• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Daya Terima dan Nilai Gizi Biskuit yang Dimodifikasi Dengan Tepung Buah Pepaya (Carica papaya L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Daya Terima dan Nilai Gizi Biskuit yang Dimodifikasi Dengan Tepung Buah Pepaya (Carica papaya L.)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki beraneka ragam buah-buahan

yang terhampar di seluruh Nusantara. Salah satu yang terkenal adalah buah

pepaya. Pepaya merupakan buah lokal yang kaya akan zat gizi dan

ketersediaannya yang cukup menjanjikan. Buah pepaya merupakan salah satu

buah yang digemari masyarakat, mudah ditemukan, dan memiliki produksi

cenderung meningkat setiap tahun. Di Sumatera Utara produksi buah pepaya pada

tahun 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014 berturut-turut 29.040, 36.057, 31.658,

27.757, 26.238 ton (BPS, 2015).

Dalam 100 gram buah pepaya matang mengandung beberapa zat gizi

diantaranya energi 46 kalori, protein 0,5 gram, lemak 0,0 gram, karbohidrat 12,2

gram, kalsium 23 miligram, fosfor 12 miligram, besi 1,7 miligram, vitamin A 365

S.I., vitamin B1 0,04 miligram, vitamin C 78 miligram (Direktorat Gizi, Depkes

RI 1992).

Buah pepaya tergolong buah yang digemari dan populer. Daging buahnya

lunak dengan warna merah dan kuning. Rasanya manis dan menyegarkan karena

banyak mengandung air. Nilai gizi buah ini sangat tinggi karena banyak

mengandung provitamin A dan vitamin C serta mineral kalsium. Buah pepaya

yang masak dapat di konsumsi sebagai buah segar, diolah menjadi minuman

(2)

Buah pepaya kaya akan antioksidan ß-karoten, vitamin C dan flavonoid.

Selain itu buah pepaya juga mengandung karpoina, suatu alkaloid yang dapat

berfungsi untuk mengurangi serangan jantung, anti amoeba dan peluruh cacing.

Pepaya dapat memperlancar pencernaan dan buang air besar, sehingga sangat baik

dikonsumsi orang yang sering mengalami kesulitan dalam buang air besar. Buah

pepaya matang mengandung ß-karoten (276 µg /100 g), ß-kriptoxanthin (276 µg

/100 g) serta lutein dan zeaxanthin (75 µg /100 g). ß-karoten merupakan

provitamin A sekaligus antioksidan yang sangat ampuh untuk menangkal

serangan radikal bebas. Sumbangan vitamin yang sangat menonjol adalah vitamin

C(62-78 mg /100 g) dan folat (38 µg /100 g) (Kalie, 2008).

Dengan mengkonsumsi buah pepaya diyakini dapat memperkuat sistem

kekebalan tubuh dan mencegah beberapa penyakit yang terjadi sebagai hasil

menurunnya kekebalan, seperti pilek, batuk, infeksi dan flu. Pepaya juga

mengandung enzim papain dan enzim chymopapain yang dapat mengurangi

peradangan sehingga membantu tubuh dalam penyembuhan luka bakar dan luka

lainnya (Superkunam, 2010).

Buah pepaya matang mudah rusak, untuk mencegah terbuangnya pepaya

karena rusak, pepaya sering diolah menjadi produk olahan, seperti dodol pepaya,

manisan kering atau basah, puree, pasta, sirup, selai, dan jelly. Dalam industri

makanan, buah pepaya juga sering dijadikan bahan baku pembuatan (campuran)

saus tomat dan saus cabai, yakni sebagai pengental, penambah cita rasa, warna,

serta kadar vitamin. Namun buah pepaya kurang mendapatkan perhatian untuk

(3)

tepung memiliki banyak manfaat dan memiliki nilai jual tinggi. Manfaat buah

pepaya yang telah diolah menjadi tepung mempunyai daya simpan yang lama,

dapat ditambahkan dengan zat gizi (difortifikasi), mudah dibentuk, lebih cepat

dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang ingin serba praktis dan dapat

diolah menjadi aneka ragam bentuk olahan pangan seperti biskuit sehingga

memiliki nilai jual tinggi (Nuraini, 2011).

Biskuit adalah salah satu jenis kue kering yang sampai saat ini banyak

digemari oleh masyarakat sebagai makanan jajanan atau camilan dari berbagai

kelompok ekonomi dan kelompok umur. Menurut Moehji (2000) biskuit sering

dikonsumsi oleh anak balita, anak usia sekolah, dan orang tua, yang biasa

dikonsumsi sebagai makanan selingan atau makanan bekal. Harga biskuit yang

terjangkau oleh berbagai kelompok ekonomi juga menjadi satu alasan mengapa

biskuit banyak disukai oleh masyarakat. Menurut SNI (1992), biskuit merupakan

jenis kue kering yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan

penampang potongannya bertekstur padat, dapat berkadar lemak tinggi atau

rendah. Konsumsi rata-rata kue kering di kota besar dan pedesaan di Indonesia

0,40 kg/kapita/tahun.

Secara umum bahan pembuatan biskuit adalah tepung terigu biasanya

biskuit hanya mengandung zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak

dan sedikit mengandung zat gizi lainnya seperti, fosfor, kalsium dan zat besi.

Adanya teknologi fortifikasi diharapkan biskuit tidak lagi sekedar makanan ringan

(4)

dalam pembuatan biskuit diharapkan dapat meningkatkan kandungan gizi biskuit,

terlebih terhadap kandungan vitamin, mineral dan serat.

Dengan teknologi fortifikasi (penambahan zat gizi tertentu), biskuit tidak

lagi sekadar makanan sumber energi, tetapi juga sebagai sumber zat gizi lain yang

sangat diperlukan tubuh. Biskuit juga dapat ditambahkan berbagai vitamin,

mineral, serat pangan, prebiotik, dan komponen bioaktif lainnya yang bermanfaat

bagi kesehatan. Dengan kemajuan teknologi, biskuit dapat disulap menjadi

makanan yang enak, bergizi, berpenampilan menarik, serta bermanfaat bagi

kesehatan (Astawan, 2008).

Salah satu masalah yang dihadapi oleh anak sekolah dasar (SD) adalah

rendahnya derajat kesehatan dan status gizi, hal ini berkaitan dengan rendahnya

tingkat konsumsi makanan/ketidak seimbangan konsumsi gizi dan kecukupan gizi

dari anak tersebut. Konsumsi makanan jajanan di masyarakat diperkirakan terus

meningkat karena makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah

makanan sendiri di rumah. Keunggulan makanan jajanan yang murah dan mudah

didapat serta kandungan zat gizi yang dimilikinya merupakan daya tarik tersendiri

bagi masyarakat untuk mengonsumsinya. Hal ini juga terjadi terhadap anak-anak

sekolah dasar yang sering mengonsumsi makanan jajanan yang ada di sekolah

namun makanan jajanan yang di jual di sekolah tidak semuanya memiliki nilai

gizi yang baik (Almatsier,2004). Konsumsi sayur dan buah pada anak masih

sangat minim dan masih banyak yang belum sesuai dengan rekomendasi.

Meskipun banyak sayur dan buah yang tersedia disekitar kita, sehingga

(5)

Berdasarkan uji awal pembuatan biskuit yang telah dilakukan, pada

penelitian ini akan dilakukan pembuatan biskuit dengan 3 perlakuan yang

menggunakan perbandingan tepung buah pepaya dan tepung terigu

masing-masing sebesar 10%:90%, 20%:80%, dan 30%:70% dimana biskuit akan

menghasilkan kepadatan dan kerenyahan yang baik. Pengenalan penggunaan

tepung buah pepaya kepada masyarakat akan lebih efektif bila diterapkan sebagai

bahan baku atau tambahan dalam pembuatan makanan yang sudah dikenal oleh

masyarakat, salah satunya adalah biskuit.

Dalam hal ini, penambahan tepung buah pepaya salah satu bentuk

pengolahan makanan tambahan atau jajanan yang dimana dapat memberi

sumbangan zat gizi yang dibutuhkan. Jenis Pepaya yang dipakai dalam pembuatan

biskuit adalah jenis buah pepaya cibinong. Pepaya jenis Cibinong dipilih karena

banyak dijual di pasaran, dan daging buah berwarna merah kekuningan, rasanya

kurang manis, dan terksturnya agak kasar dan lebih keras. Peneliti mencoba

memanfaatkan tepung buah pepaya dalam pembuatan biskuit yang merupakan

salah satu upaya agar anak sekolah dasarterhindar dari jajanan tidak sehat. Hal ini

menarik untuk diteliti dalam sebuah penelitian yang berjudul “Uji Daya Terima

Dan Nilai Gizi Biskuit Yang Dimodifikasi Dengan Tepung Buah Pepaya”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana uji daya terima dan nilai gizi biskuit yang

(6)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima dan nilai gizi

biskuit yang dimodifikasi dengan tepung buah pepaya (Carica Papaya L.).

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai alternatif pengolahan buah pepaya sebagai bahan makanan

tambahan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penganekaragaman

suatu produk dari pemanfaatan buah pepaya yang diolah dalam pembuatan

biskuit.

3. Sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian tepung terigu sebagai

bahan dasar pembuatan biskuit.

4. Sebagai salah satu usaha penganekaragaman pengolahan pangan agar tidak

Referensi

Dokumen terkait

[r]

deskripsi dengan penerapan model picture and picture terjadi peningkatan pada siklus I yaitu 3,4 dikategorikan baik dalam hal ini dapat dilihat bahwa guru telah

Paket pekerjaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan [ijin usaha perdagangan umum, klasifikasi Komputer/ Komputer dan Suku Cadangnya dengan

kebijakan manajemen”. Primer Koperasi Kepolisian Daerah Kalimantan Barat yang merupakan salah satu jenis koperasi serba usaha yang menaungi beberapa unit usaha

Panduan wawancara untuk orang tua dalam penelitian ini akan digunakan untuk menunjang teknik kunjungan rumah (home visit). Dan teknik dokumentasi merupakan suatu

[r]

Berdasarkan hasil pada gambar 3 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan padi varietas Menthik Wangi memiliki kadar klorofil yang lebih tinggi dibandingkan Segreng,

Dengan menggunakan fasilitas internet setiap penggemar bola dapat memberikan suaranya untuk memprediksikan negara mana yang akan menjadi juara dunia dan juga dapat mengetahui