• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Ekonomi Tentang Ketenagakerjaan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Ekonomi Tentang Ketenagakerjaan (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI

BAB KETENAGAKERJAAN

OLEH : KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH : DIMAS SETYAWAN (09)

ELIANA NAFISHA (10)

GALANG IHSAN R (11)

MEITA RAHIMA P (12)

SMA NEGERI 01 BATU

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirabbil’alamin kami panjatkan

kehadirat Allah SWT, kami telah menyelesaikan makalah Ekonomi tentang

Ketenagakerjaan.

Makalah ini dibuat sebagai rangkuman dari materi Ketenegakakerjaan untuk

pelajaran Ekonomi kelas XI.

Kami tak lupa menyampaikan terima kasih kepada :

1.

Ibu Winda selaku Guru Bidang Studi Ekonomi kelas XI

2.

Semua pihak yang ikut membimbing , mengarahkan dan membantu

penyusunan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi

kita. Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena

itu kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Batu , 25 September 2014

Penyusun

(3)

I. Tenaga Kerja

berdasarkan UU No.13 tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

tenaga kerja, yakni penduduk yang dianggap sanggup bekerja bila ada permintaan kerja. Mereka adalah penduduk yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun

II. Angkatan kerja

yakni kelompok tenaga kerja (usia 15 sampai dengan 64 tahun) yang ingin bekerja. Mereka selalu berusaha mencari pekerjaan.

Bukan angkatan kerja,

yakni kelompok tenaga kerja yang tidakbersedia bekerja walaupun ada kesempatan kerja. Contohnya:pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah tangga.

Angkatan kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Pekerja (employment), yakni kelompok angkatan kerja yang sudah mendapat pekerjaan.

b. Pengangguran (unemployment), yakni kelompok angkatan kerja yang belum mendapat pekerjaan

(4)

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Pekerja penuh (full employment), yakni pekerja yang bekerja dengan memenuhi kriteria berikut:

1) Lama kerja minimal 40 jam per minggu.

2) Besar pendapatan minimal sama dengan UMR (Upah Minimum Regional).

3) Jenis pekerjaan sesuai dengan pendidikan atau keahliannya.

b. Setengah menganggur, yakni pekerja yang bekerja tapi tidak memenuhi kriteria pekerja penuh, kelompok setengah menganggur dibagi menjadi tiga kelompok, yakni:

1) Setengah menganggur menurut jam kerja, yaitu pekerja yang bekerja kurang dari 40 jam per minggu.

2) Setengah menganggur berdasar pendapatan, yaitu pekerja yang menerima pendapatan lebih kecil dari UMR tempat dia bekerja.

3) Setengah menganggur menurut produktivitas, yaitu pekerja yang produktivitasnya di bawah standar perusahaan. Pada umumnya, pekerja yang baru masuk dan pekerja dengan cacat tertentu termasuk kelompok ini

IV. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja adalah jumlah penduduk yang berpartisipasi dalam pembangunan dengan melakukan suatu pekerjaan dan menghasilkan pendapatan.

Keadaan kesempatan kerja pada suatu negara merupakan salah satu faktor yang terkait dengan masalah pengangguran. Kesempatan kerja merupakan peluang bagi penduduk untuk

melaksanakan fungsinya sebagai sumber ekonomi dalam proses produksi untuk mencapai kesejahteraan.

Kesempatan kerja meliputi kesempatan untuk bekerja, kesempatan untuk bekerja sesuai dengan pendidikan dan keterampilan, dan kesempatan untuk mengembangkan diri. Semakin banyak orang yang bekerja berarti semakin luas kesempatan kerja. Kesempatan kerja dibedakan menjadi dua golongan, yaitu

1. kesempatan kerja permanen, artinya kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja;

(5)

Dalam neraca ketenagakerjaan biasanya dilihat antara jumlah angkatan kerja dan jumlah kesempatan kerja yang tersedia. Jika angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja, terjadi pengangguran.

V. Indikator Ketenagakerjaan

a. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah tingkat beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk yang produktif.

DR = Dependency Ratio

PDUK = Penduduk di Luar Usia Kerja

PUK = Penduduk Usia Kerja

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dan jumlah seluruh penduduk usia kerja.

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

AK = Angkatan Kerja

PUK = Penduduk Usia Kerja

c. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.

TPT = Tingkat Pengangguran Terbuka

(6)

AK = Angkatan Kerja

d. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja merupakan nilai tambah Produk Domestik Bruto (PDB) dibagi dengan jumlah penduduk yang bekerja untuk menghasilkan nilai tambah tersebut.

VI. Sistem Upah

Upah merupakan kompensasi (balas jasa) yang diberikan kepada pekerja karena telah

memberikan tenaganya kepada perusahaan. Pembayaran upah bisa dilakukan harian, mingguan atau bulanan.

Ada beberapa sistem upah yang bisa digunakan untuk menghitung upah pekerja yaitu:

1. Sistem upah menurut waktu, yakni pemberian upah berdasarkan waktu (lama) bekerja dari pekerja. Misalnya tukang bangunan dibayar per hari Rp15.000,- bila dia bekerja 10 hari maka akan dibayar Rp150.000,-.

2. Sistem upah menurut prestasi, yakni pemberian upah berdasarkan prestasi (jumlah barang yang dihasilkan) pekerja. Semakin banyak jumlah barang yang dihasilkan, semakin besar upah yang diterima pekerja.

3. Sistem upah borongan, yakni pemberian upah berdasarkan kesepakatan pemberian kerja dan pekerja. Misalnya, untuk membuat rumah ukuran 30 m x 10 m disepakati diborongkan dengan upah Rp30.000.000,- sampai rumah tersebut selesai. Pembuatan rumah selain diborongkan bisa juga dibayar dengan sistem upah menurut waktu, misalnya harian, dengan tujuan agar pekerja bekerja lebih bagus dan hati-hati dalam membuat rumah. Dengan demikian, umumnya jumlah upah harian yang dibayarkan lebih mahal dibanding upah borongan.

4. Sistem upah premi, yakni pemberian upah dengan mengombinasikan sistem upah prestasi yang ditambah dengan premi tertentu. Misalnya bila pekerja mampu menyelesaikan 50 boneka dalam 1 jam akan dibayar Rp25.000,- dan kelebihan dari 50 boneka akan diberi premi misal Rp300,- per boneka. Apabila seorang pekerja mampu membuat 70 boneka dia akan menerima Rp25.000,- + (Rp300,- x 20) = Rp31.000-,.

5. Sistem upah partisipasi, yakni pemberian upah khusus berupa sebagian keuntungan

perusahaan pada akhir tahun buku. Upah ini merupakan bonus/(hadiah). Jadi, selain menerima upah seperti biasa, pada system upah ini, pekerja akan menerima sejumlah upah lagi setiap akhir tahun buku. Sistem upah partisipasi disebut juga sistem upah bonus.

(7)

7. Sistem upah indeks biaya hidup, yakni pemberian upah yang didasarkan pada besarnya biaya hidup. Semakin naik biaya hidup, semakin naik pula besarnya upah yang diberikan.

8. Sistem upah skala berubah (sliding scale), yakni pemberian upah berdasarkan skala hasil penjualan yang berubah-ubah. Apabila hasil penjualan bertambah, jumlah upah yang diberikan juga bertambah, demikian pula sebaliknya.

9. Sistem upah produksi (production sharing), yakni pemberian upah berdasarkan naik turunnya jumlah produksi secara keseluruhan. Bila jumlah produksi naik 5%, upah juga naik 5%,

demikian pula sebaliknya.

10. Sistem upah bagi hasil, yakni pemberian upah dengan memberikan bagian tertentu kepada pekerja dari hasil (keuntungan) yang diperoleh. Sistem ini biasa dipakai di sektor pertanian. Misalnya petani penggarap mengerjakan sawah milik orang lain dengan bagi hasil separohan. Artinya, bila sawah menghasilkan 2 ton beras, petani penggarap mendapat 1 ton dan pemilik sawah juga mendapat 1 ton.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 mengenai kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom maka pemberlakuan UMR (Upah Minimum Regional) diubah menjadi UMP (Upah Mini-mum Provinsi) dan UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten). Dalam hal ini, pemerintah kota/kabupaten tidak boleh menetapkan UMK di daerahnya yang jumlahnya di bawah UMP yang sudah ditetapkan oleh provinsi. Dalam peraturan pemerintah tersebut dinyatakan pula antara lain:

a. UMP atau UMK hanya berlaku bagi pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun. Itu berarti bagi pekerja yang masa kerjanya lebih dari 1 tahun berhak memperoleh upah di atas UMP atau UMK.

b. Bagi pengusaha yang telah memberikan upah di atas UMP atau UMK dilarang menurunkan upahnya.

Selain itu, pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 2003 yang mengatur pajak penghasilan bagi pekerja. Menurut peraturan ini, bagi para pekerja yang menerima upah yang jumlahnya kurang atau sama dengan UMP atau UMK, maka pemerintah wajib menanggung atau membayar pajak penghasilan para pekerja tersebut. Peraturan ini dikeluarkan dengan maksud mengurangi beban pajak para pekerja yang upahnya kurang atau sama dengan UMP atau UMK.

VII. Pengangguran

(8)

Penganggur terbuka (open unemployment) meliputi seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan pertama kali maupun yang pernah bekerja sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mengkategorikan penganggur terbuka menjadi empat, seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Pengangguran terbuka biasanya terjadi pada generasi muda yang baru menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi. Ada kecenderungan mereka yang baru menyelesaikan pendidikan berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan. Mereka biasanya bekerja di sektor-sektor modern. Untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, mereka bersedia menunggu beberapa waktu atau bahkan mencarinya di kota atau daerah lain yang sektor modernnya telah

berkembang. Inilah yang menyebabkan pada negara yang sedang berkembang umumnya angka pengangguran terbuka di daerah perkotaan lebih besar daripada di daerah pedesaan.

Tingkat pengangguran terbuka di perkotaan tiga kali lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Hal ini karena terbatasnya kesempatan kerja yang tersedia di perkotaan sehingga terjadi persaingan yang ketat dalam memperebutkan lapangan kerja. Selain itu, di Indonesia, fenomena

pengangguran terbuka ini juga diakibatkan terdapat perbedaan struktur ekonomi antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Struktur ekonomi KBI lebih

modern dibandingkan dengan KTI sehingga angka pengangguran terbuka di KBI lebih tinggi jika dibandingkan dengan KTI.

Penganggur terselubung (underemployment) adalah pekerja yang bekerja dengan jam kerja rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal atau kurang dari 35 jam dalam seminggu), namun masih mau menerima pekerjaan.

BPS mengkategorikan penganggur terselubung menjadi dua macam, yaitu

pekerja yang memiliki jam kerja kurang dari 35 jam per minggu karena sukarela (kemauan sendiri) dan ada juga yang terpaksa.Penganggur terselubung di Indonesia jumlahnya cukup besar. Menurut data BPS, pada tahun 2005 jumlah penganggur terselubung mencapai 36.567.740 orang. Dari jumlah tersebut 15.322.755 orang merupakan penganggur terselubung sukarela, sedangkan 21.244.985 orang bekerja kurang dari 35 jam seminggu karena terpaksa. Mereka yang memiliki jam kerja rendah ini biasanya bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari pada tingkat pendidikan, memperoleh upah yang rendah, yang mengakibatkan produktivitas kerja mereka rendah.

A. Macam Pengangguran

Pengangguran yang ada di suatu negara dapat dikelompokkan menurut faktor penyebab terjadinya, yaitu

(9)

b. pengangguran teknologi, yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya penggunaan alat-alat mesin, komputerisasi, bahkan robot dalam proses produksi, yang

merupakan produk teknologi, hal ini mengakibatkan penggunaan tenaga kerja menjadi berkurang; Contoh Pabrik tekstil dahulu menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang dioperasikan dengan manusia, dengan semakin canggihnya berbagai mesin produksi, sekarang pabrik tekstil banyak yang menggunakan mesin printing.

c. pengangguran deflatoir, yaitu pengangguran yang terjadi karena menurunnya kegiatan perekonomian suatu negara sehingga permintaan masyarakat ikut menurun, hal ini

mengakibatkan perusahaan mengurangi kapasitas produksinya, atau bahkan menghentikan produksinya, akibatnya terjadi pengurangan pekerja;

d. pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan pada struktur ekonomi dari suatu negara, misalnya dari struktur ekonomi pertanian ke struktur ekonomi industri, hal ini menyebabkan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan tidak sesuai dengan tenaga kerja yang tersedia, akibatnya terjadi pengangguran.Contoh Akibat perekonomian beralih dari sektor pertanian ke sektor industri maka tenaga kerja yang tadinya bekerja pada sektor pertanian tidak dapat bekerja.

Pengangguran yang ada di suatu negara dapat dikelompokkan menurut berdasarkan lama waktu kerja, yaitu

a. Pengangguran terbuka (open unemployment), yakni tenaga kerja yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan (sama sekali tidak bekerja). Pengangguran ini terjadi karena tidak adanya lapangan kerja atau karena ketidaksesuaian lapangan kerja dengan latar belakang pendidikan dan keahlian tenaga kerja.

b. Setengah menganggur (under unemployment), yakni tenaga kerja yang bekerja, tetapi bila diukur dari sudut jam kerja, pendapatan, produktivitas dan jenis pekerjaan tidak optimal.

c. Pengangguran terselubung (disguised unemployment), yakni tenaga kerja yang bekerja tapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya. Misalnya, seorang lulusan S1 pertanian bekerja sebagai tenaga pembukuan, atau seorang insinyur teknik bekerja sebagai pelayan restoran

6. Penyebab Pengangguran

Penyebab terjadinya pengangguran di suatu negara, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Tekanan demografis dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang besar.

2. Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja.

(10)

4. Kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.

5. Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang disebabkan, antara lain perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan sebagainya.

6. Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.

7. Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha.

8. Masih sulitnya arus masuk modal asing.

9. Iklim investasi yang belum kondusif.

10. Tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu.

11. Kemiskinan.

12. Ketimpangan pendapatan.

13. Urbanisasi.

14. Stabilitas politik yang tidak stabil.

15. Perilaku proteksionis sejumlah negara maju dalam menerima ekspor dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

16. Keberadaan pasar global.

VIII. Dampak Pengangguran

1. Menurunkan Aktivitas Perekonomian

2. Menurunkan Pertumbuhan Ekonomi dan

3. Meningkatkan Biaya Sosial

4. Menurunkan Tingkat Keterampilan

Referensi

Dokumen terkait

Industri Karet Deli selama periode orde baru, ekonomi Indonesia telah mengalami suatu perubahan struktural yang besar dari suatu ekonomi dimana sektor pertanian ke

Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara yang masih berkembang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam

Teori pembangunan Chenery (2007) memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari perekonomian negara

Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama

Proses transformasi dan perubahan struktural di Indonesia di tandai dengan adanya peningkatan pesat sektor industri manufaktur dan penurunan yang cukup pesat dari sektor

Eskalasi pada proyek multi years disebabkan karena adanya fluktuasi ekonomi negara yang menyebabkan perubahan harga satuan komponen pekerjaan saat pelaksanaan proyek.. Akibat

Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan pendapatan domestik bruto (PDB) dari suatu negara pada kurun waktu tertentu. Pembangunan ekonomi