• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korupsi dan Partai Politik di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Korupsi dan Partai Politik di Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Korupsi dan Partai Politik di Indonesia

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi

DISUSUN OLEH :

EGY BRAMANTYA 14020111130050

ISMAIL NIKO 14020111130074

YOHANES R. JUANDA 14020111130076

YUDHA BHAKTI P. 14020111130077

SHERLI M. MARPAUNG 14020111120019

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

A. Latar Belakang

Pasca reformasi di tubuh pemerintahan Indonesia yang terjadi tahun 1998, secara gamblang kemudian negara Republik Indonesia mengarahkan roda kemudinya menuju arah demokrasi sebagai sistem dalam menjalankan aktivitas bernegara. Hakikatnya demokrasi sendiri mengandung pengertian; pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Robert A. Dahl mengungkapkan bahwasannya terdapat tujuh (7) prinsip dari demokrasi, diantaranya :

1. Kontrol atas kepentingan pemerintah; sebagaimana diutarakan diatas, kemudian tumbuh dan terus menerus dalam segenap aktivitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal ini nampak jelas, ditandai dengan lahirnya undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, yang selanjutnya berkembang dan disempurnakan dengan terbitnya undang-undang nomor 32 tahun 2004. Mengingat sebelumnya, dalam setiap kebijakan pemerintah di Indonesia cenderung mengarah sentralistis, dimana pemerintah pusat mempunyai peranan yang sangat dominan dalam menentukan arah di tiap-tiap daerah. Selain dari hal tersebut, kebebasan pers dalam mengutarakan segala bentuk kritikan yang beranekaragam terhadap jalannya pemerintahan, dan diikuti dengan berkembangnya opini-opini dari masyaraksat yang tumbuh subur pada berbagai wadah serta media-media sosial, dan contoh-contoh lainnya, menegaskan bahwa komitmen dalam berdemokrasi ditunjukkan secara serius oleh seluruh elemen-elemen masyarakat.

(3)

kemajemukan yang sangat luar biasa dengan dukungan dari system demokrasi yang diberlakukan di Indonesia, sehingga tiap-tiap kumpulan individu yang mempunyai kesamaan pandangan dan memenuhi persyaratan dapat membentuk suatu wadah yang dikenal sebagai partai politik sebagaimana demikian.

Ironi yang terjadi kini di tengah berjalannya demokrasi di Indonesia adalah manakala sistem demokrasi yang diberlakukan dan dicita-citakan untuk tumbuh secara matang agar menjadi sistem yang sehat, justru menampilkan kondisi yang berbeda dan tidak diharapkan. Demokrasi menjadi biang dari tumbuhnya praktek-praktek korupsi yang semakin terbuka, yang mana didalamnya melibatkan berbagai komponen, yang salah satu komponen atau aktor yang pelibatannya cukup besar adalah partai politik. Hal ini jauh dari harapan, dimana partai politik yang sebenarnya ditujukkan untuk mengakomodir kepentingan seluruh masyarakat justru malah menyalahgunakan kesempatan serta kewenangan yang dipunyai, sehingga mencederai banyak hal dan merusak system ideal yang ingin dituju.

Oleh karena itu, pada penulisan makalah disini akan diulas terkait dengan korupsi dan kaitannya dengan partai politik di Indonesia, agar kemudian dapat dilihat apa saja masalah dan fenomena-fenomena yang terjadi di seputar hal tersebut. Menarik apabila dilihat, bahwasannya partai-partai politik di Indonesia yang mendapat jatah untuk memperjuangkan aspirasi rakyat di dalam parlemen, justru terjerat dalam pusaran arus korupsi. Dengan kesadaran yang semakin tinggi dari masyarakat dewasa ini, kedepan sekiaranya segala bentuk penyalahgunaan dan penyimpangan dalam bentuk korupsi yang melibatkan partai politik ini dapat teratasi dan justru malah secara bersama-sama menciptakan system kenegaraan yang ideal dalam menerapkan prinsip demokrasi dan terhindar dari segala bentuk upaya-upaya yang menyimpang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fenomena korupsi yang terjadi dalam kaitannya dengan partai-partai politik di Indonesia ?

(4)

C. Pembahasan

Korupsi merupakan suatu kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang mempunyai dampak yang sangat luas dalam seluruh aktivitas dan kehidupan masyarakat. Bibit-bibit dari korupsi menjangkit pada hampir seluruh lapisan elemen masyarakat, namun pada umumnya yang sering diangkat dan dibahas manakala tindak pidana korupsi yang dimaksud masuk dalam ranah aktivitas negara. Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah: “Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara”.

Korupsi yang menjangkiti hampir pada setiap sektor serta komponen kenegaraan, baik dalam lingkup eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Menarik manakala ditelisik bahwasanya terdapat suatu peranan ataupun andil yang sangat besar yang melibatkan komponen partai politik sebagai wadah yang mempunyai tujuan untuk mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat dalam melakukan tindak pidana korupsi yang menyangkut keuangan negara. Dalam undang-undang nomor 2 tahun 2011, pasal 1 ayat (1) berbunyi bahwa “Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

(5)

peran paling strategis. Parpol adalah sumber rekrutmen utama pejabat publik dari tingkat presiden hingga bupati. Pemilihan Panglima TNI, Kapolri, duta besar dan lain-lain juga harus melalui fit and proper test di DPR. Parpol juga melahirkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Ironisnya, makin krusialnya peran parpol tidak diikuti dengan instrumen yang memadai untuk mencegah korupsi politik yang melibatkan partai. Anehnya, sejak berlakunya UU No. 3/1071 hingga UU No. 30/2002, korupsi politik belum secara tegas dimasukkan sebagai tindak pidana korupsi. Ini yang mengakibatkan sulitnya menjerat parpol dan pengurusnya dengan peraturan perundangan tipikor.

Survei Global Corruption Barometer oleh Transparency International tahun 2004 dan 2010 membuktikan parpol merupakan institusi terkorup di banyak negara. Survei Lembaga Survei Indonesia sejak 2003-2011 juga menemukan partai sebagai institusi paling tidak dipercaya publik. Untuk itu, reformasi sistem pendanaan partai dan desain politik dan pemilu yang murah dan kredibel amat mendesak dilakukan untuk mencegah maraknya korupsi yang terkait dengan parpol.

Secara umum, partai memerlukan dana besar untuk memenuhi kebutuhan

campaign finance dan party finance. Party finance adalah keuangan parpol yang diperoleh dan digunakan untuk menjalankan kegiatan partai di luar masa kampanye, termasuk menggerakkan infrastruktur dan jaringan partai. Adapun campaign finance

merupakan keuangan parpol yang diperoleh dan digunakan selama masa kampanye.

Besarnya dana yang dibutuhkan partai tidak sebanding dengan sumber penerimaan yang dibolehkan menurut aturan. Menurut UU, ada tiga sumber keuangan partai:

1. iuran anggota;

2. sumbangan yang sah menurut hukum; dan 3. bantuan negara.

(6)

Sementara itu, bantuan negara untuk keuangan partai mengalami perubahan signifikan (Mietzner 2011). Awalnya, Peraturan Pemerintah 51/2001 tentang Bantuan Keuangan Parpol, setiap tahun peserta pemilu mendapat Rp 1.000 per-suara hasil pemilu 1999. Studi Mietzner menunjukkan subsidi itu bisa menutupi sekitar 50 persen dari biaya kampanye yang dikeluarkan parpol tahun 1999. Sayangnya, peraturan itu tidak bertahan lama. Berdasar PP 29/2005, setiap tahun parpol hanya dapat Rp 21 juta per-kursi sesuai hasil pemilu 2004. Akibatnya, bantuan kepada parpol berkurang hingga 90 persen. Akhirnya, PP 5/2009 dan surat Keputusan Menteri Dalam Negeri memberikan bantuan tahunan ke partai politik sebesar Rp. 108 per suara yang didapatkan pada pemilu 2009.

Seiring dengan makin meningkatnya biaya operasional partai dan kebutuhan kampanye, partai lalu bergantung pada sumbangan pihak ketiga, baik perorangan maupun perusahaan. Hanya sedikit yang masuk ke rekening resmi dan bisa diakses laporannya oleh publik. Sebagian besar masuk ke rekening pribadi pengurus atau diberikan secara tunai tanpa proses transparansi yang jelas. Anehnya, pada saat manajemen partai masih kurang transparan, DPR meloloskan Revisi UU Partai Politik yang menaikkan batas atas sumbangan partai dari perusahaan hingga 7,5 milyar.

Akibatnya, sistem politik digerakkan oleh uang. Kebijakan-kebijakan politik yang dihasilkan tak lebih merupakan perselingkuhan antara elit politik dan pemilik kapital. Sumbangan yang diberikan pada partai dianggap sebagai investasi dengan harapan elit bisnis mendapat imbalan (return) berupa kuasa atau proyek. Parahnya lagi, nafsu serakah elit partai juga memicu maraknya aksi-aksi perburuan rente. Biasanya mereka memanfaatkan celah dana non-budgeter.

(7)

Sumber : ( http://acch.kpk.go.id/documents/10157/27926/korupsi-partai-politik-dan-lingkaran-korupsi.pdf, diakses Selasa 29 Oktober 2014, pukul 12:21 WIB)

Contoh Kaitan Korupsi dan Partai Politik di Indonesia

Adapun contoh-contoh kasus yang ada di Indonesia yang melibatkan para anggota partai politik, salah satunya yaitu kasus dari Anas Urbaningrum yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada 22 Februari 2012. Dalam surat dakwaan Deddy Kusdinar, Anas disebutkan menerima Rp2,21 miliar dari proyek Hambalang untuk membantu pencalonannya sebagai ketua umum dalam kongres Partai Demokrat tahun 2010. Anas ditahan di rutan

Berikut putusan lengkap dari Majelis Hakim Tipikor untuk Anas:

1. Dakwaan Kesatu Subsider

- Penerimaan uang sebesar Rp 2 miliar dari PT Adhi Karya.

- Menerima uang dari PT Permai Group milik M Nazaruddin sebesar Rp 84,5 miliar dan 36 ribu dolar AS untuk persiapan pencalonan ketua umum Partai Demokrat.

- Menerima uang dari PT Permai Group milik M Nazaruddin sebesar Rp 30 miliar dan 5 juta dolar AS untuk keperluan pelaksanaan pemilihan ketua umum Partai Demokrat.

- Menerima satu unit Mobil Toyota Harrier seharga Rp 670 juta.

- Menerima fasilitas survei dari PT Lingkaran Survei Indonesia sebesar Rp 478 juta.

(8)

Perjalanan kasus Anas sebagai tersangka memakan waktu dan proses yang begitu panjang yang berawal dari kicauan Muhammad Nazaruddin (mantan Bendahara Umum PD) setelah ia ditangkap dan disidang.

Dalam persidangan Nazaruddin Anas membeberkan keterlibatan Anas dalam kasus yang menjeratnya. Untuk lebih jelasnya disampaikan kronolgi kicauan Nazaruddin. Pada 22 Juli 2011, M Nazaruddin seakan sudah mengatahui bahwa dirinya akan menajdi sasaran KPK. Kemudian dia melarikan diri ke Singapura, sehari sebelum KPK mengumumkannya sebagai tersangka, kasus dugaan korupsi proyek wisma atlet SEA Games Palembang. Dalam pelariannya, tiba-tiba Nazaruddin mengadakan telekonferensi via Skype dengan seorang blogger Iwan Piliang. Rekaman video pun beredar ke khalayak umum. Nazaruddin diduga berada di Dominika, Amerika Tengah. Ia membeberkan data baru, terlibat mengatur proyek Hambalang. Menariknya, ia menyeret sejumlah nama, elite Demokrat Andi Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. Nazaruddin kemudian berkelana ke benua Amerika dan ditangkap di Cartagena, Kolombia, 7 Agustus 2011.

Pada 8 Februari 2012, Nazaruddin menyatakan ada uang Rp 100 miliar yang dibagi-bagi, hasil dari korupsi proyek Hambalang. Uang senilai 50 miliar rupiah digunakan untuk pemenangan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat; sisanya Rp 50 miliar dibagi-bagikan kepada anggota DPR RI, termasuk kepada Menpora Andi Alfian Mallarangeng.

(9)

Wakil Ketua Panitia Anggaran DPR melalui ajudannya yang bernama Risco Pesiwarissa. Uang itu adalah sebagian dari komitmen total penyerahan uang sebesar Rp. 3 miliar.

Kemudian kasus Andi Nurpati anggota Partai Demokrat pada Juli 2010 lalu telah menimbulkan tanda tanya dan polemik bagi publik. Penunjukan dirinya sebagai Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat periode 2010-2015 dibawah kepemimpinan Anas Urbaningrum - yang juga sama-sama merupakan mantan Anggota KPU periode 2002-2007 - semakin memperkuat dan menegaskan indikasi akan adanya intervensi dan tidak independennya KPU. Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD dalam satu keterangan menjelaskan bahwa MK pada bulan Februari 2010 lalu telah melaporkan Andi Nurpati memalsukan surat keputusan MK terkait calon legislatif Partai Hanura dari Sulawesi Selatan, Dewi Yasin Limpo. Disamping kasus pemilu 2009 tersebut, dia diduga banyak terkait dengan campur tangan dalam Pilkada Toli-toli tahun 2010 yaitu pelanggaran kode etik dalam kasus surat ganda.

Kasus lainnya yaitu dari Muhammad Nazaruddin Politisi muda yang belum berusia 33 tahun ini seolah-olah menjadi meteor dalam politik negeri ini, karena dalam usia semuda itu telah mampu menjadi Bendahara Umum dari Partai Demokrat yang merupakan partai pemenang Pemilu 2009. Semua ini tak lepas dari peranannya sebagai mesin uang pada saat pencalonan diri dan berhasil menjadikan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum PD dalam kongres di Bandung tahun 2010 lalu.

Banyaknya kasus yang melibatkan dirinya tidak serta merta membuat dia dipecat dan terusir dari Partai Demokrat, karena para petinggi PD hanya mencopot dirinya sebagai Bendahara Umum namun masih tetap mempertahankan keanggotaannya, baik sebagai anggota partai maupun anggota DPR dari Fraksi Demokrat. Kemurahan hati para petinggi PD tersebut karena kekuatiran dirinya akan bernyanyi dan menyeret elit partai lainnya, karena sebagai Bendahara Umum sudah tentu dia mengetahui asal usul, dari mana dan kemana dana Partai Demokrat tersebut mengalir.

(10)

tanggal 23 Mei 2011, disaat para petinggi PD sedang sibuk mempersiapkan “hukuman” buat dirinya dan 1 hari sebelum KPK melakukan pencekalan agar tidak bias terbang ke negeri orang.

Selanjutnya kasus dari Amrun Daulay anggota Komisi II DPR dari Fraksi Demokrat periode 2009-2014 ini pada tanggal 11 April 2011 telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena turut terlibat dalam kasus dugaan korupsi pengadaan sarung, mesin jahit, dan sapi di Kementerian Sosial tahun 2004-2008 yang merugikan negara sekitar Rp. 33,7 miliar. Amrun yang saat kasus itu terjadi menjabat sebagai Direktur Jenderal Bantuan Sosial Fakir Miskin Depsos dianggap mengetahui secara pasti proyek pengadaan sapi impor di Depsos.

Kasus terakhir yaitu dari Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq divonis 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider kurungan 1 tahun penjara. Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menyatakan, Luthfi terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang.

Luthfi bersama rekannya, Ahmad Fathanah, terbukti menerima suap Rp 1,3 miliar dari Direktur Utama PT Indoguna Utama, Maria Elizabeth Liman, terkait kepengurusan penambahan kuota impor daging sapi. Uang itu diterima Luthfi ketika masih menjabat anggota Komisi I DPR RI dan Presiden PKS.

Untuk tindak pidana korupsi, Luthfi dianggap melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. Luthfi juga dinilai terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang saat menjabat anggota DPR RI 2004-2009 dan setelah tahun tersebut. Luthfi dianggap terbukti menyembunyikan harta kekayaannya, menempatkan, mentransfer, mengalihkan, atau membayarkan.

(11)

Pemberian uang dilakukan oleh Direktur PT Indoguna Utama Juard Effendi dan Arya Abdi Effendi melalui Fathanah pada 29 Januari 2013. Uang itu disebut bagian dari commitment fee(komisi) Rp 40 miliar yang dijanjikan kepada Luthfi melalui Fathanah. Pemberian uang Rp 1,3 miliar itu berawal saat Fathanah mengadakan pertemuan dengan Maria dan pengusaha Elda Devianne Adiningrat.

Dalam pertemuan tersebut, Maria menyampaikan permintaan agar dibantu mengurus tambahan kuota impor daging sapi. Fathanah pun mempertemukan Maria dengan Luthfi. Pada 28 Desember 2012, kedua belah pihak bertemu di Restoran Agus Steak House Senayan. Terbukti, kemudian Luthfi mempertemukan Menteri Pertanian Suswono dengan Maria di Medan, Sumatera Utara. Hal itu supaya Luthfi memiliki alasan memengaruhi Suswono soal kebijakan kuota impor daging sapi.

D. Penutup

1. Kesimpulan

(12)

berjalannya demokrasi di Indonesia adalah manakala system demokrasi yang diberlakukan dan dicita-citakan untuk tumbuh secara matang agar menjadi system yang sehat, justru menampilkan kondisi yang berbeda dan tidak diharapkan. Demokrasi menjadi biang dari tumbuhnya praktek-praktek korupsi yang semakin terbuka, yang mana didalamnya melibatkan berbagai komponen, yang salah satu komponen atau aktor yang pelibatannya cukup besar adalah partai politik.

Korupsi merupakan suatu kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang mempunyai dampak yang sangat luas dalam seluruh aktivitas dan kehidupan masyarakat. Menarik manakala ditelisik bahwasanya terdapat suatu peranan ataupun andil yang sangat besar yang melibatkan komponen partai politik sebagai wadah yang mempunyai tujuan untuk mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat dalam melakukan tindak pidana korupsi yang menyangkut keuangan negara. Survei Global Corruption Barometer oleh Transparency International tahun 2004 dan 2010 membuktikan parpol merupakan institusi terkorup di banyak negara.

Secara umum, partai memerlukan dana besar untuk memenuhi kebutuhan

campaign finance dan party finance. Party finance adalah keuangan parpol yang diperoleh dan digunakan untuk menjalankan kegiatan partai di luar masa kampanye, termasuk menggerakkan infrastruktur dan jaringan partai. Adapun campaign finance

merupakan keuangan parpol yang diperoleh dan digunakan selama masa kampanye. Seiring dengan makin meningkatnya biaya operasional partai dan kebutuhan kampanye, partai lalu bergantung pada sumbangan pihak ketiga, baik perorangan maupun perusahaan. Sumbangan yang diberikan pada partai dianggap sebagai investasi dengan harapan elit bisnis mendapat imbalan (return) berupa kuasa atau proyek. Parahnya lagi, nafsu serakah elit partai juga memicu maraknya aksi-aksi perburuan rente. Biasanya mereka memanfaatkan celah dana non-budgeter.

Salah satu contoh kasus korupsi yang melibatkan partai politik adalah kasus korupsi yang menimpa Anas Urbaningrum. Kasus ini melibatkan banyak pihak yang dalam partai Demokrat.

(13)

Sebagai salah satu media dalam menyalurkan aspirasi masyarakat, partai poltik seharusnya menjadi contoh sebagai organisasi yang bersih dari tindak korupsi maupun tindak kejahatan yang lainnya. Seberapa besar penerapan demokrasi di Indonesia apabila partai politiknya masih belum terbebas dari tindak korupsi dapat dikatakan sebagai ketidak dewasaan demokrasi.

Selain itu, partai politik merupakan wadah dimana para calon maupun mantan orang-orang yang terjun dalam politik. Nantinya mereka akan mengisi banyak posisi penting di pemerintahan, baik daerah maupun pusat. Hendaknya partai politik ini mempunyai cara-cara dalam perekrutan maupun pelatihan dan pendidikan agar anggotanya tidak masuk dalam tindak korupsi.

Daftar Pustaka

 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik

Link Internet :

(14)

 Prinsip-prinsip Demokrasi, Muhamad Yogi, dikutip dari link

http://www.slideshare.net/Sugiessssss/demokrasi-21031041, diakses Kamis 30 Oktober 2014, pukul 23.50

 Nasional.kompas.com/read/2013/12/09/2106550/Luthfi.Hasan.Ishaaq.Divonis.1 6.Tahun.Penjara

Referensi

Dokumen terkait

Hal seperti itu dapat terjadi karena kebiasaan guru dalam menyajikan pembelajaran terlalu mengacu pada target pencapain kurikulum sehingga mengabaikan hal yang nampaknya sepele

Dari hasil pengolahan data didapatkan nilai untuk tingkat trofik sebesari 1,0156 an 1,0101 yang berarti ikan lalawak dan ikan seren yang diamati angkatan termasuk ikan

Penerimaan diri ibu dari anak autis adalah sikap positif yang.. dimiliki oleh seorang ibu dalam menerima keadaan diri

[r]

Informasi tentang adanya sanksi dalam kerja pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kudus sudah dimengerti dengan baik oleh pegawai2.

Kriteria pengambilan keputusan dari hasil olah data model regresi adalah, apabila nilai probability value atau significant-t lebih kecil dari 5% maka dapat

[r]

Hasil analisis tanggapan 10 mahasiswa tentang materi kualitas hand out hasil penelitian pewarisan obesitas dalam keluarga sebagai bahan ajar mata kuliah Genetika