• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penilaian Klinis Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh Di Rsgmp Fkg Usu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Penilaian Klinis Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh Di Rsgmp Fkg Usu"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Seluruh Gigi

Kehilangan seluruh gigi merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya.Kehilangan seluruh gigi adalah parameter umum yang digunakan untuk menilai kesehatan oral individu.1 Pada tahun 2011-2012, penelitian yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa hampir 19% orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas mengalami kehilangan seluruh gigi. Jumlah individu yang mengalami kehilangan seluruh gigi dua kali lebih banyak pada orang dewasa yang berusia 75 tahun dan ke atas (26%) dibandingkan dengan orang dewasa yang berusia 65-74 tahun (13%). Prevalensi kehilangan seluruh gigi hampir sama antara pria (18%) dan wanita (19%).

Karies dan penyakit periodontal merupakan penyebab utama terjadinya kehilangan seluruh gigi.

2

2

(2)

2.2 Perawatan Gigi Tiruan Penuh 2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi

Beberapa indikasi dari perawatan GTP adalah:

1. Kehilangan seluruh gigi pada salah satu rahang atau keduanya. 15

2. Pasien yang tidak dapat menerima perawatan dental implant karena masalah keuangan, riwayat penyakit sistemik, atau kerusakan pada struktur vital seperti saraf dan pembuluh darah.

3. Kanker intraoral yang telah menyebabkan kehilangan jaringan intraoral yang parah.

Beberapa kontraindikasi dari perawatan GTP adalah:

1. Pasien tidak ingin menggunakan piranti lepasan untuk menggantikan gigi yang hilang.

15

2. Pasien mempunyai alergi terhadap akrilik yang digunakan dalam pembuatan gigi tiruan penuh.

3. Pasien mempunyai refleks muntah yang tidak dapat dikontrol. 4. Sisa tulang alveolar pasien mengalami resorpsi yang parah.

2.2.2

Beberapa kelebihan dari perawatan GTP adalah: Kelebihan dan Kekurangan

1. Biaya perawatan yang tidak mahal.

3

2. Hasil perawatan yang memuaskan dari segi estetis. 3. Waktu perawatan yang singkat.

Beberapa kekurangan dari perawatan GTP adalah:3

1. Rasa penuh di dalam mulut yang biasanya disebabkan oleh gigi tiruan rahang atas karena

2. Stabilitas gigi tiruan rahang bawah yang kurang stabil karena melibatkan otot-otot seperti lidah, yang sering menyebabkan terjadinya migrasi dan pelepasan gigi tiruan.

menutupi seluruh permukaan palatal.

(3)

2.3 Evaluasi Pasca Perawatan Gigi Tiruan Penuh 2.3.1 Penilaian Klinis

Beberapa parameter umum yang digunakan oleh dokter gigi untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan GTP adalah penilaian klinis terhadap dimensi vertikal, estetis, stabilitas, dan denture-bearing area.6 Terdapat berbagai metode untuk mendeteksi dimensi vertikal pada pasien pemakai gigi tiruan penuh. Antaranya adalah metode fonetik yang dianjurkan oleh Silverman. Metode ini juga dikenali sebagai “jarak bicara terkecil (closest speaking space)” dimana garis oklusi pasien ditentukan terlebih dahulu. Kemudian pasien disuruh mengucapkan “yess” dan posisi gigi saat pengucapan dipertahankan dan ditandai. Jarak antara garis oklusi dan garis saat pengucapan “yess” adalah jarak bicara terkecil. Jarak bicara terkecil yang normal adalah sekitar 1- 1,5 mm. Jarak bicara yang melebihi 1,5 mm menunjukan dimensi vertikal rendah. Jarak bicara yang kurang dari 1 mm menunjukan dimensi vertikal tinggi. 16

A B

(4)

Dokter gigi menilai estetis secara visual dengan melihat dukungan bibir atas dan bawah, garis senyum, dataran oklusal dan kontur gingiva.

a) Dukungan bibir

A B

Gambar 2. Evaluasi dukungan bibir. A. Dukungan bibir baik. B. Dukungan bibir tidak baik.

b) Garis senyum

18

A B

(5)

c) Dataran oklusal

A B

Gambar 4. Dataran oklusal. A. Dataran oklusal yang baik. B. Dataran oklusal yang tidak baik

d) Kontur gingiva

20

A B

Gambar 5. Evaluasi kontur gingiva. A. Kontur gingiva yang baik. B. Kontur gingiva yang tidak baik.21

(6)

Denture-bearing area pula dinilai berdasarkan bentuk linggir alveolar. Menurut Cawood dan Howell, bentuk linggir alveolar dapat diklasifikasi menjadi enam yaitu, klas I bentuk linggir alveolar saat masih ada sebagian gigi, klas II bentuk linggir alveolar pasca pencabutan gigi, klas III linggir alveolar berbentuk “U” bila permukaan labial atau bukal sejajar dengan permukaan lingual atau palatal (retensi dan stabilitas yang ideal), klas IV linggir alveolar berbentuk “V” bila puncak tulang sempit dan tajam seperti pisau (tinggi yang optimal tetapi lebar yang tidak optimal sehingga sulit untuk mendapatkan retensi dan stabilisasi yang baik), klas V linggir alveolar berbentuk datar (tinggi dan lebar yang tidak optimal), dan klas VI yaitu linggir alveolar dengan depresi (kehilangan tulang basal).

A B 22

Gambar 6. Klasifikasi bentuk linggir alveolar. A. Bentuk linggir alveolar rahang atas. B. Bentuk linggir alveolar rahang bawah

1- Bentuk linggir alveolar saat masih ada sebagian gigi 23

2- Bentuk linggir alveolar pasca pencabutan gigi 3- Linggir alveolar berbentuk “U”

4- Linggir alveolar berbentuk “V” 5- Linggir alveolar berbentuk datar 6- Linggir alveolar dengan depresi

2.3.1.1Dimensi Vertikal 2.3.1.1.1 Pengertian

(7)

2.3.1.1.2 Faktor yang Memengaruhi

Resorpsi linggir alveolar merupakan penyebab utama terjadinya penurunan dimensi vertikal pada pasien pemakai GTP. Penelitian Devlin dan Ferguson (1991) melaporkan bahwa gigi tiruan penuh tidak mendistribusikan tekanan pada alveolus seperti gigi asli.12 Tekanan non-fisologis didistribusikan pada permukaan tulang alveolar yang merupakan penyebab terjadinya resorpsi tulang alveolar yang lebih parah. Resorpsi linggir alveolar lebih parah pada rahang bawah setelah pemakaian GTP karena rahang bawah tidak dapat mendistribusi daya gigitan yang kuat kepada basis gigi tiruan. Hal ini disebabkan oleh denture-bearing area rahang bawah yang kecil dibandingkan dengan rahang atas.

2.3.1.2Estetis 2.3.1.2.1 Pengertian

Estetis dalam kedokteran adalah integritas harmonis dari beberapa fungsi fisiologis oral dengan penekanan yang sama sehingga didapatkan atau dihasilkan gigi geligi yang ideal dari segi warna, bentuk, struktur, dan fungsi untuk mencapai kesehatan dan daya tahan yang optimal. Estetis dalam kedokteran gigi adalah yang berkenaan dengan penampilan dari restorasi gigi seperti warna dan bentuknya. Estetis juga berarti dimensi vertikal yang normal.24

2.3.1.2.2 Faktor yang Memengaruhi 1. Dukungan bibir

Dukungan bibir yang ideal merupakan aspek penting dalam menghasilkan estetis wajah yang optimal. Dukungan bibir atas diperoleh dari processus alveolaris maksila dan gigi anterior. Dukungan bibir yang ideal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

a) Gigi anterior rahang atas 18,25

(8)

persepsi terhadap dukungan gigi. Inklinasi aksial (28%) terhadap bidang sagital merupakan posisi anasir gigi tiruan insisivus sentralis rahang atas yang direkomendasi untuk mendapatkan dukungan bibir yang optimal. Penilaian klinis penting untuk memastikan posisi anasir gigi tiruan tidak terlalu ke labial atau palatal.

b) Kehilangan tulang alveolar

Penelitian Mercier dkk. (1995) menunjukkan bahwa tulang alveolar rahang atas mengalami resorpsi secara superior dan medial. Hal ini menyebabkan puncak linggir alveolar bergerak ke atas dan ke belakang seiring waktu. Oleh karena itu, jika anasir gigi tiruan diposisikan tepat pada linggir alveolar, maka dukungan bibir akan menjadi lemah.

c) Panjang hidung

Seiring peningkatan usia, kulit nasal akan bertambah tebal dan ligament serta struktur yang mundukung ujung hidung pada posisi asalnya bertambah lemah sehingga ujung hidung akan semakin jatuh. Selain itu, tulang yang berada dibawah ujung hidung dan diatas gigi anterior rahang atas mengalami penurunan densitas sehingga menyebabkan ujung hidung mengalami penurunan. Penurunan ujung hidung menyebabkan daerah di bawah hidung kelihatan lebih menonjol sehingga menganggu dukungan bibir atas.

2. Garis senyum

Garis senyum adalah garis imajiner sepanjang ujung insisal gigi anterior rahang atas yang mengikuti kurva perbatasan superior bibir bawah saat tersenyum. Garis senyum yang terbalik akan terbentuk apabila gigi insisivus lebih pendek dari gigi kaninus pada dataran insisal. Ini akan menghasilkan penampilan yang kurang estetis saat pasien senyum.

3. Dataran oklusal 19

(9)

Hal ini menyebabkan terjadinya “denture look”. Dataran oklusal yang benar akan menyumbang kepada kurva anterior yang alami secara otomatis.

4. Kontur gingiva

20

Kontur gingiva penting untuk menghasilkan gigi tiruan yang kelihatan alami. Permukaan papilla dan margin gingiva licin tetapi permukaan gingiva cekat sering dikatakan seperti kulit jeruk (mempunyai stippling). Daerah yang mempunyai stippling mewakili gingiva cekat. Kontur gingiva melibatkan penghasilan tonjolan sepanjang akar gigi dan stippling. Tanpa festooning dan stippling, cahaya tidak dapat melewati bagian gingiva gigi tiruan sehingga gigi tiruan akan kelihatan berwarna merah. Hal ini menghasilkan penampilan yang tidak alami.26

2.3.1.3Stabilitas 2.3.1.3.1 Pengertian

Stabilisasi pada GTP merupakan kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional). Stabilisasi gigi tiruan yang tidak baik dapat menyebabkan GTP bergerak ke arah lateral sehingga menganggu proses mastikasi pasien.14

2.3.1.3.2 Faktor yang Memengaruhi 1. Oklusi

(10)

partikel yang halus sebelum ditelan. Saat proses penggilingan, gangguan dalam pergerakan antara gigi rahang atas dan rahang bawah akan menyebabkan gigi tiruan terungkit dan bergerak sehingga sulit dikontrol oleh pasien. Oleh karena itu, kepentingan oklusi harus dititikberatkan. Kontak antara gigi rahang atas dan bawah secara maksimal penting supaya tekanan yang dihasilkan saat mastikasi dapat terdistribusi secara sama rata. Ini adalah berdasarkan konsep balanced occlusion dan penting untuk keberhasilan perawatan gigi tiruan penuh.14

2. Otot oral dan wajah

Otot oral dan wajah memainkan peranan penting dalam mencapai stabilisasi gigi tiruan yang optimal, yaitu anasir gigi tiruan diposisikan di “neutral zone” dan permukaan gigi tiruan yang dipoles harus mempunyai bentuk yang benar. Bentuk sayap bukal dan lingual harus memudahkan otot wajah beradaptasi dengan gigi tiruan. Jika sayap bukal gigi tiruan rahang atas miring ke atas dan ke luar dari dataran oklusal, maka kontraksi buccinators akan menempatkan gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah pada basal seats. Permukaan lingual sayap lingual harus miring ke bagian tengah mulut supaya lidah mempunyai ruangan yang adekuat. Dasar lidah dituntun ke atas sayap lingual oleh permukaan lingual bagian distal sayap lingual. Bagian gigi tiruan ini juga membantu menentukan border seal di bagian belakang gigi tiruan rahang bawah. Otot oral dan wajah penting untuk mencapai stabilitas gigi tiruan yang baik. Syaratnya adalah basis gigi tiruan harus menutupi permukaan rongga mulut secara maksimum tanpa menganggu kesehatan dan fungsi struktur yang berdekatan dengan gigi tiruan penuh, dataran oklusal harus benar, dan lengkung rahang harus berada di “neutral zone”.

3. Tegangan permukaan

14

(11)

mempengaruhi tegangan permukaan yang terbentuk. Bentuk palatal yang tinggi dan berbentuk kubah mudah terlepas dibanding dengan bentuk palatal yang datar.14

2.3.1.4Denture-bearing area 2.3.1.4.1 Pengertian

Denture-bearing area adalah daerah basal seat yang mendukung gigi tiruan penuh atau gigi tiruan sebagian lepasan apabila ada beban oklusal.27

2.3.1.4.2 Faktor yang Memengaruhi 1. Linggir alveolar

Jaringan pendukung pada linggir alveolar GTP terbatas dalam kemampuannya untuk beradaptasi dan menyerupai peranan jaringan periodonsium. Kekurangan ini disebabkan oleh pergerakan gigi tiruan dalam hubungannya terhadap dasar tulang sewaktu berfungsi. Hal ini terkait dengan ketahanan yang mendukung mukosa dan ketidakstabilan pergerakan gigi tiruan sewaktu fungsional dan parafungsional. Oleh karena terjadinya pergerakan yang berkelanjutan dan daya yang dihasilkan dapat menyebabkan kerusakan linggir alveolar, maka hampir semua prinsip konstruksi gigi tiruan penuh telah diformulasikan seminimal mungkin. Meskipun belum terbukti, dapat dianggap bahwa pergerakan fungsional yang berulang dari gigi tiruan penuh telah diformulasikan seminimal mungkin.27

2. Buccal shelf area

(12)

2.3.2 Evaluasi Pasien

Dalam penelitian terbaru oleh AB Shetty Memorial Institute of Dental Sciences (ABSMIDS), kualitas gigi tiruan dinilai berdasarkan retensi, estetis (warna gigi dan penampilan), berbicara, mastikasi, faktor mekanis, dan kepuasan keseluruhan.28 Evaluasi pasien dinilai berdasarkan kepuasan pasien terhadap GTP. Menurut Pohan (2006), kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan kebutuhan pasien dapat dipenuhi.29 Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Menurut Zalachu dkk. (2011) kepuasan terbentuk berdasarkan pengalaman seseorang terhadap pengalaman yang lalu dengan kejadian yang sama.29 Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman setelah memakai jasa atau pelayanan. Penilaian subyektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan waktu itu. Berpedoman pada skala Likert, kepuasan pasien dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, sedang, puas, dan sangat puas.

2.3.2.1Fonetik 2.3.2.1.1 Pengertian

Fonetik adalah salah satu cabang linguistik yang berhubungan dengan bunyi yang dihasilkan ketika berbicara, produksi, kombinasi, deskripsi, dan representasi dengan simbol tertulis. Fonetik juga didefenisikan sebagai ilmu yang meneliti dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai saat berbicara, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut.30

2.3.2.1.2 Faktor yang Memengaruhi

(13)

1. Ketebalan basis

Ketebalan basis pada palatum paling berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan. Salah satu alasan terjadinya artikulasi bicara yang tidak tepat adalah terjadinya penurunan volume udara dan hilangnya ruang lidah akibat basis gigi tiruan yang terlalu tebal. Ketebalan basis gigi tiruan harus sekitar 2mm. Basis gigi tiruan yang terlalu tebal khususnya di bagian palatal dapat menganggu pergerakan lidah sehingga bunyi /t/, /d/, /s/, /c/, /z/, /r/, dan /l/ yang dihasilkan tidak jelas. Ketebalan basis gigi tiruan sangat mempengaruhi pengucapan huruf “s”. Basis gigi tiruan yang terlalu tebal akan mengakibatkan pengucapan huruf “s” kedengaran seperti bunyi desis (sh) atau bunyi siulan.31 Penelitian Ichikawa dkk. (1973) meneliti pengaruh ketebalan basis di bagian palatal terhadap pengucapan tiga konsonan yaitu /k/, /c/, dan /s/. Hasil yang didapat menunjukkan durasi pengucapan konsonan /s/ dipengaruhi oleh ketebalan basis di bagian palatal.32 Penelitian Petrovic A dkk. (2003) meneliti pengaruh bunyi bicara menggunakan plat palatal dengan tiga ketebalan berbeda yaitu 0.7, 1.2, dan 2mm. Hasil yang didapat menunjukkan perubahan ketebalan plat palatal akrilik mempengaruhi harmoni beberapa bunyi dalam satu perkataan.

2. Daerah postdam

32

Perluasan basis gigi tiruan sangat penting untuk stabilitas dan retensi gigi tiruan. Gigi tiruan akan mudah terlepas dan mengakibatkan gangguan bicara pasien apabila batas gigi tiruan berada pada jaringan yang bergerak. Perluasan postdam yang tidak benar akan mempengaruhi pengucapan konsonan seperti “k”, “ng”, “g”, dan “c”. Basis gigi tiruan yang tebal pada daerah postdam akan mengiritasi dorsum lidah. Perluasan postdam yang tidak cukup akan menyebabkan gigi tiruan mudah terungkit. Pasien dengan gigi tiruan rahang atas yang longgar akan mengalami gangguan bicara apabila lidah menekan gigi tiruan untuk retensi. Pengucapan “m”, “n”, dan “ng” juga akan terganggu.

3. Dimensi vertikal 30

(14)

eksplosif sedangkan saat mengucap huruf “m”, bibir akan berkontak. Oleh karena itu, “m” digunakan untuk mendapatkan tinggi vertikal yang benar dengan menuntun rahang bawah pasien ke posisi istirahat. Selain itu, dokter gigi dapat menlibatkan pasien dalam percakapan untuk mengalih perhatian pasien. Kemudian, berhenti sebentar diikuti dengan istirahat akan secara automatis menuntun rahang bawah ke posisi istirahat. Pada saat istirahat, jarak antara dua titik yang telah ditandai sebelumnya diukur yang akan menentukan dimensi vertikal saat istirahat. Apabila vertikal dimensi terlalu tinggi, maka pada saat pengucapan suara akan teredam karena kedua sisi oklusi berkontak rapat. Apabila vertikal dimensi terlalu rendah, maka dalam hal ini dapat terlihat sudut mulut yang turun dan pasien kesulitan saat pengucapan huruf “sh”. Penelitian Burnett dkk. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bunyi “s” sebagai cara untuk mendeteksi dimensi vertikal yang benar.32 Penelitian Seifert E dkk. (2000) menyatakan bahwa dimensi vertikal dan horizontal saat oklusi dapat menyebabkan perubahan pengucapan bunyi yang tidak dapat diprediksi. Pasien harus diinformasikan mengenai efek yang mungkin timbul dalam suara mereka akibat penggunaan gigi tiruan.

4. Lebar lengkung rahang

32

Lengkung rahang yang terlalu sempit akan menyebabkan lidah menjadi kaku sehingga mempengaruhi ukuran dan bentuk saluran udara. Ini dapat menyebabkan gangguan pengucapan huruf “f”, “d”, “s”, “m”, “n”, “k”, “l”, “a”, dan “h” di mana margin lateral lidah berkontak dengan permukaan palatal gigi. Gigi tiruan harus diusahakan kembali pada posisi gigi yang normal.

5. Dataran oklusal

30,31

(15)

oklusal terlalu rendah, maka bibir akan bertumpang tindih dengan permukaan labial gigi anterior rahang atas.

6. Hubungan gigi anterior rahang atas dan bawah 31

Bunyi “s” dihasilkan dengan kontak berdekatan antara gigi insisivus maksila dan mandibula agar aliran udara dapat lewat melalui celah diantara gigi. Relasi rahang yang protrusif dan retrusif menyebabkan kesulitan dalam pengucapan bunyi “s”. Oleh karena itu, penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah dalam posisi anteroposterior penting untuk meperbaiki pengucapan. Konsonan “ch”, “j” dan “z” juga memerlukan saluran udara yang sama. Penelitian Burnett dkk. (2000) menyatakan bahwa bunyi siulan dan desis dihasilkan saat bicara karena saluran udara yang tidak benar di antara lidah dan melewati ruangan di antara insisal. Bunyi ini disebabkan oleh overjet yang rendah.32

2.3.2.2 Estetis 2.3.2.2.1 Pengertian

Perkataan “estetis” mempunyai beberapa defenisi menurut berbagai penulis. Estetis didefenisikan sebagai mengidealkan atau menyesuaikan sesuatu yang buatan dengan yang alami. Prinsip asas estetis adalah kecantikan, kealamian, dan individualisme. Estetis gigi tiruan didefenisikan sebagai efek kosmetik yang dihasilkan oleh gigi tiruan yang mempengaruhi kecantikan, daya tarik, karakter, dan martabat seseorang.33

2.3.2.2.2 Faktor yang Memengaruhi

Beberapa faktor yang mempengaruhi estetis dental adalah warna, ukuran, posisi, dan pilihan bahan anasir gigi tiruan. Beberapa faktor terkait lainnya meliputi posisi senyum dan garis bibir, visibilitas gigi, penyusunan gigi yang simetris, serta hubungan antara garis tengah dental dengan garis tengah wajah dan bibir.

1. Warna anasir gigi tiruan

24,33,34,35

(16)

a. Hue (warna)

Hue adalah kualitas warna yang dapat membedakan antara warna yang satu dengan warna yang lain. Warna gigi biasanya berada dalam kisaran kuning dan kuning-merah. Seiring bertambahnya usia, variasi hue sering terjadi disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik serta pengaruh lainya. Oleh karena itu, hue anasir gigi tiruan yang dipilih harus disesuaikan dengan usia pasien untuk menghasilkan penampilan yang alami.

b. Saturation

Saturation adalah kualitas warna yang dapat membedakan antara warna yang kuat dengan yang lemah. Tingkat saturation gigi tiruan bergantung pada ketebalan material gigi tiruan tersebut. Semakin tebal material, maka efek warnanya akan semakin intens.

c. Brilliance

Brilliance adalah kecerahan atau kegelapan sesuatu obyek. Seseorang yang berkulit cerah secara umumnya memiliki gigi dengan warna yang cerah dan kurang jenuh, maka gigi tampil cerah sesuai dengan warna kulit. Seseorang yang berkulit gelap biasanya memiliki gigi yang berwarna gelap sesuai dengan warna kulit wajah. Oleh karena itu, gigi tiruan harus dipilih sesuai dengan warna kulit wajah pasien untuk menghasilkan penampilan yang lebih alami. Selain warna kulit, usia juga mempengaruhi brilliance anasir gigi tiruan. Pasien muda mempunyai gigi yang lebih cerah dengan warna pulpa dapat dilihat melalui enamel yang translusen yang sedangkan pasien tua mempunyai gigi yang lebih gelap dan opak karena deposisi dentin sekunder dan reduksi ukuran kamar pulpa. Gigi pasien tua juga biasanya kelihatan bercak coklat yang disebabkan oleh penumpukan stein akibat dentin yang terekspos.

d. Translusensi

(17)

yang rendah sehingga cahaya dapat melewatinya. Sedangkan gigi yang tampilannya opak menunjukkan translusensi yang rendah dan sedikit menyerap cahaya.

2. Ukuran anasir gigi tiruan

Ukuran anasir gigi tidak hanya berhubungan dengan estetis dental tetapi juga dengan estetis facial. Sementara ukuran gigi harus proporsional antara satu sama lain, ukuran gigi juga harus proporsional dengan ukuran wajah karena variasi kasar ukuran gigi terhadap ukuran wajah berdampak buruk terhadap estetis optimal. Selain ukuran wajah, panjang bibir, ukuran dan relasi lengkung rahang, serta jenis kelamin juga menjadi faktor yang mempengaruhi ukuran gigi tiruan.

a. Ukuran anasir gigi tiruan anterior

24,35

• Panjang

Pada kondisi normal, servikal gigi anterior bertumpang tindih dengan ridge anterior secara servikal sebanyak 2-3mm. Ujung insisal gigi insisivus rahang bawah kelihatan di bawah posisi istirahat bibir.

• Lebar

Lebar gigi diukur dengan membuat tanda di sudut mulut pada oklusal rim dan bagian distal kaninus maksila dapat diindikasikan melalui tanda yang dibuat pada oklusal rim atas di bagian sudut mulut. Jarak antara tanda-tanda tersebut diukur dari bagian labial oklusal rim. Lebar gigi anterior disusun mengikut lebar yang diindikasi oleh oklusal rim.

Gambar 7. Ukuran lebar gigi anterior35

b. Ukuran anasir gigi tiruan posterior

Ukuran anasir gigi tiruan posterior terbagi menjadi tiga:

Lebar Bizygomatik 16

Lebar Bizygomatik

3.3

=

=

Lebar gigi insisivus rahang atas

(18)

• Lebar Bukolingual

Lebar bukolingual gigi tiruan harus lebih kecil daripada lebar gigi asli yang akan diganti. Gigi tiruan yang terlalu lebar dibagian bukolingual akan menyebabkan pembentukan permukaan poles dalam arah salah sehingga sayap gigi tiruan dibagian bukal dan lingual melekuk ke bagian oklusal. Hal ini akan menyebabkan penampilan pasien kelihatan tidak alami.

• Lebar mesiodistal

Lebar mesiodistal gigi posterior ditentukan dengan daerah edentulus di antara distal kuspid rahang bawah dan daerah menonjol rahang bawah. Setelah semua keenam gigi rahang bawah anterior diposisikan di posisi yang benar, tanda dibuat pada puncak ridge rahang bawah yaitu di bagian anterior retromolar pad. Tanda ini mengindikasikan jarak maksimum yang dapat dicapai oleh gigi tiruan posterior yang akan disusun.

• Panjang vertikal permukaan bukal

Gigi tiruan posterior harus dipilih sesuai dengan spasi antara lengkung rahang dan panjang total gigi anterior. Panjang gigi premolar pertama rahang atas harus sesuai dengan panjang gigi kaninus rahang atas untuk mecapai nilai estetis yang optimal.

3. Penyusunan anasir gigi tiruan

(19)

a. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang atas

Tabel 1. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang atas35

b. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang bawah

Gigi insisivus sentralis dan lateralis dalam posisi tegak lurus. Gigi kaninus miring ke arah mesial. Gigi tiruan anterior rahang bawah diposisikan sesuai dengan relasi mesial dengan gigi anterior atas. Terdapat overjet sekitar 2-3mm dan overbite sekitar 1-2mm.

c. Penyusunan gigi tiruan posterior

Gigi tiruan posterior harus disusun sesuai model diagnostik. Jika kehilangan tulang rahang bawah dari bukal dan lingual, maka gigi tiruan posterior bisa disusun tegak lurus di atas ridge rahang bawah tanpa melewati spasi yang ditempati oleh lidah dan papilla. Jika kehilangan tulang rahang atas dari bukal dan labial, maka ridge berada lebih ke palatal. Oleh karena itu, gigi posterior rahang atas disusun lebih ke lateral puncak.

4. Pilihan bahan anasir gigi tiruan

Warna, sifat optik dan distribusi enamel serta dentin harus diduplikasi untuk menghasilkan gigi tiruan yang kelihatan alami. Enamel merupakan lapisan gigi yang translusen dan masih belum ditemui bahan yang dapat menduplikasikan enamel dari segi sifat optiknya. Gigi tiruan yang dibuat dari porselin dan resin akrilik dapat

Angulasi Gigi Insisivus

Sentralis Rahang Atas

Gigi Insisivus Lateralis Rahang Atas

Gigi Kaninus Rahang Atas

Inklinasi labial Sedikit miring Relatif lebih miring ke

labial dan adanya depresi servikal

Posisi tegak lurus

Relasi gigi terhadap garis

tengah

Sedikit miring ke arah mesial

Relatif lebih miring ke mesial daripada gigi

30 derajat 45 derajat

Relasi tepi insisal terhadap dataran oklusal

Berkontak dengan dataran oklusal

½-1 mm daripada dataran oklusal

Ujung kaninus berkontak dengan dataran

(20)

memberikan hasil yang memuaskan jika ditangani dengan benar. Walaupun porselin dapat menghasilkan gigi tiruan dengan estetis yang maksimal, namun terdapat beberapa kekurangan dalam penggunaan porselin seperti gigi lebih rapuh dan mudah fraktur, harus mempunyai ikatan mekanis dengan basis gigi tiruan, menghasilkan bunyi yang kurang nyaman serta relatif mahal. Selain itu, porselin juga agak sulit dimanipulasi di laboratorium dan oklusi yang optimal agak sulit diperoleh di praktek. Dalam beberapa tahun terakhir, resin akrilik telah diperbaiki mutunya dari segi sifat mekanis khususnya resistansi terhadap abrasi dan juga estetis. Selain itu, harga yang murah menjadi alasan utama resin akrilik sering digunakan dalam pembuatan GTP.35

2.3.2.3Mastikasi 2.3.2.3.1 Pengertian

Mastikasi adalah proses menghaluskan makanan untuk ditelan dan dicerna. Mastikasi terdiri dari dua proses terpisah, makanan ditempatkan antara gigi agar dapat dihancurkan dan kemudian dihaluskan.36

2.3.2.3.2 Faktor yang Memengaruhi 1. Stabilitas

Kehilangan seluruh gigi dan pemakaian GTP sering menyebabkan terjadinya resorpsi linggir alveolar yang lebih parah sehingga menganggu stabilitas gigi tiruan. Stabilitas gigi tiruan yang tidak baik menyebabkan pergerakan gigi tiruan saat adanya tekanan. Menurut data dari literatur, gangguan stabilitas pada gigi tiruan sering menyebabkan pasien mengalami masalah dalam aktivitas harian khususnya, konsumsi makanan yang keras. Penelitian Kostelic S (2012) menunjukkan bahwa 25.9% pasien pemakai GTP mengalami masalah dalam mengonsumsi makanan keras.14 Penelitian Brunello dan Mandikos (1998) menunjukkan korelasi yang signifikan antara stabilitas gigi tiruan dengan gangguan mastikasi dan pilihan makanan.14

(21)

Penurunan fungsi mastikasi sering terjadi karena kehilangan gigi, maloklusi, atau penyakit periodontal. Gigi yang hilang sering diganti dengan gigi tiruan cekat atau lepasan untuk meningkatkan fungsi mastikasi. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi dan kemampuan mastikasi melalui uji pengunyahan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa variasi pada kemampuan mastikasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti jumlah permukaan oklusal, daerah kontak oklusal, jumlah gigi yang masih ada, dan bentuk gigi. Penelitian yang meneliti pengaruh faktor oklusal pada efisiensi mastikasi pada 32 subyek yang mengalami kehilangan gigi menunjukkan bahwa efisiensi mastikasi berkorelasi tinggi dengan daerah oklusal gigi posterior.37

3. Kekuatan gigitan maksimum

Kontak area gigi molar dan premolar merupakan faktor utama yang mempengaruhi efisiensi mastikasi. Selain itu, jumlah gigi yang beroklusi per sisi juga mempengaruhi proses mastikasi.

Beberapa penelitian melaporkan korelasi yang signifikan antara kemampuan mastikasi dengan kekuatan gigitan maksimum. Hal ini menunjukkan kekuatan gigitan yang tinggi menyebabkan makanan dapat dikunyah dengan lebih baik. Namun, beberapa penelitian tidak menunjukkan sebarang korelasi antara kekuatan gigitan maksimum dengan kemampuan mastikasi. Hal ini disebabkan oleh variasi besar antara kekuatan gigitan maksimum dengan efisiensi mastikasi.

4. Saliva

37

(22)

2.3.2.4Kenyamanan 2.3.2.4.1 Pengertian

Menurut Oborna (2006), konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan karena lebih merupakan penilaian responsif individu.38 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nyaman adalah segar, sehat sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan. Kolcaba (2006) menjelaskan bahwa kenyamaan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual dan holistik. Dengan terpenuhinya kenyamanan dapat menyebakan perasaan sejahtera pada diri individu tersebut.38

2.3.2.4.2 Faktor yang Memengaruhi

Kualitas denture-bearing area memainkan peranan penting dalam kenyamanan pasien pemakai GTP. Penelitian Ogimoto dkk (2002) menyatakan ketidaknyamanan pasien pemakai GTP adalah disebabkan oleh nyeri akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara sama rata akibat kualitas denture-bearing area yang tidak baik.39 Nyeri merupakan penyebab utama terjadinya ketidaknyamanan pasien saat memakai GTP. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nyeri merupakan keluhan utama pemakai gigi tiruan penuh. Gigi tiruan penuh yang longgar merupakan penyebab utama pemakai GTP merasa nyeri. GTP yang tidak pas akan menimbulkan rasa nyeri saat mastikasi dan berbicara akibat tekanan yang tidak terdistribusi secara rata. Tekanan yang konstan dapat mengiritasi mukosa sehingga menyebabkan terjadi ulserasi. Nyeri dapat menganggu kenyamanan pasien sehingga pasien ingin gigi tiruan diganti dengan yang baru.

2.4 Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh

(23)

tinggi akan menghasilkan bunyi kliking saat gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah berkontak.12

Selain itu, estetis merupakan faktor penting yang merupakan penentu keberhasilan perawatan GTP. Penampilan pasien saat memakai gigi tiruan dapat menjadi alasan pasien tidak memakai gigi tiruan. Persepsi pasien mengenai estetis sering berbeda dengan persepsi dokter gigi.

10

Stabilitas gigi tiruan penuh juga memainkan peranan penting dalam keberhasilan perawatan GTP. Stabilitas gigi tiruan yang tidak baik dapat menganggu efektifitas gigi tiruan karena dapat menyebabkan terlepasnya gigi tiruan apabila diberikan tekanan sehingga dapat mengganggu proses mastikasi.

Penelitian Dong IK (2000) menunjukkan bahwa pasien mempunyai harapan yang tinggi dalam hal estetis dan sering berharap gigi tiruan dapat menyerupai gigi aslinya.

14

Penelitian Brunello dan Mandikos (1998) menyatakan bahwa stabilitas gigi tiruan yang baik mempunyai pengaruh yang positif pada tingkat kepuasan pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi yang signifikan antara stabilitas gigi tiruan dengan kepuasan terhadap mastikasi serta pilihan makanan.

Selain itu, denture-bearing area juga memengaruhi keberhasilan perawatan GTP. Denture-bearing area yang optimal penting untuk mendistribusi tekanan secara merata agar tidak memicu terjadinya resorpsi yang parah sehingga dapat mengganggu kenyamanan pasien. Penelitian Makilla (2000) menunjukkan korelasi yang signifikan antara kualitas denture-bearing area dan kepuasan pasien tetapi penelitian Carlsson dkk. (1996) tidak menunjukkan adanya korelasi antara kualitas denture-bearing area dengan kepuasan pasien.

14

15

(24)

2.5 Landasan Teori

Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU

Perawatan Gigi Tiruan Penuh

Evaluasi Pasca Perawatan

Evaluasi Dokter Gigi Evaluasi Pasien

Stabilitas Denture- bearing area

Fonetik Estetis Mastikasi Kehilangan Seluruh Gigi

Dimensi Vertikal

Estetis

Kepuasan Pasien

(25)

2.6 Kerangka Konsep

Hubungan Penilaian Klinis terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pemakai Gigi Tiruan Penuh di RSGMP FKG USU

Evaluasi Dokter Gigi Evaluasi Pasien

(26)

2.7Hipotesis

Gambar

Gambar 1.  Pengukuran  dimensi  vertikal. A.  Pencatatan  garis oklusi  B.  Pencatatan                       garis bicara terkecil17
Gambar 7. Ukuran lebar gigi anterior35
Tabel 1. Penyusunan gigi tiruan anterior rahang atas35

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelainan siklus menstruasi dengan kejadian akne vulgaris pada santriwati SMA-IT Nur Hidayah Kartasura.. Keyword: akne

Dengan memperhatikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, maka yang

Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashari (1994), Zuhro (1996) dan Jin dan Machfoed (1998) dimana hasil penelitian yang dilakukan

“Sumber eksternal adalah karyawan yang akan mengisi jabatan yang lowong yang dilakukan perusahaan dari sumber-sumber yang berasal dari luar perusahaan”..

Banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai tingkat pengungkapan sosial, antara lain: Penelitian Lindrawati, Felicia, dan Budianto (2008), menemukan bahwa

Peneliti mengukur predikat variabel efektivitas komunikasi antarpribadi dokter-pasien dari lima sub variabel, yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif,

“Microsoft Visual Studio 2015 Unleashed”. United