PENDAHULUAN Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan.
Perkembangan luas panen kedelai Indonesia periode 1980-2015berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan lajupeningkatansebesar 0,62% per tahun. Pada tahun 2015 diperkirakan luas panenkedelai meningkat 4,01%, menjadi 640,35 ribu hektar dari tahunsebelumnya sebesar 615,69 ribu hektar. Produksi kedelai di Indonesiapada periode 1980-2015 berfluktuasi cenderung meningkat denganrata-rata pertumbuhan sebesar 2,37% per tahun. Berdasarkan dataBPS tahun 2015, produksi kedelai diperkirakan mencapai998,87 ribu ton atau meningkat 4,59% dibandingkan tahun 2014 sebesar 955,00 ribu ton
(BPS, 2015).
Pemanfaatan potensi lahan antara lain memanfaatkan lahan di antara barisan kelapa sawit. Peluang intercropping tanaman kelapa sawit pada masa TBM dengan tanaman pangan masih terbuka, misalnya dengan tanaman padi ladang atau kedelai. Melalui intercropping ini, perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dengan mendukung ketahanan pangan nasional (PPKS, 2007).
Indonesia mempunyai perkebunan kelapa sawit lebih dari 6,8 juta hektar. Sumatera Utara memiliki areal kelapa sawit terluas di Indonesia (363.095 ha) tetapi umumnya ada lahan yang tidak digunakan secara efisien pada antar barisannya. Sebagai upaya optimalisasi lahan dan mengatasi penyediaan pangan, kedelai dapat menjadi tanaman sela pada perkebunan kelapa sawit. Menanam kedelai di antara barisan dapat menyediakan nitrogen alami yang diikat oleh rhizobiumnya, serta dapat menambah pendapatan petani (PPKS, 2007).
Salah satu bentuk respons tanaman terhadap cahaya rendah adalah adanya perubahan morfologi pada batang karena efek naungan, sehingga batang mengalami etiolasi (Yunita et al.,2008). Hal ini berhubungan dengan aktifitas hormon auksin yang menyebabkan semakin tingginya tanaman kedelai dengan meningkatnya taraf naungan (Zamski, 1996).
hektar(Hasibuan, 2005). Sehingga ada lahan diantara kelapa sawit yang memungkinkan untuk ditanami.
Varietas adalah sekumpulan individutanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Sutopo, 1998).
Dewasa ini dikenal beberapa varietas unggul yang beredar di masyarakat, diantaranya varietas Anjasmoro, Grobogan, Wilis dan Dena 1 . Varietas Wilis memiliki potensi hasil 1.626 kg/ha, tinggi batang sedang (40 -50 cm), batang kokoh, bercabang dan tidak mudah rebah, warna batang hijau, bobot biji, bobot biji (9 -10 gram/l00 biji), umur panen 88 hari (Balitkabi, 2011). Varietas Anjasmoro memiliki potensi hasil 2,25ton ha-1, tahan rebah, polong tidak mudah rebah dan pecah, agak tahan terhadap penyakit karat daun, ukuran biji besar (16 g/100 biji),umur panen 83-93 hari. Varietas kedelai grobogan memiliki potensi hasil 2,77 ton ha-1, bobot biji 18 g/100 biji, umur panen 76 hari. Varietas kedelai Dena 1 memiliki potensi hasil 2,89 ton ha-1 , bobot biji antara 11,07 - 16,06 g/100 biji), umur panen 78 hari (Balitkabi, 2015).
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai di bawah tegakan kelapa sawit 4 tahun dan 8 tahun.
Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh yang nyata pertumbuhan dan hasil beberapa varietas
kedelai di bawah tegakan kelapa sawit 4 tahun dan 8 tahun. Kegunaan Penelitian