• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keseimbangan Air Irigasi untuk (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Keseimbangan Air Irigasi untuk (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Keseimbangan Air Irigasi untuk peningkatan

Hasil produksi Pertanian Pada Daerah Irigasi Pammukkulu

Kabupaten Takalar

Arsyuni Ali Mustary, Yusriani Zaman.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat ketersediaan air dan keseimbangannya untuk keperluan pertanian pada DI. Pammukkulu Kab. Takalar. D.I Pamukulu yang menjadi obyek studi mempunyai luas areal pertanian yang akan diairi yaitu 6.430 ha dimana mencakup 3 area irigasi yang mengambil air dari sungai Pamukulu yang mempunyai fasilitas pengambilan dengan kapasitas desain 8,3 m³/dtk. Fasilitas pengambilan tersebut saat ini telah mengalami penurunan mutu sehingga kapasitas aktualnya sangat jauh berkurang dari kapasitas desainnya yang mengakibatkan areal pertanian yang dapat terairi maupun intensitas tanamannya telah semakin menurun.Sehingga perlu menganalisis besarnya kebutuhan air untuk pertanian dan pengaruh keseimbangan air terhadap hasil produksi pertanian tersebut. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data Curah Hujan, Klimatologi, Data Debit dan skema Pola tanam, selanjutnya dari data-data tersebut dianalisis sehingga diketahui tingkat ketersediaan air dan kebutuhan air irigasi.

Hasil analisis yang diperoleh adalah ; kebutuhan air irigasi sawah pada D.I Pamukulu dengan menggunakan perhitungan curah hujan efektif adalah sebesar 10.987,02 l/dt sedangkan debit yang tersedia yang didapatkan dengan menggunakan metode F.J.Mock adalah sebesar 41.916 l/dt. Pengaruh terhadap hasil produksi pertanian khususnya padi dan jagung berdasarkan sumber Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dimana padi dari 3,0 ton/ha menjadi 6,0 ton/ha sedangkan jagung dari 3,7 ton/ha menjadi 5,0 ton/ha.

Kata Kunci : Irigasi Pertanian, Ketersediaan air, kebutuhan air

A. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris mempunyai kekayaan alam yang sangat berlimpah baik rempah-rempah maupun mineral yang terkandung didalamnya. Seperti kita ketahui, bidang pertanian sangat erat kaitannya dengan tersedianya air, dimana air sangat diperlukan untuk mengairi areal pertanian dalam usaha peningkatan produksi pertanian yang umumnya menggunakan irigasi. Namun masalah yang sering timbul adalah tidak tersedianya air yang cukup untuk mengairi areal pertanian tersebut.

(2)

irigasi teknis, namun selebihnya masih menggunakan sistem sawah tadah hujan dimana air hanya tersedia dalam musim penghujan saja.

D.I Pamukulu yang menjadi obyek studi mempunyai luas areal pertanian yang akan diairi yaitu 6.430 ha dimana mencakup 3 area irigasi yaitu Pamukulu, Jenemarrung Kiri dan Dingau yang mengambil air dari sungai Pamukulu yang mempunyai fasilitas pengambilan dengan kapasitas desain 8,3 m³/dtk. Fasilitas pengambilan tersebut saat ini telah mengalami penurunan mutu sehingga kapasitas aktualnya jatuh sangat jauh dari kapasitas desainnya yang mengakibatkan areal pertanian yang dapat terairi maupun intensitas tanamannya telah semakin menurun. Berkaitan dengan hal itu, maka dipandang perlu untuk mengadakan analisa keseimbangan air pada daerah irigasi tersebut sehingga pengelolaan air dapat terlaksana dengan baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Pada tulisan ini, obyek studi adalah D.I Pamukulu yang terletak di Kabupaten Takalar yang memiliki areal pertanian yang cukup luas namun hasil pertanian yang diperoleh belum optimal.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah analisa keseimbangan air dalam wilayah studi adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar kebutuhan air untuk pertanian pada D.I Pamukulu ?

2. Seberapa besar pengaruh keseimbangan air terhadap hasil produksi pertanian setelah diadakan analisa keseimbangan air pada D.I Pamukulu?

1.3.Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan ini adalah memberikan gambaran tentang perencanaan irigasi melalui penyediaan air pada masing- masing bendung yang terdapat pada D.I Pamukulu untuk memenuhi kebutuhan air irigasi untuk pertanian.

Sedangkan tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk menganalisa pola kebutuhan air irigasi untuk pertanian dan pengaturan airnya pada D.I Pamukulu.

2. Untuk mengevaluasi ketersediaan air pada D.I Pamukulu.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini antara lain :

1. Sebagai suatu upaya untuk mengetahui besarnya kebutuhan dan ketersediaan air irigasi untuk areal pertanian pada D.I Pamukulu dan sejauh mana pengaruh ketersediaan air dengan adanya sistem pengelolaan air yang lebih baik bagi produksi pertanian.

(3)

FLOW CHART KESEIMBANGAN AIR

Mulai Mulai

Ketersediaan Air Irigasi

1. Pengolahan Data Curah Hujan

 Data CH harian Sta(R1,R1…Rn)

2. Perhitungan Debit Sungai (Metode F.J.Mock)

 Rn,n,Z hari hujan,Eto,m,l,k,A

 Limpasan dan penyimpanan air tanah

Infiltrasi =Wsxi,

1. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi di Sawah (NFR)

 Penggunaan Konsumtif (Etc)

 Penggantian Lapisan Air (WLR)

 Curah Hujan Efektif

Re =(0,70. ⁄ . R80)

 Kebutuhan Air Irigasi untuk Padi (IR)

IR = .8,FR

,atau

NFR =LP + Etc + P – Re +WLR

 Kebutuhan Air Irigasi untuk Palawija

(4)

B. GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI DAN DATA PENULISAN

2.1.Lokasi Studi

Daerah Irigasi Pamukulu berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Takalar Propinsi Sulawesi Selatan.

Lokasi daerah irigasi ini terletak 30 km sebelah selatan kota Makassar ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Lokasi tersebut dapat ditempuh lewat jalan darat dengan lama perjalanan 1-2 jam. Peta lokasi studi dapat dilihat pada lampiran 1.

Berdasarkan koordinat geografi, daerah studi terletak : 05º 30’ 02”- 05º 38’ 25” LS

dan 119º 22’ 03” - 119º 39’ 03” BT.

2.2.Kondisi Daerah Studi

Tabel 2.1. Luas Areal Pertanian D.I Pamukulu

Area Lahan Pertanian Area Irigasi

Tanaman Saat Ini Rencana Saat Ini Rencana

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah pengaliran sungai Pamukulu mempunyai panjang sungai 57 km dan luas daerah pengaliran sungai sekitar 146,8 km².

Sungai Pamukulu merupakan sungai yang dimulai dari gunung Paowang dengan elevasi +1.133 m, melewati kota Takalar dan akhirnya bermuara di selat Makassar. Bagian hulu disebut sungai Pamukulu, tetapi berubah nama menjadi sungai Cambaya setelah sungai Pamukulu bertemu dengan sungai Dingau sebagai anak sungai utama. Selanjutnya sungai ini kemudian berganti nama lagi menjadi sungai Pappa sepanjang daerah muara. Intrusi kadar garam dari laut mencapai ±12 km ke arah hulu pada musim kemarau yang disebabkan karena sangat landainya kemiringan aliran sungai. Selain itu, daerah hilir sangat mudah digenangi luapan air khususnya selama pasang naik pada musim hujan.

(5)

Intensitas Tanam dan Kondisi Usaha Tani

Intensitas tanam adalah tingkat pengusahaan usaha tani pada lahan persawahan. Rata- rata intensitas tanam areal persawahan (tidak termasuk palawija dan sayur- sayuran) diperkirakan sebesar 146 % berdasarkan data Dinas Pertanian Propinsi Sulawesi Selatan. Skema irigasi teknis pada daerah Irigasi Pamukulu mempunyai intensitas tanam yang lebih tinggi yaitu 178 % sesuai dengan tabel berikut ini :

Skema Pola Tanam Daerah Irigasi Pamukulu

Skema pola tanam Daerah Irigasi Pamukulu selama satu tahun digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2. Skema Pola Tanam

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1. Tanaman Padi

Untuk Padi Golongan 1, penyiapan lahan dimulai pada November 1. Musim tanam pertama berakhir pada Maret 1 sebab padi yang digunakan berumur tiga bulan. Untuk Padi Golongan 2, penyiapan lahan dimulai Desember 1.Musim tanam kedua berakhir pada April 1.

2. Tanaman Palawija

Palawija mulai ditanam pada Juni 1 sebab curah hujan kurang pada bulan tersebut. Umur palawija sekitar tiga bulan sehingga berakhir pada September 1.

C. TINJAUAN PUSTAKA

3.1.Umum

Air adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, hewan dan proses pertumbuhan tanaman. Adapun air yang diperoleh dalam usaha pemenuhan kebutuhan pertumbuhan tanaman serta keperluan pertanian umumnya menggunakan irigasi, telah dilakukan sejak lama seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia.

Irigasi adalah semua tindakan yang dilakukan sehubungan dengan pengaliran air dan pembagian ke bidang-bidang secara teratur serta kelebihan air yang tidak diperlukan lagi dimana sejumlah air tersebut diambil dari sungai atau waduk dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi guna menjaga keseimbangan jumlah air di lahan pertanian. Tujuan irigasi adalah sebagai berikut :

 Untuk membasahi tanah

Padi Gol 1 Palawija

(6)

 Untuk menambah kesuburan tanah

 Untuk mengatur suhu tanah

 Untuk memberantas hama

 Membersihkan zat-zat berbahaya bagi tanaman

 Mempertinggi muka air tanah

 Koltamasi. 3.2.Sumber Air

Sumber air adalah tempat dan wadah air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah. Sumber-sumber air alamiah antara lain adalah; air sungai, air laut, air hujan, mata air, air tanah, dll. Akan tetapi besarnya air yang tersedia berbeda-beda tergantung dari musim dan lokasinya. Besarnya air yang tersedia yang menjadi sumber air daerah tersebut adalah besarnya air yang akan dikurangi dan besarnya air yang telah digunakan berdasarkan peraturan air. Harga minimum besarnya air yang tersedia juga menjadi indeks untuk menelaah tersedianya jumlah air alamiah.

3.3.Keseimbangan Air

Analisa keseimbangan air dilakukan untuk mendapatkan suatu kondisi yang optimum dari rencana jaringan irigasi dengan komponen utama inflow (curah hujan yang jatuh di daerah tangkapan hujan) dengan outflow yang dipengaruhi oleh luas area irigasi dan pola tanam.

Dalam perhitungan keseimbangan air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkan untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan ketersediaan air dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila ketersediaan air melimpah maka luas daerah proyek irigasi akan menjadi maksimum.

1. Ketersediaan Air

Ketersediaan air adalah banyaknya air yang tersedia pada sumbernya dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sesuai dengan kebutuhan. Air yang tersedia mencakup dua pengertian, yaitu :

a. Kualitas air (Water quality), adalah kecocokan air untuk pertanian. b. Kuantitas air (Water quantity), adalah banyaknya air yang tersedia.

1.1. Curah Hujan Harian Maksimum

Curah hujan harian maksimum tahunan dihitung dengan mengambil nilai rata- rata curah hujan harian maksimum yang terjadi pada hari yang dari data tahunan yang sama dari masing- masing stasiun yang dianggap memberi pengaruh. Jika kondisi letak stasiun penakar curah hujan di sekitar lokasi tidak memungkinkan untuk menentukan hujan rata- rata daerah dengan metode Thieseen Poligon, maka metode yang digunakan adalah rata- rata aljabar.

Rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan dengan metode rata- rata Aljabar adalah :

d = � +� +� +⋯.��

………(3.1)

(7)

Dimana : d = Nilai curah hujan rata- rata

d1+d2+d3+…dn = Nilai curah hujan pada titik pengamatan n = Banyaknya titik pengamatan.

Dari hasil perhitungan curah hujan harian maksimum rerata dari suatu daerah yang kita tinjau maka dapat dilakukan analisa frekuensi untuk menghitung curah hujan rencana dengan metode Gumbel, Log-Person Type III dan Haspers dengan periode ulang tertentu.

3.4.Debit Andalan

Debit andalan dapat diartikan sebagai debit yang tersedia guna keperluan tertentu seperti irigasi dan lain-lain sepanjang tahun dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan.

Nilai debit andalan (R80), yakni curah hujan rata- rata setengah bulanan

(mm/15 hari) dengan kemungkinan terpenuhinya 80 % dan kemungkinan tidak terpenuhi 20 %, dengan menggunakan rumus analitis :

R80 =

�+ ………(3.2)

Dimana : R80 = Debit andalan

n = Jumlah tahun pengamatan

⁄ = Kemungkinan tak terpenuhi 20 %

Ada beberapa cara yang dipakai dalam menganalisa potensi air. Masing- masing cara mempunyai ciri khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai umumnya berdasarkan atas pertimbangan- pertimbangan yaitu data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengalaman perencana. Dalam penulisan tugas akhir ini, metode yang kami gunakan dalam menganalisa debit andalan adalah dengan menggunakan metode F.J.Mock.

3.5.Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif tanaman yang terjadi pada petak sawah dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Kebutuhan air irigasi di sawah meliputi :

 Penggunaan konsumtif (Etc)

 Penyiapan lahan (LP)

 Perkolasi (P)

 Penggantian lapisan air (WLR)

(8)

3.6.Cara Pemberian Air Irigasi

Berdasarkan caranya, pemberian air dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

 Pemberian air secara terus-menerus

Yaitu pemberian air yang dilakukan secara serentak untuk suatu tanaman dan persiapan penggolongan tanahnya di dalam suatu daerah irigasi. Hal ini dilakukan bilamana persediaan air cukup banyak sehingga air yang ada dapat diberikan kepada semua lahan yang memerlukan.

 Pemberian air dengan aturan golongan

Seperti telah diketahui bahwa dalam persediaan air dalam jangka waktu satu tahun tidak tetap, artinya pada bulan-bulan tertentu persediaan air sangat kecil dan kadang-kadang persediaan airnya tidak cukup. Oleh karena itu, dalam menghadapi musim tanam lahan pertanian biasanya dibagi menjadi beberapa golongan antara lain :

 Golongan untuk saluran primer terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier.

 Golongan untuk saluran sekunder terdiri dari saluran sekunder dan tersier.

 Golongan untuk saluran tersier pembagiannya dalam petak tersier itu sendiri.

 Pemberian air secara bergilir

Yaitu pemberian air yang dilakukan secara bergantian atau bergiliran antara lahan-lahan di dalam suatu irigasi. Ini dilakukan bilamana jumlah persediaan air yang ada sangat kecil sehingga tidak memungkinkan apabila dilakukan pemberian air secara serentak. Cara ini ada beberapa macam tergantung dari jumlah air yang ada antara lain: giliran jam, giliran antara saluran, giliran antara desa, dan giliran antara kelompok. Sistem gilir antara saluran diterapkan bilamana saluran tersebut berada dalam suatu desa, sedangkan sistem gilir desa diterapkan bila saluran / petak tersier tersebut terbagi dalam beberapa desa.

3.8.Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalah variasi dan intensitas penggunaan lahan pada suatu daerah yang merupakan salah satu bentuk indikator yang merefleksikan tingkat dinamisasi dan penguasaan teknologi penduduk dalam mengeksploitasi sumber daya alam sekaligus menampakkan pencerminan potensi daerah yang bersangkuta,Tata guna lahan terdiri dari pola tanam dan tata tanam.

1. Pola Tanam

(9)

Tabel 3.1. Pola Tanam

No. Ketersediaan air untuk jaringan irigasi Pola tanam dalam satu tahun

1. Tersedia air cukup banyak Padi-Padi-Padi

Padi-Padi-Palawija

2. Tersedia air dalam jumlah cukup Padi-Padi-Bero

Padi-Palawija-Palawija

3. Daerah yang cenderung kekurangan air Padi-Palawija-Bero Palawija-Padi-Bero

(Sumber : Irigasi dan Bangunan Air, Hal 25).

2. Tata Tanam

Tata tanam adalah pengaturan serta jadwal tanam yang lebih terperinci dimana menggambarkan kegiatan- kegiatan mulai dari pengolahan, waktu tanam, akhir tanam, luas tanah dari masing- masing tanaman serta jumlah air yang diperlukan.

Air pengairan diberikan ditambah atau dikurangi berdasarkan kebutuhan air pada tata tanam yang telah disesuaikan dengan iklim, kesukaran lahan, cara bercocok tanam, luas area tanam, topografi dan periode pertumbuhan serta jenis tanaman.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Perhitungan Ketersediaan Air 1. Pengolahan Data Curah Hujan

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Gumbel, Log Pearson Type III dan Haspers

No Periode M .Gumbel M .Log Pearson M

.Haspers

Ulang Type III

1 1,25 39,51 50,89

2 2 62,51 62,91

3 5 83,19 77,78 83,79

4 10 96,92 86,90 97,62

5 25 110,10 97,80 110,89

6 50 112,94 105,56 113,75

7 100 127,13 113,05 128,04

8 200 139,94 120,40 140,95

2. Perhitungan Debit Sungai dengan Metode F.J.Mock

(10)

1. Data Meteorologi.

a. Hujan bulanan (Rn) diambil dari data hasil perhitungan hujan bulanan. Januari = 669,83 mm.

b. Jumlah hari hujan (n), diambil dari rata- rata jumlah hari hujan kedua stasiun. Januari = 16 hari.

c. Jumlah hari untuk Januari = 31 hari.

2. Evapotranspirasi Aktual.

a. Evapotranspirasi Potensial, diambil dari data evapotranspirasi. Januari = 3,92 mm/hr.

b. ETo bulanan = Evapotranspirasi x jumlah hari setiap setengah bulanan. Januari = 3,92 x 31 = 121,52 mm/ bln.

c. Permukaan lahan yang terbuka (m) = 30 % d. ETo/ Ea.

Januari = m/ 20 (18- n) = 0,3/ 20 (18- 16) = 0,03 %. e. E = ETo x (m/ 20 (18- n)).

Januari = 121,52 x 0,03 = 3,65 mm/ bln. f. Ea = ETo – E.

Januari = 121,52 – 3,65 = 117,87 mm/ bln. 3. Keseimbangan Air.

a. S = Rn- Ea.

Januari = 669,83 – 117,87 = 551,96 mm/ bln.

(11)

Januari = 0 mm/ bln, karena kelembaban tanah = 100 mm.

c. Kapasitas kelembaban tanah, adalah volume air untuk melembabkan tanah, dimana kapasitas maksimumnya = 100 mm.

Januari = Kelembaban tanah awal + S

= 100 + 551,96 = 651,96 mm/ bln ≈ 100 mm/ bln.

d. Kelebihan air (Ws) = S – Kandungan air tanah. Ws nilainya 0 jika S < Tampungan air oleh tanah. Januari = 551,96 – 0 = 551,96 mm/ bln.

4. Limpasan dan Penyimpanan Air Tanah.

a. Faktor I = Koefisien infiltrasi = 0,2 – 0,5 ; diambil I = 0,3.

b. Faktor k = Faktor resesi aliran tanah, k = 0,4 – 0,7; diambil k = 0,6. c. Infiltrasi (I) = Ws x i

Januari = 551,96 x 0,3 = 165,59.

d. Volume penyimpanan = Volume air tanah = (0,5(1+k)I) + (k.V(n-1)). Untuk Januari nilai tampungan awal dianggap 50 mm.

Januari = (0,5(1+0,6)165,59) + (0,6.(50)) = 245,26 e. Vn = Vn – V (n-1).

Volume tampungan untuk Januari dan Februari = Vn – V (n-1). Januari = 30 – 50 = -20.

f. Aliran dasar (Base flow), Bn = I – Vn. Januari = 165,59 + 20 = 185,59 mm/ bln. g. Aliran langsung (Direct run off) = Ws – I.

Januari = 551,96 – 165,59 = 386,37 mm/ bln. h. Limpasan (Run off), qn = Dro + Bn

Januari = 386,37 + 185,59 = 571,96 mm/ bln. i. Debit efektif (Qn) = Run off x Luas DAS = qn x A.

Januari = (571,96/1000/31/24/3600) x (146,8.106) = 3,13 m3/ dt.

Setelah diperoleh debit bulanan, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan dalam tabel. Kemudian direngking dan dicari nilai debit andalan (R80).

R80 = n/5 + 1

= 10/5+ 1

= 3….diambil data urutan ketiga.

A. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

1. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi di Sawah a. Evapotranspirasi

Untuk memperkirakan besarnya evapotranspirasi (Eto) dipakai cara Penmann. Perhitungan evapotranspirasi untuk bulan Januari adalah sebagai berikut :

(12)

2. Kelembaban relatif Rh = 89,4 % (Data)

3. Kecepatan angin (u) = 66,4 m/dt (Data)

4. Angka angot (Ra) = 15,64 mm/dt (Lampiran 7.2)

5. Fungsi suhu (f(t)) = 16,13 (Lampiran 7.1)

6. Faktor yang berhubungan dengan temperatur dan elevasi daerah

(w) = 0,761 (Lampiran 7.1)

7. Tekanan uap jenuh (ea) = 34,83 mbar (Lampiran 7.1)

8. Penyinaran matahari (n/N) = 4,3 % (Data)

9. Angka koreksi penanaman (c) = 1,10 (Lampiran 7.3) 10. Rs = (0,25+0,54.n/N).Ra

= (0,25+0,54.0,043).15,64 = 0,53 mm/hari

11. ed = ea.Rh

= 34,83.0,894 = 31,14 mbar

12. f(ed) = (0,34-(0,44√� ))

= (0,34-(0,44. √ , )) = 0,315 mbar

13. f(n/N) = 0,1+(0,9.(n/N)) = 0,1+(0,9.(0,043)) = 0,14

14. Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)

= 16,13.0,315.0,14 = 0,71 mm/hari 15. f(u)= 0,27(1+(0,864.u))

= 0,27(1+(0,864.66,4)) = 0,58 m/dt

16. (ea-ed) = 34,83-31,14 = 3,69 mbar

17. Et* = w((0,75.Rs)-Rn1) + (1-w) . f(u) . (ea-ed)

= 0,761((0,75.0,53)-0,71) + (1-0,761) . 0,58 . 0,0369

= 3,56 mm/hari

18. Eto = Et*.c

= 3,56.1,10 = 3,92 mm/hari.

B. Pola Tanam Daerah Irigasi Pamukulu

(13)

Tabel 4.3. Skema Pola Tanam

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

(Sumber : Dinas PU Pengairan Propinsi Sulawesi Selatan).

3. Tanaman Padi

Untuk pembahasan perhitungan kebutuhan air padi diambil padi yang skema pola tanamnya dapat dilihat pada tabel 4.10. Untuk Golongan 1, penyiapan lahan dimulai pada November 1. Musim tanam 1 berakhir pada Maret 1 sebab padi yang digunakan berumur tiga bulan. Untuk Golongan 2, penyiapan lahan dimulai Desember 1.

Tabel 4.4. Skema Pola Tanam Padi

Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Padi yang digunakan adalah padi varietas unggul dari FAO

4. Tanaman Palawija

Palawija mulai ditanam pada Juni 1 sebab curah hujan kurang pada bulan tersebut. Umur palawija sekitar tiga bulan sehingga berakhir pada September 1. Skema pola tanamnya dapat dilihat pada tabel 4.14.

Tabel 4.5. Skema Pola Tanam Palawija

Jun Jul Ags Sep

1 2 1 2 1 2 1 2

Palawija yang digunakan adalah palawija jenis unggul dengan umur tanaman sekitar tiga bulan.

Padi Gol 1 Palawija

Padi Gol 2

Padi Gol 1

Padi Gol 2

(14)

Tabel 4.6. Perhitungan Kebutuhan Air di Sawah untuk Tanaman Palawija

Hasil perhitungan keseimbangan air dapat dilihat pada lampiran 12 dan untuk hasil perhitungan kebutuhan air irigasi di sawah setengah bulanan pada D.I Pamukulu dapat dilihat padagarafik berikut ini :

Gambar 4.1. Grafik Keseimbangan Air

(15)

Tabel 4.7. Hasil Produksi Pertanian Sebelum dan Setelah Analisa Keseimbangan Air. (dalam : ton/ha)

Jenis Sebelum Setelah

1. Padi

- Padi musim hujan (sistem irigasi)

- Padi musim kemarau (sistem irigasi) (Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan).

Jadi, dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan produksi pertanian yang cukup besar dalam wilayah studi setelah mengadakan analisa keseimbangan air pada D.I. Pamukulu sehingga dengan demikian dapat pula meningkatkan pendapatan para petani di wilayah tersebut.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari keseluruhan hasil pembahasan penulisan ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan air irigasi sawah pada D.I Pamukulu dengan menggunakan perhitungan curah hujan efektif adalah sebesar 10.987,02 l/dt sedangkan debit yang tersedia yang didapatkan dengan menggunakan metode F.J.Mock adalah sebesar 41.916 l/dt.

2. Pengaruh keseimbangan air terhadap hasil produksi pertanian setelah diadakan analisa keseimbangan air pada D.I Pamukulu yaitu :

- Pengaruh terhadap hasil produksi pertanian khususnya padi dan jagung berdasarkan

sumber Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dimana padi dari 3,0 ton/ha menjadi 6,0 ton/ha sedangkan jagung dari 3,7 ton/ha menjadi 5,0 ton/ha.

- Berdasarkan kondisi klimatologi, curah hujan serta ketersediaan air pada sungai

(16)

B. Saran- saran

1. Agar debit yang tersedia dapat mengairi keseluruhan areal pertanian khususnya pada bulan Desember dimana kebutuhan air irigasi melebihi ketersediaan air yang ada, maka disarankan agar dilakukan pemberian air secara bergilir.

2. Karena tidak ada data debit sungai, data debit sungai yang digunakan dari penulisan ini merupakan hasil pengalihragaman hujan menjadi aliran dengan menggunakan metode F.J Mock, oleh karena itu sebaiknya stasiun- stasiun yang terdapat pada sungai Pamukulu Kabupaten Takalar dapat dipelihara dan diadakan pencatatan secara kontinyu atau berkelanjutan yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, Departemen Pekerjaan Umum, 2002. Draft Main Report for Detailed Design of Irrigation. Makassar. PT. Indra Karya, PT. Arkonin Engineering MP, PT. Buana Archicon, PT. DDC Consultants dan PT. Virama Karya.

Anonymous, Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Kriteria Perencanaan 01. Cetakan Pertama Bagian Perencanaan Irigasi. CV. Galang Persada. Bandung, CV. Putera Gombong dan diterbitkan oleh Badan penerbit PU Jakarta.

Anonymous, Departemen Pekerjaan Umum, 2001. Laporan Interim Studi Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Wilayah Sungai Maros- Jeneponto. Makassar . PT. Virama Karya, PT. Indra Karya dan PT. DDC Consultants.

C. B. Soemarto. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.

Effendi Pasandaran, Donald C Tailor. 1984. Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan. PT. Gramedia. Jakarta.

O.F. Patty. 1994. Tenaga Air. PT. Erlangga. Jakarta.

Ray K. Linsey, Joseph B Fransini, Djoko Sasongko. 1994. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Jakarta.

Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Pustaka Utama Gramedia. Jakarta.

Sosrodarsono. Suyono, Dr. Ir, Tominaga. Masateru, Dr (editor). 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

(17)

Gambar

Tabel 2.1. Luas Areal Pertanian D.I Pamukulu
Tabel 2.2. Skema Pola Tanam
Tabel 3.1. Pola Tanam No. Ketersediaan air untuk jaringan irigasi
Tabel 4.3. Skema Pola Tanam
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sistem sungai pada Daerah Irigasi Lider tidak memiliki pencatatan data debit dilapangan, data debit sungai pada masing-masing sungai dicari dengan menggunakan program

Pada perencanaan sistem irigasi di daerah aliran Sungai Ciujung, digunakan data hujan dari 3 stasiun pengukuran hujan.. Ketiga stasiun pengukuran hujan

Dalam metode aliran rendah, jenis tipe data curah hujan/debit yang diperlukan adalah suatu data yang bersifat menerus (continue data). Hal ini dikarenakan dalam

Perhitungan debit bulanan ini bertujuan untuk mendapatkan taksiran besarnya debit andalan sungai, yaitu banyaknya air yang tersedia yang diperkirakan terus-menerus ada dalam

(Q avl.b.n ) Data set tersebut merupakan debit hasil perhitungan dari tinggi hujan (dengan kurun waktu tertentu) menjadi debit di sungai atau hasil pengamatan debit

Dari data-data yang tersedia akan digunakan untuk perhitungan curah hujan rata-rata, perhitungan curah hujan efektif, perhitungan debit (inflow) andalan, serta perhitungan

Menentukan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) beserta luasnya. Menentukan Luas pengaruh daerah stasiun-stasiun penakar hujan Sungai. Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari

Di daerah aliran sungai yang seperti ini kondisi ekstrim dari aliran sungai seperti debit puncak dan waktu puncak, dapat diketahui dengan menganalisis data hujan menjadi debit