MAKALAH
MAKANAN DAN MINUMAN YANG HALAL
DAN HARAM DALAM ISLAM
DOSEN PEMBIMBING : JUNAIDI ABDILLAH M.SI.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
1.ANGGA HANDIKA
(1411010255)
2.ARIS MUNANDAR
(1411010263)
3.RIAN SAPUTRA
(1411010381)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penulisan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Pengertian Halal dan Haram ... 3
B. Dalil yang Menerangkan Halal dan Haram ... 4
C. Jenis-jenis Makanan Halal ... 5
D. Jenis-jenis Makanan Haram ... 6
E. Dampak Negatif Mengkonsumsi Makanan Haram ... 12
F. Sebab-sebab Haramnya Makanan ... 12
BAB III PENUTUP ... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian
latar
belakang
dapat
di
tarik
rumusan
masalahnya,diantaranya :
a. Apakah pengertian Halal dan Haram ?.
b.
Hadist atau Qur‟an Surah apa yang menerangkan tentang halal dan
haram?.
c. Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan halal ?.
d. Apa saja yang termasuk dalam jenis-jenis makanan haram ?.
e. Dalil apa yang menerangkan makanan halal dan makanan haram?
f. Apa saja manfaat mengkomsumsi makanan halal ?.
g. Apa dampak negatif dari mengkomsumsi makanan haram ?.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni :
a. Mengetahui pengertian dari halal dan haram.
b. M
engetahui dalil ( hadist atau Qur‟an Surah) yang menerangkan
tentang halal dan haram.
c. Mengetahui jenis-jenis makanan halal.
d. Mengetahui jenis-jenis makanan haram.
e. Mengetahui dalil yang menerangkan mengenai makanan halal dan
haram.
f. Mengetahui manfaat mengkomsumsi makanan halal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Halal dan Haram
1.
Pengertian Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab (ﻞﻼﺣ)yang berarti disahkan,diizinkan,dan diperbolehkan. Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asd di dunia
ini halal semua untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu
yang terdapat dalam Al Qur‟an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad
SAW.Tiap benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya adalah halal kecuali
kalau ada larangan secara syar‟i. Dalam sebuah hadist Rosulullah SAW pernah
ditanyapara sahabat tentang hukum minyak sapi (samin), keju, kulit
binatangbeserta bulunya untuk perhiasan maupun untuk tempat duduk.
2.
Pengertian Haram
Kata haram berasal dari bahasa Arab (ݦݛﺣ)yang berarti larangan (dilarang oleh
agama). Termasuk di antara keluasan dan kemudahan dalam syari‟at Islam, Allah
-Subhanahu wa Ta‟ala- menghalalkan semua makanan yang mengandung maslahat
dan manfaat, baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada
individu maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan
semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar daripada
manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan kebaikan hati, akal, ruh,
dan jasad, yang mana baik atau buruknya keempat perkara ini sangat ditentukan
-setelah hidayah dari Allah- dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia
yang kemudian akan berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun
B.
Dalil yang Menerangkan Halal dan Haram
Adapun dalil yang menerangkan halal dan haram:
1.“… Barang yang di halalkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah halal, dan barang yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya adalah haram. Dan sesuatu
yang tidak dilarang-Nya, mak barang itu termasuk yang diafkan-Nya, sebagai
kemudahan bagi kamu.”(HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi) Fiqih sunnah oleh
Sulaiman Ar Rasyid).
2)“Dan makanlah makan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman pada
-Nya.”(QS. Al Maidah : 88).
3). “Dia telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagian menjadi
minuman dan sebagainnya (menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang ada
(tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”(QS.An Nahl : 10)
4). “Wahai orang beriman sesungguhnya arak (khimar), berjudi, qurban untuk
berhala, undian dengan panah adalah dosa dan termasuk perbuatan syaitan, maka
juhilah agar kamu mendapat keberuntungan (QS.Al Maidah :90)
5)“Sesungguhnya Sa‟ad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW agar
didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka beliau bersabda
kepadanya : “Perbaiki makanan, niscaya diterima doa-doamu “(HR. Tabrani)
6)“Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci yang telah diberikan Allah pada
kamu…”(QS. An Nahl :114)
7).Nabi -Shallallahu „alaihi wasallam- pernah bersabda:
اُ َ ا َ ْ َ اُ َل َ اِا َ َ ْ ا َ ِ ا َ َ َ اٍ ْ َ ا َ ُ َ
“Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka neraka lebih pantas untuknya”.
8).اِ َيُ ْ َل ا َ ِ اْ ُي ِ ْ َ ِ ا ُ ْ ُ اَ َ
C.
Jenis-jenis Makanan Halal
Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh, dan boleh jadi
makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya makanan yang tidak
halal bisa mengganggu kesehatan rohani. Daging yang tumbuh dari makanan
haram, akan dibakar di hari kiamat dengan api neraka.
Makanan halal dari segi jenis ada tiga :
(1) Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci, ayam,
kambing, sapi, burung, ikan.
(2) Berupa nabati (tumbuhan) seperti padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan
lain-lain.
(3) Berupa hasil bumi yang lain seperti garam semua.
Makanan yang halal dari usaha yang diperolehnya, yaitu :
1). Halal makanan dari hasil bekerja yang diperoleh dari usaha yang lain seperti
bekerja sebagai buruh, petani, pegawai, tukang, sopir, dll.
2). Halal makanan dari mengemis yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan
itu halal , tetapi dibenci Allah seperti pengamen.
3). Halal makanan dari hasil sedekah, zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah,
warisan, wasiat, dll.
4). Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang didapat dalam
peperangan (ghoniyah).
Binatang yang berkehidupan didarat, ada yang halal dan ada pula yang haram.
Binatang yang halal diantaranya : Unta,Sapi,Kerbau, Kambing, Kuda, Ayam,
D.
Jenis-jenis Makanan Haram
Makanan yang haram dalam Islam ada dua jenis:
1. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari makanan tersebut
memang sudah haram, seperti :
A. Bangkai
Bangkai adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syar‟iy
dan juga bukan hasil perburuan.
Allah -Subhanahu wa Ta‟ala- menyatakan dalam firman-Nya:
ا َ َ اُ َ يِطَل َ اُ َ ِ َ َلُ ْ َ اُةَ ُقْ َ ْ َ اُ َ ِلَ ْلُ ْ َ اِ ِ اِ ََاِ ْيَغِ اَلِهُ ا َ َ اِ ِ ْلِ ْ اُ ْ َ َ اُاَ َ اُ َلْيَ ْ اُ ُيْيَ َعا ْ َ ِ ُح اْ ُلْيَ َ ا َ ا َ ِ اُ ُ َل اَلَ َ
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya”. (QS. Al-Ma`idah: 3)
Dan juga dalam firmannya:
اٌ ْلِ َ اُ َ ِ َ اِ ْيَ َعاِ ََاُ ْا اِ َ ْ ُ اْ َ ا َ ِ ا ُ ُ ْ َ اَ َ
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan”. (QS. Al-An‟am: 121)
Jenis-jenis bangkai berdasarkan ayat-ayat di atas:
1. Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena tercekik.
2. Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena pukulan keras.
3. Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
4. An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan lainnya.
5. Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang buas.
6. Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya disetrum.
7. Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak membaca basmalah.
8. Semua hewan yang disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca
9. Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal ini
berdasarkan hadits Abu Waqid secara marfu‟:
اٌ َلْيَ اَ ُ َ ا ٌ َيَحاَ ِهَ اِ َ ْيِ َ ْ ا َ ِ اَ ِطُقا َ
“Apa-apa yang terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup, maka potongan itu adalah bangkai”. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy dan
dishohihkan olehnya)
Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini halal dimakan:
1. Ikan, karena dia termasuk hewan air dan telah berlalu penjelasan bahwa semua
hewan air adalah halal bangkainya kecuali kodok.
2. Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu „Umar secara marfu‟:
اِا َلَلْيَ ْ ا َ َ َ ا ِا َ َ َ اِا َلَلْيَ ا َلَ اَلِحُ : اُ َ َ ْ َ اُ َ َل َ , اِا َ َ ا َ َ َ : اُا َ ِط َ اُ ِ َيْ َ
Nasa`iy, bahwa Nabi -Shallallahu „alaihi wasallam- bersabda:
اِ ِ ُ اُة َ َ اِ ْيِلَ ْ اُة َ َ
“Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan induknya”.
Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka janin yang ada dalam
perutnya halal untuk dimakan tanpa harus disembelih ulang.
B. Darah
Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini dijelaskan dalam surah
Al-An‟am ayat 145:
ا ًح ُ ْلَ ا ً َ اْ َ “Atau darah yang mengalir”.
Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ibnu
„Umar yang baru berlalu. Juga dikecualikan darinya darah yang berada dalam
C. Daging babi
Telah berlalu dalilnya dalam surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang
diinginkan dengan daging babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya
termasuk lemaknya.
D. Khamar
Allah -Subhanahu wa Ta‟ala- berfirman:
اَا ُ ِ ْ ُ اْ ُيَ َ َ اُو ُ ِلَلْا َ اِا َطْيَل اِلَ َعا ْ ِ اٌ ْاِ اُا َ ْ َ ْا َ اُا َ ْ َ ْا َ اُ ِلْيَ ْ َ اُ ْ َ ْ ا َ َ ِ ا ُلَ َ ا َ ِ َ ا َ ُ َ َ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”. (QS. Al-Ma`idah: 90
Dan dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu „Umar -radhiallahu „anhuma-
secara marfu‟:
dalam hadits riwayat Muslim dari Ibnu „Umar -radhiallahu „anhuma- secara
marfu‟:
اٌا َ َحاٍ ْ َ اُلُ َ ا ٌا َ َحاٍ ِيْلُ اُلُ
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah haram”.
Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan seluruh jenis dan macamnya.
E. Semua hewan buas yang bertaring
Sahabat Abu Tsa‟labah Al-Khusyany -radhiallahu „anhu- berkata:
اِا َ ِل اَ ِ اٍا َ اْ ِ اِلُ ا ْ َعا َ َ ا ا ا ي عاَا اَاا ا اَاَ
“Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu „alaihi wasallam- melarang dari (mengkonsumsi) semua hewan buas yang bertaring”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
Dan dalam riwayat Muslim darinya dengan lafazh, “Semua hewan buas
yang bertaring maka memakannya adalah haram”.
Yang diinginkan di sini adalah semua hewan buas yang bertaring dan
menggunakan taringnya untuk menghadapi dan memangsa manusia dan hewan
Jumhur ulama berpendapat haramnya berlandaskan hadits di atas dan
hadits-hadits lain yang semakna dengannya.
F. Semua burung yang memiliki cakar
Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar
yang kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur
ulama dari kalangan Imam Empat -kecuali Imam Malik- dan selainnya menyatakan
pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu „Abbas -radhiallahu „anhuma-:
اِ ْيَط ا َ ِ اٍ َ ْ َ اْ ِ اُلُ َ ا ِا َ ِل اَ ِ اٍا َ اْ ِ اِلُ ا ْ َعا َ َ
“Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan semua burung yang memiliki cakar”. (HR. Muslim)
G. Jallalah
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain, baik
berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda,
angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses), dan sebagian gagak. Lihat
Nailul Author (8/128).
Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad -dalam
satu riwayat- dan salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafi‟iyah, mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu „Umar -radhiallahu „anhuma- beliau berkata:
َ ِ َ ْ َ َ اِ َ َاَ ْ اِلْ َ ا ْ َعا ا ا ي عاَا اَاا ا ا َ َ
“Rasulullah -Shallallahu „alaihi wasallam- melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum susunya” (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`iy (3787))
Beberapa masalah yang berkaitan dengan jallalah:
1. Tidak semua hewan yang memakan feses masuk dalam kategori jallalah yang
diharamkan, akan tetapi yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan
makanannya adalah feses dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga
semua hewan air pemakan feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air
adalah halal dimakan.
2. Jika jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih dari feses
H. Keledai jinak (bukan yang liar)
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian
riwayat darinya. Dari Anas bin Malik -radhiallahu „anhu, bahwasanya Rasulullah
-Shallallahu „alaihi wasallam- bersabda:
اِ َيِ ْهَ ْا اِ ُ ُ ْ ِاِاْ ُ ُ ا ْ َعاْ ُ َيَ ْلَ ا ا اَاَاِ , اٌ ْاِ ا َ َ ِ َ
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis”. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)
Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir -radhiallahu „anhu-
berkata:
اْ ِ ْهَ ْا اِ َ ِ ْ اِ َعا ا ا ي عاَا ا ل ا َ َ َ َ ا اِ ْحَ ْ اَ ُ ُحَ اَلْيَ ْ َ اٍ َ ْيَ ا َ َ َ ا َلْ َ َ
“Saat (perang) Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi
-Shallallahu „alaihi wasallam- melarang kami dari keledai jinak”. (HR. Muslim)
Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu „Abdil Barr
menyatakan, “Tidak ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang
pengharamannya”. Lihat Al-Mughny beserta Asy-Syarhul Kabir (11/65). [Al-Bada`i' (5/37), Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/525), dan Al-Bidayah
(1/344].
I. Kuda
Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat
perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr -radhiallahu
„anhuma-:
اُو َلْ َ َ َ ا ا ا ي عاَا اَاا ا اِ ْ َعا َ َعا ًاَ َ ا َ ْ َ َ
“Kami menyembelih kuda di zaman Rasulullah -Shallallahu „alaihi wasallam- lalu kamipun memakannya”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)
Maka ini adalah sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi -Shallallahu
„alaihi wasallam-.
Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan Asy-Syafi‟iyyah, Al
-Hanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab Malikiyah, serta merupakan
J. Anjing
Para ulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di antara dalil yang
menunjukkan hal ini
adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang bertaring yang telah berlalu
pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi -Shallallahu „alaihi wasallam- bahwa
beliau bersabda:
اُ َلَ َ اَاَ َحا ً ْيَ اَاَ َحا َ ِ اَاَاِ
“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan mengharamkan harganya [12]“.
Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan minuman halal, yaitu :
1). Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan sehari-hari,
2). Dapat menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
3). Mendapat perlindungan dari Allah SWT,
4). Mendapatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
5). Tercermin kepribadian yang jujur dalam hidupnya dan sikap apa adanya,
6). Rezeki yang diperolehnya membawa barokah dunia akhirat.
7). Manusia dapat bertahan hidup di dunia sampai batas yang di tentukan Allah
SWT.
8). Manusia dapat mencapai ridha Allah SWT. dalam hidup karena dapat memilih
jenis makanan maupun minuman yang baik sesuai petunjuk Allah SWT.
9). Manusia dapat memiliki akhlak karimah karena makanan dan minuman yang
halal memengaruhi watak dan perangai manusia menjadi seperti sabar, tenang, dan
qanaah.
10). Manusia dapat terhindar dari akhlak mazmumah karena tidak mengkomsumsi
makanan dan minuman yang haram. Makanan dan minuman yang haram akan
mempengaruhi sikap mental menjadi tidak terpuji seperti mudah marah, kasar
E.
Dampak Negatif Mengkomsumsi Makanan Haram
Dampak negatifnya adalah :
A). Merusak Jiwa
B). Berbahaya Dan Merusak Hak Orang Lain
C). Memubazirkan Dan Membahayakan Kesehatan
D). Menimbulkan Permusuhan Dan Kebencian
E). Menghalangi Mengingat Allah
F.
Sebab-Sebab Haramnya Makanan
Sebab-sebab pokok haramnya makanan ada lima: 1.Sebab ada nash al-quran atau al-hadist
2.sebab disusuruh membunuhnya
3.sebab dilarang membunuhnya,seperti kodok(katak)
4.sebab keji (kotor menjijikan)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian Halal
Kata halal berasal dari bahasa Arab (ﻞﻼﺣ)yang berarti disahkan,diizinkan,dan diperbolehkan. Pada prinsipnya semua makanan dan minuman yang asd di dunia
ini halal semua untuk dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu
yang terdapat dalam Al Qur‟an dan yang terdapat dalam hadist Nabi Muhammad
SAW.
Pengertian Haram
Kata haram berasal dari bahasa Arab (ݦݛﺣ)yang berarti larangan (dilarang oleh