• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (studi di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Sumatera Utara)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

berkepanjangan.Seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.Yang merupakan usaha untuk memulihkan

kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dengan mencoba mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau dikenal dengan istilah Good Governance.Kewajiban pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil dari program yang dilaksanakan kepada

wakil rakyat dan juga kelompok masyarakat yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.

Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri sebagai lembaga eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya

masyarakat. Menurut Soelendro (2000:13), unsur - unsur pokok upaya perwujudan Good Governance ini adalah transparency, fairness, responsibility dan accountability. Menurut

Yunus (2000:1), unsur - unsur good governance adalah tuntutan keterbukaan (transparency),

peningkatan efisiensi di segala bidang (efficiency), tanggung jawab yang lebih jelas (responsibility) dan kewajaran (fairness). Hal ini muncul sebenarnya sebagai akibat dari

perkembangan proses demokratisasi di berbagai bidang serta kemajuan profesionalisme. Dengan demikian, pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini

(2)

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001 memunculkan jenis

akuntabilitas baru, sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999. Dalam hal ini terdapat tiga jenis pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu:

(1) pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi,

(2) pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan, dan

(3) pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Sementara di tingkat pemerintah pusat, pertanggungjawaban keuangan tetap dalam bentuk pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).Saat ini di Indonesia sedang dilakukan persiapan penyusunan suatu standar akuntansi pemerintahan

yang lebih baik serta pembicaraan yang intensif mengenai peran akuntan publik dalam memeriksa keuangan negara maupun keuangan daerah.Namun, tampak bahwa akuntabilitas

pemerintahan di Indonesia masih berfokus pada sisi pengelolaan keuangan negara atau daerah.

Memasuki era reformasi, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di

propinsi, kota maupun kabupaten mulai membahas laporan pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama. Beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan

atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belanja daerah.Melihat pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat tentang akuntabilitas pemerintahan tidak

dapat dipenuhi hanya oleh informasi keuangan saja.Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif.

Terkait dengan masalah akuntabilitas di Indonesia, menurut Kumorotomo (2010) ada

(3)

daerah.Sehubungan dengan ethical accountability, dari pengalaman juga menunjukan bahwa

buruknya kinerja akuntabilitas hal itu bisa dilihat dari banyaknya dana yang tidak terserap dan belum lagi banyaknya PEMDA yang kemudian menyimpan dananya daripada untuk merealisasikannya bagi masyarakat. Persoalan lain juga banyaknya alokasi dana yang

diperuntukan bagi belanja aparatur daripada belanja langsung untuk rakyat. Akuntabilitas itu sendiri merupakan suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban untuk

menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau badan hukum dan pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Lembaga Administrasi Negara,

2003).Lingkungan yang mempengaruhi akuntabilitas suatu entitas dapat meliputi lingkungan internal dan eksternal yang dapat membentuk, memperkuat atau memperlemah efektifitas

pertanggungjawaban instansi dan tanggungjawab yang dilimpahkan kepadanya.

Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak berupa tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan daerah di setiap negara, termasuk

Indonesia. Pada era ini, kondisi persaingan antar negara akan semakin pesat sehingga pemerintah dituntut untuk dapat menerapkan dan mengimplementasikan strategi bersaing

yang tepat dalam hal perencanaan pembangunan daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diamandemen dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah melahirkan paradigma baru dalam hal pelaksanaan otonomi daerah, yakni

setiap daerah memiliki kewenangan otonomi secara penuh, luas, dan bertanggung jawab.

Penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan undang-undang tersebut telah

(4)

dengan cara memaksimalkan segala potensi sumber daya yang juga berasal dari daerah

tersebut.

Terdapat prinsip lainnya yakni, akuntabilitas yang mendasari penerapan good governance di lingkungan organisasi sektor publik.Tuntutan akuntabilitas sebagai bagian dari

terciptanya good governance terhadap penyelenggaraan pemerintahan berjalan seiring dengan semakin luasnya sistem pemerintahan yang berbasis otonomi daerah di Indonesia. Menurut

Mardiasmo (2006:203), akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban yang berarti bahwa proses penganggaran dimulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat.

Masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui anggaran tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran

tersebut.Kedua definisi ini menegaskan pentingnya akuntabilitas publik dalam peningkatan kinerja manajerial, karena dengan adanya akuntabilitas, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada publik dalam

bentuk penyajian informasi keuangan organisasi.

Perkembangan sektor publik di Indonesia semakin menguatkan tuntutan pelaksanaan

akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik baik di pusat maupun di daerah, unit – unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga – lembaga Negara.BPKP melihat bahwa dalam pelaksanaan akuntabilitas di instansi pemerintah, harus memegang teguh tiga prinsip yaitu

pertama, adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan; kedua, berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara

(5)

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan penerapan manajemen kinerja

pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi, yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem

pertanggungjawaban secara periodik.Dalam rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi anggaran yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif (value for money) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Pengalaman yang

terjadi selama ini menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.Anggaran daerah, khususnya belanja daerah belum mampu berperan sebagai

insentif dalam mendorong laju perkembangan di daerah. Disisi lain banyak ditemukan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas dan kurang mencerminkan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas, karena kualitas perencanaan

anggaran daerah relatif rendah.

Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah diharapkan memiliki kinerja

yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan harus selalu tanggap terhadap daerahnya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan juga berkualitas. Di Sumatera Utara, terdapat lembaga teknis daerah di bidang perijinan yang dikenal dengan

BPPT (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu) yang dipimpin oleh seorang kepala badan. Badan ini mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan

pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.

(6)

bertanggungjawab, dan untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi

pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah.Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah juga dimaksudkan untuk memotivasi instansi pemerintah untuk memperbaiki perencanaan dan pemprograman,

mobilisasi sumber daya, manajemen dan penganggaran, desain, dan implementasi proyek dari waktu ke waktu agar tercipta peningkatan kinerja instansi pemerintah secara terus menerus.

Harsanti (2008) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan pengendalian akuntansi tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, sedangkan sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Putri (2009) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah atas akuntabilitas kinerja, sedangkan pengendalian akuntansi

dan sistem pelaporan tidak menunjukan adanya pengaruh.

Apriadi (2010) dan Nasution (2013) menyebutkan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan pengendalian akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Berdasarkan penjelasan dan uraian latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Internal

dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di BPPT Wilayah Sumatera

Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

(7)

1. Apakah kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan

berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara simultan di BPPT wilayah Sumatera Utara ?

2. Apakah kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan

berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara parsial di BPPT wilayah Sumatera Utara ?

1.3 Tujuan Penelitian

Atas dasar rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah:

1. Kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara simultan di BPPT wilayah Sumatera Utara.

2. Kejelasan sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara parsial di BPPT wilayah Sumatera

Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu kegunaan bagi

peneliti, bagi pembaca atau peneliti sejenis, bagi perusahaan dan juga kegunaan bagi perusahaan terkait.

(8)

pengendalian internal dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas di instansi

pemerintah khususnya di BPPT wilayah Sumatera Utara.

2. Bagi Pembaca: Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi pembaca dan menyediakan informasi terkait dengan kejelasan

sasaran anggaran, pengendalian internal dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas di instansi pemerintah khususnya di BPPT wilayah Sumatera Utara.

3. Bagi akademisi: Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahan kepustakaan dan Universitas Sumatera Utara mampu memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan dengan akuntansi, khususnya untuk

memahami kejelasan sasaran anggaran dalam proses penyusunan anggaran.

4. Bagi pihak yang terkait atau BPPT Wilayah Sumatera Utara: Diharapkan

Referensi

Dokumen terkait

Kode Etik Bidan adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap bidan dalam rangka menjalankan tugas profesinya di masyarakat dan yang memberikan tuntunan serta

Pada kasus sengketa ini, jika Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan menjadi pengukuran titik garis pangkal, maka perairan yang ada pada sisi dalam dari garis-garis

Pada akhir tahun anggaran 2019 terdapat 7 (tujuh) BPSDM Provinsi yang terakreditasi A. Untuk dapat mendorong peningkatan LPPBJ terakreditasi A di seluruh provinsi di

Innercourt Dilengkapi dengan fitur taman dalam rumah yang luas, kini semua sudut ruangan menjadi lebih sehat, lebih terang & lebih

Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh bank akan menyebabkan nasabah tidak tertarik untuk menggunakan jasa pelayanan perbankan tersebut dan beralih

Panjang kawat pembentuk balok adalah 88 cm dengan perbandingan panjang lebar dan tingginya adalah 4:3:4, maka berapakah volume balok dan luas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata melalui teknik stimulus aversif dengan pemberian empedu tanah dapat mengurangi perilaku menghisap jari

Dari uraian yang telah dipaparkan peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam terkait perbedaan hasil pengukuran perkembangan balita dengan menggunakan Denver