor ini menjadi salah satu penyebab adanya inisiatif untuk beralih dari sistem konvensional ke organik. Disamping adanya program pelatihan dan pembengkalan dasar tentang pertanian organik.

Pada awalnya anggapan Dewi bersama para anggota kelompoknya, bertani secara organik hanya mengunakan pupuk kandang semata, tanpa adanya perlakuan lain yang berstandar organik. Akibat dari ketidaktahun itu, apa yang mereka alami cukup fatal. Panen yang mereka harapkan mampu memberi pendapatan lebih, malah hasil yang sebaliknya mereka peroleh.

Kenyataan yang membuat mereka terpukul adalah panen yang berkisar di angka 900 kg/ Ha. Suatu hasil awal yang kurang mengembirakan dan sangat mengecewakan mereka . Namun, walau kecewa dan sedih mereka pantang menyerah. Berbekal tekad yang kuat untuk bangkit lagi, Dewi dan kawan-kawan dalam kelompok “Sehati” mulai introspeksi dan mengevaluasi tentang apa yang pernah dan belum mereka lakukan pada sistem pertanian organik.

Ibarat orang kehausan, semua ilmu dan teknis tentang organik mereka teguk habis. Sejumlah pelatihan tentang organik diikuti, bimbingan petugas lapangan ditaati. Berkat introspeksi dan mau belajar dari kesalahan masa lalu. Akhirnya mereka kembali memulai masa tanam ke dua dalam sistem organik.

Walau agak berat, langkah awal untuk mengembalikan kondisi lahan yang telah lama rusak akibat bertani konvensional dapat mereka lalui. Dengan berbekal kompos jerami yang selama ini dibakar dan penerapan sistem organik secara total, lambat laun kesuburan lahan mampu menampung harapan mereka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Keyakinan dan keteguhan hati dapat membangkitkan kembali asa yang mampir padam. Dewi dan anggota kelompok berprinsip “Kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda”.

(51)

ini terwujud dan malah diluar perkiraan sebelumnya. Angka 6000 kg/ ha dapat mereka hasilkan, suatu nilai panen yang sangat melegakan hati dan membuat kepercayaan diri makin meningkat. Suatu hasil yang sepadan dengan cucuran peluh yang mereka tumpahkan selama ini.

Dari hasil yang mereka peroleh itu, semakin memantapkan prinsip mereka melakukan cara bertani organik untuk seterusnya.

Harus diakui, bertani secara organik membutuhkan semangat dan keinginan yang luar biasa. Dewi berprinsip, seorang petani harus “meng-organikkan” dirinya terlebih dahulu sebelum terjun dalam sistem pertanian tersebut. Artinya, harus siap fisik dan mental, sebab pola ini membutuhkan kesungguhan, kejujuran dan kerja keras. Betapa tidak, cara bertani yang rendah biaya ini harus dibayar dengan tenaga yang lebih. Kecendrungannya, semua satuan produksi seperti pupuk, pengendali hama dan penyakit harus dibuat sendiri.

Logikanya, semua potensi yang ada di sekitar kita bisa dimanfaatkan untuk menunjang keberhasilan dalam bertani secara organik. Malahan, yang selama ini dianggap mengganggu dan sering dibuang bisa dimanfaatkan seperti membuat mol keong emas. Sebelumnya, para petani sering dibuat pusing dengan keberadaan keong tesebut, namun ketika manfaatnya diketahui untuk meyuburkan tanah malah sekarang para petani berlomba untuk mengunakannya.

Setelah mengetahui seluk beluk pertanian organik dan mempraktekkanya secara sunguh-sunguh, dampak lain yang ditimbulkannya bukan sekedar produksi dan sistem pertanian saja yang dikuasai oleh para anggota kelompok, namun yang terpenting menurut Dewi adanya perubahan sikap, kepercayaan diri yang makin tinggi dan wawasan anggota kelompok semakin meningkat.

(52)

Seiring waktu, perkembangan pola bertani secara organik makin memperlihatkan hasil yang mengembirakan. Sementara itu dengan makin bersunguh-sunguhnya para anggota kelompok “Sehati” maka pemerintah melalui dinas pertanian pada tahun 2010 mengelontorkan bantuan sebesar Rp 10 juta kepada kelompok. Dengan insentif itu makin memacu semangat anggota kelompok untuk berusaha lebih giat lagi. Dan pada tahun yang sama, Dewi Karlina sebagai ketua kelompok mengikuti proses magang di IPO Aie Angek.

Proses magang tersebut, benar-benar dimanfaatkan oleh Dewi untuk menimba ilmu organik secara total. Dia bertekad , sekembalinya dari IPO seluruh ilmu yang didapat bakal ditularkan kepada teman-teman sesama kelompok dan masyarakat sekitar. Pada proses magang inipun Dewi menimba ilmu tentang proses budidaya sayuran organik. Sebab, pada tahun 2009 kelompok Sehati pernah mencoba mengembangkan budidaya sayuran organik disamping padi, namun belum memperlihatkan hasil yang memuaskan dan malah cendrung gagal.

Pada proses magang setelah mendapatkan teori dilanjutkan dengan praktek di lapangan sistem ini memang memiliki dampak yang sangat berarti, sebab ilmu yang baru didapat langsung diterapkan sehingga memiliki nilai edukasi yang sangat cepat dan mudah diserap oleh para peserta magang. Pada proses ini selalu dilakukan diskusi dan evaluasi, setiap tahap pembelajaran selalu dilakukan evaluasi dan masing-masing peserta harus memahami apa yang telah mereka pelajari. Agar ketika kembali ke daerahnya masing-masing dapat menerapkan ilmu dan menyebarkannya untuk masyarakat sekitar.

(53)

Puncaknya terjadi pada 5 Desember 2013, LSO Sumbar mengeluarkan sertifikat organik bagi Kelompok Tani Sehati. Penyerahan dihadiri oleh Wakil Bupati Limapuluh Kota Drs.H.Asyirwan Yunus, M.Si, moment ini benar-benar dimanfaatkan oleh Dewi beserta seluruh anggota kelompoknya untuk melakukan promosi dan pengenalan produk organik yang dimilikinya. Acara tersebut diupayakan semeriah mungkin dengan tujuan supaya masyarakat luas benar-benar yakin bahwa produk mereka telah diakui sebagai produk dengan standar organik.

Dampak yang dihasilkan dari acara tersebut sunguh luar biasa. Pad kesempatan itu Wakil Bupati langsung memesan dan sekaligus mengajak seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkungan Pemkab Limapuluh Kota untuk mengunakan produk organik. Hingga saat ini pesanan dari SKPD tersebut tetap berdatangan.Malahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kelompok tani Sehati kewalahan dan tidak bisa mencukupinya.

Untuk mengambarkan kesulitan dalam memenuhi permintaan itu, Dewi membandingkan hasil panen dari 17 Ha lahan yang digarap 4 bulan habis dalam waktu satu bulan. Sehingga para konsumen terpaksa menunggu jelang panen musim berikutnya. Dari fakta yang ada tersebut, jelas bahwa kekhawatiran para angggota kelompok yang tadinya belum yakin bahwa pasar beras organik itu terbuka luas akhirnya terbantahkan. Dewi menyakini, bertani secara organik adalah pola petanian yang sesuai dengan syariat Islam. Apa alasannya? Dalam ajaran agama Islam, manusia dilarang membuat kerusakan di atas bumi. Sementara dalam sistem pertanian konvensional menurut Dewi banyak memberi nilai negatif, seperti halnya membunuh hama dan penyakit tanaman, sementara dalam pertanian organik organisme pengganggu itu dikendalikan bukan dimusnahkan. Di sisi lain tentang pemupukan, banyak dampak negatif yang dihasilkan seperti diantaranya jasad renik yang ada dalam tanah bakal terganggu dan malah musnah sementara sifat fisika dan kimia serta biologi tanah juga ikut rusak.

(54)

selalu mengaitkan pertanian organik dengan sentuhan agama. Sehingga dengan sendirinya banyak angggota kelompok yang menerima. Dalam menularkan “virus” organik ini, Dewi tetap mengedepankan pendekatan keagamaan serta pengalamannya selama mengeluti pertanian organik. Diakuinya, para petani mau menerima cara baru kalau telah melihat dan membuktikan langsung keberhasilan yang telah dicapai.kondisi ini harus diterima, sebab para petani kita sangat bergantung pada hasil yang mereka tanam dan secara logika tentu mereka tidak mau berspekulasi dengan sistem yang baru diperkenalkan.

Bendahara KTNA Kabupaten Limapuluh Kota inipun mengungkapkan, berkat pendekatan yang memadai dan melihat keberhasilan yang telah dicapai oleh kelompok tani Sehati, saat ini telah banyak bermunculan kelompok-kelompok tani organik yang baru.

Malahan, sejak melakukan praktek petanian organik telah banyak pencapaian yang diraihnya. Terutama sekali tentang perubahan pada diri sendiri sepeti meningkatnya wawasan serta membentuk kepribadian yang bisa diterima orang banyak. Disamping sejumlah bantuan yang diangapnya sebagai berkah dan sekaligus amanah. Adapun pencapaian yang pernah diterimanya pada 2012 mendapat penghargaan dari pemerintah pusat dalam hal penddidikan dan edukasi pada petani yang langsung diberikan oleh Presiden RI, SBY.

Disamping itu sejumlah bantuan juga telah banyak diterimanya bersama kelompok Sehati terutama berkaitan dengan petanian organik. Seperti pada 2011, bantuan senilai Rp 300 juta dalam program sarjana masuk

Referensi

Dokumen terkait

Standar Nasional Indonesia atau SNI didefinisikan sebagai standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. SNI

Dari hasil Penelitian tentang Strategi Pengembangan dan Analisis Kelayakan Usaha Pertanian Padi Organik Bersertifikat SNI Pangan organik diperoleh hasil Matriks SWOT

Dalam rangka memenuhi kebutuhan bibit sapi Madura, maka perlu segera ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai pedoman persyaratan mutu bibit sapi Madura.. “Hak Cipta

Apabila dibandingkan dengan standar mutu minimum sebagaimana ketentuan SNI 7355-2008 (BSN, 2008) maka bibit-bibit sapi betina induk yang dimiliki kelompok tani ‘Sejahtera’ dapat

Memenuhi kebutuhan bibit unggul yang memenuhi kriteria dan standar dalam negeri dan ekspor, meliputi benih/bibit ternak untuk pemurnian/pelestarian plasma nutfah,

Standar Nasional Indonesia (SNI 01–372 –1995) telah menetapkan syarat mutu tepung jagung menurut kriteria mutu dengan syarat mutu untuk masing-masing kriteria. Kriteria

Standar Mutu Benih asal Sambung grafting Kriteria Standar Umur benih 3 - 8 bulan setelah penyambungan Tinggi benih Minimal 20 cm Diameter batang Minimal 0,5 cm Jumlah Daun Minimal

Peraturan ini menetapkan skema penilaian kesesuaian terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) Kriteria Ekolabel untuk memastikan produk atau jasa memenuhi kriteria lingkungan hidup