• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONO (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONO (2)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Perekonomian Indonesia

Disusun Oleh:

1. Efie Octafiani 1125111029

2. Roslani Eka Murniati 1125111052

3. Yosua Gleen Nelsen 1125111347

PRODI : S1 AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

(2)

Halaman Judul... 1

Daftar Isi... 2

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi... 3

B. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi... 10

C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 12

D. Struktur Ekonomi... 15

E. Perubahan Struktur Ekonomi... 21

F. Kesimpulan ... 27

Daftar Pustaka... 28

(3)

Kesejahteraan masyarakat dari aspek ekonomi dapat diukur dengan tingkat pendapatan nasional per kapita. Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada awal pembangunan ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia di bawah garis kemiskinan juga besar, maka pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat per kapita dapat tercapai.

Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial .

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.

(4)

Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:

a) Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.

b) Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.

A. Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan GDP, sehingga terjadi peningkatan national income.

National income dapat merujuk pada GDP, GNP atau NNP (Net national Product)

GNP = GDP + F, dimana F = pendapatan neto atas faktor luar negeri NNP = GNP – D, dimana D = depresiasi

NP = NNP – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.

GDP = NP + Ttl + D – F NP = GDP + F – D- Ttl

(5)

perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional Produk Domestik Bruto (GDP)

Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan.Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor. Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara Produk Nasional Bruto (GNP)

Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri,

tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

Pendapatan Nasional Neto (NNI)

(6)

tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.

Pendapatan Perseorangan (PI)

Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).

Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)

Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Jasa perbankan turut mempengaruhi besarnya pendapatan nasional

(7)

 Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.  Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu

negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).

 Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X-M)

Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%

g = tingkat pertumbuhan ekonomi PDBs = PDB riil tahun sekarang PDBk = PDB riil tahun kemarin

Contoh soal :

PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun 2007 ?

jawab :

g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%

(8)

atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.

Di samping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya.Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

Pendekatan pengukuran GDP:

a) Pendekatan sisi penawaran agregat yang mencakup:

 Pendekatan produksi. PDB=jumlah nilai output (NO) dari semua sektor ekonomi atau lapangan usaha

BPS membagi ekonomi nasional dalam sektor: a) Pertanian

b) Pertambangan dan penggalian c) Industri manufaktur

d) Listrik, gas, dan air bersih e) Bangunan

f) Perdagangan, hotel dan restoran g) Pengangkutan dan komunikasi h) Keuangan, sewa dan jasa perusahaan i) Jasa-jasa

PDB =

(9)

b) Pendekatan sisi permintaan agregat yakni pendekatan pengeluaran PDB=C + I + G + X – M

Sumber pertumbuhan: a) Permintaan agregat

Kurva AD bergeser ke kanan berarti peningkatan permintaan C, I, G (X-M). PDB=C + I + G + X - M

C = cY + Ca I = -ir + Ia

G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh faktor dalam model, tapi oleh faktor lain spt politik.

(10)

Pertumbuhan output disebabkan oleh peningkatan volume FP (Tenaga kerja, Kapital, Tanah) sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.

Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP

B. Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi

a) Teori dan model pertumbuhan Neoklasik.

Memfokuskan pada efek akumulasi K dan penambahan TK.

Semakin meningkat jumlah FP (TK dan Kapital) pada tingkat produktivitas tidak berubah, maka semakin meningkat pertumbuhan output. Persentase pertumbuhan output dapat:

 Lebih besar daripada persentase pertumbuhan jumlah FP (increasing return to scale)  Sama dengan persentase pertumbuhan jumlah FP (constant return to scale)

 Lebih kecil dari persentase pertumbuhan jumlah FP (decreasing return to scale)

Asumsi: teknologi, ilmu pengetahuan, dan peningkatan kualitas input tidak diperhatikan (dianggap konstan)

Teori ini tidak berlaku untuk Jepang, Korea Selatan dan lain-lain yang memiliki SDA sedikit dapat menunjukkan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan output mereka sebagai akibat dari produktivitas yang semakin meningkat.

Nafziger (1997) menyatakan bahwa Taiwan, Hongkong, Korea Selatan dan Singapura menunjukkan K per TK terhadap pertumbuhan eonomi mencapai 50% - 90% dan peran teknologi sebesar 10% - 50%.

b) Teori modern (model pertumbuhan Endogen)

(11)

 FP yang mencakup TK, K, T, kewirausahaan, BB dan material,

 Faktor lain yang mencakup infrastruktur, hukum dan peraturan, stabilitas politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.

Ketiadaan/rendahnya FP dan faktor lain tersebut menyebabkan pembangunan ekonomi di negara-negara di afrika terhenti

Teori Neoklasik Teori Moderen

Kuantitas faktor produksi L dan K berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

FP yang berpengaruh:

 Kualitas TK dalam bentuk pendidikan dan kesehatan (tingkat harapan hidup). TK menjadi variable endogen mengikuti perkembangan IPTEK.

 Kualitas T dalam bentuk kemajuan teknologi. T menjadi variable endogen yang dinamis.

 Kualitas kewirausahaan dalam bentuk kemampuan berinovasi

(12)

Laju pertumbuhan PDB Indonesia sampai pada tahun 2012 meningkat sebesar 6,23% terhadap tahun 2011 dan terjadi pada semua sektor. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup baik berdasarkan angak penyumbang PDBnya.

Kualitas IPTEK dan SDM berpengaruh terhadap produktivitas untuk memproduksi dan akhirnya bermuara pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan kualitas SDM dan Kemajuan IPTEK di Indonesia telah mendorong pertumbuhan ekonomi selama 30 tahun.

C. Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(13)

Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat mempengaruhi pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).

Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.

Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik, kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.

Faktor penentu pertumbuhan ekonomi:

a) Faktor internal yang mencakup factor ekonomi dan non ekonomi (politik, social dan keamanan).

Faktor ekonomi mencakup: pengendalian terhadap inflasi, cadangan devisa, rasio hutang Ln terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta kesiapan dunia usaha.

b) Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan internasional dan = tahun tertentu

Metode Perhitungan Pertumbuhan

(14)

a. Nilai absolute

b. Nilai relative (persentase)

Pertumbuhan dalam % dihitung: ∆GDPt = [GDPt – GDPt-1]/GDP t-1

Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun selama tahun tertentu digunakan rumus:

r = [ x 100% atau dengan faktor penggabungan

tn = t0 (1+r)n-1, dimana r=laju pertumbuhan GDP rata-rata pertahun

n=jumlah tahun tn =tahun terakhir

t0=tahun awal

(1+r)n-1 = factor penggabungan

Pertumbuhan ekonomi dengan nilai absolute dapat dinyatakan dalam:

a. Nilai nominal berdasarkan harga berlaku: kenaikan harga turut dihiitung termasuk inflasi GDPHB(t) = [GDPHK(t) x IHKt]/100

b. Nilai rill berdasarkan harga konstan: nilai produk dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar

GDPHK(t) = [100/IHKt]XGDPHB(t)

Dimana

HKt= harga konstan

HBt= harga berlaku

IHKt= Indeks harga konsumen

(15)

D. Struktur perekonomian

Struktur Ekonomi Indonesia adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur

perekonomian, maka kita dapat menilai konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Biasanya terdapat hubungan antara lapangan usaha dan penduduk suatu daerah. Menurut Teori Lewis, perekonomian suatu daerah harus mengalami transformasi struktural dari tradisional ke industri, yang ditunjukkan dengan semakin besarnya kontribusi sektor non pertanian dari waktu ke waktu terhadap total PDRB.

Dalam kaitannya dengan transformasi struktural, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah :

1. Kenaikan riil share pada sektor primer dapat saja dipahami apabila diikuti dengan peningkatan produktvitas yang ikut membawa dampak positif pada upah rata-rata, khususnya di sektor pertanian.

2. Perlu diupayakan peningkatan nilai tambah pada sektor sekunder, yakni industri pengolahan, khususnya industri skala kecil dan menengah yang dibangun dengan basis pertanian. Hal ini mengandung arti bahwa industri yang hendak dikembangkan harus dapat mendorong dan menyerap hasil dari sektor pertanian.

3. Berkenaan dengan sektor tersier, hendaknya pengembangan sektor perdagangan harus terus dikembangkan dalam rangka memperluas pasar pada sektor primer dan sekunder, termasuk perdagangan yang bersifat ekspor (keluar daerah dan ke luar negeri).

Sementara perkembangan sektor hotel, restoran harus dipadukan dengan pembangunan pariwisata guna menumbuhkan sektor tersebut dan industri pendukung wisata lainnya, seperti: transportasi, komunikasi, souvenier dan jasa hiburan. Di samping itu,

pengembangan sub sektor tersier yang produktif harus terus ditingkatkan, misalnya melalui pembangunan pariwisata yang lebih intensif, transformasi dan revitalisasi sektor informal menjadi sektor formal yang lebih menekankan skill dan pengetahuan.

Struktur ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari berbagai sudut tinjauan. Dalam hal ini, struktur ekonomi dapat dilihat setidak-tidaknya berdasarkan empat macam sudut tinjauan yaitu:

(16)

3. Tinjauan penyelenggara kenegaraan 4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan

Dua yang disebut pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua yang disebut kemudian merupakan tinjauan politik.

Berdasarkan tinjauan makro-sektoral sebuah perekonomian dapat berstruktur, misalnya agraris (agricultural), industrial (industrial), atau niaga (commercial); tergantung pada sektor produksi apa/mana yang menjadi tulang punggung perekonomian yang besangkutan. Berdasarkan tinjauan keruangan (spasial), suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan/tradisional dan berstruktur kekotaan/modern. Hal itu bergantung pada apakah wilayah perdesaan dengan teknologinya yang tradisional yang mewarnai kehidupan perekonomian itu, ataukah wilayah perkotaan dengan teknologinya yang sudah relatif modern yang mewarnainya.

Orang dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, menjadi perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat struktur ini tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan, apakah pemerintah/negara, ataukah rakyat kebanyakan, ataukah kalangan pemodal+usahawan (kapitalis). Bisa pula struktur ekonomi dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya. Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralis dan yang desentralis.

(17)
(18)

Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan usaha) dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun 2012 sudah berstruktur industrial.Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun 2008-2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.

Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini. Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa? Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.

Sampai dengan tahun 2012 bulan februari , sebagian besar rakyat Indonesia (39,96 dari penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja) masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (lihat Tabel 1.2). Sementara sektor industri pengolahan hanya menyerap 14,78% tenaga kerja. Fakta ini agaknya membenarkan kembali tesis Boeke, seorang ekonom Belanda, yang pernah menyatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.

(19)

Tinjauan Lain

Pergeseran struktur ekonomi secara makro-sektoral ini senada dengan pergeserannya secara spasial. Ditilik dengan kacamata spasial, perekonomian telah bergeser dari semula berstruktur kedesaan/tradisional menjadi kini berstruktur kekotaan/modern. Hal ini bukan saja dapat dilihat, akan tetapi juga dapat dirasakan sehari-hari. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih pesat daripada di desa-desa. Porsi penduduk yang tinggal di kawasan perdesaan menjadi lebih sedikit bukan semata-mata karena urbanisasi, tetapi juga karena mekar dan berkembangnya kota-kota. Kehidupan sehari-hari yang semakin modern tercermin tidak saja dari perilaku konsumsi masyarakat, tapi juga dari teknologi produksi yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan .

Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an perekonomiaan Indonesia berstruktur etatis. Pemerintah atau negara, dengan BUMN-BUMN dan BUMD- BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama ekonomi. Baru mulai pertengahan dasawarsa kemarin peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur berkurang, sesudah pemerintah secara eksplisit-melalui GBHN 1983/ Pelita IV-mengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian nasional. Arahnya, untuk sementara ini, adalah ke perenomian yang berstruktur borjuis, belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawanlah yang dapat cepat menanggapi “undangan” pemerintah tersebut.

(20)

Struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis, berkaitan erat. Argumentasi yang sering dijadikan legilitimasinya adalah karena sebagai sebuah negara berkembang, kita baru memulai proses panjang perjalanan pembangunan. Dalam kondisi seperti itu, diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, sekaligus dibutuhkan pemerintah pusat yang kuat, sehingga menjadikannya sentralistis. Namun demikian patut dicatat, sejak awal era pembangunan jangka panjang tahap kedua struktur ekonomi yang etatis dan sentralistis ini mulai berkurang kadarnya. Keinginan untuk desentralisasi dan demokratisasi ekonomi kian besar akhir- akhir ini.

Sementara itu, pembangunan ekonomi yang memang sengaja diarahkan ke industrialisasi tentu saja mengurangi kadar agraritas struktur perekonomian. Ini memang tak perlu disesalkan, karena perekonomian yang industrial sudah menjadi konsensus nasional. Hal yang barangkali agak disayangkan ialah belum semua lapisan dan golongan masyarakat kita siap menghadapinya. Akibatnya, tatkala pemerintah mengajak masyarakat luas untuk bermitra dalam pembangunan, hanya kaum pemodal dan pengusaha yang bisa berperan serta aktif. Sebagian besar rakyat terpaksa harus puas menjadi “supporter”. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika kini perekonomian kita, dilihat dengan kacamata politik, cenderung berstruktur borjuis.

Struktur ekonomi yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya merupakan suatu struktur yang transisional. Kita sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial; dari struktur yang etatis ke borjuis; dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kotaan/modern; sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.

E. Perubahan Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) merubah struktur ekonomi dari pertanian menuju industri (sektor non primer) terutama industri manufaktur dengan increasing return to scale.

Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi.

(21)

Teori perubahan struktur ekonomi:

a. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)

Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama) dan perkotaaan (perekonomian modern dengan industri sebagai sektor utama).

Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, sehingga kelebihan supply TK dan tingkat hidup yang subsistence, sehingga produk marjinalnya sama dengan nol dengan upah yang rendah. Produk marjinal = 0 berarti fungsi produksi sektor pertanian telah optimal.

Jika jumlah TK > dari titik optimal, maka produktivitas menurun dan upah menurun. Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan kapital tidak merubah jumlah outputnya.

Diperkotaan, sektor industri kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.

Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara meningkat.

Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output meningkat) dan dalam jangka panjang perekonomian pedesaan tumbuh dan permintaan produk industri dan jasa meningkat yang menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produk non pertanian.

b. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi struktural/pattern of development)

Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:

 pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa  Akumulasi capital secara fisik dan SDM

 Perkambangan kota dan industri

 Penurunan laju pertumbuhan penduduk  Ukuran keluarga yang kecil

(22)

Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika pergeseran pola permintaan domestik ke arah produk manufaktur dan diperkuat dengan ekspor.

Yi = Di + (Xi-Mi) + ij

Dimana : Yi = output bruto industri manufaktur Di = permintaan domestik untuk konsumsi X-M = perdagangan neto (ekspor-impor)

Yij = penggunaan produk oleh perusahaan menufaktur sebagai input

Kenaikan produksi sektor manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor: a. Kenaikan permintaan domestik

b. Peningkatan ekspor c. Substitusi impor d. Perubahan teknologi

Kelompok LDCs mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara:

a. Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industri dasar atau tidak) b. Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)

c. Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)

d. Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industri apakah ada industri yang diunggulkan)

e. Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)

f. Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif industri DN atau terbuka/promosi ekspor).

Faktor Penentu Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi serta Investasi Suatu Negara. Faktor-Faktor Pertumbuhan struktur Ekonomi

(23)

1. Faktor Sumber Daya Manusia

Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

2. Faktor Sumber Daya Alam

Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.

4. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.

(24)

Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.

6. Sistem sosial Dan Sikap Masyarakat

Sistem sosial dan sikap masyarakat terhadap perubahan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penduduk yang terdidik dan modern bersikap sangat mendukung terlaksananya pembangunan karena memiliki sifat lebih bersikap positif dalam pembangunan. Sebaliknya, masyarakat tradisional dan tidak terdidik bersikap apatis ( masa bodoh) terhadap pembangunan. Masyarakat tradisional cenderung tidak menyukai perubahan-perubahan dan sukar memanfaatkan teknologi sehingga menghambat pembangunan. Perubahan struktur ekonomi

Perubahan struktur ekonomi, umum disebut transformasi struktural, dapat didefisinikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling tekait satu dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar negri (ekspor dan inpor), AS ( produksi dan menggunakan faktor-faktor produksi yang diperlukan mendukung proses pembangunan ekonomi yang berkelanjutan)

Perubahan struktur ekonomi yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Sifat manusia dalam kegiatan konsumsi

Hukum Engels mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan masyarakat, maka akan makin sedikit proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan pertanian, sedangkan proporsi pendapatan yang digunakan untuk membeli produksi barang-barang industri menjadi bertambah besar.

2. Perubahan teknologi

(25)

Kemajuan teknologi juga menyebabkan perubahan dalam struktur produksi nasional yang bersifat kemajuan tersebut menciptakan barang baru yang menambah pilihan barang-barang yang dapat dikonsumsi masyarakat.

3. Faktor-faktor dari sisi permintaan agregat (AD)

Faktor yang paling dominan adalah perubahan permintaan domestik, sebagai akibat dari kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat (konsumen). Perubahan permintaan bukan hanya pada peningkatan jumlah (konsumsi), tapi juga perubahan komposisi barang-barang yang dikonsumsi.

4. Faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS)

Faktor-faktor ini adalah pergeseran keunggulan komparatif .Chenery (1992) dalam kaitan ini proses transformasi struktural akan mengemukakan bahawa terjadi berjalan lambat bahkan adakalanya mengalami kemunduran. Artinya penurunan kontribusi output industri manufaktur pada pembentukan PDB, jika keunggulan komparatif tidak berjalan sesuai dengan arah pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur dan pola perubahan dalam komposisi ekspor. Terjadi di Indonesia dan Venezuela dan negara penghasil mineral lainnya.

5. Intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi dalam negeri

Dari sisi AD , Kebijakan yang berpengaruh langsung misalnya pajak penjualan yang menjadikan harga jual barang yang bersangkutan mengalami kenaikan harga akibatnya akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut dan tergantung pada elastisitas harga terhadap permintaan.

Kebijakan tidak langsung misalnya pengurangan pajak pendapatan. Secara teoritis, dengan asumsi bahwa faktor-faktor berpengaruh lainnya tetap dapat meningkatkan permintaan masyarakat (konsumsi) tidak berubah, terhadap produk-produk dari sektor-sektor tertentu, seperti manufaktur dan jasa.

(26)

Sumber internal meliputi faktor-faktor dari sisi AD dan sisi AS serta kebijakan pemerintah seperti tersebut.

Sumber eksternal adalah perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan pendapatan dunia dan peraturan-peraturan mengenai perdagangan internasional. Misalnya perubahan struktur ekspor indonesia selama masa Orde Baru dari komoditas primer ke ekspor manufaktur.

F. Kesimpulan

Dilihat secara makro-sektoral [berdasarkan kontribusi sektor-sektor produksi(lapangan usaha) dalam membentuk produk domestik bruto] perekonomian Indonesia - yang hingga tahun 2012 sudah berstruktur industrial. Berdasarkan data laju pertumbuhan dan distribusi PDB Tahun 2008-2012 menurut BPS telah menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya menyumbang 14,44% terhadap PDB sehingga Indonesia tidak bisa lagi dikatakan negara agraris. Hal penting yang patut dicatat ialah bahwa penurunan peran sektor pertanian bukanlah cerminan kemunduran absolut sektor itu. Sektor pertanian hanya menurun secara relatif.

Keindustrian struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya belum sejati, masih sangat dini. Keindustriannya barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestik bruto atau pendapatan nasional. Keindustrian yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam menyerap tenaga atau angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan dalam menyerap pekerja ini dihadapkan atau diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia secara makro-sektoral ternyata masih dualistis. Mengapa? Karena dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian hingga saat ini masih merupakan sektor utama sumber kehidupan rakyat.

(27)

bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Hanya saja, dualisme yang berlangsung sekarang tidak sepenuhnya identik dengan dualisme yang dulu dikemukakannya.

Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia sesungguhnya masih dualistis. Sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk masih sektor pertanian. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut masih agraris akan tetapi, penyumbang utama pendapatan nasional adalah sektor industri pengolahan. Dalam kaitan ini berarti struktur tersebut sudah industrial. Semua itu berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.

Daftar Pustaka

Dumairy ,1996: Perekonomian Indonesia,Penerbit Erlangga,Yogyakarta www.bps.go.id

www.google.co.id

Gambar

Grafik 1.1 11
Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Akar wangi atau vetiver memang dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi erosi, akan tetapi perlu dilengkapi dengan teknik budidaya dan pelibatan masyarakat yang tepat..

2010/2011 SMA Taruna Nusantara menyediakan sejumlah Beasiswa secara terbatas bagi Calon Siswa yang berprestasi tinggi pada tingkat nasional namun Orang Tuanya tidak mampu membayar

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian berkas turunan Kuliah mimbar Papan tulis, OHP Latihan 1-5 5 Organisasi berkas relatif TIU: Mahasiswa mampu bekerja dengan berbagai teknik

Dalam pengertian ekonomi, perempuan yang bekerja dikaitkan dengan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, konsep ini mengelimir bahwa wanita hanya terlibat dalam

Maklumat dalam risalah data keselamatan mesti dianggap sebagai penjelasan kepada keperluan keselamatan yang berkaitan dengan campuran dan bukan dianggap sebagai jaminan

29.11 Pembatasan (jika ada) mengenai penggunaan dokumen dan piranti lunak tersebut di atas di kemudian hari diatur dalam SSKK. Penghentian Kontrak dapat dilakukan

Paling tidak terdapat tiga macam bentuk pengendalian konflik, yakni : 1) Konsiliasi, iaitu pengendalian konflik yang dilakukan dengan melalui lembaga-lembaga tertentu

Frekuensi relatif tertinggi (FR) di Stasiun I yaitu jenis Rhizophora mucronata untuk kategori pohon, pancang dan semai yaitu dengan nilai frekuensi relatif