PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.
Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas: a) Pertumbuhan ekonomi
b) Distribusi pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
a) Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
b) Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahn teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
A. Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.
National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)
GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi
NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
GDP = NP + Ttl + D – F
NP = GDP + F – D- Ttl
Pertumbuh an PDB
Peningkatan National
Income
Peningkatan Kesejahteraan
rakyat
Peningkatan Jumlah Penduduk
Peningkatan Kebutuhan Sehari-hari Peningkatan
Pendekatan pengukuran GDP:
a) Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:
Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sector ekonomi atau lapangan usaha
BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor: a) Pertanian
b) Pertambangan dan penggalian c) Industri manufaktur
d) Listrik, gas, dan air bersih e) Bangunan
f) Perdagangan, hotel dan restoran g) Pengangkutan dan komunikasi
h) Keuangan, sewa dan jasa perusahaan i) Jasa-jasa
PDB =
Pendekatan pendapatan. PDB=jumlah pendapatan yang diterima FP untuk proses produksi disetiap sector yg mencakup gaji untuk TK, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk pemiik tanah, profit untuk pengusaha sebelum dipotong pajak dan mencakup penyusutan.
PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9, dimana NTB= nilai tambah bruto
9 sektor
b) Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran
PDB=C + I + G + X - M
Sumber pertumbuhan: a) Permintaan agregat
AD
0AD
1 PY
AS
0Y
Y
P
Kurva AD bergeser kekanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M).
PDB=C + I + G + X - M C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh factor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.
X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh factor eksternal M = mY +Ma
b) Penawaran agregat.
Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP
Teori dan Model Pertumbuhan.
a) Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.
Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK.
Semakin meningkat jumlah FP (TK dan kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat pertumbuhan output. Persentase pertumbuhan output dapat:
Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)
AD
0AS
1
P
Y
AS
0Y
0Y
1P
Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale) Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to
scale)
Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap konstan)
Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari produktivitas yang semakin meningkat.
Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.
b) Teori modern (model pertumbuhan Endogen)
Teori moderan menyatakan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi: FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,
Faktor lain yang mencakup infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.
Ketiadaan/rendahnya FP dan faktor lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di negara-negara di afrika terhenti
Teori Neoklasik Teori Moderen
Kuantitas faktor produksi L dan K berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi
FP yang berpengaruh:
Kualitas TK dalam bentuk pendidikan dan kesehatan (tingkat harapan hidup). TK menjadi variable endogen
mengikuti perkembangan IPTEK.
Kualitas T dalam bentuk
kemajuan teknologi. T menjadi variable endogen yang dinamis.
Kualitas kewirausahaan dalam bentuk kemampuan berinovasi
Kualitas IPTEK dan SDM berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya bermuara pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan kualitas SDM dan Kemajuan IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun.
Model Harrold-Domar merupakan model pertumbuhan neoklasik yang bisa diendogenkan yang menyatakan bahwa ada pengaruh penambahan K terhadap pertumbuhan GDP. Model ini memiliki dua variable fundamental:
Rasio penambahan K terhadap PDB (Y)=ICOR = =
Model Harrold-Domar merupakan modifikasi dari model-model pertumbuhan dari Domar dan Harrold.
Model Domar lebih menekankan laju investasi
(∆I/I)
yang ditetapkn harus tumbuh dengan % yang konstan, karena rasio pertumbuhan tabungan nasional terhadap Y dan ICORnya bersifat konstan juga. Model Harrold lebih menekankan pada pertumbuhan Y jangka panjang dengan laju pertumbuhan keseimbangan yang menjadikan saving yang direncanakan selalu sama dengan I yang direncanakan.
sY
t= ICOR (Y
t– Y
t-1) =
(Y
t– Y
t-1)/Y = s/ICOR
Model ini menekankan 2 faktor penting dalam pembangunan ekonomi: Investasi
Tabungan
Selama krisis ekonomi, jumlah tabungan (s) terbatas, sehingga pemerintah bergantung kepada pinjaman LN dan PMA untuk mempertahankan kelangsungan I di dalam negeri.
Setiap negara memerlukan I minimum untuk mempertahankan kapasitas produksi. Kapasitas produksi potensial adalah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu Negara pada waktu tertentu dalam kondisi normal.
IBII (2000) mengasumsikan FP yang menentukan kapasitas produksi Indonesia adalah K yang berjumlah melimpah terutama bidang pertanian.
∆Cap = (1/k) (∆K)
, dimana Cap = kapasitas produksi dan k = rasio output capital untuk mengukur efisiensi penggunaan capital.K
t= K
(t-1)+ ( i – s)
i = Investasi bruto
s = pengurangan K yaitu K yang tidak ekonomis (output < biaya produksinya)
Dengan demikian:
∆Cap = (1/k) (∆K)
menjadi∆Cap = (1/k) ( i – s)
∆Cap = (1/k) (
– δ)
IBII mengestimasi kapasitas produksi tahun 2000 dengan data 1971 sd 1997:
Cap = (1/2,5) (
) ( 100 – 5)
c) Pertumbuhan FTP
Pack dan Page (1994) menyatakan bahwa ada 2 sumber pertumbuhan utama:
Peningkatan I (Investment driven growth) dari peningkatan FP seperti penambahan mesin
Peningkatan produktivitas (Productivity driven growth) FP seperti kemajuan
teknologi
Pengaruh kedua sumber terhadap pertumbuhan output dapat dihitung secara parsial dan secara total.
Fungsi Cobb-Douglas:
Y
t= T
tK
αtL
βt, menjadi persamaan linierLnY
t= Ln T
t+ α Ln K
t+ βLn L
t,
dimanaα +β = 1,
sehingga
α = 1 -β
LnY
t= Ln T
t+ (1 - β) Ln K
t+ βLn L
tLnY
t= Ln T
t+ Ln K
t- β Ln K
t+ βLn L
tLnY
t= Ln T
t+ Ln K
t+ β (Ln L
t- Ln K
t)
LnY
t- Ln K
t= Ln T
t+ β (Ln L
t- Ln K
t)
Ln (Y
t/K
t) = Ln T
t+ β Ln (L
t/K
t)
Koefisien beta dan alpha sebagai alokator untuk mengestimasi peran input K dan L terhadap pertumbuhan output dan estimasi nilai T menunjukkan kontribusinya terhadap perubahan output.
Studi empiris:
Kim dan Lau (1994) menemukan pertumbuhan TFP bukan merupakan sumber utama bagi pertumbuhan ekonomi di NICs (kecuali Korea Selatan), tapi akumulasi I berkontribusi 48 – 72% dibandingkan dengan pertumbuhan TFP sebesar 46 – 71 %. Jepang, penambahan K menjadi factor utama dan pertumbuhan TFP menjadi faktor kedua. OECD (Organization for economic corporation and development), pertumbuhan TFP menjadi sumber utama bagi GDP.
Young (1992) untuk hongkong dan singapura menunjukkan hongkong tahun 1970 – 1980 memiliki tingkat pertumbuhan TFP diatas 30%, tapi di singapura tumbuh negative. Korea selatan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 1,7% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 16,5% dengan kontribusi industry manufaktur sebesar 3%. Taiwan memiliki laju pertumbuhan TFP per tahun selama 1966 – 1990 sebesar 2,6% dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 27,7% dengan sector jasa sebagai primadona.
Pack dan Page (1994) menemukan negara dengan investment driven growth adalah Malaysia, Thailand dan Indonesia. Negara dengan productivity driven growth adalah Jepang dan NICs.
Bank Dunia (1994) menemukan bukti bahwa rata-rata 33% dari pertumbuhan ekonomi di Asia Timur didorong oleh pertumbuhan TFP.
Perumbuhan TFP dan Pertumbuhan Ekonomi tahun 1960 – 1980.
Negara Pertumbuhan TFP Pertumbuhan
ekonomi
Taiwan 3,7% 42%
Singapura 1,2% 15%
Hongkong 3,6% 44%
Korea Selatan 3,1% 37%
Sarel (1996) menemukan bukti pertumbuhan TFP
Negara Pertumbuhan TFP
Jepang 2 %
USA 0,9 %
Hongkong 3,8%
Taiwan 3,5%
Kasus pertumbuhan TFP di Indonesia:
1) Hanson et al. (1995) menemukan kebijakan deregulasi sebelum 1980 penambahan FP mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan deregulasi pertengahan tahun 1980an berdampak positif terhadap pertumbuhan TFP yang menyumbang pertumbuhan PDB 31% periode 1985-1992.
2) Karseno (1995), Poot (1994), Abimnyu dan Xie (1994), Hill dan Aswicahyono (1994) menemukan pertumbuhan TFP di sektor manufaktur dan ada perbedaan yang cukup besar diantara subsector industri
3) Suhariyanto (2001) meneliti pertumbuhan TFP disektor pertanian selama orde baru. Perbandingan pertumbuhan TFP, output, dan input sector pertanian beberapa Negara sbb:
Negar
a
TFP Outp
ut
Tana
h
Tk
Binata
ng
Pupu
k
Mesi
n
Cina
0,4
7
4,34
0,14
1,7
7
2,45
10,6
4
8,85
Jepang
2,7
1,15 -0,92
-4,0
6
1,66
-0,13 15,1
6
Korea
Selata
n
3,3
3,78 -0,26
-1,7
1
3,46
3,05
31,7
7
Indone
sia
0,1
8
4,04
0,60
1,6
5
1,42
11,3
7
7,60
Malays
ia
3,5
5
5,25
1,96
0,0
-1
1,05
8,77
9,58
Thaila
nd
-1
3,89
1,87
1,8
4
0,37
12,3
2
11,1
0
Philipi
na
1,3
3
2,74
1,29
1,6
6
-0,42
5,9
2,42
India
-0,5
2,90
0,15
1,4
2
0,81
10,3
5
B. Pertumbuhan Ekonomi selama Orde baru sampai Era
Megawati
Selama tahun 1966 – 1997, pertumbuhan ekonomi relative tinggi dengan ukuran pendapatan nasional perkapita tahun 1968 sebesar US$ 60 dan akhir tahun 1980an sebesar US$ 500. Pertumbuhan ekonomi 7-8% selama tahun 1970an dan menurun 3 – 4% dalam tahun 198an. Perkonomian nasional bergantungan valas dari ekspor barang primer (minyak dan pertanian). Pemasukan valas ini bergantung pada:
a) Kondisi pasar internasional komoditi tersebut. b) Harga komoditi tersebut
c) Pertumbuhan ekonomi dunia (Jepang, USA dan Eropa merupakan pasar utama Indonesia).
Pengaruh Resesi Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi dunia (penurunan GPD).
Dampak resesi tahun 1982 terhadap laju pertumbuhan ekonomi tahun 1982 sampai 1988.
Tahun
Pendapat an Perkapita Indonesia 1968 56,7
Saldo BOP (negative)
Kapasitas Produksi DN (Turun)
Resesi Ekonomi
Dunia
Permintaan Ekspor Dunia dari Indonesia (Turun)
Saldo Neraca perdagangan (negative)
Volume Produksi DN (Turun)
Pertumbuhan GDP (Turun)
Cadangan Devisa (negative)
Volume Impor (Turun)
1973 126,3 1978 260,3 1983 494 1988 467,5 1993 833,1 1997 1088 1998 640
1999 580
Krisis ekonomi akhir tahun 1997 berdampak pada pertumbuhan ekonomi:
Tahu n
Pertumbu han
Ekonomi 1998 -13.1 1999 0.8 2000 4.9 2001 3.3 2002 3.7
Setelah krisis, pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara selama tahun 1999-2002.
Negara
Tahun
1999
2000
2001
2002
Philipina
3,4
4
3,4
4
Indonesia
0,8
4,9
3,3
3,7
Malaysia
6,1
8,3
0,4
4,2
Singapura
6,9
10,3
2
3,7
Thailand
4,4
4,6
1,8
2,5
Vietnam
4,7
6,1
5,8
6,2
Pada tahun 1999, Thailand yang mengalami krisis yang sama dapat menumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi dari Indonesia.
Perbandingan Pendapatan nasional bruto antar negara sebelum dan setelah krisis ekonomi.
Negara
1997
1998
1999
2000
2001
China
710
740
780
840
890
India
420
420
440
450
460
Indones
ia
1.088
640
580
570
680
Jepang
39.390
33.720
33.350
35.620
35.990
Korsel
11.390
8.740
8.480
8.960
9.400
Malaysi
a
4.600
3.360
3.370
3.370
3.640
Pakista
n
480
460
450
440
420
Philipin
a
1.240
1,090
1.050
1.040
1.050
Thailan
d
2.780
2.110
2.000
2.010
1.970
Vietnam
340
350
370
390
410
Sebelum krisis PNB Indonesia lebih tinggi dari China, tapi setelah krisis Indonesia dibawah China, sebagai akibat kredit macet antar bank, produksi industry manufaktur menurun tajam, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan negative (menurun).
Pertanian
4,4
3,1
1
-0,7
2,1
1,7
2,2
Pertamb. & Penggalian
6,7
6,3
2,1
-2,8
-1,7
2,3
2,5
Industri manufaktur
10,9
11,6
5,3
-11,4
2,6
6,2
6,3
Listrik, Gas & air bersih
15,9
13,6
12,4
2,6
8,2
8,8
5,8
Bangunan
12,9
13,6
12,4
2,6
8,2
8,8
5,8
Perdag. Hotel & Resto
7,9
8,2
5,8
-18
-0,4
5,7
3,4
Pengangkutan &
Komunikasi
8,5
8,7
7
-15,1
-0,7
9,4
3,8
Keuangan, Sewa dan
Jasa perusahaan
11
6
5,9
-26,6
-8,1
4,7
3,6
Jasa-jasa
3,3
3,4
3,6
-3,8
1,8
2,2
2,7
PDB
8,2
7,8
4,7
-13,1
0,8
4,9
3,3
Perumbuhan Riil Komponen Aggregate Demand
Sektor
1995 1996 1997
1998
1999
2000 2001
2002
C
16,86 9,72
8,09
-6,4
2,97
3,63
5,94
4,72
G
1,34
2,69
0,06
-15,37
0,69
6,49
8,24
12,79
I
13,99 14,51 8,57
-33,01
-19,94
17,91 3,96
-0,19
X
9,64
7,56
7,8
11,18
-31,61
16,06 1,88
-1,24
M
27,06 6,68 14,72
-5,29
-40,68
18,18 8,05
-16,50
C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Asian Countries' GDP's Growth Rate (% per year)
Country 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008*
Cambodia 6.2 8.6 10.0 13.4 10.4 9.5 9.0 China 9.1 10.0 10.1 10.4 10.7 10.0 9.8 Hong Kong 1.8 3.2 8.6 7.5 6.8 5.4 5.2 India 3.8 8.5 7.5 9.0 9.2 8.0 8.3 Indonesia 4.5 4.8 5.0 5.7 5.5 6.0 6.3
Japan 0.3 1.4 2.7 1.9 2.2 -
-Korea 7.0 3.1 4.7 4.0 5.0 4.5 4.8
Laos 5.9 6.1 6.4 7.0 7.3 6.8 6.5
Malaysia 4.4 5.5 7.2 5.2 5.9 5.4 5.7 Philippines 4.4 4.9 6.2 5.0 5.4 5.4 5.7 Singapore 4.2 3.1 8.8 6.6 7.9 6.0 5.5 Thailand 5.3 7.1 6.3 4.5 5.0 4.0 5.0 Vietnam 7.1 7.3 7.8 8.4 8.2 8.3 8.5
*Forecasted for 2007-2008
Faktor penentu pertumbuhan ekonomi:
a) Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan keamanan).
Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.
Ekspor Produk Dunia per Wilayah , 1948, 1953, 1963, 1973, 1983, 1993, 2003 and 2007 1948 1953 1963 1973 1983 1993 2003 2007
VOLUE (Billion dollars)
World 59 84 157 579 1838 3675 7375 13619
SHARE (percentage)
World 100 100 100 100 100 100 100 100
North America 28.1 24.8 19.9 17.3 16.8 18 15.8 13.6
South and Central America 11.3 9.7 6.4 4.3 4.4 3 3 3.7
Europe 35.1 39.4 47.8 50.9 43.5 45.4 45.9 42.4
Africa 7.3 6.5 5.7 4.8 4.5 2.5 2.4 3.1
Middle East 2 2.7 3.2 4.1 6.8 3.5 4.1 5.6
Asia 14 13.4 12.5 14.9 19.1 26.1 26.2 27.9
USSR, Former 2.2 3.5 4.6 3.7 5 - -
-Sumber: WTO, 2008
D. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian menuju industry (sector non primer) terutama industry manufaktur dengan increasing return to scale.
Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi.
Teori perubahan struktur ekonomi: a. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sector utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industry sebagai sector utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, shg kelebihan supply TK dan tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol dengan upah yang rendah. Produk marjinal =0 berarti fungsi produksi sector pertanian telah optimal.
Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas menurun dan upah menurun.
Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan capital tidak merubah jumlah outputnya.
Diperkotaan, sector industry kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara meningkat.
Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output meningkat) dan dalam jangka panjang pereonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk industry dan jasa meningkat yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produk non pertanian.
b. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa
Akumulasi capital secara fisik dan SDM Perkambangan kota dan industry
Penurunan laju pertumbuhan penduduk Ukuran keluarga yang kecil
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi structural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.
Y
i= Di + (X
i-M
i) +
ijDimana Yi= output bruto industry manufaktur Di= permintaan domestic untuk konsumsi X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)
Yij= penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input
Kenaikan produksi sector manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor: a. Kenaikan permintaan domestic
b. Peningkatan ekspor c. Substitusi impor d. Perubahan teknologi
Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:
a. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industry dasar atau tidak)
b. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk) c. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
d. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industry apakah ada industry yang diunggulkan)
e. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
f. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif indystri DN atau terbuka/promosi ekspor).
E. Kasus di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi beberapa negara
Country 2002 2003 2004 2005 2006 2007* 2008*
Hong Kong 1.8 3.2 8.6 7.5 6.8 5.4 5.2 India 3.8 8.5 7.5 9.0 9.2 8.0 8.3 Indonesia 4.5 4.8 5.0 5.7 5.5 6.0 6.3 Malaysia 4.4 5.5 7.2 5.2 5.9 5.4 5.7 Philippines 4.4 4.9 6.2 5.0 5.4 5.4 5.7 Singapore 4.2 3.1 8.8 6.6 7.9 6.0 5.5 Thailand 5.3 7.1 6.3 4.5 5.0 4.0 5.0 Vietnam 7.1 7.3 7.8 8.4 8.2 8.3 8.5
Kontribusi nilai tambah bruto (NTB) sector pertanian terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara 1997 1998 1999 2000 2001
China 19 19 18 16 15
India 28 28 26 25 24
Indonesia 16 18 20 17 16
Thailand 11 13 11 10 10
Malaysia 11 13 11 9 8
Philipina 19 17 17 16 15
Vietnam 26 26 25 24
-Kontribusi nilai tambah bruto (NTB) sector industry terhadap GDP 1997 – 2001 (%)
Negara 1997 1998 1999 2000 2001
China 50 49 49 51 52
India 27 27 26 27 27
Indonesia 44 45 43 47 47
Thailand 39 38 38 40 40
Malaysia 45 44 46 52 50
Philipina 32 31 31 31 31
Vietnam 32 33 34 37
F. Metode Perhitungan Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari: a. Nilai absolute
b. Nilai relative (persentase) Pertumbuhan dalam % dihitung:
∆GDP
t= [GDP
t– GDP
t-1]/GDP
t-1r = [
x 100%
atau dengan faktor
penggabungan
t
n= t
0(1+r)
n-1, dimana r=laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahunn=jumlah tahun tn =tahun terakhir
t0=tahun awal
(1+r)n-1 = factor penggabungan
Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute dapat dinyatakan dalam:
a. Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi
GDP
HB(t)= [GDP
HK(t)x IHK
t]/100
b. Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar
GDP
HK(t)= [100/IHK
t]XGDP
HB(t)Dimana
HK
t= harga konstan
HB
t= harga berlaku
IHK
t= Indeks harga konsumen